• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pengurus Panti Asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam Menunjang Pendidikan Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Pengurus Panti Asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam Menunjang Pendidikan Anak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENGURUS PANTI ASUHAN TUNAS MELATI

MUHAMMADIYAH PONTIANAK DALAM MENUNJANG

PENDIDIKAN ANAK

Wimardikha, Sulistyarini, Parijo

Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP UNTAN

Email : wimardikha76@gmail.com

Abstract : This research aims to determine the attempts of the orphanage caretaker Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak in supporting children's education. The approach used in this study is descriptive qualitative approach. Informants in this study is the chairman of the board and caregivers at the orphanage Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak. Results of data analysis showed that the efforts made by the board of Muhammadiyah orphanage Tunas Melati Pontianak in supporting children's education has met the five elements that need to be noticed in children's education, which is physical education, mental, moral, social and spiritual. Hereinafter, the results of the data analysis showed that the inhibiting factors facing the orphanage caretaker Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak in supporting the education of children categorized into two inhibiting factors that are internal and external.

Keywords : Attempts, Children’s Education

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil analisis data menunjukan bahwa upaya yang dilakukan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak sudah memenuhi kelima unsur yang harus diperhatikan dalam pendidikan anak, yaitu pendidikan fisik, mental, moral, sosial dan spiritual. Selanjutnya, hasil analisis data menunjukan bahwa faktor penghambat yang dihadapi pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak dikategorikan menjadi dua yaitu faktor penghambat yang bersifat internal dan eksternal.

Kata kunci : Upaya, Pendidikan Anak

nak adalah anugerah Tuhan dan aset bangsa yang tak terbatas nilainya, dimana dalam pertumbuhan anak harus di iringi dengan penunjangan dari aspek perlindungan hukum, pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani serta yang paling vital adalah penunjangan dari aspek pendidikan. Melalui pendidikan, generasi

(2)

muda dapat meneruskan perjuangan para pendahulunya yakni perjuangan untuk mempertahankan, memelihara, dan membangun bangsa menuju masyarakat yang sejahtara. Oleh karena itu, jika anak bangsa tidak mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan maka pembangunan nasional tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, karena motor penggerak perubahan sosial di suatu negara adalah unsur manusia yang mampu untuk melakukan inovasi-inovasi baru dan di aplikasikan dalam proses pembangunan.

Selain mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan, anak sebagai aset bangsa juga harus mendapatkan perlindungan hukum. Hal ini selaras dengan UUD No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, salah satu pasal di dalamnya mengatur hak anak tercantum dalam Bab II pasal 2 yang menyatakan bahwa “anak berhak atas kesejahtraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Selain itu anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan ibunya maupun sesudah dilahirkan”.

Berdasarkan Undang – undang di atas, pada hakikatnya anak sudah mendapat perhatian khusus dalam hal kesejahteraan sosial. Salah satu metode yang tepat untuk mencapai kesejahteraan sosial anak adalah melalui pendidikan.

Namun pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan penunjangan aspek pendidikan. Melainkan mereka dipaksa bekerja keras membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup, misalnya dengan cara disuruh untuk menjadi pengemis, pengamen serta tidak jarang kita temukan anak yang menjadi bagian dari sindikat penjualan narkoba. Fenomena seperti ini tentu saja mempengaruhi kepribadian anak tersebut ketika mereka dewasa nanti.

Gambaran di atas menunjukan bahwa masalah sosial yang berkaitan dengan pendidikan anak sudah sangat memprihatinkan. Sehingga, perlu dirumuskan kebijakan untuk menanggulanginya, salah satunya adalah melalui panti sosial asuhan anak (PSAA) yang merupakan suatu lembaga atau organisasi dibawah pengawasan pemerintah dan bertanggung jawab untuk mengambil alih peran orang tua untuk melakukan pengasuhan serta memenuhi kebutuhan anak, baik itu dari segi kebutuhan fisik, mental dan sosial.

Adapun dasar hukum penyelenggaraan pengasuhan anak melalui panti sosial asuhan anak terdapat dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2002, dalam pasal 37 ayat 1 menyatakan bahwa pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Selanjutnya, dalam pasal 2 menyatakan bahwa “pengasuhan anak sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu”. Berdasarkan kutipan di atas, maka hal inilah yang mendasari berdirinya panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak.

Panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak merupakan salah satu cabang atau pemisahan dari panti asuhan Tunas Harapan yang di kelola oleh Aisyiyah (organisasi wanita Muhammadiyah) yang berdiri sejak tahun 1972. Panti asuhan Tunas melati Muhammadiyah khusus untuk menampung anak asuh berjenis kelamin laki-laki sedangkan panti asuhan Tunas Harapan

(3)

Muhammadiyah khusus untuk anak berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan data sampai dengan Januari 2013, panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah menampung 36 anak yang terdiri dari bebagai usia yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel I : Data Anak Berdasarkan Usia sampai dengan Januari 2013 No. Usia Anak Jumlah

1. 10 tahun 6 2. 12 tahun 2 3. 13 tahun 6 4. 14 tahun 4 5. 15 tahun 2 6. 16 tahun 4 7. 18 tahun 3 8. 19 tahun 2

Sumber : Arsip sekertariat panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak tahun 2013

Berdasarkan data di atas, kisaran usia anak yang terdapat di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak adalah 10 sampai 19 tahun, akan tetapi dalam observasi awal, peneliti menemukan bahwa anak yang berusia 18 tahun keatas tidak lagi berstatus anak asuh, karena mereka sudah memasuki usia atau masa penyapihan. Oleh karena itu, anak asuh yang berusia 10 sampai dengan 17 tahun memerlukan penunjangan pendidikan yang orientasinya lebih menekankan pada pendidikan untuk anak yang dibebankan pada pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak.

Menurut Barzan (dalam Ernawati, 2012: 19) (online) panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat yang bertujuan untuk membantu atau memberi bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup.

Salah satu kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pengasuhan anak adalah pendidikan anak. Pendidikan anak menurut Sadulloh (2010 : 2) mengandung makna kegiatan mendidik, membimbing anak. Mendidik menurut Darmodiharjo (dalam Sadulloh, 2010: 7) menunjukan usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti,hati nurani, semangat, kecintaan dan ketaqwaan. Sedangkan membimbing adalah mengeluarkan suatu kemampuan yang tersmpan dalam diri anak (dalam Sadulloh, 2010 : 3)

Selanjutnya, Khan (2007 : 118) menyatakan pendidikan untuk anak-anak harus di pertimbangkan dari lima sudut pandang berbeda, yaitu fisik, mental, moral, sosial dan spiritual. Jika satu sisi berkembang dan sisi lainnya tidak berkembang, secara alami anak akan menunjukan beberapa kekurangan dalam perkembangannya.

Berbicara mengenai pendidikan untuk orang dewasa dan pendidikan anak tentunya memiliki makna yang berbeda.

Secara istilah, pendidikan untuk orang dewasa dikenal dengan istilah “andragogi”. Menurut Knowles (dalam Sadulloh, 2010: 6) andragogi adalah “seni dan ilmu dalam membantu warga (orang dewasa) untuk belajar. Sedangkan istilah

(4)

yang lebih tepat untuk pendidikan anak adalah “pedagogi”. Pedagogi mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak (dalam Sadulloh, 2010: 1).

Secara teknis, letak perbedaan antara pendidikan anak dan pendidikan orang dewasa adalah, pendidikan anak lebih cenderung kearah kegiatan mendidik dan membimbing anak (dalam Sadulloh, 2010: 2). Sedangkan dalam pendidikan orang dewasa mengandung konsep membantu orang dewasa untuk belajar (dalam Sadulloh, 2010:6).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai upaya yang dilakukan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Suryabrata (2010: 76) metode deskriptif didefinisikan sebagai “penelitian yang bermaksud untuk membuat pendeskripsian mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Selanjutnya Saebani (2008: 90) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah “Metode yang dipergunakan untuk menggambarkan berbagai gejala dan fakta yang terdapat dalam kehidupan sosial secara mendalam”.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, yaitu ketua pengurus dan pengasuh di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data dengan informan dilakukan dengan melakukan observasi langsung, komunikasi langsung serta studi dokumenter.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan serta hasil observasi tentang upaya pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008: 264 – 253) yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut : Reduksi Data

Mereduksi data berarti mengurangi data atau merangkum data. Dalam penelitian ini, semua data yang peneliti kumpulkan dari hasil wawancara dengan ketua pengurus serta pengasuh di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak akan di pilih hal – hal yang pokok saja berdasarkan fokus penelitian. Penyajian Data

Setelah merangkum data, proses selanjutnya adalah melakukan penyajian data dengan tujuan untuk memudahkan peneliti untuk mengorganisasikan data berdasarkan fokus penelitian.

Verifikasi dan Pengambilan Keputusan

Dalam penelitian ini, verifikasi data dilakukan selama penelitian berlangsung dan verifikasi data akan peneliti hentikan apabila data yang yang di peroleh sudah jenuh. Selanjutnya peneliti akan menarik keputusan atau kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan ketua pengurus maupun pengasuh di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak.

(5)

Selanjutnya, kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penelitian dianalisis kembali dengan menggunakan teknik pemeriksaan data sebagai berikut :

Perpanjangan Pengamatan / Observasi

Perpanjangan pengamatan dilakukan bertujuan untuk meperoleh data yang lebih akurat mengenai upaya pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak.

Triangulasi

Setelah melakukan perpanjangan pengamatan, peneliti akan melakukan triangulasi atau pengecekan data dari berbagai sumber referensi sehingga tingkat akurasi data lebih terjaga keabsahannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diperoleh dua kelompok data, yaitu data hasil observasi dan hasil wawancara. Berikut ini akan peneliti sajikan data hasil observasi :

Tabel 2 : Hasil Observasi tentang Upaya Pengurus Panti Asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam Menunjang Pendidikan Anak

No Aspek yang Diamati Keterangan 1. Mendidik anak

a. Mendidik budi pekerti anak

b. Kecintaan terhadap sesama

c. Ketaqwaan

a. Menginternalisasikan nilai-nilai moral baik itu dalam berinteraksi dengan Tuhan maupun sesama manusia.

b. Dengan mengajarkan anak untuk saling mengingatkan

c. Mendisiplinkan pelaksanaan ibadah anak asuh

2. Membimbing anak

a. Menggali minat dan bakat anak

b. Tindak lanjut dalam mengembangkan anak

a. Mewajibkan anak untuk mengikuti latihan pencak silat

b. Menyediakan sarana dan prasarana penunjang

Sumber : Data primer tahun 2013

Berdasarkan data di atas, metode yang pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak gunakan untuk menginternalisasikan nilai -nilai moral baik itu dalam berinteraksi dengan Tuhan maupun sesama manusia yaitu dengan membiasakan anak untuk membaca doa sebelum dan sesudah melakukan suatu kegiatan, metode yang kedua adalah dengan pengkondisian lingkungan. mengkondisikan lingkungan untuk mendidik budi pekerti anak juga peneliti temukan adanya slogan-slogan mengenai budi pekerti tepatnya di ruangan belajar anak asuh. Selanjutnya, dalam mendidik rasa kecintaan anak terhadap sesama peneliti menemukan adanya anak yang saling mengingatkan untuk melaksanakan sholat sunnah dan menegur temannya karena membuang plastik

(6)

bekas makanan secara sembarangan. Selanjutnya, untuk mendidik ketaqwaan anak, hasil observasi yang peneliti lakukan menunjukan adanya ketegasan dari pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menjaga kedisiplinan ibadah anak. Misalnya ketika observasi tanggal 1 April 2013 tepatnya pada pukul 18.24 WIB, peneliti menemukan ketua pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak yang sedang memberikan teguran dan nasehat serta memberikan penegasan pelaksanaan sholat kepada anak asuh.

Selain itu, untuk menggali minat dan bakat anak dilakukan dengan mewajibkan kepada anak asuh mengikuti latihan pencak silat. Latihan ini dilaksanakan setiap sabtu malam dimulai dari pukul 19.30 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Dalam pelaksanaan latihan pencak silat ini, anak asuh dibagi kedalam dua kelompok, yang pertama adalah kelompok pemula yang terdiri dari 18 anak dan kelompok mahir yang terdiri dari 9 anak. Yang bertindak sebagai pelatih dalam latihan pencak silat ini adalah anak asuh yang sudah memasuki masa penyapihan. Selain itu, metode lain yang pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan fisik anak adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana, misalnya dengan menyediakan lapangan futsal, raket badminton dan alat musik seperti gitar.

Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak mengenai upaya yang dilakukan untuk menunjang pendidikan fisik anak adalah dengan mewajibkan latihan pencak silat, untuk pendidikan mental, pengasuh membangun rasa percaya diri anak untuk berbicara di depan umum, misalnya dengan memberi tugas kepada anak untuk menjadi pemateri dalam KULTUM (kuliah tujuh menit) di lingkungan panti. Selanjutnya dalam menunjang pendidikan moral, metode yang digunakan oleh pengurus panti asuhan adalah dengan melatih anak untuk memegang suatu amanah, misalnya seorang anak di amanahkan untuk membagikan uang jajan kepada teman – temannya, jika ditemukan ada kecurangan dalam membagikan uang jajan, maka anak yang diberi amanah tersebut akan diberi sanksi. Selanjutnya, upaya yang dilakukan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah pontianak dalam menunjang pendidikan sosial anak yaitu dengan membiasakan anak untuk membaur antara satu dengan yang lainya tanpa memperhatikan perbedaan usia. Selain itu, untuk menunjang pendidikan sosial anak, pengurus mengikutsertakan anak asuh dalam menghadiri undangan pengajian atau pembacaan doa di rumah – rumah warga sekitar panti. Yang terakhir adalah pendidikan spiritual, pendidikan spiritual dilaksanakan dengan mendisiplinkan sholat lima waktu anak yang diawasi secara langsung oleh pengasuh.

Berkaitan dengan upaya penggalian bakat dan potensi anak, dari dasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa dahulu pihak pengurus panti asuhan pernah mendatangkan ahli sidik jari, jika ahli sidik jari tersebut sudah berhasil mengidentifikasikan bakat anak, maka tindak lanjut yang dilakukan oleh pengurus adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana serta mendatangkan tenaga ahli untuk melatih bakat anak tersebut. Selain itu, dari hasil wawancara dengan informan lainnya ditemukan juga upaya yang dilakukan pengurus panti asuhan

(7)

Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menggali bakat anak yaitu dengan mewajibkan anak asuh mengikuti latihan pencak silat.

Selanjutnya, dalam penyelenggaraan penunjangan pendidikan anak terdapat beberapa faktor penghambat yang dihadapi oleh pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak. Faktor penghambat yang pertama adalah keanekaragaman anak. Keanekaragaman yang dimaksud adalah setiap anak yang berada di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak berasal dari berbagai suku dan asal daerah yang berbeda-beda, hal ini tentu saja mempengaruhi proses adaptasi anak di lingkungan panti asuhan. Selain itu, ketua pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak juga mengatakan bahwa perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor penghambat yang dihadapinya. Misalnya sering ditemukan anak yang keluar dari lingkungan panti asuhan dan pergi ke warnet untuk bermain game online. Untuk meminimalisir pengaruh warnet terhadap anak, ketua pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak menyediakan lapangan olahraga bagi anak dengan harapan jika anak yang sudah kelelahan pada sore hari karena bermain, maka pada malam hari anak akan kelelahan dan tidak terpikir lagi untuk pergi ke warnet.

Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan bapak Mat Aka, ditemukan bahwa faktor penghambat dalam penunjangan pendidikan anak adalah pengaruh lingkungan pergaulan anak zaman sekarang yang cenderung terlalu bebas dan faktor perkembangan teknologi. Untuk mengatasi faktor penghambat seperti yang disebutkan di atas, upaya yang dilakukan pengasuh adalah dengan membatasi pergaulan anak asuh dengan teman-temannya di luar panti asuhan dan memberikan sanksi yang tegas kepada anak, misalnya dengan tidak memberi uang jajan atau menghukum anak dengan cara membersihkan lingkungan panti asuhan. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Halim yang berperan sebagai pengasuh juga ditemukan faktor penghambat dalam menunjang pendidikan anak yaitu rendahnya kesadaran anak untuk belajar. Menurut bapak Halim, anak akan belajar dengan serius apabila diawasi, akan tetapi ketika pengasuh meninggalkan anak yang sedang belajar, maka anak lebih banyak bergurau.

PEMBAHASAN

Pendidikan untuk anak-anak pada hakikatnya lebih kompleks daripada pendidikan orang dewasa. Sehingga, ketua pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak menetapkan kriteria tertentu dalam perekrutan pengasuh, diantaranya adalah harus memiliki ijazah minimal S1 dan diprioritaskan pada sarjana lulusan perguruan tinggi berbasis Islam. Akan tetapi, pengasuh di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah tidak seluruhnya memiliki latar belakang pendidikan berbasis ilmu pendidikan, sehingga dikhawatirkan pembagian wilayah kerja di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak tidak sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Selain itu, ketua pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak juga mengatakan bahwa pembinaan yang ada di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak lebih difokuskan pada pembinaan aspek intelektual

(8)

dan akhlak dengan tujuan adanya keseimbangan antara tingkat inteligensi dan akhlak anak.

Untuk membina aspek intelektual anak, upaya yang dilakukan oleh pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak adalah dengan memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk mengenyam pendidikan formal serta mengadakan bimbingan belajar yang didukung oleh tenaga ahli. Misalnya dengan mendatangkan guru les untuk membantu anak, baik itu dalam belajar, mengerjakan PR sekolah dan sebagainya. Bimbingan belajar yang dilaksanakan pada pagi hari dikhususkan untuk anak yang duduk dibangku SMP dan SMA, sedangkan kegiatan bimbingan belajar yang dilaksanakan pada sore hari dikhususkan untuk anak yang menduduki bangku SD. Maksud dari pembagian waktu bimbingan belajar ini adalah untuk menyesuaikan dengan waktu sekolah anak, karena anak yang duduk di bangku SD mereka disekolahkan pada sekolah yang masuk pagi sedangkan bimbingan belajar yang dilakukan pada pagi hari disebabkan anak yang sudah menduduki bangku SMP dan SMA masuk sekolah pada sore hari.

Selanjutnya, pendidikan fisik yang terdapat di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak yaitu dengan memberikan latihan pencak silat. Latihan ini diadakan setiap sabtu malam dan dimulai pada pukul 19.30 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Pelatih pencak silat di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak merupakan anak yang sudah memasuki masa penyapihan atau “anak yang telah dianggap telah cukup mendapatkan pengasuhan di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak” (dalam buku pedoman hidup tertib panti). Dalam latihan pencak silat ini peneliti juga menemukan adanya unsur pendidikan ketaqwaan, contohnya dengan membiasakan anak untuk berdoa sebelum maupun sesudah latihan, sehingga latihan yang dilakukan bernilai ibadah dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Selain itu, penunjangan pendidikan fisik yang ada di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak merupakan bagian dari upaya untuk menggali minat dan bakat anak. Akan tetapi, menggali minat dan bakat anak seharusnya dilakukan melalui berbagai macam jalur dan disesuaikan dengan minat dari masing – masing anak, sehingga potensi yang ada dalam diri anak dapat tersalurkan seluruhnya.

Untuk menunjang pendidikan mental anak, upaya yang dilakukan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah adalah dengan membiasakan anak untuk berbicara di depan umum. Misalnya dengan memberi tugas kepada anak menjadi pemateri KULTUM (kuliah tujuh menit). Akan tetapi, kekuatan mental anak yang sudah dibangun tidak dijaga konsistensinya sehingga dari hasil wawancara ditemukan ada anak yang berkelahi di sekolah karena ejekan teman-temannya, selain itu peneliti juga menemukan anak yang keluar dari lingkungan panti asuhan dan pergi ke warnet untuk bermain game online. Fenomena ini tentunya mempengaruhi kualitas mental anak. Karena, Khan (2010: 134) mengatakan bahwa “anak harus dijauhkan dari perangsangan atau nafsu apapun karena ketenangan pikiranlah yang memberi anak kekuatan, keseimbangan, kontrol diri, rasa percaya diri dan kepastian”.

(9)

Selanjutnya, upaya yang dilakukan oleh pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan moral adalah dengan membiasakan anak untuk memegang amanah. Misalnya dengan mengamanahkan kepada salah satu anak untuk membagikan uang jajan kepada teman – temannya. Apabila ditemukan ada kecurangan dalam membagikan uang jajan tersebut, maka anak yang di beri amanah akan di kenakan sanksi. Selain itu, pendidikan moral erat kaitannya dengan pendidikan budi pekerti, karena dalam pendidikan budi pekerti juga mengandung makna penginternalisasian nilai-nilai moral, baik itu dalam berinteraksi dengan Tuhan, sesama manusia maupun dengan alam. Oleh karena itu, dalam pendidikan moral anak pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak juga memasukan unsur pendidikan budi pekerti. Adapun metode yang pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah gunakan adalah metode pengkondisian lingkungan dan teguran.

Pengkondisian lingkungan untuk menunjang pendidikan anak yang dimaksud adalah dengan menyediakan sarana fisik berupa slogan-slogan mengenai budi pekerti. Selain itu, mengkondisikan lingkungan untuk mendidik budi pekerti adalah dengan menyediakan tempat sampah dengan tujuan agar tertanamnya kesadaran dari dalam diri anak untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Berikutnya, upaya yang dilakukan untuk menunjang pendidikan sosial anak diimplementasikan dengan mengikutsertakan anak asuh dalam pengajian-pengajian atau pembacaan doa di rumah warga sekitar panti. Dalam mengikutsertakan anak pada kegiatan pengajian kerumah warga, pengasuh ikut berperan aktif dalam mendampingi anak sehingga sopan santun dan akhlak anak ketika bersosialisasi dengan warga dapat di awasi secara langsung oleh pengasuh.

Selanjutnya, upaya yang dilakukan oleh pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan spiritual anak adalah dengan menjaga kedisiplinan anak asuh untuk melaksanakan sholat lima waktu yang diawasi secara langsung oleh pengasuh. Ketua pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak juga turut berperan aktif dalam menjaga kedisplinan ibadah anak asuh, hal ini di temukan ketika ketua pengurus panti asuhan sedang memberikan nasehat-nasehat kepada anak asuh agar disiplin melaksanakan sholat. Selain itu, ketua pengurus panti asuhan juga akan mengingatkan akan memberikan sanksi kepada anak asuh yang sering meninggalkan sholat, contoh sanksi yang akan diberikan adalah dengan tidak membayar biaya sekolah mereka ( hasil observasi tanggal 1 April tahun 2013). Ketegasan ketua pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam aspek pendidikan spiritual sudah cukup baik, hal ini sesuai dengan pendapat Khan ( 2010: 138) yang mengatakan “pendidikan untuk generasi yang lebih muda lebih memerlukan idealisme spiritual daripada hal lainnya. Sejak dunia semakin materialistis orang telah hampir kehilangan pengelihatan akan objek kehidupan, yaitu idealisme spiritual”.

Selain itu, upaya yang dilakukan oleh pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan spiritual anak adalah dengan membiasakan anak untuk membaca Al-Qur’an sesudah sholat magrib, ashar dan shubuh. Dalam kegiatan ini, pengasuh di panti asuhan Tunas Melati

(10)

Muhammadiyah membimbing anak secara langsung sehingga pembacaan ayat – ayat suci Al-Qur’an ini dilakukan dengan fasih. Setelah berlangsungnya kegiatan ini, peneliti juga menemukan pengasuh yang memberikan bimbingan lanjutan secara individual kepada anak yang dianggap masih belum fasih dalam membaca Al-Qur’an.

Selanjutnya, faktor penghambat yang dihadapi oleh pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor penghambat yang bersifat internal dalam penunjangan pendidikan anak adalah proses adaptasi anak asuh dengan lingkungan panti asuhan. Anak asuh dipanti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak berasal dari etnis dan daerah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pengasuhan dan penunjangan pendidikan, pengurus panti asuhan dihadapkan dengan berbagai kebiasaan anak yang dibawa dari daerah asalnya. Untuk mengatasi hal tersebut, pengasuh di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak membiasakan anak untuk berbaur antara satu dengan lainnya. Hal ini dapat dilihat ketika anak asuh secara bersama-sama dalam melaksanakan kewajiban mereka seperti piket kebersihan dan melaksanakan tugas-tugas lainnya. Selain itu, faktor penghambat yang dihadapi pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak adalah rendahnya kesadaran anak untuk belajar, untuk menghadapi faktor yang disebutkan di atas, upaya yang dilakukan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak adalah dengan memberikan sanksi kepada anak. Misalnya dengan tidak memberi uang jajan dan sebagainya.

Faktor penghambat yang bersifat eksternal adalah pengaruh lingkungan luar, pangaruh lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan pergaulan anak yang cenderung terlalu bebas. Faktor penghambat lainnya adalah perkembangan teknologi. Dari beberapa kasus menunjukan bahwa pernah ditemukan anak yang keluar lingkungan panti asuhan dan pergi ke warnet untuk bermain game online. Hal ini tentu saja mempengaruhi mental anak, karena untuk memaksimalkan pendidikan mental bagi anak salah satu faktor pendukungnya adalah dengan menjauhkan anak dari pengaruh lingkungan luar yang bersifat negatif, seperti yang dikatakan Khan (2010: 134) “untuk membuat mentalnya kuat, anak harus diajari untuk memusatkan pikirannya melalui kegiatan belajar....”.

Untuk mengatasi faktor penghambat seperti yang disebutkan diatas, upaya yang dilakukan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak adalah dengan membatasi ruang lingkup pergaulan anak panti dengan anak di luar lingkungan panti asuhan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data tentang upaya pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang anak, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan oleh pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan

(11)

anak pada dasarnya sudah memenuhi lima unsur yang harus diperhatikan dalam pendidikan anak, yaitu pendidikan fisik, mental, moral, sosial, dan spiritual.

Selain itu, faktor penghambat yang dihadapi oleh pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak dalam menunjang pendidikan anak dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor penghambat yang bersifat internal dan eksternal. Faktor penghambat yang bersifat internal adalah proses adaptasi anak di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak serta faktor penghambat yang bersifat eksternal adalah pengaruh perkembangan teknologi serta pengaruh lingkungan pergaulan anak.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti berikan untuk memaksimalkan penunjangan pendidikan anak di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak adalah :

1. Setiap anak yang terlahir kedunia memiliki bakat atau potensi yang berbeda-beda, sehingga upaya untuk menggali bakat anak hendaknya tidak dilakukan secara monoton, akan tetapi disesuaikan dengan minat dari masing – masing anak. Sehingga bakat yang dimiliki oleh setiap anak dapat tersalurkan seluruhnya. Selain itu, dalam menggali bakat anak juga perlu diperhatikan unsur – unsur penunjangnya, diantaranya adalah dengan menyediaan tenaga ahli yang sesuai dengan bakat yang dimiliki anak dengan harapan bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak dapat berkembang dengan maksimal. 2. Penyediaan slogan – slogan yang berkaitan dengan upaya untuk menunjang

pendidikan moral hendaknya ditambah jumlah nya. Selain itu, untuk membangun motivasi anak dalam belajar juga perlu di perhatikan. Misalnya dengan membuat slogan – slogan yang berkaitan dengan motivasi.

DAFTAR RUJUKAN

A.G.Lunandi. (1984), Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: PT. Gramedia Beni Ahmad Saebani. (2008), Metode Penelitian, Bandung: CV Pustaka Setia Hadari Nawawi. (2007). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:Gajahmada

University Press.

Inayat, Inayat. (2007). Mendidik Anak dari Kandungan Sampai Dewasa. Bandung: Marja

Sri Ernawati. (2012). Peranan Panti Sosial Asuhan Anak dalam Membina Warga Negara Bertanggung Jawab. Skripsi. Bandung : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (online) http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0806970_chapter2.pdf Diunduh tanggal 22 januari 2013

(12)

Tirtarahardja, Umar. (2005), Pengantar Pendidikan, Jakarta : Pusat Perbukuan DEPDIKNAS dan Rineka Cipta

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 2003. Jakarta: Sinar Grafika

Sadulloh, Uyoh. (2010), Pedagogik (Ilmu Mendidik),Bandung : Alfabeta

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.(cetakan ke 7). Bandung:CV Alfabeta

Gambar

Tabel 2 : Hasil Observasi tentang Upaya Pengurus Panti Asuhan Tunas      Melati Muhammadiyah Pontianak dalam Menunjang Pendidikan      Anak

Referensi

Dokumen terkait

Respons petani terhadap kebijakan ataupun kegiatan pengelolaan tambang dinilai negatif, meskipun terdapat sebahagian petani yang bersikap netral terhadap kehadiran tambang

Stress Oksidatif dan radikal bebas yang dihasilkan dari proses inflamasi dapat menyebabkan kerusakan dari perbaikan ovulatori sehingga memicu terjadi peningkatan

Aspek sosial dilihat dari tingkat partisipasi petani kopi dalam kegiatan kelompok tani, petani mampu memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam setiap

In conclusion, contrary to conventional wisdom that all multichannel customers are valuable, our results show that multichannel customers are the most valuable segment only for

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja karyawan waiter atau waitress bagian food and beverage.. Semakin

Pengolahan secara batch (penumpukan lebih dahulu) merupakan sistem pengolahan data transaksi dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu data transaksi yang terjadi, kemudian pada

1) Derajat penguasaan materi kuliah. Usaha ini digunakan menentukan seberapa jauh seorang mahasiswa pada akhir semester mendapat kompetensi dan menentukan pula seberapa

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |