• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Larutan Asam Basa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Larutan Asam Basa"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh

HUSNAWATI NURULLAH

NIM : 107016200777

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Husnawati Nurullah. Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada Konsep Larutan Asam Basa (Penelitian Tindakan Kelas Pada SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang). Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dosen Pembimbing Tonih Feronika, M.Pd dan Dedi Irwandi, M.Si.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang kelas XI IPA 3 melalui observasi dan wawancara, ditemukanlah masalah pembelajaran yaitu hasil belajar kimia yang rendah pada konsep larutan asam basa, metode pembelajaran yang digunakan terbatas pada ceramah dan tanya jawab, dan keterbatasan alat dan bahan eksperimen, maka diberikanlah solusi dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan pada konsep tersebut dengan diterapkannya pendekatan inkuiri. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 3 dengan 6 siswa dan 24 siswi. Hasil belajar kimia pada konsep larutan asam basa dapat ditingkatkan dengan pendekatan inkuiri yang sesuai dengan materi; bimbingan dan arahan guru dalam pembelajaran; dan menggunakan LKS yang sesuai dengan alat dan bahan serta cara kerja yang tepat. Hasil pembelajaran pada siklus I rata-rata nilai siswa sebesar 71,6 dengan persentase ketercapaian KKM sebesar 46,6%, pada siklus II rata-rata nilai siswa sebesar 73,7 dengan persentase ketercapaian KKM sebesar 80%. Tindakan ini diberikan pada siklus II karena tercapainya nilai diatas KKM dengan persentase 75% sebagai indikator keberhasilan.

(6)

v

Husnawati Nurullah. The Aplication of The Inquiry Approach to The Concept of Solution of Acid-Base (Classroom Action Research in State Senior High School 11, Tangerang Regency). Chemistry Education Study Program Majoring Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The Advisors are Tonih Feronika, M.Pd and Dedi Irwandi, M.Si.

Preface study result conducted by observation and interview in State Senior High School 11 Tangerang, Science class XI-3 was found learning problems. Those are the low chemical learning outcome of solution of acid-base concept, teaching method was limited to lecturing and interactive, and the limitations of experimental tools and materials. Therefore, it was given the solution on the learning so the student outcome could be improved in solution of acid-base concept. It was done by applying inquiry approach. The research was conducted in a science class XI-3 with 6 male students and 24 female students. The results of a chemical study on the concept of acid-base solution can be enhanced by appropriate inquiry approach to the material;teacher’s control and guidance in the learning process; and the use of worksheet that correspond to the tools and materials as well as the proper way of working. Learning outcome of cycle I is that the average score is 71,6 with Minimum Completeness Criteria (KKM) 46,6%. And ond the cycle II, the average score is 73,7 with Minimum Completeness Criteria (KKM) 80%. The action learning was stopped on the cycle II because the researcher had reached the indicator of success in which the outstanding Minimum Completeness Criteria (KKM) score is 75%.

(7)

vi Bissmillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat dan ridhoNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat teriring salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar, Nabiyullah Muhammad saw. yang telah berjuang keras untuk menyempurnakan akhlak al- karimah serta membawa khazanah ilmu pengetahuan melalui al-Qur’an dan al-Hadits.

Berkenaan dengan skripsi ini penulis dapat menyelesaikannya karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Bapak H. Junaedi, MM, Kepala SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang yang

telah memberikan izin penelitian skripsi.

6. Ibu Rahma Aryanti, ST, Guru bidang studi Kimia di SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penelitian skripsi.

(8)

vii

Reno Purwono, Abang Fendra Alamsyah dan Ririn Sandrina, dan semoga Allah selalu memberi kemudahan di setiap urusan kita.

8. Kakanda dan keluarga: Muhammad Hasbullah, Bapak Hasanudin, Ibu Naseh, teh Dayah, teh Nur, teh Tinah dan Ka Rudin yang telah memberikan doa, motivasi, dukungan dan semangat dalam menjalani hari-hari penyusunan skripsi, semoga kita selalu diberikan rahmat oleh Allah SWT. 9. Sahabat-sahabat penulis: Jannah, Ratna, Nuy, Evi, Dahlia, Dini dan semua

teman-teman seperjuangan pendidikan Kimia angkatan 2007 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatan dan dukungannya, semoga kita selalu diberi kesuksesan.

Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pengembangan pengetahuan di dunia pendidikan sains pada umumnya.

Jazakumullah khairal jaza’ Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2014

(9)

viii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ………. 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ……… 6

D. Perumusan Fokus Penulisan ……….. 7

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ………. 7

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PERJUANGAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ………. 8

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ...………. 8

1. Pendekatan Pembelajaran ………..………. 8

2. Pendekatan Inkuiri ………... 10

3. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ……….. 13

4. Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri ………... 15

5. Hakekat Hasil Belajar ………. 16

6. Larutan Asam Basa ………. 17

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………... 24

C. Kerangka Berpikir ………. 25

D. Hipotesis Tindakan ……… 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….………….. 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 27

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ……… 27

(10)

ix

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………... 30

E. Tahapan Intervensi Tindakan ……… 30

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ………. 32

G. Data dan Sumber Data ……….. 31

H. Instrumen Pengumpulan Data ……….. 32

1. Menentukan Instrumen ... 32

2. Uji Coba Instrumen ... 35

I. Teknik Pengumpulan Data ……… 36

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ……… 36

K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data ………... 39

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ………. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Temuan Hasil Penelitian ……… 42

1. Siklus I ………. 42

a. Perencanaan ………... 42

b. Tindakan ……… 43

c. Pengamatan ..……… 44

d. Hasil Belajar ………. 48

e. Refleksi ………. 49

f. Keputusan ………. 50

2. Siklus II ………... 51

a. Perencanaan ……….. 51

b. Tindakan ……… 52

c. Pengamatan ……… 54

d. Hasil Belajar ……….. 58

e. Refleksi ……….. 59

f. Keputusan ……….. 61

(11)

x

DAFTAR PUSTAKA ……….... 67

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan ……….. 30

Tabel 3.2 Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen ...………. 32

Tabel 3.3 Lembar Observasi KegiatanSiswa ………..……… 33

Tabel 3.4 Lembar Observasi Kegiatan Guru ..……… 33

Tabel 3.5 Ranah Kognitif Indikator Pencapaian Tes Hasil Belajar …………. 35

Tabel 3.6 Teknik Pengumpulan Data ……….. 36

Tabel 3.7 Kriteria Reabilitas Instrumen ………... 38

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran ………. 38

Tabel 3.9 Pedoman Konversi Persentase ………. 40

Tabel 4.1 Kegiatan Guru dan Siswa Pada Siklus I ……….. 43

Tabel 4.2 Data Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus I ……… 45

Tabel 4.3 Data Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus I ……….. 46

Tabel 4.4 Catatan Lapangan Pada Siklus I ……….. 47

Tabel 4.5 Data Hasil Post-test Siklus I ……… 48

Tabel 4.6 Hasil Refleksi Pada Siklus I ……… 59

Tabel 4.7 Data Perbaikan Siklus I ………... 51

Tabel 4.8 Kegiatan Guru dan Siswa Pada Siklus II……….. 52

Tabel 4.9 Data Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus II ……… 54

Tabel 4.10 Data Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus II……….. 55

Tabel 4.11 Catatan Lapangan Pada Siklus II……….. 57

Tabel 4.12 Data Hasil Post-test Siklus II……… 58

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Dalam Penelitian ……….….………. 26

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas …..……….………. 28

Gambar 3.2 Bagian RancanganPenelitian ………..……… 29

Gambar 4.1 Data Rata-rata Pre-test danPost-test ………..……… 60

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Kegiatan Siswa Siklus I ………... 70

Lampiran 2 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus I ………... 72

Lampiran 3 Analisis Pretest Siklus I ………... 76

Lampiran 4 Analisis Postest Siklus I ...………. 78

Lampiran 5 Hasil Kegiatan Siswa Siklus II ...……… 80

Lampiran 6 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus II …....…… 82

Lampiran 7 Analisis Pretest Siklus II ...……….. 86

Lampiran 8 Analisis Postest Siklus II ……...……… 88

Lampiran 9 Data Nilai Siswa Kelas XI IPA ...………..………..……. 90

Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Studi Pendahuluan …..… 91

Lampiran 11 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru Studi Pendahuluan ……... 93

Lampiran 12 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Siswa Studi Pendahuluan ……... 95

Lampiran 13 Lembar Observasi Studi Pendahuluan ………... 97

Lampiran 14 Lembar Wawancara Guru Studi Pendahuluan ………...………... 100

Lampiran 15 Lembar Wawancara Siswa Studi Pendahuluan ...…….. 103

Lampiran 16 Kesimpulan Hasil Observasi Studi Pendahuluan …...….………. 107

Lampiran 17 Kesimpulan Hasil Wawancara Guru Studi Pendahuluan ...….. 109

Lampiran 18 Kesimpulan Hasil Wawancara Siswa Studi Pendahuluan …….... 111

Lampiran 19 Daftar Nilai Siswa Kelas IX IPA Studi Pendahuluan .……….… 113

Lampiran 20 Lembar Observasi Kegiatan Guru ...……….. 115

Lampiran 21 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 118

Lampiran 22 LKS Siklus I ... 120

Lampiran 23 LKS Siklus II ... 124

Lampiran 24 RPP Siklus I ... 128

Lampiran 25 RPP Siklus II ... 153

(15)

xiv

Lampiran 27 Kisi-kisi Instrumen Siklus II ... 188

Lampiran 28 Hasil ANATES Siklus I ... 196

Lampiran 29 Hasil ANATES Siklus II ... 201

Lampiran 30 Lembar Uji Referensi Dosen Pembimbing ………... 206

Lampiran 31 Surat Permohonan Izin Penelitian………...……… 214

(16)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Belajar dalam pendidikan dipandang sebagai usaha sadar dan disengaja yang dirancang dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pembelajaran pada hakekatnya diupayakan agar peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.1 Hakikat lain dari pembelajaran adalah perencanaan atau perancangan yang disiapkan guru dalam upaya membelajarkan siswa.2 Oleh karena itu dalam pembelajaran, diharapkan desain atau rancangan yang disiapkan tidak hanya membuat siswa berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga dengan keseluruhan sumber belajar yang memungkinkan untuk digunakan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Pembelajaran yang baik memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan guru dan juga lingkungan, sehingga dalam proses pembelajarannya tidak hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi pristiwa mental dan proses berpengalaman.3 Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 32 Tahun 2013 pasal 19 dikatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”4 Hal ini memperjelas bahwa skenario

1

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 261

2

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), Cet. 7, h. 84

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h. 136

4

(17)

pembelajaran yang didesain oleh guru harus berorientasi pada kegiatan siswa.

Upaya menciptakan sistem pembelajaran yang baik salah satunya dengan menggunakan suatu pendekatan pembelajaran. Penggunaan pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran juga harus diperhatikan agar tujuan pembelajarannya terarah dan dapat membantu siswa menggunakan daya intelektualnya.

Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari kualitas anak didik, salah satu tolak ukurnya adalah proses belajar siswa. Usaha peningkatan kualitas pembelajaran ini sebenarnya dapat diketahui melalui informasi mengenai keberhasilan guru dan siswa dalam berinteraksi mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, adapun proses pembelajaran merupakan kegiatan yang utama, sehingga keberhasilan siswa tergantung dari proses belajar itu sendiri.

Berdasarkan data hasil belajar siswa pada konsep larutan asam dan basa yang diperoleh dari guru bidang studi kimia, pada kelas XI-IPA 3 tahun ajaran 2011/2012 sebagian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Nilai rata-rata siswa sebesar 62,6 dengan persentase nilai di atas KKM yaitu 35% dan persentase nilai di bawah KKM yaitu 65%. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan baru dan hendaknya bersifat perbaikan.5 Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar berikutnya seharusnya belum dapat melanjutkan pokok bahasan baru dan guru hendaknya melakukan perbaikan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses kegiatan belajar mengajar, guru cenderung menggunakan metode ceramah, tanpa pemberian pengalaman langsung kepada siswa, akibatnya siswa cenderung

5

(18)

terlihat pasif, karena hanya didominasi oleh kegiatan membaca, mencatat dan mendengar penjelasan guru. Dalam berinteraksi dengan siswa, guru hanya menerapkan teknik bertanya seperti umumnya yang terjadi dalam pembelajaran. Namun hanya beberapa siswa yang merespon pertanyaan guru. Siswa juga tidak bertanya terkait materi yang dipelajari, padahal dalam menjawab tugas atau soal yang diberikan, masih ada beberapa siswa yang dibantu oleh guru dalam menyelesaikannya. Sumber ajar yang digunakan guru adalah buku paket dan LKS yang disediakan sekolah. Hal ini memberikan gambaran bahwa kegiatan pembelajaran yang terjadi selain hanya berpusat pada guru, informasi yang diperoleh siswa juga hanya bersumber pada ketersedian buku-buku kimia di sekolah. Pembelajaran seperti ini memang umum terjadi, namun dianggap jauh dari implementasi KTSP yang menuntut kemandirian guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, agar para siswa atau peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas belajarnya secara optimal sesuai dengan kemampuannya masing-masing.6

Hasil observasi dan wawancara dengan guru menganai fasilitas penunjang pembelajaran seperti laboratorium dan perpustakaan diperoleh bahwa buku-buku, alat dan bahan kimia yang tersedia masih terbatas. Bahkan selama pembelajaran kimia yang terjadi, guru belum pernah menerapkan kegiatan percobaan atau praktikum di laboratorium. Selain karena minimnya alat dan bahan kimia yang tersedia di laboratorium, guru juga enggan menerapkan kegiatan praktikum dikarenakan dalam melakukan kegiatan praktikum memerlukan banyak waktu, sedangkan materi yang harus disampaikan masih banyak.

Dari hasil observasi dan wawancara guru yang dilakukan ditemukanlah masalah bahwa hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA 3 rendah. Hal tersebut dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang terbatas pada ceramah dan tanya jawab. Dilain hal siswa pun merasa pelajaran kimia sulit karena kurang adanya penerapan dan pemberian

6

(19)

pengalaman langsung yang akan membuat siswa lebih memahami dan memaknai informasi yang diperoleh.

Oleh karena itu, peneliti mengusahakan perbaikan pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Melalui pendekatan pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya. Pembelajaran ini juga dinilai tepat dan sesuai dengan proses pembelajaran IPA yang menekankan pada kemampuan ilmiah siswa, seperti yang ditekankan oleh National Science Education Standars bahwa pemahaman konsep sains dilakukan dalam standard inkuiri.7 Inkuiri merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengorientasikan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered approach).8 Keterampilan yang harus dilakukan dalam proses inkuiri diantaranya mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana, serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, tulisan, dan sebagainya.9 Pembelajaran ini mengarahkan bahwa belajar merupakan lebih dari sekedar proses menghafal dan memupuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa itu sendiri melalui keterampilan berpikirnya.

Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual siswa tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri.10 Pembelajaran ini dapat melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

7

Zulfiani, Tonih Feronika, Kikin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 47

8

Sanjaya, op.cit., h. 197

9

Zulfiani, op.cit., h. 48

10

(20)

penemuannya dengan penuh percaya diri.11 Rangkaian kegiatan pembelajaran inkuiri ini menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.12 Sehingga siswa pun akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajarannya dan dapat mengembangkan daya intelektualnya, karena pembelajaran tersebut melibatkan seluruh kemampuan siswa dalam menemukan sendiri konsep-konsep yang ada.

Kuslan dan Stone menjelaskan bahwa inkuiri merupakan pengajaran di mana guru dan anak-anak mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan.13 Sehingga melalui pembelajaran ini diharapkan dapat menimbulkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya pada siswa.14 Jadi dapat dikatakan bahwa inkuiri dapat dijadikan sebagai pendekatan yang tepat dalam upaya mengembangkan daya intelektual siswa dan juga sikap positif siswa, yang pada akhirnya akan membuat pembelajaran yang terjadi menjadi lebih bermakna dan tentunya akan berdampak pula terhadap hasil belajar siswa seperti yang peneliti harapkan.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran kimia di kelas XI semester II adalah mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan. Pemilihan pendekatan pembelajaran inkuiri dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi larutan asam basa dilihat tepat karena materi asam basa adalah materi yang dianggap sulit bagi siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru terkait masalah dalam proses pembelajaran, peneliti mencoba untuk memberikan solusi terhadap rendahnya hasil belajar siswa tanpa mengabaikan proses pembelajaran IPA yang lebih menekankan pada

11

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), Cet. 1, h. 25

12

Junaedi, dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 6-8

13

Sri Anitah W., dkk., Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. 2, h. 7.23

14

(21)

pengalaman yang dapat berdampak pada hasil belajar. “Pengalaman belajar adalah sejumlah aktifitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai”.15 Sehingga melalui pendekatan inkuiri yang berorientasi pada siswa, pembelajaran yang terjadi tidak lagi berpusat kepada guru melainkan siswa itu sendiri dan informasi yang dapat diterima siswa pun lebih bermakna.

Dengan dilatarbelakangi masalah dan solusi pemecahannya, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Larutan Asam Basa”.

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar kimia pada konsep larutan asam basa belum mencapai KKM.

2. Penerapan metode belajar yang terbatas pada metode ceramah. 3. Sumber belajar terbatas pada informasi guru.

4. Selama proses pembelajaran siswa cenderung pasif, hanya didominasi oleh kegiatan membaca buku, mencatat dan mendengarkan penjelasan guru.

5. Penggunaan laboratorium sebagai sarana pembelajaran yang belum dioptimalkan karena berbagai faktor.

C.

Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan pada penggunaan pendekatan inkuiri dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep larutan asam basa, yaitu:

1. Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep larutan asam basa,

15

(22)

2. Penggunaan pendekatan inkuiri,

3. Subjek penelitian terbatas pada kelas XI-IPA 3, 4. Penilaian dilakukan pada ranah kognitif siswa.

D.

Perumusan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini: “Bagaimana upaya penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep larutan asam basa?”.

E.

Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan pendekatan inkuiri pada konsep larutan asam basa. Sedangkan kegunaan hasil penelitian ini diantaranya:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar, dan memotivasi siswa dalam belajar kimia dengan menerapkan kegiatan praktikum melalui keterampilan proses siswa.

2. Bagi guru dan sekolah dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan pendekatan inkuiri yang berorientasikan pada keterampilan proses siswa.

(23)

8

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan (approach) merupakan suatu titik tolak atau sudut pandangan terhadap proses pembelajaran.1 Pendekatan bersifat filosofis paradigmatik, yaitu dasar dari aplikasi strategi dan metode.2 Pendekatan merupakan dasar untuk menentukan strategi pembelajaran yang diwujudkan melalui suatu metode, dan metode merupakan alat yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi pembelajaran.3 Dengan kata lain pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi, dan suatu strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai jalan yang akan dilalui oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan intruksional pada suatu satuan intruksional tertentu.4 Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran yang diorientasikan pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari suatu konsep, prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.5 Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip atau teori baru yang diorientasikan melalui pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa itu sendiri dalam proses pembelajarannya.

1Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2011), Cet.ke-8, h. 127

2

Junaedi, dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 3-8

3

Ibid.,h. 3-8

4

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.ke-1, h. 91

5

(24)

Pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 6 1. Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches),

menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction) dan pembelajaran deduktif dan expository.

2. Pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches), menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta pembelajaran induktif.

Berdasarkan pemerolehan bahan pembelajaran, secara garis besar pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:7

1. Pendekatan konsep, yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada perolehan dan pemahaman fakta dan prinsip.

2. Pendekatan proses atau dikenal dengan pendekatan keterampilan proses, yaitu pendekatan yang menekankan pada bagaimana pembelajaran itu diajarkan dan dipelajari dan mementingkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran serta menekankan pada hasil belajar tuntas.

Pendekatan pembelajaran dinilai baik apabila dapat mencapai suatu tujuan intruksional dalam suatu satuan instruksional dengan memperhatikan hal-hal berikut, yaitu:8

a. Identifikasi tujuan b. Analisis tujuan c. Penetapan tujuan

d. Spsifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap e. Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan f. Evaluasi

g. Organisasi sumber-sumber belajar

6

Sanjaya, loc. cit.

7

Junaedi, loc. cit

8

(25)

2. Pendekatan Inkuiri

Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan.9 “Inkuiri merupakan perluasan dari proses discovery yang digunakan lebih mendalam”.10 Inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal dalam mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analiitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.11 Sehingga melalui pembelajaran ini, siswa dapat mengembangkan intelektualnya dan lebih percaya diri dalam mengungkapkan penemuannya.

Pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman.12 Suchman meyakini bahwa “anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu”.13 Postulat yang diajukan Suchman untuk mendukung teori yang mendasari pembelajaran ini, yaitu sebagai berikut:14

a. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya.

b. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya.

c. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa.

d. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu

9

Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 76

10

Trianto Model-model Pembelajaran Inovativ Beroriantasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet.ke-1, h. 135

11

Ibid., h. 135

12

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Raya, 2011), Cet.ke-1, h. 24

13

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar.., (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)., Cet. ke-7, h. 14

14

(26)

yang senantiasa bersifat tentative dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif.

Pendekatan inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan dasar kemampuan untuk memecahkan masalah. Pendekatan inkuiri bertujuan untuk membuat siswa menjalani suatu proses bagaimana pengetahuan diciptakan.15 Dengan kata lain prinsip utama inkuiri, yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri merupakan suatu proses penyelidikan (investigasi) yang memungkinkan ide siswa berperan dalam melakukan proses penyelidikan tersebut.16 Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik untuk berusaha memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka menemukan sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.17 Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang berlangsung tidak hanya bersifat teoritik, tetapi juga praktik. Dengan kata lain pendekatan pembelajaran ini menekankan pada bagaimana cara siswa dalam menerapkan atau mengaplikasikan konsep-konsep maupun teori yang telah diperolehnya, sehingga pembelajaran tersebut akan memberikan pengalaman langsung dan lebih bermakna untuk siswa.

Pengertian scientific inquiry (inkuiri ilmiah) lebih tepat dikaitkan dengan tahapan-tahapan tindakan para saintis yang mengarahkan mereka pada pengetahuan ilmiah.18 Tindakan para saintis tersebut dikenal dengan kegiatan atau metode ilmiah, yaitu melakukan pengamatan, merumuskan masalah, melakukan hipotesis, bereksperimen, mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang dibuatnya dan membuat kesimpulan.19 Hal ini dapat menimbulkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.20 Pengajaran dengan pendekatan inkuiri memberikan

15

Ahmadi, loc. cit.

16

Zulfiani, op. cit., h. 119

17

Abu Ahmadi, op. cit., h. 79

18

Zulfiani, op. cit., h. 120

19

Ibid, h. 120

20

(27)

kesempatan pada siswa untuk mengenal dan mengembangkan diri mereka sendiri.21 Jadi dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan kemampuan sains dalam menemukan penemuannya, dan melalui kemampuan sains tersebut dapat mengembangkan sikap positif siswa.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam menggunakan pembelajaran inkuiri, yaitu:22

a. Berorientasi pengembangan intelektual b. Prinsip interaksi

c. Prinsip bertanya

d. Prinsip belajar untuk berpikir e. Prinsip keterbukaan

Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran ini adalah sebagai berikut, yaitu:23

a. Motivator, yang memberikan rangsangan agar peserta didik aktif dan bergairah berpikir.

b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika peserta didik mengalami kesulitan.

c. Penanya, untuk menyadarkan peserta didik dari kekeliruan yang mereka perbuat.

d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.

e. Pengarah, yang memimpin kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas. g. Rewarder, yaitu memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai

peserta didik.

21

Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 7.30

22

Junaedi, op. cit., h. 6-12

23

(28)

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatam inkuiri sebagai berikut, yaitu:24

a. Orientasi

b. Merumuskan masalah c. Merumuskan hipotesis d. Mengumpulkan data e. Menguji hipotesis

f. Merumuskan kesimpulan.

Dalam National Science Education Standards, pendekatan pembelajaran inkuiri terdiri dari lima tahapan, yaitu:25

1) Engage by oriented question (pemberian pertanyaan arahan)

Siswa diberi pengetahuan melalui pertanyaan mengenai objek, organisme atau fenomena sains. Kemudian dihubungkan dengan konsep sains. Pertanyaan mengarahkan siswa untuk melakukan investigasi empiris dan menggunakan data untuk memberi penjelasan mengenai suatu fenomena sains. Guru membimbing siswa berpikir kritis dalam proses identifikasi pertanyaan yang muncul dari siswa agar sesuai dan dapat dijawab siswa melalui observasi dan investigasi. 2) Evidence (pembuktian)

Siswa melakukan pembuktian melalui eksperimen yang dapat membantu mereka untuk mengembangkan penjelasan dan evaluasi dari pertanyaan sains yang mereka ajukan sebelumnya. Akurasi data didapat melalui observasi, pengukuran dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan eksperimen yang dilakukan.

3) Explanation (penjelasan)

Siswa membuat penjelasan dari bukti yang diperoleh secara ilmiah. Siswa menggunakan alasan, penyebab, efek dan membangun

24

Sanjaya, op.cit., h. 201

25

Steve Olson and Susan Loucks-Horsley,Inquiry and the National Science Education

(29)

hubungan berdasarkan bukti dengan cara logis. Bagi siswa, tahap ini berguna untuk membangun pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan sebelumnya.

4) Evaluation (evaluasi)

Siswa mengevaluasi pertanyaan mereka dengan cara eliminasi dan revisi dalam memperjelas alternatif penjelasan. Alternatif penjelasan didapat dari hasil diskusi, membandingkan hasil, intruksi dari buku atau materi dari guru. Evaluasi bertujuan agar siswa dapat memperoleh hubungan antara hasil dan juga kemampuan ilmiah yang dibutuhkan untuk level selanjutnya.

5) Communication (komunikasi)

Siswa mengkomunikasikan hasil yang diperoleh. Dengan cara ini siswa yang lain mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan bukti, mengevaluasi alasan yang tidak sesuai dan mengusulkan alternatif penjelasan. Berbagi penjelasan dapat membawa ke arah pertanyaan dan memperkuat hubungan antara bukti, penjelasan dan kemampuan ilmiah mereka. Sebagai hasil, siswa dapat menghilangkan adanya kontradiksi dan memperkuat argumen ilmiah mereka.

(30)

4. Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri

Inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan karena pebelajaran ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:26

a. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, inkuiri juga memiliki kelemahan sebagai berikut, yaitu:27

a. Kesulitan mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Strategi ini sulit dilakukan dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang, sehingga sering kali guru sulit untuk menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

26

Sanjaya, op. cit., h. 208

27

(31)

5. Hakekat Hasil Belajar

Belajar merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan atau pengalaman.28 Sedangkan proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar yang terjadi secara mental dan tidak dapat diamati.29 Sehingga hasil belajar merupakan perubahan dalam kemampuan tertentu sebagai akibat belajar. Dengan demikian hasil belajar berhubungan dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Pandangan mengenai proses belajar bukan saja menentukan hasilnya tetapi juga model evaluasi yang dianjurkan untuk digunakan, oleh karenanya proses belajar menentukan hasil belajar.

Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari luar ataupun dari dalam. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya faktor-faktor hasil belajar menurut Zikri Neni Iska adalah:30

a. Faktor internal (dalam), yakni fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indra; dan faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognisi.

b. Faktor eksternal (luar), yakni lingkungan yang terdiri dari alam dan sosial; dan instrumental yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana prasarana, administrasi dan managemen.

Menurut Syaiful Bahri Dzamarah dan Aswan Zain, “apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan baru”.31 Hal tersebut menunjukkan bahwa jika hasilnya baik (75% lulus) maka kegiatan belajar

28

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet.ke-5, h. 12

29

Ibid., h. 16

30

Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkunag, (Jakarta: Kizi Brother, 2006), h. 85

31

(32)

mengajar dapat dikatakan berhasil, akan tetapi jika belum mencapai 75% dari siswa maka kegiatan belajar mengajar dikatakan belum berhasil. Sehingga perlu diberikan perbaikan dalam proses belajar.

Benjamin Bloom dan kawan-kawannya membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif, menurut Bloom terdapat enam jenjang proses berpikir, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.32

b. Ranah afektif, Krathwohl dan kawan-kawan membaginya menjadi 5 taksonomi, yaitu receiving, responding, valuing, organization, characterization by value complex..33

c. Ranah psikomotorik, meliputi persepsi, kesiapan melakukan suatu pekerjaan, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi dan orijinasi.34

Ketiga ranah tersebut saling berkesinambungan dan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengukur hasil belajar siswa. Sehingga dalam proses belajar diharapkan guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa tidak hanya pada satu ranah tetapi ketiga ranah tersebut.

6. Larutan Asam Basa

a. Pengertian Larutan Asam Basa

Larutan asam adalah larutan yang mempunyai rasa asam dan bersifat korosif yaitu larutan yang dapat merusak logam marmer, dan berbagai bahan lain, sedangkan basa adalah larutan yang memiliki rasa pahit dan bersifat kaustik yaitu licin, seperti bersabun.35 Ada beberapa ilmuan yang menjelaskan tentang teori asam dan basa, yaitu sebagai berikut:

32

Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.50

33

Ibid., h. 54

34

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik dan Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 92

35

(33)

1) Antoine Laurent Lavoiser (1777) menyatakan bahwa penyebab asam adalah oksigen, karena asam selalu mengandung unsur oksigen 36

2) Sir Humphry Davy (1810) menunjukkan bahwa asam hidrogen klorida tidak mengandung unsur oksigen. Oleh karena itu, Davy menyimpulkan bahwa penyebab asam adalah hidrogen yang merupakan unsur dasar dari setiap asam.37

3) Joseph Louis Gay-Lusac (1814) menyimpulkan bahwa asam merupakan suatu zat yang dapat menetralkan golongan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lainnya.38

4) Svente August Arrhenius (1884) mengemukakan konsep asam merupakan zat yang dalam air melepaskan ion hidroggen (H+). Sedangkan basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida ).39

5) G.N. Lewis (1923) mengungkapkan bahwa asam adalah akseptor elektroon atau zat yang menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah donor elektron atau zat yang memberi pasangan elektron.40

b. Konsep pH, pOH dan pKw 1) Derajat Keasaman (pH)

Derajat atau tingkat keasaman larutan (pH) bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan.41 Konsep pH dinyatakan dalam

36

Parning dan Horale, Kimia 2B Kelas 2 SMA Semester Dua, (Jakarta: Yudhistira, 2005), Cet.ke-3, h. 5

37

Michael Purba dan Sunardi, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 179-180

38

Ibid., h.171

39

Ibid., h. 180-181

40

Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 2, (Bogor: Erlangga, 1987), h. 17-4

41

(34)

konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+:42

2) Derajat Kebasaan (pOH)

Analogi dengan pH (sebagai cara menentukan konsentrasi ion H+), konsentrasi ion OH- juga dapat dinyatakan dengan cara yang sama, yaitu pOH. pOH dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:43

3) Tetapan Kesetimbangan Air (pKw)

Tetapan kesetimbangan air yang disimbolkan dengan Kw, besarnya adalah sebagai berikut, yaitu:44

Ketetapan ini menunjukkan bahwa dalam air murni atau larutan apa saja, hasil kali konsentrasi ion hidrogen dan ion hidroksida adalah tetap (konstan). Pada suhu kamar, memiliki tetapan 1 x

.45

4) Hubungan pH, pOH dan p

Hubungan antara pH dengan pOH dapat diturunkan dari persamaan tetapan kesetimbangan air .46 Jika kedua ruas persamaan ini diambil harga negatif logaritmanya, diperoleh:47

- log + log = - log 1 x - log + log = 14

42

Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 99

43

Ibid., h. 99

44

Purba, op. cit., h. 178

45

Ibid., h. 178

46

Ibid., h. 178

47

Raymond, loc. cit., h. 99

(35)

Derajat keasaman atau kebasaan dinyatakan secara lengkap dan ringkas oleh harga pH-nya, yaitu:48

Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa c. Kekuatan Asam dan Basa

“Kekuatan asam dan basa dinyatakan dalam besaran derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionisasinya”.49Derajat ionisasi (α) merupakan perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat mula-mula. Dapat dinyatakan sebagi berikut, yaitu:50

Jika zat mengion sempurna, maka derajat ionisasinya = 1 Jika zat tidak ada yang mengion, maka derajat ionisasinya = 0 Jadi, batas-batas derajat ionisasinya adalah 0 < α < 1.

Tetapan kesetimbangan untuk ionisasi asam disebut tetapan ionisasi asam ( ).51 Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut, Reaksi:

HA (aq) H+(aq) + (aq)

Rumus mencari nilai :52

48

Parning, op.cit., h. 12

49

Purba dan Sunardi, op. cit., h. 187

50

Ibid.

51

Ibid.

52

Ibid.

α = jumlah zat yang mengion jumlah zat mula-mula

(36)

Hubungan antara kekuatan asam (α) dengan tetapan kesetimbangan

asam ( ) dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:53

Tetapan kesetibangan untuk ionisasi basa disebut tetapan ionisasi basa ( ), rumus mencari nilai analogi seperti rumus mencari , yaitu sebagi berikut:54

Reaksi:

LOH (aq) L+(aq) + (aq) Rumus mencari nilai :55

Hubungan antara derajat ionisasi (α) dengan tetapan kesetimbangan basa ( ) dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:56

d. Menghitung pH Larutan Asam

Menghitung pH larutan asam dapat dilakukan dengan menggunakan indikator asam basa atau pH meter. Namun ada beberapa cara lain dalam mengukur atau meramalkan pH larutan asam berdasarkan konsentrasi dan kekuatan asam yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut:

53

Parning, op.cit., h. 22

54

Ibid., h. 29

55

Purba dan Sunardi, op.cit., h. 189

56

Purba, op. cit., h. 182

α =

α =

(37)

1) Asam Kuat

Asam kuat mengion dengan sempurna, pH larutan dapat ditentukan jika konsentrasi asam diketahui, yaitu:57

2) Asam Lemah

Asam lemah tidak mengion sempurna, oleh karena itu ion H+ hanya

dapat ditentukan jika derajat ionisasi (α) atau tetapan ionisasi

asam juga diketahui, maka konsentrai ion [H+] dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:58

dengan, = tetapan ionisasi M = konsentrasi asam

Namun jika derajat asam (α) yang diketahui, maka konsentrasi ion [H+] dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:59

e. Menghitung pH Larutan Basa

Seperti halnya asam kuat, pH larutan basa kuat dapat ditentukan hanya dengan mengetahui konsentrasi basa. Sedangkan untuk pH larutan basa lemah dapat ditentukan dengan sama halnya seperti pH asam lemah, yaitu jika konsentrasi dan derajat ionisasi atau tetapan ionisasi basa diketahui. Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut:60

57

Ibid., h. 183

58

Ibid., h. 184

59

Ibid.

60

Purba dan Sunardi, op. cit., h. 192-193

[H+] = M x Valensi asam

[H+] = √

[H+] = Mx α

] = M x b

(38)

f. Indikator Asam Basa

Indikator asam dan basa merupakan suatu senyawa organik yang dapat berubah warna berubahnya pH.61 Contohnya kertas lakmus. yang dapat berwarna merah pink dalam larutan yang bersifat asam dan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa.62

Indikator lakmus berwarna merah dalam larutan yang memiliki pH sampai dengan 5,5 dan berwarna biru dari pH = 8,0, sedangkan larutan yang pH-nya antara 5,5 - 8,0, warna lakmus adalah kombinasi dari kedua warna tersebut, yaitu berubah dari merah menjadi ungu kemudian menjadi biru. 63 Batas-batas pH ketika indikator mengalami perubahan warna disebut trayek perubahan warna indikator itu.64 Indikator dapat berubah warna apabila sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam-basa.65 Setiap indikator memiliki trayek yang berbeda, maka pH larutan dapat ditentukan (diperkirakan) dengan kombinasi dari beberapa indikator.

61

Fessenden & Fessenden, Kimia Organik, (Jakarta: Erlangga, 1982), h. 450

62

James E. Brady, Kimia Universitas Asas dan Struktur, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1999), h. 179

63

Michael dan Sunardi, op. cit., h.195

64

Ibid., h.195

65

(39)

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kitri Nur Indah Sari dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.66

Muzaffar Khan dan Muhammad Zafar Iqbal dalam penelitiannya, memberikan kesimpulan bahwa metode pembelajaran inkuiri telah meningkatkan pemahaman siswa dan dapat mengembangkan keterampilan ilmiah siswa.67

Paidi dalam penelitiannya yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sleman, memberikan kesimpulan bahwa metode guided inquiry dapat meningkatkan sciencetific skill siswa dalam pembelajaran Biologi.68

Sri Lindawati dalam penelitiannya, memberikan kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri secara signifikan lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional.69

Penelitian lainnya yang relevan adalah yang dilakukan oleh M. Saeed Khan, Shaukat Hussain, Riasat Ali, dkk., menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa melalui metode inkuiri.70

66

Kitri Nur Indah Sari. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri pada Siswa Kelas IV SDN I Marabaya Karanganyar Purbalingga. Jurnal Kependidikan Dasar, Vol. 1, No. 1, 2010, (www.journal.unnes.ac.id), 10 Januari 2011

67

Muzaffar Khan dan M. Zafar Iqbal. Effect of Inquiry Teaching Method on The Development of Scientific Skills Through The Teaching of Biology in Pakistan. Lenguage in India, Vol. 1, 2011, (www.languageinindia.com), 10 Januari 2011

68

Paidi. Peningkatan Scientific Skill Siswa Melalui Implementasi Metode Guided Inquiry pada Pembelajaran Biologi Di SMAN 1 Sleman. FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2007, (www.eprints.uny.ac.id), 14 Januari 2011

69

Sri Lindawati. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan, Vol. 2, No. 2, 2011, (www.ejournal.unri.ac.id/index.php), 12 Mei 2014

70

(40)

C.

Kerangka Berpikir

Hasil belajar kimia yang rendah memacu seorang pendidik untuk menilai dirinya sendiri apakah pendekatan pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum. Hal tersebut terlihat dari ketuntasan hasil pembelajaran yaitu KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), apakah sudah tuntas atau tidak. Hasil belajar kimia kelas XI semester genap pada konsep larutan asam basa memperlihatkan rendahnya nilai kimia siswa yang belum mencapai KKM. Hal tersebut dikarenakan penggunaan metode ceramah yang kurang kreatif dan tidak memberikan pengalaman langsung kepada siswa disebabkan karena keterbatasan pendidik dan kondisi fasilitas sekolah yaitu dalam pengadaan alat dan bahan laboratorium yang kurang lengkap sehingga membatasi seorang pendidik untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA yang menekankan pada kemampuan ilmiah siswa.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran kimia di kelas XI semester II adalah mendeskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan. Penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri tidak hanya sebatas teori yang diberikan guru namun dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Jadi melalui pembelajaran ini siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

(41)
[image:41.595.132.524.151.417.2]

Gambar 2.1. Bagan Berpikir dalam Penelitian

D.

Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep larutan asam basa”.

Pendekatan Inkuiri - Menekankan proses

- Memberikan pengalaman langsung - Menemukan pengetahuan sendiri - Pembelajaran lebih bermakna - Melatih keterampilan sains karena

menggunakan metode ilmiah - Berorientasi pada siswa dan lebih

interaktif

- Siswa akan lebih mengingat pembelajaran jika melakukan hal yang nyata

(42)

27

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Februari – 09 Maret 2013 semester genap tahun ajaran 2013-2014. Tempat yang dijadikan penelitian adalah kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang.

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan Classroom Action Research (CAR), yaitu penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.1 PTK bertujuan memperbaiki kinerja guru dalam mengajar, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasikan.2 Namun demikian hasil penelitian tindakan dapat saja diterapkan oleh orang lain yang memiliki latar belakang yang mirip dengan peneliti.

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru bidang studi kimia di sekolah yaitu pengajaran dan observasi yang dilakukan secara bergantian. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi.

1

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2012), Cet. Ke-5, hal. 9

2

(43)

2. Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian

[image:43.595.148.530.199.521.2]

Alur rancangan siklus penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut, yaitu:

Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 merupakan model penelitian tindakan kelas yang digunakan oleh peneliti, dimulai dari perencanaan, yaitu dengan merencanakan pembelajaran dengan penggunaan pendekatan inkuiri. Kemudian dilanjutkan pada tahapan pelaksanaan dan pengamatan. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan analsis dan pertimbangan untuk mengetahui pencapaiaan indikator keberhasilan penelitian, agar dapat memutuskan berhenti pada siklus tersebut atau melanjutkannnya pada siklus selanjutnya apabila indikator keberhasilan belum mencapai yang peneliti harapkan.

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Pelaksanaan Perencanaan

?

SIKLUS I

Pengamatan

(44)

3. Rancangan Siklus Penelitian

[image:44.595.149.515.187.576.2]

Adapun untuk rancangan penelitian yang digunakan dapat dilihat melalui tabel berikut;

Gambar 3.2. Bagan Rancangan Penelitian

Gambar 3.2 merupakan rancangan penelitian dimulai dari penelitian pendahuluan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap guru dan siswa sehingga ditemukannya solusi dengan harapan hasil belajar siswa pada konsep asam basa dapat meningkat.

Penelitian pendahuluan

Sudi Pendahuluan

Observasi kegiatan pembelajaran

Wawancara dengan guru

Wawancara dengan siswa

Kegiatan

persiklus Penerapan pendekatan inkuiri.

Siklus 1

Siklus 2

Tahap perencanaan:

Merencanakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran inkuiri.

Tahap pelaksanaan tindakan:

Melaksanakan pembelajaran kimia sesuai dengan hal yang sudah direncanakan.

Tahap analisis:

Melakukan analisis yang diperoleh selama siklus 1.

Tahap refleksi

Mengadakan refleksi berdasarkan analisis data untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus 2.

Harapan:

(45)

C.

Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang, kelas XI-IPA 3 tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 30 orang, terdiri dari 6 siswa dan 24 siswi.

D.

Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kimia SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang. Adapun peneliti berperan sebagai pengajar yaitu mengajar dan merancang kegiatan pembelajaran serta mengolah data hasil penelitian. Sedangkan guru bidang studi kimia berperan sebagai observer, yaitu mengamati kegiatan pembelajaran dan memberikan saran dan kritik dalam pembelajaran.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

[image:45.595.127.515.496.751.2]

Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan, ditunjukan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Tahapan Intervensi Tindakan

Kegiatan Uraian

Pendahuluan a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian. b. Konsultasi pada guru kimia pada tempat dilaksanakannya

penelitian.

c. Melakukan studi pendahuluan untuk memperoleh gambaran kondisi sekolah. Studi pendahuluan dilakukan dengan observasi dan wawancara kepada guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mengetahui masalah yang ada.

Siklus I

Perencanaan a. Orientasi siswa kepada masalah.

b. Menganalisis dan merumuskan masalah.

c. Menyiapkan rencana pembelajaran yang menerapkan penggunaan pendekatan inkuiri.

d. Menyiapkan instrumen (tes, lembar observasi, catatan lapangan dan wawancara)

(46)

Kegiatan Uraian

Pelaksanaan (Tindakan)

Menyiapkan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun:

a. Memberikan tes awal untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

b. Memberi perlakuan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukannya observasi kegiatan siswa dan guru.

d. Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah diberikan tindakan.

Pengamatan a. Mengumpulkan data penelitian.

b. Melakukan diskusi dengan guru kimia untuk membahas tentang kelemahan dan kekurangan selama proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Refleksi a. Menganalisis data yang telah diperoleh untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya.

b. Menganalisis temuan saat melakukan pengamatan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

c. Menganalisis kelemahan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Siklus II dan Selanjutnya

Penulisan laporan penelitian

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar kimia pada konsep larutan asam dan basa, sehingga siswa dalam proses pembelajaran tidak cenderung pasif tetapi mau melakukan bahkan menguji sendiri teori dari suatu materi untuk mengetahui kebenarannya. Siswa akan dipandang mencapai tuntas belajar, apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran.3 Dengan demikian diharapkan dapat menimbulkan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Dalam hal ini 75% siswa diharapkan dapat mencapai keberhasilan KKM sebesar 70.

3

(47)

G.

Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar ranah kognitif siswa dan aktifitas siswa dan guru. Data hasil belajar kognitif diperoleh dari pre-test dan post-test, sedangkan kegiatan siswa dan guru diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan. Sumber data dalam kegiatan ini adalah siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

Tabel 3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen

Data Sumber data Instrument

Kognitif Siswa Tes Uraian (pre-test dan post-test) Kegiatan Siswa dan guru Lembar observasi dan catatan lapangan

H.

Instrumen Pengumpulan Data

1. Menentukan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Lembar Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti atau kolaborator dengan cara mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian.4 Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan siswa untuk melihat kegiatan siswa secara berkelompok dalam penerapan pendekatan inkuiri dan lembar observasi kegiatan guru. Lembar observasi kegiatan guru bertujuan untuk melihat konsistensi guru terhadap RPP yang telah dibuat.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sembilan tahapan pada kegiatan siswa beserta aspek yang diamati pada masing-masing tahapan. Pada tahapan lembar observas kegiatan guru terdiri dari sebelas tahapan. Adapun untuk lembar observasi dapat dilihat melalui tabel 3.3 yaitu sebagai berikut:

4

(48)
[image:48.595.144.525.121.531.2]

Tabel 3.3. Lembar Observasi Kegiatan Siswa

Tabel 3.4 Lembar Observasi Kegiatan Guru

No Tahapan Aspek yang diamati

1 Menjelaskan langkah dalam LKS.

Ketelitian dalam memperhatikan isi LKS

2 Engage by oriented question

Ketepatan dalam membuat pertanyaan yang sesuai dengan arahan yang diberikan.

3 Mengidentifikasi permasalahan

Ketepatan dalam menentukan permasalahan dari variabel yang harus diamati.

4 Mengevaluasi buku dan sumber informasi dan meriview pegetahuan untuk perumusan hipotesis

Membaca dasar teori yang relevan dengan percobaan yang akan dilakukan.

Ketepatan siswa menuliskan jawaban sementara/hipotesis.

5 Melakukan pembuktian (Evidence)

Ketelitian membaca langkah kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan Pembagian tugas pada masing-masing anggota kelompok

Ketepatan menggunakan alat dan bahan

Kesesuaian siswa mengikuti langkah kerja sesuai dengan LKS

6 Mencari penjelasan (Explanation)

Kesesuaian siswa menghubungkan hasil percobaan dengan teori.

Ketepatan siswa membuat tabel hasil percobaan. Kesesuaian siswa membuat penjelasan hasil percobaan

7 Mengevaluasi hasil percobaan. (Evaluation)

Membandingkan hipotesis dengan data

Ketepatan siswa membuat kesimpulan sementara 8 Mempersentasikan dan

mendiskusikan hasil praktikum. (Comunication)

Keaktifan siswa melakukan presentasi dari hasil percobaan

Keaktifan siswa berdiskusi dan melakukan tanya jawab.

9 Mengumpulkan hasil percobaan

Ketepatan waktu mengumpulkan hasil percobaan

No. Tahapan Aspek yang diamati

1 Persiapan Absen kehadiran siswa

Melakukan apersepsi Melakukan motivasi

Menjelaskan kegiatan pembelajaran

Memberikan arahan dan penjelasan dalam tahapan pembelajaran inkuiri

Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

2 Menjelaskan langkah-langkah dalam LKS

Memberikan penjelasan mengenai prosedur kegiatan pembelajaran dan praktikum 3 Engage by oriented question Memberikan pertanyaan arahan kepada siswa 4 Mengidentifikasi permasalahan Membimbing siswa dalam menentukkan

(49)

b) Catatan lapangan dan wawancara

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Catatan lapangan ini memuat kondisi siswa pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri.

c) Tes

Tes merupakan instrument yang digunakan dalam pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek

No. Tahapan Aspek yang diamati

5 Mengevaluasi buku dan sumber informasi dan meriview pegetahuan untuk perumusan hipotesis.

Menginformasikan untuk membaca dasar teori yang relevan dengan percobaan yang akan dilakukan. Membantu siswa dalam merumuskan jawaban sementara/hipotesis.

6 Melakukan pembuktian (Evidence) Meminta siswa membaca langkah kerja dengan teliti

Membantu siswa menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Mengarahkan siswa untuk membagikan tugas pada masing-masing anggota kelompok

Mengawasi dan membimbing siswa dalam melakukan percobaan

7 Mencari penjelasan (Explanation) Membimbing siswa dalam menghubungkan hasil percobaan dengan materi.

Mengarahkan siswa untuk membuat Tabel hasil percobaan.

Membimbing dan membantu siswa dalam membuat penjelasan.

8 Mengevaluasi hasil percobaan. (Evaluation)

Membimbing siswa dalam membandingkan hipotesis dengan hasil yang diperoleh

Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan sementara.

9 Mempersentasikan dan

mendiskusikan hasil praktikum. (Comunication)

Meminta siswa melakukan diskusi dan presentasi dari hasil percobaan

Mengarahkan siswa untuk melakukan tanya jawab 10 Memberikan penguatan materi Memberikan penjelasan materi dan

menghubungkannya dengan percobaan yang dilakukan

(50)
[image:50.595.143.516.161.531.2]

kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran.5 Berikut adalah tabel indikator ranah kognitif untuk tes hasil belajar siswa.

Tabel 3.5. Ranah Kognitif Indikator Tes Hasil Belajar

2. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, instrumen diuji validitas dan reabilitasnya. Pengujian ini dimaksudkan agar instrumen yang diberikan tepat dan dapat dipercaya untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif.

5

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet.ke-3, h. 99

Siklus Indikator C1 C2 C3 C4,5,6 Jumlah

I

Mendeskripsikan pengertian larutan asam basa melalui percobaan

3 1

Membuat indikator bahan alam untuk mengetahui larutan asam, netral dan basa.

4, 5 2

Menentukan larutan bersifat asam, netral dan basa melalui percobaan.

10 9 2

Menghubungkan pH dengan larutan bersifat asam, netral dan basa.

12 1

Menjelaskan teori asam basa

menurut Arrhenius. 13 14 2

Menyebutkan contoh zat bersifat asam dan basa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

17,

18 2

Jumlah 3 3 - 4 10

II

Mengetahui konsep pH dan pOH. 1 2 3

Menghitung pH berdasarkan data

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Berpikir dalam Penelitian
Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3.2. Bagan Rancangan Penelitian
Tabel 3.1. Tahapan Intervensi Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Banjar (Bagian Hukum) untuk perkara perdata, tata usaha negara dan hubungan industrial. 2) Lembaga Konsultasi Bantuan

Setelah dilakukan pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi hasil penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Variabel ukuran dewan

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompetensi sumber daya manusia yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan, penerapan standar

dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada aplikasi SPSE, yang akan. dilaksanakan

adalah benar-benar telah melakukan riset sehubungan dengan penulisan skipsi yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TAI (Team Assisted

Pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, debt covenant, dan growth opportunities terhadap konservatisme akuntansi (Studi pada sektor Industri Farmasi yang

one-objective yang hanya mempertimbangkan waktu operasi saja yaitu dengan menugaskan pekerja 1 untuk membuat produk rotan sofa santai, pekerja 2 membuat produk rotan

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makanan dengan kejadian premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1.. Jenis penelitian