• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Kulit & Kelamin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ilmu Kulit & Kelamin"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Ilmu

Kulit & Kelamin

(2)

Vehikulum Obat Topikal

Cairan (solusio, tingtura, kompres)

– Membersihkan kulit dari debris

– Perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, pustula

– Keadaan yang basah menjadi kering

– Merangsang epitelisasi

Bedak

– Penetrasi sedikit

– Diberikan pada dermatosis yang kering dan superfisial

– Berguna untuk mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah

Salep

– Diberikan pada dermatosis yang kering dan kronik, berkrusta

– Penetrasi paling kuat

– Kontraindikasi pada dermatitis madidans (dengan eksudasi), tidak dianjurkan pada bagian tubuh yang berambut

(3)

Bedak kocok

Diberikan pada dermatosis yang kering, superfisial, agak

luas. Pada keadaan yang subakut

Penetrasi sedikit, mengurangi gatal

Kontraindikasi: dermatitis madidans, daerah berambut

Krim

Indikasi kosmetik

Dermatosis subakut yang luas, penetrasi >> bedah kocok

Boleh digunakan di daerah berambut

Kontaindikasi: dermatitis madidans

Pasta (campuran bedak & vaselin)

Dermatosis yang agak basah (bersifat mengeringkan)

Kontraindikasi: dermatitis madidans, daerah berambut,

tidak dianjurkan pada daerah lipatan

Linimen (campuran cairan, bedak, salep)

Diberikan pada dermatosis yang subakut

Kontraindikasi: dermatosis madidans

(4)

Dermatofitosis

Dermatofitosis: infeksi oleh jamur dermatofita

pada jaringan yg mengandung keratin (kulit,

rambut, kuku)

Penyakit jamur di kulit oleh jamur dermatofita

Dermatofita: golongan jamur yang dpt mencerna

keratin dgn enzim keratinase

3 genus:

1. Microsporum

2. Tricophyton

(5)

Morfologi dermatofitosis khas:

Kelainan berbatas tegas

Polimorfik (papul, vesikel, skuama, dll)

Tepi lebih aktif

Disertai rasa gatal

Penderita pria lebih sering gatal karena

struktur anatominya

Klasifikasi dermatofitosis didasarkan pada

(6)

MIKOSIS

Superficialis

Inter-

mediate

Profunda

Dermatofitosis Non Dermatofitosis Subcutis Sistemik Tinea capitis Tinea barbae Tinea corporis ( T. imbrikata & T. favosa ) Tinea manum Tinea pedis Tinea kruris Tinea unguium Pitiriasis versikolor Piedra hitam Piedra putih Tinea nigra palmaris Otomikosis Kandidiasis Aspergillosis Misetoma Kromomikosis Sporotrikosis Fikomikosis - subkutan Rinosporodiosis Aktinomikosis Nokardiosis Histoplasmosis Kriptokokosis Koksidioidomikosis Blastomikosis Fikomikosis -sistemik

(7)

Tinea kapitis

– Terutama pada anak

– Stadium klnis dapat: kronik, subakut, akut

– Tiga bentuk klinis:

Gray patch: oleh a.l. M. canis, M. gypseum,Lampu Wood: M.canis

fluoresensi hijau

Black dot: oleh

Trichophyton sp., a.l.

T.tonsurans. Rambut patah di muara folikel

• Kerion: keadaan akut, bengkak, mirip sarang lebah dgn pus keluar dari folikel

Tinea pedis

– Interdigitalis

– Terutama sela jari IV-V

– Skuama, fisur, maserasi

– Gatal menahun  tidak gatal – Kronik, papuloskuamosa, hiperkeratotik • Moccasin foot • Hiperkeratosis, skuama – Vesikular/subakut:

• Sela jari  punggung dan telapa kakai

• Vesikel, vesikopustul, bula, skuama kolaret

(8)

TINEA KRURIS

Penyebab:

Trichophyton sp., E.floccosum

Klinis:

Predileksi pada lingkungan lembab (celana

ketat, pendek)

Lesi berbatas tegas

Tepi lebih aktif, polimorfik

Bila menahun

hiperpigmentasi

dengan sedikit skuama

(9)

TINEA KORPORIS

Penyebab:

Trichophyton sp.,

Microsporum sp.

– Gatal – Batas tegas – Polisiklik – Efloresensi polimorf

– Tepi tanda radang>aktif

– Tengah tenang (central healing)

Dermatofitosis pada

kulit tidak berambut

(glabrous skin)

Dermatofitosis yang

tidak termasuk 5

jenis lainnya

(kapitis, barbae,

kruris, pedis et

manum, unguium)

(10)

Bentuk Klinis:

Lesi bulat/ lonjong, berbatas tegas

Pinggir lebih aktif, polimorfik,

kadang-kadang polisiklik

Diagnosis Diferensial:

Dermatitis seboreika

Psoriasis

Pitiriasis rosea

Tinea Korporis

(11)

Bentuk khusus tinea korporis :

Tinea Imbrikata

Penyebab:

Trichophyton concentricum

Klinis: lingkaran skuama konsentris. Bila

menahun menyerupai iktiosis

Tinea Favosa

Penyebab:

T.schoenleini, T.violaceum, M.gypseum

Khas : krusta seperti cawan (skutula), mengenai

badan dan kepala

menyebabkan alopesia

permanen

Di Indonesia

jarang.

(12)

Sediaan basah KOH

10%

(rambut), 20% (kulit), 30%

(kuku)

utk hancurkan

epitel & debris

sediaan

jernih. Dapat + zat warna,

mis: tinta parker

blue-black. Mikroskop cahaya

pembesaran 100X & 400X

– Hifa sejati dan

artrospora(segmen hifa

menggembung dan dinding menebal terpisah)

Media agar dekstrosa

Sabouraud

Tatalaksana

DOC: Griseofulvin

Obat topikal:

– Bila lesi terbatas

– Vehikulum sesuai stadium lesi

– Tinea unguium 1-2 kuku dan tanpa kena bagian proksimal, + pengikiran bagian kuku yg rusak

Obat sistemik:

– Lesi luas

– Tdk resposnif thdp obat topikal

(13)

Kandidosis

• penyakit jamur bisa bersifat

akut/subakut disebabkan oleh genus Candida

• Klasifikasi

– Kandidosis mukosa: kandidosis oral, perleche, vulvovaginitis, balanitis, mukokutan kronik, bronkopulmonar

– Kandidosis kutis: lokalisata,

generalisata, paronikia & onikomikosis, granulomatosa

– Kandidosis sistemik: endokarditis, meningitis, pyelonefritis, septikemia

– Reaksi id (kandidid)

• Faktor

– Endogen: perubahan fisiologik

(kehamilan, obesitas, iatrogenik, DM, penyakit kronik), usia (orang tua & bayi), imunologik

– Eksogen: iklim panas, kelembaban tinggi, kebiasaan berendam kaki, kontak dengan penderita

• Bentuk klinis:

Kandidosis intertriginosa: Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, sela jari, glans penis, dan umbilikus berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah, eritematosa. Dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula

Kandidosis perianal: Lesi berupa

maserasi seperti dermatofit tipe basah

Kandidosis kutis generalisata: Lesi terdapat pada glabrous skin. Sering disertai glossitis, stomatitis, paronikia

• Pemeriksaan: KOH (selragi,

blastospora, hifa semu), kultur di

agar Sabouraud

• Pengobatan: hindari faktor

predisposisi, antifungal (gentian

violet 0,5-1%, nistatin, amfoterisin B,

(14)

95-96. Kusta/morbus Hansen

Penyakit infeksi kronik akibat infeksi

Mycobacterium leprae

Gejala klinis:

(15)

Tuberculoid

• Few well-defined hypopigmented

hypesthetic macules with raised edges and varying in size from a few

millimeters to very large lesions covering the entire trunk.

• Erythematous or purple border and hypopigmented center. Sharply defined, raised; often annular; enlarge

peripherally. Central area becomes atrophic/depressed.

• Advanced lesions are anesthetic, devoid of skin appendages (sweat glands, hair follicles).  test pinprick, temperature, vibration

• Any site including the face.

• May be a thickened nerve on the edge of the lesion; large peripheral nerve enlargement frequent (ulnar).

Lepromatous

• Skin-colored or slightly

erythematous papules/nodules.

• Lesions enlarge; new lesions occur and coalesce. Later: symmetrically distributed nodules, raised plaques, diffuse dermal infiltrate, which on face results in loss of hair (lateral eyebrows and eyelashes) and leonine facies (lion's face).

• Bilaterally symmetric involving

earlobes, face, arms, and buttocks, or less frequently the trunk and lower extremities.

• More extensive nerve involvement

(16)

Tipe Lesi Batas Permukaan BTA Lepromin

I Makula

hipopigmentasi

Jelas Halus agak berkilat, anestesi - + TT Makula eritematosa bulat/lonjong, bagian tengah sembuh Jelas Kering bersisik, anestesi - + kuat BT Makula eritematosa tidak teratur, mula-mula ada tanda kontraktur Jelas Kering bersisik, anestesi +/- + lemah BB Plakat, dome-shaped, punched-out Agak jelas Agak kasar, agak berkilat + -

BL Makula infiltrat merah Agak jelas

Halus berkilat

+ -

LL Makula infiltrat difus berupa nodus simetri, saraf terasa sakit

Tidak jelas

Halus berkilat

(17)

Pausibasilar Multibasilar Lesi kulit

(makula datar, papul meninggi, nodus)

•1-5 lesi

•Hipopigmentasi/eritema

•Distribusi tidak simetris

•Hilangnya sensasi yang jelas

•>5 lesi

•Distribusi lebih simetris

•Hilangnya sensasi kurang jelas

Kerusakan saraf

(menyebabkan hilangnya sensasi/kelemahan otot yang dipersarafi)

Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf

Kriteria Diagnosis Lepra:

Lesi hipopigmentasi dengan gangguan sensibilitas

Penebalan saraf

BTA (+)

• Pemeriksaan

– Bakterioskopik: Ziehl-Neelsen

– Histopatologik: sel datia Langhans, atau sel Virchow

(18)
(19)

Tatalaksana

REJIMEN WHO (1997)

Kusta PB : rifampisin 600 mg/bulan (supervisi),

dapson 100 mg/hari paket 6 kemasan MDT PB

bulanan diselesaikan dlm 6-9 bln

Rejimen kusta MB : rifampisin 600 mg/ bulan

(supervisi), klofasimin 300 mg/bulan (supervisi)

dilanjutkan 50 mg/ hari dan dapson 100 mg/hari.

Pemberian paket 12 kemasan MDT MB bulanan

yang diselesaikan selama 12-18 bulan.

(20)

Reaksi Kusta

Suatu keadaan akut pd perjalanan peny kusta yg kronik

Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat

Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi

Pembagian :

Reaksi tipe I ~ reversal

hipersensitifitas tipe IV

Reaksi tipe II ~ ENL

hipersensitifitas tipe III

Ke-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat

(21)

KLINIS

REVERSAL

ENL

Kulit

Saraf

Konstitusi

Lesi >> eritematosa

Lesi baru

Membesar

Nyeri +/-

Gangguan fungsi +/-

Demam ringan

Malaise

Nodus >>>

Nyeri, ulserasi

Membesar

Nyeri +/-

Gangguan fungsi +/-

Demam ringan – berat

Malaise

(22)
(23)
(24)
(25)

Sindrom Stevens-Johnson

TEN

Sindrom yang mengenai kulit, selaputlendir di orifisium,

dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan

sampai berat

Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi,

graft vs

host disease

, neoplasma, radiasi

Reaksi hipersensitivitas tipe 2

Trias kelainan

– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula

– Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada mukosa mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta kehitaman

– Kelainan mata: konjungtivitis

Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok

Pengobatan: KS sistemik-oral, antibiotik, suportif

(26)

SSJ

• Sindrom yang mengenai kulit, selaputlendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat

• Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi, graft vs host disease, neoplasma, radiasi

• Reaksi hipersensitivitas tipe 2

• Trias kelainan

– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula

– Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada mukosa mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta kehitaman

– Kelainan mata: konjungtivitis

• Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok

• Pengobatan: KS sistemik-oral, antibiotik, suportif

(27)

TEN

SSJ leboh berat

Epidermolisis >30%

Demam (sering kali >39) dan flu-like illness 1-3 hari

sebelum lesi mukokutaneus muncul

Eritema yang berkonfluensi

Facial edema or central facial involvement

Lesi terasa nyeri

Palpable Purpura

Nekrosis kulit, dan blisters and/or epidermal detachment

Krusta/erosis pada membran mukosa, sore throat

Gangguan penglihatan karena ada keterlibatan mata

(28)

Akne Vulgaris

Penyakit peradangan kronik folikel pilosebasea

Faktor: perubahan pola keratinisasi dalam folikel, produksi

sebum ↑, terbentuknya fraksi asam lemak bebas,

peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes),

pembentukan circulating antibodies, peningkatan kadar

hormon androgen, stress psikis, faktor lain (usia, ras,

familial, makanan, cuaca)

Gejala klinis:

– Predileksi: muka, bahu, dada atas, punggung atas

– Erupsi kulit polimorfi:

• Tak beradang: komedo, papula tidak beradang

(29)
(30)

Pengobatan

Topikal:

• Iritan: sulfur, asam salisilat, peroksida benzoil, asam retinoat

• Antibiotik: oksitetrasiklin, eritromisin

• Antiinflamasi: hidrokortison, triamsinolon intralesi

Sistemik

• Antibiotik: tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, trimethoprim

• Obat hormonal: estrogen, siproteron asetat

• Vitamin A

Antiinflamasi

(31)

Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak Iritan

• Reaksi peradangan kulit nonimunologik (tanpa didahului proses desensitisasi)

• Dapat diderita semua orang

• Penyebab: bahan iritan

• Gejala: beragam tergantung sifat iritan

– Akut: kulit terasa oedih, panas, terbakar, eritema edema, bula

– Kronik: kulit kering, eritema, skuama, hiperkeratosis, likenifikasi

• Jenis:

– Kategori mayor: DKI akut, DKI kumulatif (kronis)

– Kategori lain: DKI lambat akut, reaksi iritasi, DKI traumatik, DKI eritematosa, DKI subyektif

• Pengobatan: menghindari pajanan, KS

Dermatitis kontak alergi

• Reaksi peradangan kulit imunologik,

diperantarai cellmediated immune response (hipersensitivitas tipe IV)

• Mengenai orang yang kulitnya hipersensitif

• Penyebab: hapten (alergen yang belum diproses, lipofilik, sangat reaktif, mampu menembus stratum korneum)

• Fase: sensitisasi & elitisasi

• Gejala:

– Akut: gatal, eritema, edema, papulovesikel, vesikel, bula

– Kronik: kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, fisur

• DD: DKI

Pemeriksaan: uji tempel

– Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam

– Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama

dilakukan 15-30 menit setelah dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas

– Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan, cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.

(32)

• Uji tempel digunakan untuk membedakan DKA dengan DKI

• Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam

• Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas

• Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan, cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.

(33)

Psoriasis Vulgaris

• Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-lapis dan transparan

• Predileksi: skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor (siku & lutut), lumbosakral

• Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign

• Patofisiologi:

– Genetik: berkaitan dengan HLA

– Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal, dankeratinosit

– Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolisme, obat,alkohol, dan merokok

• Tata laksana:

– Topikal: preparat ter, kortikosteroid, ditranol, tazaroen, emolien, dll

– Sistemik: KS, sitostatik (metotreksat), levodopa, etretinat, dll

(34)
(35)

Skabies

• Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis

• Transmisi: kontak langsung (skin to skin), tidak langsung (pakaian)

• Kelainan kulit akibat terowongan tungau atau karena garukan penderita

• Gejala:

– Pruritus nokturna

– Menyerang manusia secara kelompok

– Adanya terowongan (kunikulus) yang berwarna putih/keabuan,

lurus/berkelok, panjang 1 cm, pada ujung didapatkan papul/vesikel. Predileksi: sela jari tangan, pergelangan tangan bag volar, siku luar, lipat ketiak depan, areola mammae, umbilikus, bokong, genitalia eksterna, perut bawah

– Ditemukan tungau

• Obat: sulfur presipitat 4-20%, benzil benzoat 20-25%, gameksan 1%, krotamiton 10%, permetrin 5%

(36)
(37)

Sifilis

• Treponema pallidum, kronik, bersifat sistemik

• Dapat menyerang hampir semua organ, dapat menyerupai banyak penyakit (the great imitator), mempunyai masa laten, dapat

ditularkan dari ibu ke janin

• Stadium dini (menular)

– Stadium I (sifilis primer): papul lentikular yang kemudian menjadi ulkus dinding tidak bergaung, indolen, teraba indurasi, tidak ada radang akut (ulkus durum) biasanya di genitalia eksterna. Seminggu setelah afek primer terdapat pembesaran KGB inguinal

– Stadium II (sifilis sekunder): 6-8 minggu sejak S I, dapat menyerupai berbagai kelainan kulit (the great imitator), dapat memberi kelainan pada mukosa, KGB, mata, hepar, tulang, saraf. Kelainan biasanya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata

– Sifilis laten dini: tidak ada gejala klinis, tetapi infeksi masih aktif. Tes serologi darah (VDRL, TPHA) positif

– Stadium rekuren: relaps dapat terjadi berupa kelainan kulit mirip sifilis sekunder

(38)

Chancre of Primary Syphilis on Penis

Chancre of Primary Syphilis on Labium

(39)

Mucocutaneous Lesions of Secondary Syphilis

(40)

Stadium lanjut (tidak menular)

– Sifilis laten lanjut: lama bertahun-tahun, tidak menular, diagnosis dengan tes serologik

– Stadium III (sifilis tersier): 3-10 tahun sejak S I, kelainan khas adalah guma (infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, destruktif), nodus, dapat menyerang mukosa, tulang, hepar, jantung & aorta (sifilis kardiovaskular), otak (neurosifilis)

Tes Serologi Sifilis

– Non treponemal

• VDRL(Venereal Disease Research Laboratory)

• antigen tidak spesifik

– treponemal

• TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay)

• spesifik antigen treponemal

(41)

Gonorrhea

• infeksi Neisseria gonorrhoeae

• Masa tunas 2-5 hari

• Jenis infeksi:

– Pada pria: uretritis, tysonitis, parauretritis, littritis, cowperitis, prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, trigonitis

– Gambaran uretritis: gatal, panas di uretra distal, disusul disuria, polakisuria , keluar duh yang kadang disertai darah, nyeri saat ereksi

– Pada wanita: uretritis, oarauretritis, servisitis, bartholinitis, salpingitis, proktitis, orofaringitis, konjungtivitis (pada bayi baru lahir), gonorrhea diseminata

• Pemeriksaan:

– Sediaan langsung: diplokokus gram negatif

– Kultur: agar Thayer-Martin • Pengobatan

– First line: Ceftriaxone (250 mg IM, single dose) or Cefixime (400 mg PO, single dose)plus

– Treatment for Chlamydia if chlamydial infection is not ruled out: Azithromycin (1 g PO, single dose) or Doxycycline (100 mg PO bid for 7 days)

(42)

Gonorrhea

• Pemeriksaan:

– Sediaan langsung: diplokokus gram negatif

– Kultur: agar Thayer-Martin

• Pengobatan

Diagnosis Pilihan pengobatan

Uncomplicated gonococcal infection of the cervix,

urethra, pharynx, or rectum

First line: Ceftriaxone (250 mg IM, single dose) or Cefixime (400 mg PO, single dose)

plus

Treatment for Chlamydia if chlamydial infection is not ruled out: Azithromycin (1 g PO, single dose) or Doxycycline (100 mg PO bid for 7 days)

Alternative: Ceftizoxime (500 mg IM, single dose) or

Cefotaxime (500 mg IM, single dose) or Spectinomycin (2 g IM, single dose) or Cefotetan (1 g IM, single dose) plus probenecid (1 g PO, single dose)or Cefoxitin (2 g IM, single dose) plus probenecid (1 g PO, single dose)

(43)

Condyloma Akuminata

Vegetasi oleh HPV tipe 6,11 bertangkai dan

permukaannya berjonjot

Transmisi melalui kontak langsung

Predileksi : daerah lipatan yang lembab (genitalia

eksterna, perineum)

UKK: vegetasi bertangkai berwarna

kemerahan/kehitaman, papilomatosa

Th/: Kemoterapi (podofilin, asam triklorasetat

atau 5-fluorourasil), Bedah listrik, Bedah beku

(N2, N2O cair), Bedah skalpel, Laser CO2,

(44)
(45)
(46)
(47)

Trikomoniasis

• Infeksi saluran urogenital bagian bawah oleh Trichomonas vaginalis, bisa bersifat akut/kronik, penularan biasanya melalui hubungan seksual (dapat juga melalui pakaian atau karena berenang)

• Gejala klinis:

– Pada wanita:

• Sekret vagina seropurulen berwana kekuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak, berbusa

• Dinding vagina kemerahan, terdapat abses yang tampak sebagai granulasi berwarna merah (strawberry appearance), dispareunia, perdarahan pascakoitus, perdarahan intermenstrual

– Pada laki-laki: gambaran klinis lebih ringan, mirip uretritis nongonore • Pemeriksaan:

– Sediaan basah

– Pemeriksaan pewarnaan Giemsa • Pengobatan:

– Topikal: cairan irigasi (H2O, asam laktat), supositoria/gel trikomoniasudal

– Sistemik: metronidazol (2 g single dose atau 500 mg x 7 hari), tinidazol

(48)
(49)

Tatalaksana selain GO

CDC-dosis rekomendasi:

Metronidazole 500 mg orally twice a day for 7 days, OR

Metronidazole gel 0.75%,) intravaginally, once a day for 5

days, OR

(50)

Keganasan Pada Kulit

Karsinoma sel basal

Berasal dari sel epidermal pluripoten. Faktor

predisposisi: lingkungan (radiasi, arsen, paparan sinar

matahari, trauma, ulkus sikatriks), genetik

Usia di atas 40 tahun

Biasanya di daerah berambut,invasif, jarang metastasis

Bentuk paling sering adalahnodulus: menyerupai

kutil,tidak berambut, berwarnacoklat/hitam, berkilat

(pearly),bila melebar pinggirannyameninggi di tengah

menjadiulkus (ulcus rodent) kadangdisertai

(51)

Karsinoma sel skuamosa

• Berasal dari sel epidermis. Etiologi: sinar matahari, genetik, herediter, arsen,

• radiasi, hidrokarbon, ulkus sikatrik

• Usia tersering 40-50 tahun

• Dapat bentuk intraepidermal

• Dapat bentuk invasif: mula mula berbentuk nodus keras, licin, kemudian berkembang menjadi verukosa/papiloma. Fase lanjut tumor menjadi keras, bertambah besar,

invasif, dapat terjadi ulserasi. Metastasis biasanya melalui KGB.

Melanoma maligna

• Etiologi belum pasti. Mungkin faktor herediter atau iritasi berulang pada tahi lalat

• Usia 30-60 tahun

• Bentuk:

• Superfisial: Bercak dengan

warna bervariasi, tidak teratur, berbatas tegas, sedikit

penonjolan

• Nodular: nodus berwarna biru kehitaman dengan batas tegas

• Lentigo melanoma maligna: plakat berbatas tegas, coklat, kehitaman, meliputi muka

Referensi

Dokumen terkait

Faktor risiko dengan kekuatan hubungan dari yang terbesar ke yang terkecil terhadap kematian pasien sirosis hati adalah koma hepatikum, syok septik, ensefalopati

Tujuan akhir dari literatur review ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang berkenaan dengan apa yang sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya.. mereview

Penelitian ini bertujuan untuk melihat komunikasi KPPPA mengenai keseimbangan peran kontrol dan peran pengasuhan yang ideal dalam keluarga pada lama siaran pers

Lampirkan Statuta dan Organisasi dan Tata Kerja (OTK) untuk pengusulan program studi baru pada perguruan tinggi lama. 2.1.2 Berikan analisis mengenai kemampuan dan potensi

H6b: Dalam konteks s-commerce , dukungan emosi sosial yang diterima seseorang dari pengguna lain berpengaruh positif dengan pengaruh sosial normatif dari pengalaman

Hasil sidik ragam (Lampiran 12, 13 dan 14), menunjukkan kotoran sapi tidak nyata meningkatkan C-organik tanah pada setelah dua minggu inkubasi dan saat panen baik di daerah

Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta tahun.

Pada penelitian ini ekstrak spons menunjukkan adanya bioaktivitas beberapa ekstrak spons yang berpotensi membunuh bakteri E. Dalam penelitian ini tampak bahwa