• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amri Yahya dan Sydney University Labor Club Ron Witton *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Amri Yahya dan Sydney University Labor Club Ron Witton *"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Amri Yahya dan Sydney University Labor Club

Ron Witton *

Di Benteng Vredeburg di Yogyakarta, salah satu tempat wisata utama di kota itu, ada sebuah lukisan oleh Amri Yahya, seorang pelukis Indonesia yang terkenal,. Lukisan tersebut yang sampai sekarang kurang diperhatikan, berjudul Lukisan Perjuangan dari Agresi Belanda I s / d Renville.

Lukisan ini sangat menarik bagi pengunjung Australia karena memperingati dukungan yang diberikan oleh anggota Sydney University Labor Club (Persatuan Buruh Universitas Sydney) kepada Republik Indonesia pada waktu perjuangan kemerdekaan. Pelukis menggambarkan sebuah contoh dramatis dukungan rakyat Australia untuk Republik yang masih muda.

Amri Yahya

Sumber: http://miesehati.com/wp-content/uploads/2010/12/amri-yahya.jpg

Amri Yahya lahir di Palembang pada tahun 1939 dan tinggal sebagian besar hidupnya di Yogyakarta sebagai dosen di Universitas Umum Yogyakarta (UNY). Dia meninggal pada bulan Desember 2004 dalam keadaan depresi berat setelah kebakaran galerinya di Yogyakarta yang menghancurkan hampir semua kumpulan seninya, termasuk lukisan2-nya yang paling awal.

Lukisan Perjuangan dari Agresi Belanda Pertama sampai Perjanjian Renville terdiri dari empat 'bingkai', masing-masing menggambarkan peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Bingkai pertama (kiri atas) menggambarkan sebuah adegan dari konflik yang kemudian dikenal sebagai Agresi Militer Pertama. Pada tanggal 20 Juli 1947 Belanda, yang menuntut sudah terjadi

(2)

pelanggaran atas Persetujuan Linggadjati pada bulan November 1946, meluncurkan apa yang disebutnya ‘aksi polisi' yang tujuannya menghancurkan Republik Indonesia yang baru didirikan.

Pasukan Belanda dengan pejuang Indonesia yang ditangkapnya Sumber: http://www.verzetsmuseum.org

Bingkai kedua lukisan tersebut (kanan atas) menggambarkan badai protes di seluruh dunia melawan agresi Belanda itu, termasuk unjuk perasaan di Australia.

Demonstrasi yang paling terkenal di Australia terjadi pada tanggal 25 Juli 1947. Dua hari sebelumnya,

Sydney University Labor Club mengundang Muriel Pearson, seorang Skotlandia yang bersemangat,

untuk memberi ceramah tentang revolusi Indonesia. Wanita ini sebetulnya telah mengadopsi identitas Indonesia dan lebih terkenal dengan nama K'tut Tantri. Dia sudah lama pendukung setia revolusi Indonesia. Selama pendudukan Jepang K'tut Tantri tetap tinggal di Indonesia dan selama waktu itu dia menyiarkan di radio dan dikenali dengan nama ' Surabaya Sue'. Lama-kelamaan dia menjadi rekan Sukarno dan pemimpin revolusioner lain di Indonesia. Pada tahun 1947 dia dikirim oleh gerakan revolusi ke Australia untuk memperkuatkan dukungan internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.

‘Sourabaya Sue di Freemantle’, Daily News, 14 Juni 1947

Pidato K'tut Tantri di Universitas Sydney yang penuh semangat mengecam pasukan Belanda atas pelanggarannya Perjanjian Linggadjati. Jan Lingard dalam bukunya Refugees and Rebels:

(3)

masa perang Australia], melaporkan bahwa Tantri melukiskan gambaran gamblang perasaan putus asa para pejuang Indonesia:

'... tidak siap berperang melawan pesawat dan tank Belanda. Tentara mereka berpakaian compang-camping dengan hanya tombak bambu ... hanya sedikit dokter atau rumah sakit dan mereka kekurangan obat-obatan.’

Sydney University Labor Club students, penuh gairah oleh karena pidato K’tut Tantri yang bersemangat, segera merencanakan sebuah unjuk perasaan untuk mendukung perjuangan Indonesia. Informasi tentang demonstrasi yang direncanakan dilaporkan pada halaman pertama Sydney Morning Herald pada tanggal 25 Juli 1947. Dilaporkan juga banyak ungkapan dukungan Indonesia lain yang direncanakan oleh berbagai macam serikat pekerja Australia dan gereja-gereja.

Sydney Morning Herald, 25 Juli 1947

Mahasiswa dari Sydney University Labor Club bergabung dalam unjuk perasaan dengan pendukung Indonesia lain, termasuk sejumlah besar pekerja dermaga yang telah mencegah keberangkatan dari Sydney kapal-kapal Belanda yang penuh persenjataan yang seharusnya membantu pasukan Belanda di Indonesia. Unjuk perasaan tersebut diadakan di depan Konsulat Jenderal Belanda di Margaret Street di pusat kota Sydney dan diserang dengan sangat kejam oleh polisi NSW. Konsekuensi kekerasan semacam itu melambangkan cara polisi NSW pada masa itu menghadapi demonstrasi politik. Edisi berikutnya dari Sydney Morning Herald (26 Juli 1947) memiliki foto-foto grafis dari huru-hara.

Halaman pertama, Sydney Morning Herald, 26 Juli 1947

Demonstrasi tersebut dilaporkan secara luas di Indonesia dan inilah yang kemudian mengilhami Amri Yahya untuk memasukkan plakat Sydney University Labor Club yang ada di foto di halaman depan Sydney Morning Herald dalam lukisannya. Sydney Morning Herald juga melaporkan bahwa 'Nyonya Ketoet Tantri yang dikenal sebagai Sourabaya Sue' hadir di demonstrasi itu.

Sebelum kejadian ini, perasaan rakyat Australia yang mendukung revolusi Indonesia sudah menjadi sebegitu kuat bahwa pemerintah federal yang dipimpin oleh Perdana Menteri Ben Chifley dipaksa minta pemerintah Belanda yang diasingkan ke Australia melepaskan tahanan politik Indonesia yang dibawanya ke Australia dari tempat tahanan politik di Irian Barat. Mantan tahanan politik ini telah

(4)

menjadi aktif di Australia, bekerja dengan serikat pekerja dan aktivis politik Australia, untuk mempublikasikan kemerdekaan Indonesia dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Bingkai ketiga (kiri bawah) menggambarkan tindakan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) oleh delegasi Indonesia untuk membawa agresi Belanda ke perhatian dunia.

Pada tanggal 31 Juli 1947, segera setelah demonstrasi di Sydney, Australia dan India dalam sebuah langkah dramatis bersama-sama dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang baru dibentuk, berusaha supaya PBB mengambil tindakan untuk menghentikan pertempuran di Indonesia dan merujuk perselisihan Indonesia ke Dewan Keamanan.

Sumber: National Library of Australia http://nla.gov.au/nla.news-page1008126

Perdana Menteri Australia, Ben Chifley, meminta Pasal 39 dipakai untuk memerintahkan penghentian permusuhan dan kemudian langkah lebih lanjut diambil untuk memulihkan perdamaian. Sydney

Morning Herald melaporkan di halaman depan pada tanggal 31 Juli 1947 bahwa "Ini adalah pertama

kalinya dalam sejarah Dewan Keamanan, bahwa permintaan pemakaian pasal ini telah dilakukan, kata Chifley."

Pada tanggal 12 Agustus 1947 di Lake Success, New York, PBB mengadakan diskusi antara perwakilan Belanda dan Indonesia .. Dalam lukisan tersebut, di belakang Sjahrir ada tiga tokoh penting delegasi Indonesia. Di sebelah kiri adalah Soedjatmoko (dikenal oleh teman-temannya sebagai 'Koko'), seorang intelektual Indonesia yang signifikan yang banyak menulis tentang isu-isu sosial dan politik dan menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk PBB dan Rektor Universitas UN di Jepang. Di balik Soedjatmoko adalah Soemitro Djojohadikoesoemo yang kemudian menjadi menteri keuangan. Di tengah lukisan tersebut adalah Charles Tambu, seorang pengacara Sri Lanka yang tinggal di Singapura sebelum Perang Dunia k-II dan yang dulu ditangkap oleh orang Jepang dan dibawa ke Jakarta dan ditempatkan di sebuah 'kamp Radio' dan diberi tugas Memantau siaran sekutu dalam bahasa Inggris. Ia menjadi pendukung efektif gerakan kemerdekaan Indonesia dan kemudian menetap di Indonesia. Pada tahun 1960-an ia menjadi salah satu musuh paling keras dari Sukarno, melalui korannya Times of Indonesia di Jakarta.

(5)

Delegasi Indonesia tiba sebelum pertemuan Dewan Keamanan PBB di Lake Success: (kiri ke kanan): Agus Salim, Menteri Luar Negeri; Dr. Soemitro, Menteri Keuangan; Mantan Perdana Menteri Sutan Sjahrir, Duta Besar dengan berkuasa penuh; dan C. Thamboe, Menteri Luar Negeri.

Sumber: Arsip Foto UN.

Bingkai keempat (kanan bawah) menggambarkan perundingan Januari 1948, di bawah naungan Dewan Keamanan PBB, antara Belanda dan Indonesia. Perundingan tersebut diadakan di USS Renville yang berlabuh di Teluk Jakarta dan perundingan itu menghasilkan Perjanjian Renville. Kesepakatan tersebut merupakan upaya yang tidak berhasil untuk menyelesaikan perselisihan yang muncul setelah penghentian Perjanjian Linggadjati tahun 1946. Delegasi Republik dipimpin oleh Perdana Menteri, Amir Sjarifuddin, dengan tokoh politik Kristen terkemuka, Johannes Leimena, sebagai wakilnya.

Foto yang diambil pada tanggal 17 Januari 1948 di dek USS Renville (kanan ke kiri): Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Setiadjit, Johannes Leimena, H. Agus Salim, Ali Sastroamidjojo, dan Latuharhary.

Sumber: leimena.org

Kejadian selanjutnya yang digambarkan dalam lukisan

Pada bulan Desember 1948, hampir tidak ada di Australia yang menentang boikot barang dan perdagangan terhadap Belanda, dan Australia meningkatkan bantuannya ke Republik Indonesia. Konferensi Meja Bundar Agustus-November 1949 menghasilkan perpindahan kedaulatan resmi. Pada Konferensi tersebut, perundingan diadakan antara Republik Indonesia dan Belanda sebagai dua pihak yang bersengketa, di bawah kepemimpinan Amerika Serikat, yang oleh kedua belah pihak yang bersengketa tersebut dipandang sebagai 'kekuatan netral'.

(6)

The Round Table Conference in session Konferensi Meja Bundar di sesi

Sumber: wikipedia

Untuk mewakili mereka di Konferensi, Belanda memilih Belgia, sebuah kekuatan jajahan yang memihak Belanda. Indonesia memilih Australia dan pilihan ini sangat berlainan dengan yang diperkirakan umum, yaitu negara India yang baru merdeka. Pilihan ini mungkin bisa difaham oleh karena ada dukungan rakyat Australia yang sebitu kuat terhadap Indonesia sebagaimana tercermin dalam lukisan Amri Yahya. Delegasi Australia dipimpin oleh seorang hakim Australia, Sir Richard Kirby, yang usahanya sebegitu tangguh untuk Indonesia menjadi terkenal di Indonesia dan

mengakibatkan suatu penghargaan yang langka, untuk seorang yang bukan Indonesia, yaitu Bintang Jasa Utama.

Yogyakarta, 16 November 1947, Ketua Good Offices Committee (GOC) Hakim Kirby mengajukan usulan Belanda

(7)

*****

Pada tahun 1960, K'tut Tantri mengarang Revolt in Paradise [Pemberontakan di Surga], sebuah buku yang menceritakan riwayat hidupnya. Buku ini menjadi sangat populer di Australia dan di seluruh dunia. Pada tahun 1983, pada usia 85, K'tut Tantri meninggalkan Indonesia dan kembali ke Australia untuk melanjutkan usahanya agar sebuah film dibuat tentang kehidupannya. Walaupun selama lebih dari 30 tahun ada minat oleh berbagai pengusaha film, baik di Hollywood maupun di Australia, filmnya tidak sampai dibuat. Akan tetapi, pada tahun 1997 diterbitkan sebuah biografi tentang K’Tut Tantri (The Romance of K'tut Tantri and Indonesia) oleh Tim Lindsey yang berhasil menjadi dekat dengan K’Tut Tantri pada akhir kehidupannya. K'tut Tantri, pada usia sembilan puluhan dan dengan kesehatan yang parah, menjadi pertapa sosial di Hyde Park Hotel yang modis di Sydney.

* Ron Witton (rwitton44@gmail.com) bergelar BA dan MA dalam Studi Bahasa Indonesia dan Malaya dari Universitas Sydney, dan PhD dari Cornell. Dia dulu dosen di universitas di Australia dan di Indonesia dan sekarang bertindak sebagai penerjemah Indonesia. Versi pertama artikel ini muncul sebagai 'Australia dan Indonesia: sebuah sejarah seni', SAM [Sydney Alumni Magazine], Spring 2009

Gambar

Foto yang diambil pada tanggal 17 Januari 1948 di dek USS Renville (kanan ke kiri): Perdana  Menteri Amir Syarifuddin, Setiadjit, Johannes Leimena, H

Referensi

Dokumen terkait

Uji perbedaan mean akhir, diperoleh hasil mean dari kelompok eksperimen 1 (latihan forehand drive dengan variasi bertahap depan ke belakang) adalah 18.91 dan eksperimen 2

Retinopati pneumatik merupakan metode yang sering digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina.Tujuan

Pustakawan sesuai dengan peran dasarnya, dalam menyediakan akses dapat bertindak sebagai pembimbing terutama bagi pengguna baru, konsultan seperti layaknya fungsi

pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi

Penelitian Harto (2005) ditemukan bahwa strategi diversifikasi usaha perusahaan yang dilakukan oleh mayoritas perusahaan belum memberikan hasil yang optimal terhadap

Komisi Bersama bertanggung jawab untuk meninjau kembali secara berkala pelaksanaan Persetujuan ini, dan memberikan saran kepada Pemerintah mereka dengan

[r]

Terapi latihan dapat mengurangi nyeri yaitu dengan menggunakan Active exercise karena dilakukan secara sadar dengan perlahan lahan hingga mencapai lingkup gerak sendi yang penuh