• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI DINAMIKA BUDAYA BELAJAR IPS DI KALANGAN MAHASISWA CALON GURU SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI DINAMIKA BUDAYA BELAJAR IPS DI KALANGAN MAHASISWA CALON GURU SEKOLAH DASAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 1 UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI

DINAMIKA BUDAYA BELAJAR IPS DI KALANGAN MAHASISWA CALON GURU SEKOLAH DASAR

Naniek Sulistya Wardani

S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana wardani.naniek@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan motivasi belajar mahasiswa; (2) mendiskripsikan dinamika budaya belajar IPS mahasiswa, dan (3) meningkatkan motivasi belajar melalui dinamika budaya belajar IPS

Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 PGSD peserta mata kuliah Pendidikan IPS SD, kelas RS 14 A sejumlah 31 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan angket. Instrumen data berupa lembar observasi untuk pengamatan dinamika budaya belajar dan butir angket untuk motivasi belajar. Teknik analisis data yang digunakan teknik deskriptif komparatif antar siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) motivasi belajar IPS mahasiswa kelas RS 14 A meningkat dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 2, yang ditunjukkan oleh tingkat motivasi yang rendah meningkat secara signifikan menjadi tingkat motvasi tinggi mulai dari siklus 1, (2) Dinamika budaya belajar IPS mahasiswa kelas RS 14 A terjadi, setelah ada tindakan yang diberikan berupa aktivitas budaya belajar IPS yakni memunculkan ide dalam diskusi kelompok, melaksanakan presentasi, melaksanakan studi lapang dan membuat laporan,

(3) Upaya peningkatan motivasi belajar melalui dinamika budaya belajar IPS terbukti, yang ditunjukkan oleh perbandingan persentase motivasi belajar dari pra siklus, ke siklus 1 dan siklus 2 yakni 66,67%: 85,42%; 100%.

Saran yang diberikan kepada pengajar adalah agar dalam perkuliahan dapat menciptakan dinamika budaya belajar bagi mahasiswa, agar motivasi belajar mahasiswa meningkat, sehingga tujuan perkuliahan tercapai.

Kata kunci : motivasi belajar, dinamika budaya belajar dan IPS.

1. Pendahuluan

Aktivitas yang dilakukan oleh seseorang, karena seseorang itu memiliki alasan tertentu. Karena ingin membeli buku, maka seseorang pergi ke toko buku. Alasan seseorang untuk melakukan sesuatu aktivitas inilah, yang sering disebut dengan motivasi. Demikian pula seorang mahasiswa mengikuti kuliah, karena memiliki beberapa alasan.

Dengan mengikuti kuliah, mahasiswa mengharapkan dapat belajar di kampus, dan tetap masih bekerja dan memiliki banyak teman baru, dengan kondisi dan situasi di kampus yang sama dengan teman-teman lainnya. Dalam perkuliah an, mahasiswa mendapatkan ilmu dan praktek yang mutakhir tentang pembela jaran di SD, sehingga seorang mahasis wa tersebut, juga mengharapkan dapat

(2)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 2 berdiskusi mengenai pembelajaran di SD

yang menarik perhatian. Dengan rajin mengikuti perkuliahan, mahasiswa akan menyadari, bahwa pendapat yang dimiliki bukan satu-satunya cara untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Ketika di kampus ada seminar tentang pembelajaran, karena mungkin maha siswa tertarik dengan topik yang dibahas dalam seminar, maka mahasiswa mengikuti seminar. Aktivitas mahasis wa untuk ikut dalam seminar, dilakukan karena ada motivasi. Begitu juga, mahasiswa hadir mengikuti perkuliahan di kampus, karena ada motivasi. Motivasi yang ada di dalam lingkungan perkuliahan atau pembelajaran terfokus dalam motivasi untuk belajar, dan disebut dengan motivasi belajar. Motivasi belajar mahasiswa terkait dengan mata kuliah yang di ambil, dan tinggi rendahnya motivasi belajar dalam mengikuti mata kuliah satu dan lainnya dapat berbeda-beda. Oleh karena itu, A.M. Sardiman (2012:75) mengemuka kan bahwa motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Meskipun mahasiswa tidak menyukai mata kuliah tertentu, namun mahasiswa tetap hadir dan mengikuti mata kuliah, karena motivasi tidak hanya menyangkut sesuatu yang disukai saja, namun juga adanya relevansi, harapan dan kepuasaan. Terselenggaranya perkuliahan ditentu kan oleh tingginya motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa. Motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar (Slavin, 1991). Bila tidak ada motivasi, tidak akan terjadi proses belajar.

Dalam proses belajar, mahasiswa akan menerima transfer of knowledge, menerima inovasi-inovasi yang dapat merubah image mahasiswa, sehingga akan merubah mahasiswa dalam bersikap, dan ketrampilan dalam hidup nya. Kebiasaan-kebiasaan yang selalu dilakukan dalam perkuliahan, sehingga membentuk karakteristik individu mau pun dalam kelompok (kelas) akan mem bentuk suatu budaya. Dalam perkuliahan mahasiswa banyak mendapat tugas membuat makalah untuk dipresentasi kan, ini menjadikan mahasiswa dalam membuat makalah tidak mengalami kesulitan-kesulitan, karena mahasiswa

(3)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 3 terbiasa untuk mencari informasi, meng

analisis informasi, membuat kesimpulan dan mahasiswa tidak canggung lagi dalam mengemukakan pendapat melalui presentasi. Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah, yang merubah sikap mahasiswa dan ketrampilannya dalam perkuliahan, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan yang terjadi dalam diri mahasiswa, berjalan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan yang ada dalam perkuliahan, maupun perkembangan globalisasi, sehingga terjadi pula dinamika budaya belajar. Demikian pula dalam perkuliahan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang merupakan ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui perkuliahan IPS, mahasiswa diajak langsung mengkaji fakta-fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang selalu dinamis. Ini merupakan suatu tantangan berat, karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, dalam perkuliahan IPS, mahasiswa terlibat untuk merancang dan mengem bangkan pengetahuan, pemahaman, dan mampu menganalisis kondisi sosial masyarakat. Kebiasaan aktivitas belajar

ini, yang akan membentuk mahasiswa memiliki budaya belajar, dan terbentuk sikap yang demokratis, dan bertanggung jawab. Dalam perkuliahan IPS, berfokus pada keaktifan mahasiswa. Tentu keaktifan yang diperoleh tidak tiba-tiba aktif, butuh proses belajar, mengingat mahasiswa memiliki latar belakang belajar dan motivasi belajar yang berbeda-beda. Melalui belajar di perguruan tinggi, ada perubahan sosial atau dinamika sosial yang terjadi yang akan membentuk budaya belajar. Proses terbentuknya budaya belajar, melalui dinamika sosial.

Mendasarkan latar belakang permasalah an di atas, maka permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah :

a. bagaimanakah motivasi belajar mahasiswa;

b. bagaimanakah dinamika budaya belajar IPS mahasiswa, dan

c. apakah dinamika budaya belajar IPS dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

2. Kajian Pustaka

Motivasi belajar adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu (Sardiman,

(4)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 4 2012:75). Setiap orang yang melakukan

aktivitas belajar memiliki motivasi belajar. Mahasiswa yang hadir dalam perkuliahan memiliki motivasi belajar. Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar seseorang, yaitu: minat, kesesuaian, harapan, dan kepuasan (Keller, 1983).

Minat berkaitan dengan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu: topik, orang, bidang, atau aktivitas. Kesesuaian berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, seperti kebutuhan mempelajari fenomena sosial, tentu seseorang akan bersemangat untuk mempelajarinya. pemerintah mempersyaratkan guru SD harus S1. Harapan berkaitan dengan sikap seseorang terhadap keberhasilan dan kegagalan. Kepuasan mengacu pada perasaan senang terhadap hasil yang dicapai.

Empat faktor motivasi di atas, semua terjadi dalam perkuliahan. Seperti dalam filsasat pendidikan yang menekankan pada konstruktivisme, yakni perkuliahan yang menekankan pada proses belajar dan melibatkan mahasiswa secara aktif dalam belajar. Kondisi ini akan membentuk suatu kebiasaan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

secara terus menerus merupakan suatu budaya. Kebiasaan-kebiasaan belajar yang terjadi dalam perkuliahan membentuk budaya belajar, dan dalam kehidupan berkuliah, ada perubahan-perubahan sosial yang terjadi dan ini merupakan dinamika. Koentjaraningrat menyebutnya sebagai dinamika kebudayaan.

Dinamika kebudayaan identik dengan perubahan unsur-unsur kebudayaan universal, yang apabila ditinjau dalam kenyataan kehidupan suatu masyarakat, tidak semua unsur mengalami perkembangan yang sama. Ada unsur kebudayaan yang mengalami perubahan secara cepat, ada pula yang lambat, bahkan sulit berubah. Apabila mengkaji pengertian kebudayaan menurut Antropolog Inggris Edward Burnett Tylor (Horton & Hunt, 2006 : 58) sebagai suatu kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, keyakinan, kesenian, hukum, moral, adat, semua kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat; maka tingkat perubahan unsur tersebut menjadi sangat variatif antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Untuk memudahkan pengertian mengenai

(5)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 5 tingkat kesulitan perubahan unsur-unsur

kebudayaan, Koentjaraningrat (2003 : 81) menguraikan 7 (tujuh) unsur kebudayaan universal yang diasumsikan memiliki tingkat perubahan dari yang paling mudah sampai yang paling sulit yaitu (a) sistem peralatan hidup dan teknologi, (b) sistem mata pencaharian hidup, (c) organisasi sosial, (d) kesenian, (e) sistem pengetahuan, (f) bahasa dan (g) sistem religi

Dinamika kebudayaan di dalam masyarakat terjadi, melalui serangkaian proses yang memerlukan waktu, dan membawa konsekuensi logis terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu sistem yang menjadi penopang dan pengatur keberadaan suatu masyarakat, sehingga harus senantiasa dalam kondisi dinamis. Selain itu, kebudayaan juga harus mampu bersifat adaptif, selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan biogeofisik, maupun lingkungan sosial-budaya para pendukung kesosial-budayaan. Dengan demikian, kebudayaan adalah dinamika manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan. Dinamika ini terjadi karena manusia mengadakan hubungan dengan manusia lainnya.Dinamika kebudayaan

juga sering disebut dengan perubahan kebudayaan. Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan, betapapun kecil nya, perubahan itu dapat berupa perubah an nilai-nilai sosial, norma-norma, sosial pola-pola perilaku, organisasi dan inter aksi sosial. Dalam masyarakat dengan kebudayaan yang homogen ditemukan minimal 3 (tiga) kategori tingkat kesulit an, yaitu : a) Ada ide-ide kebiasaan dan tanggapan bersyarat yang sama bagi semua anggota masyarakat, b) Ada unsur-unsur kebudayaan atau pola-pola yang mengatur aktivitas, c) Ada sejumlah unsur-unsur yang hanya dinikmati oleh individu-individu tertentu. Dinamika budaya menurut Koentjaraningrat terdiri dari konsep-konsep: a) Proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi, b) Evolusi kebudayaan dan difusi, c) Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi akulturasi dan asimilasi, d) Proses pembauran atau inovasi atau penemuan baru.

Mengacu dua pandangan di atas, maka dinamika budaya belajar terdiri dari: a). ide-ide dalam diskusi, b). Penyelenggara an presentasi, c). studi lapang d). ada ide baru yakni pembuatan laporan

(6)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 6 2. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Pada PTK ini peran dan posisi peneliti adalah sebagai pengajar dan sekaligus sebagai peneliti. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh O’Brien, bahwa posisi peneliti sebagai perencana, katalisator-katalisator, pengajar-perenca na, penyimak, pengamat dan pesintesis-pelapor (Zulela: 2012:34) Prosedur penelitian mengacu model spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Robin Mc. Taggart. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Masing-masing siklus dilaksana kan dengan tahap perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Prosedur PTK digambarkan melalui gambar 1.berikut ini.

Gambar 1

PTK Model Spiral dari Kemmis dan Robin Mc.Taggart (1988)

Dalam tahap awal penelitian yakni perencanaan yang dilakukan adalah:

mengidentifikasi dan menganalisis masa lah pembelajaran, menyusun perencana an dan perangkat pembelajaran, pem bagian tugas dengan mahasiswa, menyu sun skenario pembelajaran untuk studi lapang dan presentasi kelas dan merenca nakan jadwal pelaksanaan kegiatan. Subyek penelitian adalah mahasiswa kelas RS 14 A, peserta mata kuliah PIPS SD sejumlah 31 mahasiswa. Data penelitian berupa data kualitatif yang diperoleh dari angket, hasil observasi dan catatan lapangan. Teknik pengum pulan data menggunakan observasi dan angket. Instrumen data berupa lembar observasi untuk pengamatan dinamika budaya belajar dan butir angket untuk motivasi belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif.

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian tentang motivasi belajar dan dinamika budaya belajar menunjukkan hasil sebagai berikut:

Dari hasil identifikasi dan analisis permasalahan menunjukkan bahwa: a. belum ada data penelitian tentang

besarnya motivasi belajar dan dinamika budaya belajar mahasiswa PGSD angkatan 2014.

(7)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 7 b. Nampak bahwa motivasi belajar

mahasiswa bervariasi, ada yang sekedar datang dan duduk mengikuti kuliah, ada juga yang rajin dan tekun mencari sumber belajar

c. Apakah motivasi belajar dapat meningkat oleh adanya dinamika budaya.

Motivasi Belajar IPS mahasiswa Dalam perkuliahan IPS didesain menggunakan pendekatan perkuliahan project base learning (PjBL), dengan langkah-langkah pembelajaran: penentu an topik permasalahan, menyusun peren canaan proyek, menyusun jadwal, moni toring, menguji hasil dan evaluasi (Wardani Naniek Sulistya dan Susiyanto, 2014: 72). Dengan menggunakan langkah-langkah perkuliahan dengan pendekatan PjBL, maka terjadi dinamika belajar. Perkuliahan diselenggarakan di ruang kelas dan di ruang terbuka, yakni studi lapang ke daerah Pacitan untuk mengamati interaksi fenomena alam dan fenomena sosial. Dari aktivitas perkuliah an ini diketahui motivasi belajar mahasis wa. Tingginya motivasi belajar mahasis wa diketahui dengan mengukur 4 aspek motivasi yakni aspek minat, kesesuaian, harapan dan kepuasan yang diberikan

sebelum perkuliahan dengan PjBL, per kuliahan dengan PjBl siklus 1, perkuliah an dengan PjBL siklus 2. Dari ke 4 aspek dibuat masing-masing 4, seluruhnya ada 16 butir. Klasifikasi tiap aspek motivasi adalah motivasi rendah jika perolehan skor 4-6, motivasi sedang jika perolehan skor 7 – 9, dan motivasi tinggi jika perolehan skor 10-12. Klasifikasi moti vasi belajar berdasarkan skor secara rinci disajikan melalui tabel 1 berikut.

Tabel 1

Klasifikasi Motivasi Belajar

No Skor Klasifikasi

1 16 – 26 Motivasi rendah 2 27 - 37 Motivasi sedang 3 38 - 48 Motivasi Tinggi Sumber : Hasil Olah Data

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa motivasi belajar mahasiswa RS 14 A secara rinci disajikan melalui tabel 2 berikut:

Tabel 2

Distribusi Motivasi Belajar IPS Mahasiswa RS 14 H Motivasi Belajar Skor Pra Siklus Siklus 1 Siklu s 2 Minat 8 10 12 Kesesuaian 8 10 11 Harapan 10 12 12 Kepuasan 6 9 12 Jumlah 32 41 47 Persentase (%) 66,67 85,42 100 Sumber : Data Primer

(8)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 8 Dari tabel 2 nampak bahwa, secara

keseluruhan skor motivasi belajar yang mahasiswa pada pra siklus sebesar 32, termasuk motivasi rendah. Sedangkan motivasi belajar pada siklus 1 mencapai skor 41, dan skor 47 pada siklus 2, maka dalam siklus 1 dan siklus 2 telah menca pai motivasi yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan moti vasi belajar dalam minat, kesesuaian, ha rapan dan kepuasan sesuai yang dirumus kan dalam booklet ‘Dunia Mahasiswa Dunia Kemandirian’ oleh Dit. P2TK & KPT. Dikti 2004.

Dinamika budaya belajar IPS

Tindakan yang diberikan dalam perkuliahan melalui pendekatan project base learning (PjBL), terdiri dari penentuan topik permasalahan, menyusun perencanaan studi lapang, menyusun jadwal pelaksanaan dan pembagian tugas, monitoring dalam pelaksanaan studi lapang, menguji hasil dan evaluasi, akan menghasilkan kegiatan yang membudaya dalam perkuliahan (dinamika budaya belajar) yakni:

a. Ada ide yang muncul dalam diskusi kelompok dalam penyusunan

perencanaan studi lapang ke Pacitan Jawa Timur,

b. menyelenggarakan presentasi dalam rangka penyamaan persepsi dalam studi lapang dan menyusun jadwal, c. melaksanakan studi lapang yang di

monitor,

d. muncul ide baru dalam pembuatan laporan. Aktivitas yang dilakukan dalam dinamika budaya belajar IPS secara rinci disajikan melalui tabel 3 berikut ini.

Tabel 3

Dinamika Budaya Belajar Mahasiswa RS 14 H

Budaya Belajar Frekuensi (31

Mahasiswa) Pra Siklus Siklu s 1 Siklu s 2 Ide diskusi 17 23 28 Melaksanakan presentasi 15 23 28 Melaksanakan studi lapang 0 31 31 Membuat laporan 7 31 31 Jumlah 39 108 118 Persentase (%) 31,45 87,1 0 95,1 6 Sumber : Data Primer

Pengukuran dinamika budaya belajar IPS, berdasar pengamatan melalui lembar observasi, dengan menghitung jumlah mahasiswa yang melakukan setiap kegiatan. Jumlah seluruh subyek penelitian 31. Jika setiap aktivitas

(9)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 9 dinamika budaya belajar, dilakukan oleh

semua siswa, maka skor yang diperoleh 31. Dalam diskusi penyusunan perencanaan proyek ketika pra siklus (perkuliahan tidak dengan studi lapang, namun membuat makalah), hanya ada 17 mahasiswa (54,84%) saja yang memunculkan ide, namun ketika ada tindakan di siklus 1, jumlah mahasiswa yang memunculkan ide naik 74,19% dan dalam siklus 2 menjadi 90,32%. Dalam menyelenggarakan presentasi dalam rangka penyamaan persepsi studi lapang dan menyusun jadwal, pada saat pra siklus 48,39%, di siklus 1 dan 2 naik menjadi 74,19% dan 90,32%. Dalam pelaksanaan studi lapang yang di monitor, pada saat pra siklus 0%, di siklus 1 dan 2 naik masing-masing 100%. Pada saat, muncul ide baru dalam pembuatan laporan, pra siklus 22,58% dan siklus 1 dan 2 masing-masing 100 %. Mendasarkan kondisi yang ada, maka nampak ada perubahan budaya belajar dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 2 yakni dari 31,45% dari seluruh peserta yang melakukan seluruh aktivitas belajar, naik menjadi 87,10 % dan 95,16%. Dari data ini, nampak meningkatnya budaya belajar IPS di mahasiswa RS 14 A. Hal ini sesuai

dengan yang dikatakan oleh Koentjaringrat, bahwa dalam suatu masyarakat, terjadi perubahan-perubahan individual yang akhirnya akan terjadi pada seluruh masyarakat. Kelas RS 14 A merupakan masyarakat belajar IPS angkatan 14 di kelas A. Masyarakat belajar ini terdiri dari beberapa individu yakni 31 mahasiswa. Dalam perkuliahan yang merupakan aktivitas interaksi sosial baik antar mahasiswa, maupun maha siswa dan dosen, ada pengaturan organi sasi belajar, sehingga memunculkan interaksi yang berupa aktivitas-aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang sering dilakukan dalam perkuliahan, akan meng hasilkan kebiasaan-kebiasaan belajar, dan lama-kelamaan akan menjadi budaya belajar. Mahasiswa RS 14 A adalah mahasiswa tahun 1 masuk di perguruan tinggi, sehingga perlu ada adaptasi dalam belajar di Perguruan tinggi. Proses adaptasi memerlukan waktu dan tindakan secara khusus. Hal ini nampak, pada budaya belajar IPS yang menunjukkan adanya dinamika (perubahan) dalam belajar. Yang semula, belajar tidak menggunakan lapangan (studi lapang), gaya belajar mahasiswa berbeda dengan gaya belajar ketika perkuliahan menggunakan lapangan.

(10)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 10

Jadi ada dinamika budaya belajar IPS mahasiswa kelas RS 14 A.

Upaya peningkatan motivasi belajar melalui dinamika budaya belajar. Berdasar tabel 2, peningkatan motivasi belajar dapat disajikan dalam bentuk diagram batang berikut.

Gambar 2

Diagram Batang Peningkatan Motivasi Belajar IPS Pra Siklus, Siklus 1

dan Siklus 2

Nampak pada gambar 2, bahwa motivasi belajar IPS mengalami peningkatan yang signifikan dari motivasi belajar yang rendah, menjadi motivasi belajar yang tinggi. Demikian pula terjadi pada tindakan yang diberikan melalui dinamika budaya belajar, yang pelaksanaannya dapat dilakukan hampir mencapai 100 %. Penjelasan rinci disampaikan melalui gambar 3 berikut ini.

Gambar 3

Pelaksanaan Tindakan Dinamika Budaya

Pelaksanaan tindakan dalam pembelajar an IPS, ada 4 aktivitas tindakan dalam si klus 1 dan siklus 2. Nampak dalam gambar 3, bahwa aktivitas tindakan yang dilaksanakan dalam perkuliahan hampir mencapai 100 %. Dalam siklus 1, aktivitas yang dapat dilakukan mencapai 87,10 %. Aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh seluruh mahasiswa ada lah aktivitas dalam mengemukakan ide dalam diskusi, dan keberanian melaku kan presentasi masing-masing mencapai 8 orang (25,81% dari 31 mahasiswa). Adanya mahasiswa yang tidak dapat melakukan aktivitas, kemudian didorong untuk mau dan berani melakukan aktivitas, sehingga pada siklus 2, aktivitas yang dapat dilaksanakan mencapai 95,16 %. Aktivitas yang tidak dapat dilaksanakan masih seperti pada siklus 1, namun jumlah mahasiswa su dah berkurang, yakni masing-masing menjadi 3 mahasiswa 9,68%. Dengan demikian, tindakan yang dilaksanakan

0 50 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Motivasi 0 50 100 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Series1

(11)

Semnas Pendidikan PGSD UMP 11

dapat dikatakan efektif, karena di siklus 2 telah mencapai lebih dari 90 %, semua aktivitas dapat dilakukan dengan baik. Mendasarkan pada tindakan yang efektif dilaksanakan, maka motivasi belajar dapat meningkat, dan peningkatan yang terjadi adalah signifikan. Hal ini ditunjuk kan oleh kondisi pra siklus yang memi liki motivasi belajar yang rendah, kemu dian meningkat menjadi memiliki moti vasi belajar tinggi pada siklus 1 dan siklus 2.

4. Penutup

Berdasar hasil penelitian dan pembahas an, maka simpulan yang didapat adalah: (1) motivasi belajar IPS mahasiswa Kelas RS 14 A meningkat dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 2, yang ditunjuk kan oleh tingkat motivasi yang rendah meningkat secara signifikan menjadi tingkat motvasi tinggi mulai dari siklus 1, (2) Dinamika budaya belajar IPS mahasiswa kelas RS 14 A terjadi setelah ada tindakan yang diberikan, berupa aktivitas budaya belajar IPS, yakni memunculkan ide dalam diskusi kelompok, melaksanakan presentasi, melaksanakan studi lapang dan membuat laporan, (3) Upaya peningkatan motivasi belajar melalui dinamika budaya belajar

IPS terbukti, yang ditunjukkan oleh perbandingan persentase motivasi belajar dari pra siklus, ke siklus 1 dan siklus 2 yakni 66,67%: 85,42%; 100%.

Daftar Acuan

Anonim. 2006. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Dit. P2TK & KPT. Dikti. 2004. Dunia

Mahasiswa Dunia Kemandirian. Booklet.

Horton & Hunt, 2006.

Keller, J. M. 1983. Motivational Design of Instruction. Dalam Charles M. Reigeluth (Ed.), Instructional Design Theories and Models: An Overview of Their Current Status. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Kemmis dan Robin Mc. Taggart. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University Press. Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Ilmu

Anthropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman. A,M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Slavin, E. Robert. 1992. Cooperative Learning. Maryland: John Hopkins University.

Wardani Naniek Sulistya dan Susiyanto. 2014. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari Press. p. 72.

Zulela. 2012. Ketrampilan Menulis Narasi melalui Pendekatan Konstruktivisme di Sekolah Dasar. Berkala Sekolah Dasar. Kajian Teori dan Praktik Pendidikan. Tahun 21 No. 1, Mei 2012.

Gambar

Diagram Batang Peningkatan Motivasi  Belajar IPS Pra Siklus, Siklus 1

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill net” adalah jar ing insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan

Berdasarkan hasil penelitian bauran pemasaran dan ekuitas merek pada benih merek Cap Kapal Terbang diperoleh kesimpulan bahwa hanya faktor promosi dan faktor

Kandungan serat pangan dalam tepung kelapa secara signifikan lebih besar dibandingkan pada sumber serat lainnya seperti tepung gandum, kasava, kentang, beras, dan

Sedangkan indikator yang dikembangkan pemerintah RI tentang pembangunan pariwisata berkelanjutan (Anonim, 2000) adalah: 1) kesadaran tentang tanggungjawab terhadap lingkungan,

For example, collectivism (individualism) as an aspect of culture will determine the extent to which a person likes engaging in social activities. Similarly, extroversion as

174.999.200,- ( Seratus tujuh puluh empat juta sembilan ratus. sembilan puluh sembilan ribu dua

Sistem keamanan atm seperti yang di terapkan belakangan ini belum sepenuhnya mampu untuk membuat sistem berjalan secara secure , berbagai serangan dan ancaman

Puji syukur atas karunia yang Allah swt berikan, atas limpahan rahmat dan kasih sayang- Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan