Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat Formasi Baturaja
di Jalur Lintasan Way Penandingan, Linggapura, Lampung Tengah,
Provinsi Lampung, Indonesia
Dedy Pratama*
a, Dr. Ir. Bambang Priadi, DEA.
b, Danni Gathot Harbowo, S.Si., M.T. *
aa Program Studi Teknik Geologi, Institut Teknologi Sumatera b Program Studi Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung
* Corresponding E-mail: dedyp.geo@gmail.com
Abstract:
The research area is located in Linggapura Village, Selagailingga District, Central Lampung Regency, Lampung Province which is included in the South Sumatra Basin at the southern. Based on regional geology, Linggapura is in the palembang lane so that it is rich in sedimentary rocks including limestone. The limestone found in the Linggapura area is equivalent to the Baturaja Formation which is exposed on Way Penandingan route, Linggapura Village. Based on its macroscopic and microscopic characteristics, this rock is divided into 3 facies, namely: (1) Bioclastic Wackestone Facies, (2) Bioclastic Packstone Facies, and (3) Bioclastic Grainstone Facies. The limestone deposition environment is estimated to be deposited in a restrict shelf environment to open shelf.Keywords:
Linggapura, South Sumatra Basin, Baturaja Formation, Facies, Depositional Environment.Abstrak:
Daerah penelitian terletak di Desa Linggapura, Kecamatan Selagailingga, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung yang termasuk kedalam Cekungan Sumatra Selatan diujung paling selatan. Berdasarkan geologi regional, Linggapura berada pada lajur palembang sehingga kaya akan batuan sedimen termasuk batugamping. Batugamping yang ditemukan pada daerah Linggapura di setarakan dengan Formasi Baturaja yang tersingkap pada jalur lintasan Way Penandingan, Desa Linggapura. Berdasarkan ciri secara makroskopis dan mikroskopis, batuan ini dibagi menjadi 3 fasies, yaitu: (1) Bioclastic Wackestone Facies, (2) Bioclastic Packstone Facies, dan (3) Bioclastic Grainstone Facies. Lingkungan pengendapan Batugamping ini diperkirakan terendapkan pada lingkungan restrict shelf hingga open shelf.Kata Kunci : Linggapura, Cekungan Sumatera Selatan, Formasi Baturaja, Fasies, Lingkungan Pengendapan.
Pendahuluan
Cekungan Sumatra Selatan (South Sumatra Basin) termasuk ke dalam cekungan busur belakang (back-arc basin) [2]. Berdasarkan peta geologi regional lembar Kotaagung, disebutkan bahwa Formasi Baturaja tersusun atas Batugamping terumbu, Kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan, dan Napal [1]. Batugamping yang ditemukan terletak dibagian tengah pada jalur lintasan Way Penandingan (Gambar 1). Keberadaan Formasi Baturaja menggambarkan proses sedimentasi terjadi pada lingkungan laut.
Tujuan dalam penelitian ini nantinya untuk mengetahui fasies dan lingkungan pengendapan Batugamping di jalur lintasan Way Penandingan dengan melakukan pengukuran stratigrafi. Pengukuran dilakukan pada daerah penelitian dilakukan disepanjang aliran sungai ini. Penetapan awal lokasi pengukuran profil penampang stratigrafi (PPS) dilakukan pada awal kemunculan batuan karbonat berupa satuan batugamping.
1.1.Lokasi Penelitian
Secara administrasi, lokasi penelitian terletak di Desa Linggapura, Kecamatan Selagailingga, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, terletak pada koordinat 48 M 475000-482000 UTM dan 48 M 9438000-9445000 UTM.
1.2.Tatanan Geologi Regional
Secara fisiografi, daerah penelitian terletak dilereng timur Pegunungan Barisan yang merupakan bagian paling selatan Cekungan Sumatra Selatan [5]. Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan berumur Tersier berarah baratlaut-tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Pegunungan Barisan di sebelah baratdaya, paparan sunda di sebelah timurlaut, tinggian lampung di sebelah tenggara, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah baratlaut yang memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatra Tengah [8].
Dalam tatanan tektonik regional, yang berkembang di Cekungan Sumatra Selatan, meliputi: (1) fase kompresional berumur Jura Atas - Kapur Bawah, (2) fase ekstensional berumur Kapur Atas - Tersier Bawah, (3) fase ekstensional kedua berumur Miosen Awal - Miosen Tengah, (4) fase kompresional berumur Pliosen - Plistosen [8].
Metode
Metode yang digunakan dalam studi ini meliputi pengumpulan data dengan melakukan pengukuran profil penampang stratigrafi (PPS) di Way Penandingan. Hasil pengukuran PPS akan didapatkan komponen yang diperlukan untuk menentukan suatu fasies seperti litologi, struktur sedimen, fosil, dan arah arus purba [8]. Penamaan fasies batuan merujuk pada nama batuan penyusun dari fasies berdasarkan klasifikasi batugamping [3]. Fasies yang didapatkan akan dibandingkan dengan model fasies karbonat [9], [4], dan
[7]. Dalam melengkapi data yang ada, beberapa sampel batuan dilakukan analisa petrografi (3 sampel) menggunakan mikroskop polarisasi dan analisa mikropaleontologi (2 sampel) menggunakan mikroskop binokuler. Metode ini dijelaskan secara skematik dalam diagram alir penelitian (Gambar 2).
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran profil penampang stratigrafi (PPS) pada jalur lintasan Way Penandingan didapatkan ketebalan 11 meter (Gambar 3). Kolom Stratigrafi hasil pengukuran dilengkapi dengan hasil analisis petrografi dan mikropaleontologi pada sampel yang dipilih pada Gambar 2. Dari hasil PPS yang dilakukan, maka kolom stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 fasies dan 2 lingkungan pengendapan.
1. Bioclastic Wackestone Facies
Dalam pengamatan secara makroskopis, batugamping ini berwarna kuning kecoklatan, ukuran butir pasir sedang-kasar, mengandung pecahan cangkang kerang dan foraminifera besar, berlapis (Gambar 4).
Gambar 4. Kenampakan Bioclastic Wackestone Facies
Karakteristik batugamping yang dijumpai pada lokasi PPS dalam pengamatan sayatan tipis, batuan ini warna coklat pucat, masif, kastika fragmental sangat kasar, butiran karbonat hadir berupa fosil utuh dan pecah beragam ukuran dan jenisnya, terdiri atas moluska, koral, foraminifera bentonik dan fosil lain yang tak terperi karena pecah dan sangat halus, interklastika kepingan batugamping lumpuran, rongga didalam fosil terisi lumpur karbonat yang telah terganti menjadi mikrosparit kalsit mosaik anhedral-granular sangat halus secara spoted (Gambar 5).
Gambar 5. Sayatan tipis Bioclastic Wackestone Facies [3]
Dalam preparasi mikrofosil yang dilakukan pada sampel SLD051 didapatkan fosil bentonik berupa Gyroidinoides girardanus, Karreriella sp., Vaginulina bradyl, Ammobaculites agglutinans, dan Globobulina gibba. Sementara dari sampel tersebut tidak ditemukan fosil plantonik. Berdasarkan kenampakan yang teramati pada batugamping di lapangan, keterdapatan satuan ini disebabkan akibat adanya kondisi pada muka air laut, dimana batugamping hanya akan terbentuk pada lingkungan laut mulai dari neritik hingga bathial atas. Berdasarkan ukuran butir pada batugamping ini berupa pasir sedang hingga kasar mengindikasikan bahwa satuan ini berada pada lingkungan bathimetri yang tidak terlalu dalam yaitu disekitar neritik. Penentuan lingkungan pengendapan juga dilakukan berdasarkan analisis kandungan fosil foraminifera bentonik pada sampel SLD051. Pada sampel SLD051 hasil analisis yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa batuan ini terendapkan pada Lagoon - Middle Neritic [6].
Pada umumnya batugamping ini sesuai dengan Standard Microfacies Types (SMF) [4] yaitu SMF 8: Wackestones or floatstones with whole fossils yang merupakan penciri
Facies Zone (FZ) dari FZ 7: Bagian dalam paparan atau laut terbuka, pada model lingkungan pengendapan paparan karbonat tertutup (rimmed) [10] (Gambar 6). Batugamping bioclastic wackestone ini juga diendapkan pada lingkungan pengendapan batuan karbonat berupa
open shelf [7].
Gambar 6. Model lingkungan pengendapan bioclastic wackestone facies
2. Bioclastic Packstone Facies
Kenampakan di lapangan, batugamping ini dicirikan Batugamping: warna segar coklat cerah dan lapuk warna coklat kehitaman, ukuran butir pasir sedang-kasar, struktur masif, terdapat foraminifera besar, pecahan cangkang, yang mengalami kristalisasi (Gambar 7).
Gambar 7. Kenampakan Bioclastic Packstone Facies
Batuan karbonat bioclastic packstone yang dijumpai pada saat PPS dalam sayatan tipis memiliki karakteristik berwarna kecoklatan pucat, masif, kastika fragmental sangat kasar, butiran hadir dikuasai oleh litoklastika kepingan batugamping bioklastika, batugamping terumbu koral - ganggang - bryozoa, foraminifera bentik besar, sebagian kepingan terkristalisasi, matriks lumpur karbonat yang sebagian kecil telah terubah menjadi mikrosparit kalsit mosaik anhedral-granular sangat halus
spoted (Gambar 8).
Gambar 8. Sayatan tipis Bioclastic Packstone Facies [3]
Dalam preparasi mikrofosil yang dilakukan pada sampel SLD052 didapatkan fosil bentonik berupa Brizalina sp., Sigmoilina sigmoidea, Bulimina jarvisi, Vaginulina legumen, dan Brizalina dilatata. Sementara dari sampel tersebut tidak ditemukan fosil plantonik. Pada sampel SLD052 hasil analisis yang dilakukan menghasilkan kesimpulan lingkungan pengendapan batugamping berada pada Inner Neritic - Outer Neritic [6].
Pada umumnya batugamping ini sesuai dengan Standard Microfacies Types (SMF) [4] yaitu SMF 16: Peloid grainstone or packstone. Subtypes differentiate non-laminated and non-laminated rocks yang merupakan penciri
Facies Zone (FZ) dari FZ 8: Bagian dalam paparan yang terbatas, pada model lingkungan pengendapan paparan karbonat tertutup (rimmed) [10] (gambar 9). Batugamping bioclastic wackestone ini juga diendapkan pada lingkungan pengendapan batuan karbonat berupa
restricted shelf [7].
Gambar 9. Model lingkungan pengendapan bioclastic packstone facies
3. Bioclastic Grainstone Facies
Batugamping ini dicirikan berwarna putih abu-abu segar dan lapuk berwarna agak kecoklatan, ukuran butir pasir kasar, struktur masif, pemilahan buruk, mengandung pecahan cangkang kerang dan foraminifera (Gambar 10).
Gambar 10. Kenampakan Bioclastic Grainstone Facies
Karakteristik batugamping yang dijumpai pada lokasi PPS dalam pengamatan sayatan tipis, berwarna coklat kehitaman, struktur masif, pemilahan buruk, derajat kebundaran meruncing tanggung hingga membundar tanggung, mengandung bioklastika foraminifera bentik besar dan bentik kecil, pecahan ganggang, dan pecahan fosil yang tidak teridentifikasi karena sebagian telah tergantikan oleh mineral sekunder berupa sparit semu, (pseudosparit), semen berupa orthosparit kalsit mosaik
anhedral (Gambar 11). Berdasarkan ukuran butir pada batugamping ini berupa pasir sedang hingga kasar mengindikasikan bahwa satuan ini berada pada
lingkungan bathimetri yang tidak terlalu dalam yaitu disekitar neritik.
Gambar 11. Sayatan tipis Bioclastic Grainstone Facies [3]
Pada umumnya batugamping ini sesuai dengan Standard Microfacies Types (SMF) [4] yaitu SMF 18:
Grainstone or packstone with abundant foraminifera or algae yang merupakan penciri Facies Zone (FZ) dari FZ 8: Bagian dalam paparan yang terbatas, pada model lingkungan pengendapan paparan karbonat tertutup (rimmed) [10] (gambar 12). Batugamping bioclastic grainstone ini juga diendapkan pada lingkungan pengendapan batuan karbonat berupa restricted shelf
[7].
Gambar 12. Model lingkungan pengendapan bioclastic grainstone facies
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka Formasi Baturaja pada jalur lintasan Way Penandingan, Linggapura, didapatkan tiga fasies yaitu Bioclastic Wackestone Facies, Bioclastic Packstone Facies, Bioclastic Grainstone Facies. Fasies-fasies tersebut diendapkan pada dua lingkungan pengendapan yaitu
Lagoon hingga Outer Neritic.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih penulis sampaikan kepada Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera yang telah mendanai penelitian ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Bambang Priadi, DEA. dan Bapak Danni Gathot Harbowo, S.Si., M.T. yang telah membimbing penulis dan mendukung seluruh kegiatan penelitian ini.
References
[1] Amin, T.C, Sidarto, S.Santosa, dan W.Gunawan. 1993. Laporan Pemetaan Geologi Lembar Kota Agung, Sumatera. Bandung (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
[2] Daly, M.C., Hooper, B.G.D., Smith, D.G., 1987. “Tertiary Plate Tectonics and Basin Evolution in Indonesia. Indonesian Petroleum Association.” 16th Annual Convention Proceedings. No. 399-428.
[3] Embry A.F. and Klovan J.E. 1971. “A Late Devonian Reef Tract on North-Eastern Bannks Island”. Bulletin of Canadian Petroleum Geology. Vol. 19: 730-781.
[4] Flugel, E., 1982. Microfacies Analysis of Limestone. Springer-Verlag Inc. Berlin, Heidelberg. p 633.
[5] Gafoer. S., Burhan. G., Purnomo J., 1986. Laporan Geologi Lembar Palembang, Sumatera Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
[6] Murray, J. W., 1973. Distribution and Ecology of Living Benthic Foraminiferids. London (UK): Heinemann Educational Books Ltd. [7] Nichols, G., (2009). Sedimentology and Stratigraphy Second
Edition. London (UK): Wiley-Blackwell.
[8] Pulunggono, A., 1985. “The changing pattern of ideas on Sundaland within the last hundred years, its implications to oil exploration”. Proceedings 14th Annual Convention Indonesian Petroleum Association. Vol. 1: h. 347- 348.
[9] Selley, R. C. 1985. Ancient Sedimentary Environments Third Edition. Ithaca, New York (US): Cornell University Press. [10] Wilson, J. L, 1975. Carbonate Facies in Geologic History. New