Ilmu
Kulit & Kelamin
Vehikulum Obat Topikal
• Cairan (solusio, tingtura, kompres)
– Membersihkan kulit dari debris
– Perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, pustula
– Keadaan yang basah menjadi kering
– Merangsang epitelisasi
• Bedak
– Penetrasi sedikit
– Diberikan pada dermatosis yang kering dan superfisial
– Berguna untuk mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah
• Salep
– Diberikan pada dermatosis yang kering dan kronik, berkrusta
– Penetrasi paling kuat
– Kontraindikasi pada dermatitis madidans (dengan eksudasi), tidak dianjurkan pada bagian tubuh yang berambut
•
Bedak kocok
–
Diberikan pada dermatosis yang kering, superfisial, agak
luas. Pada keadaan yang subakut
–
Penetrasi sedikit, mengurangi gatal
–
Kontraindikasi: dermatitis madidans, daerah berambut
•
Krim
–
Indikasi kosmetik
–
Dermatosis subakut yang luas, penetrasi >> bedah kocok
–
Boleh digunakan di daerah berambut
–
Kontaindikasi: dermatitis madidans
•
Pasta (campuran bedak & vaselin)
–
Dermatosis yang agak basah (bersifat mengeringkan)
–
Kontraindikasi: dermatitis madidans, daerah berambut,
tidak dianjurkan pada daerah lipatan
•
Linimen (campuran cairan, bedak, salep)
–
Diberikan pada dermatosis yang subakut
–
Kontraindikasi: dermatosis madidans
Dermatofitosis
•
Dermatofitosis: infeksi oleh jamur dermatofita
pada jaringan yg mengandung keratin (kulit,
rambut, kuku)
•
Penyakit jamur di kulit oleh jamur dermatofita
•
Dermatofita: golongan jamur yang dpt mencerna
keratin dgn enzim keratinase
•
3 genus:
1. Microsporum
2. Tricophyton
•
Morfologi dermatofitosis khas:
Kelainan berbatas tegas
Polimorfik (papul, vesikel, skuama, dll)
Tepi lebih aktif
Disertai rasa gatal
•
Penderita pria lebih sering gatal karena
struktur anatominya
•
Klasifikasi dermatofitosis didasarkan pada
MIKOSIS
Superficialis
Inter-
mediate
Profunda
Dermatofitosis Non Dermatofitosis Subcutis Sistemik Tinea capitis Tinea barbae Tinea corporis ( T. imbrikata & T. favosa ) Tinea manum Tinea pedis Tinea kruris Tinea unguium Pitiriasis versikolor Piedra hitam Piedra putih Tinea nigra palmaris Otomikosis Kandidiasis Aspergillosis Misetoma Kromomikosis Sporotrikosis Fikomikosis - subkutan Rinosporodiosis Aktinomikosis Nokardiosis Histoplasmosis Kriptokokosis Koksidioidomikosis Blastomikosis Fikomikosis -sistemik•
Tinea kapitis
– Terutama pada anak
– Stadium klnis dapat: kronik, subakut, akut
– Tiga bentuk klinis:
• Gray patch: oleh a.l. M. canis, M. gypseum,Lampu Wood: M.canis
fluoresensi hijau
• Black dot: oleh
Trichophyton sp., a.l.
T.tonsurans. Rambut patah di muara folikel
• Kerion: keadaan akut, bengkak, mirip sarang lebah dgn pus keluar dari folikel
•
Tinea pedis
– Interdigitalis
– Terutama sela jari IV-V
– Skuama, fisur, maserasi
– Gatal menahun tidak gatal – Kronik, papuloskuamosa, hiperkeratotik • Moccasin foot • Hiperkeratosis, skuama – Vesikular/subakut:
• Sela jari punggung dan telapa kakai
• Vesikel, vesikopustul, bula, skuama kolaret
TINEA KRURIS
Penyebab:
Trichophyton sp., E.floccosum
•
Klinis:
–
Predileksi pada lingkungan lembab (celana
ketat, pendek)
–
Lesi berbatas tegas
–
Tepi lebih aktif, polimorfik
–
Bila menahun
→
hiperpigmentasi
dengan sedikit skuama
TINEA KORPORIS
Penyebab:
Trichophyton sp.,
Microsporum sp.
– Gatal – Batas tegas – Polisiklik – Efloresensi polimorf– Tepi tanda radang>aktif
– Tengah tenang (central healing)
•
Dermatofitosis pada
kulit tidak berambut
(glabrous skin)
•
Dermatofitosis yang
tidak termasuk 5
jenis lainnya
(kapitis, barbae,
kruris, pedis et
manum, unguium)
Bentuk Klinis:
–
Lesi bulat/ lonjong, berbatas tegas
–
Pinggir lebih aktif, polimorfik,
kadang-kadang polisiklik
Diagnosis Diferensial:
•
Dermatitis seboreika
•
Psoriasis
•
Pitiriasis rosea
Tinea KorporisBentuk khusus tinea korporis :
–
Tinea Imbrikata
•
Penyebab:
Trichophyton concentricum
•
Klinis: lingkaran skuama konsentris. Bila
menahun menyerupai iktiosis
–
Tinea Favosa
•
Penyebab:
T.schoenleini, T.violaceum, M.gypseum
•
Khas : krusta seperti cawan (skutula), mengenai
badan dan kepala
→
menyebabkan alopesia
permanen
•
Di Indonesia
→
jarang.
•
Sediaan basah KOH
10%
(rambut), 20% (kulit), 30%
(kuku)
utk hancurkan
epitel & debris
sediaan
jernih. Dapat + zat warna,
mis: tinta parker
blue-black. Mikroskop cahaya
pembesaran 100X & 400X
– Hifa sejati dan
artrospora(segmen hifa
menggembung dan dinding menebal terpisah)
•
Media agar dekstrosa
Sabouraud
•
Tatalaksana
•
DOC: Griseofulvin
•
Obat topikal:
– Bila lesi terbatas
– Vehikulum sesuai stadium lesi
– Tinea unguium 1-2 kuku dan tanpa kena bagian proksimal, + pengikiran bagian kuku yg rusak
•
Obat sistemik:
– Lesi luas
– Tdk resposnif thdp obat topikal
Kandidosis
• penyakit jamur bisa bersifat
akut/subakut disebabkan oleh genus Candida
• Klasifikasi
– Kandidosis mukosa: kandidosis oral, perleche, vulvovaginitis, balanitis, mukokutan kronik, bronkopulmonar
– Kandidosis kutis: lokalisata,
generalisata, paronikia & onikomikosis, granulomatosa
– Kandidosis sistemik: endokarditis, meningitis, pyelonefritis, septikemia
– Reaksi id (kandidid)
• Faktor
– Endogen: perubahan fisiologik
(kehamilan, obesitas, iatrogenik, DM, penyakit kronik), usia (orang tua & bayi), imunologik
– Eksogen: iklim panas, kelembaban tinggi, kebiasaan berendam kaki, kontak dengan penderita
• Bentuk klinis:
– Kandidosis intertriginosa: Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, sela jari, glans penis, dan umbilikus berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah, eritematosa. Dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula
– Kandidosis perianal: Lesi berupa
maserasi seperti dermatofit tipe basah
– Kandidosis kutis generalisata: Lesi terdapat pada glabrous skin. Sering disertai glossitis, stomatitis, paronikia
• Pemeriksaan: KOH (selragi,
blastospora, hifa semu), kultur di
agar Sabouraud
• Pengobatan: hindari faktor
predisposisi, antifungal (gentian
violet 0,5-1%, nistatin, amfoterisin B,
95-96. Kusta/morbus Hansen
•
Penyakit infeksi kronik akibat infeksi
Mycobacterium leprae
•
Gejala klinis:
Tuberculoid
• Few well-defined hypopigmented
hypesthetic macules with raised edges and varying in size from a few
millimeters to very large lesions covering the entire trunk.
• Erythematous or purple border and hypopigmented center. Sharply defined, raised; often annular; enlarge
peripherally. Central area becomes atrophic/depressed.
• Advanced lesions are anesthetic, devoid of skin appendages (sweat glands, hair follicles). test pinprick, temperature, vibration
• Any site including the face.
• May be a thickened nerve on the edge of the lesion; large peripheral nerve enlargement frequent (ulnar).
Lepromatous
• Skin-colored or slightly
erythematous papules/nodules.
• Lesions enlarge; new lesions occur and coalesce. Later: symmetrically distributed nodules, raised plaques, diffuse dermal infiltrate, which on face results in loss of hair (lateral eyebrows and eyelashes) and leonine facies (lion's face).
• Bilaterally symmetric involving
earlobes, face, arms, and buttocks, or less frequently the trunk and lower extremities.
• More extensive nerve involvement
Tipe Lesi Batas Permukaan BTA Lepromin
I Makula
hipopigmentasi
Jelas Halus agak berkilat, anestesi - + TT Makula eritematosa bulat/lonjong, bagian tengah sembuh Jelas Kering bersisik, anestesi - + kuat BT Makula eritematosa tidak teratur, mula-mula ada tanda kontraktur Jelas Kering bersisik, anestesi +/- + lemah BB Plakat, dome-shaped, punched-out Agak jelas Agak kasar, agak berkilat + -
BL Makula infiltrat merah Agak jelas
Halus berkilat
+ -
LL Makula infiltrat difus berupa nodus simetri, saraf terasa sakit
Tidak jelas
Halus berkilat
Pausibasilar Multibasilar Lesi kulit
(makula datar, papul meninggi, nodus)
•1-5 lesi
•Hipopigmentasi/eritema
•Distribusi tidak simetris
•Hilangnya sensasi yang jelas
•>5 lesi
•Distribusi lebih simetris
•Hilangnya sensasi kurang jelas
Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya sensasi/kelemahan otot yang dipersarafi)
Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf
•
Kriteria Diagnosis Lepra:
•
Lesi hipopigmentasi dengan gangguan sensibilitas
•
Penebalan saraf
•
BTA (+)
• Pemeriksaan
– Bakterioskopik: Ziehl-Neelsen
– Histopatologik: sel datia Langhans, atau sel Virchow
•
Tatalaksana
•
REJIMEN WHO (1997)
–
Kusta PB : rifampisin 600 mg/bulan (supervisi),
dapson 100 mg/hari paket 6 kemasan MDT PB
bulanan diselesaikan dlm 6-9 bln
–
Rejimen kusta MB : rifampisin 600 mg/ bulan
(supervisi), klofasimin 300 mg/bulan (supervisi)
dilanjutkan 50 mg/ hari dan dapson 100 mg/hari.
Pemberian paket 12 kemasan MDT MB bulanan
yang diselesaikan selama 12-18 bulan.
Reaksi Kusta
Suatu keadaan akut pd perjalanan peny kusta yg kronik
Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat
Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi
Pembagian :
Reaksi tipe I ~ reversal
hipersensitifitas tipe IV
Reaksi tipe II ~ ENL
hipersensitifitas tipe III
Ke-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat
KLINIS
REVERSAL
ENL
Kulit
Saraf
Konstitusi
Lesi >> eritematosa
Lesi baru
Membesar
Nyeri +/-
Gangguan fungsi +/-
Demam ringan
Malaise
Nodus >>>
Nyeri, ulserasi
Membesar
Nyeri +/-
Gangguan fungsi +/-
Demam ringan – berat
Malaise
Sindrom Stevens-Johnson
→
TEN
•
Sindrom yang mengenai kulit, selaputlendir di orifisium,
dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan
sampai berat
•
Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi,
graft vs
host disease
, neoplasma, radiasi
•
Reaksi hipersensitivitas tipe 2
•
Trias kelainan
– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula
– Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada mukosa mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta kehitaman
– Kelainan mata: konjungtivitis
•
Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok
•
Pengobatan: KS sistemik-oral, antibiotik, suportif
SSJ
• Sindrom yang mengenai kulit, selaputlendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat
• Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi, graft vs host disease, neoplasma, radiasi
• Reaksi hipersensitivitas tipe 2
• Trias kelainan
– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula
– Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada mukosa mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta kehitaman
– Kelainan mata: konjungtivitis
• Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok
• Pengobatan: KS sistemik-oral, antibiotik, suportif
TEN
•
SSJ leboh berat
•
Epidermolisis >30%
•
Demam (sering kali >39) dan flu-like illness 1-3 hari
sebelum lesi mukokutaneus muncul
•
Eritema yang berkonfluensi
•
Facial edema or central facial involvement
•
Lesi terasa nyeri
•
Palpable Purpura
•
Nekrosis kulit, dan blisters and/or epidermal detachment
•
Krusta/erosis pada membran mukosa, sore throat
•
Gangguan penglihatan karena ada keterlibatan mata
Akne Vulgaris
•
Penyakit peradangan kronik folikel pilosebasea
•
Faktor: perubahan pola keratinisasi dalam folikel, produksi
sebum ↑, terbentuknya fraksi asam lemak bebas,
peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes),
pembentukan circulating antibodies, peningkatan kadar
hormon androgen, stress psikis, faktor lain (usia, ras,
familial, makanan, cuaca)
•
Gejala klinis:
– Predileksi: muka, bahu, dada atas, punggung atas
– Erupsi kulit polimorfi:
• Tak beradang: komedo, papula tidak beradang
•
Pengobatan
–
Topikal:
• Iritan: sulfur, asam salisilat, peroksida benzoil, asam retinoat
• Antibiotik: oksitetrasiklin, eritromisin
• Antiinflamasi: hidrokortison, triamsinolon intralesi
–
Sistemik
• Antibiotik: tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, trimethoprim
• Obat hormonal: estrogen, siproteron asetat
• Vitamin A
–
Antiinflamasi
Dermatitis Kontak
• Dermatitis Kontak Iritan
• Reaksi peradangan kulit nonimunologik (tanpa didahului proses desensitisasi)
• Dapat diderita semua orang
• Penyebab: bahan iritan
• Gejala: beragam tergantung sifat iritan
– Akut: kulit terasa oedih, panas, terbakar, eritema edema, bula
– Kronik: kulit kering, eritema, skuama, hiperkeratosis, likenifikasi
• Jenis:
– Kategori mayor: DKI akut, DKI kumulatif (kronis)
– Kategori lain: DKI lambat akut, reaksi iritasi, DKI traumatik, DKI eritematosa, DKI subyektif
• Pengobatan: menghindari pajanan, KS
• Dermatitis kontak alergi
• Reaksi peradangan kulit imunologik,
diperantarai cellmediated immune response (hipersensitivitas tipe IV)
• Mengenai orang yang kulitnya hipersensitif
• Penyebab: hapten (alergen yang belum diproses, lipofilik, sangat reaktif, mampu menembus stratum korneum)
• Fase: sensitisasi & elitisasi
• Gejala:
– Akut: gatal, eritema, edema, papulovesikel, vesikel, bula
– Kronik: kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, fisur
• DD: DKI
• Pemeriksaan: uji tempel
– Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam
– Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama
dilakukan 15-30 menit setelah dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas
– Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan, cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.
• Uji tempel digunakan untuk membedakan DKA dengan DKI
• Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam
• Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas
• Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan, cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.
Psoriasis Vulgaris
• Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-lapis dan transparan
• Predileksi: skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor (siku & lutut), lumbosakral
• Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign
• Patofisiologi:
– Genetik: berkaitan dengan HLA
– Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal, dankeratinosit
– Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolisme, obat,alkohol, dan merokok
• Tata laksana:
– Topikal: preparat ter, kortikosteroid, ditranol, tazaroen, emolien, dll
– Sistemik: KS, sitostatik (metotreksat), levodopa, etretinat, dll
Skabies
• Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis
• Transmisi: kontak langsung (skin to skin), tidak langsung (pakaian)
• Kelainan kulit akibat terowongan tungau atau karena garukan penderita
• Gejala:
– Pruritus nokturna
– Menyerang manusia secara kelompok
– Adanya terowongan (kunikulus) yang berwarna putih/keabuan,
lurus/berkelok, panjang 1 cm, pada ujung didapatkan papul/vesikel. Predileksi: sela jari tangan, pergelangan tangan bag volar, siku luar, lipat ketiak depan, areola mammae, umbilikus, bokong, genitalia eksterna, perut bawah
– Ditemukan tungau
• Obat: sulfur presipitat 4-20%, benzil benzoat 20-25%, gameksan 1%, krotamiton 10%, permetrin 5%
• Sifilis
• Treponema pallidum, kronik, bersifat sistemik
• Dapat menyerang hampir semua organ, dapat menyerupai banyak penyakit (the great imitator), mempunyai masa laten, dapat
ditularkan dari ibu ke janin
• Stadium dini (menular)
– Stadium I (sifilis primer): papul lentikular yang kemudian menjadi ulkus dinding tidak bergaung, indolen, teraba indurasi, tidak ada radang akut (ulkus durum) biasanya di genitalia eksterna. Seminggu setelah afek primer terdapat pembesaran KGB inguinal
– Stadium II (sifilis sekunder): 6-8 minggu sejak S I, dapat menyerupai berbagai kelainan kulit (the great imitator), dapat memberi kelainan pada mukosa, KGB, mata, hepar, tulang, saraf. Kelainan biasanya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata
– Sifilis laten dini: tidak ada gejala klinis, tetapi infeksi masih aktif. Tes serologi darah (VDRL, TPHA) positif
– Stadium rekuren: relaps dapat terjadi berupa kelainan kulit mirip sifilis sekunder
Chancre of Primary Syphilis on Penis
Chancre of Primary Syphilis on Labium
Mucocutaneous Lesions of Secondary Syphilis
•
Stadium lanjut (tidak menular)
– Sifilis laten lanjut: lama bertahun-tahun, tidak menular, diagnosis dengan tes serologik
– Stadium III (sifilis tersier): 3-10 tahun sejak S I, kelainan khas adalah guma (infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, destruktif), nodus, dapat menyerang mukosa, tulang, hepar, jantung & aorta (sifilis kardiovaskular), otak (neurosifilis)
•
Tes Serologi Sifilis
– Non treponemal
• VDRL(Venereal Disease Research Laboratory)
• antigen tidak spesifik
– treponemal
• TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay)
• spesifik antigen treponemal
Gonorrhea
• infeksi Neisseria gonorrhoeae
• Masa tunas 2-5 hari
• Jenis infeksi:
– Pada pria: uretritis, tysonitis, parauretritis, littritis, cowperitis, prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, trigonitis
– Gambaran uretritis: gatal, panas di uretra distal, disusul disuria, polakisuria , keluar duh yang kadang disertai darah, nyeri saat ereksi
– Pada wanita: uretritis, oarauretritis, servisitis, bartholinitis, salpingitis, proktitis, orofaringitis, konjungtivitis (pada bayi baru lahir), gonorrhea diseminata
• Pemeriksaan:
– Sediaan langsung: diplokokus gram negatif
– Kultur: agar Thayer-Martin • Pengobatan
– First line: Ceftriaxone (250 mg IM, single dose) or Cefixime (400 mg PO, single dose)plus
– Treatment for Chlamydia if chlamydial infection is not ruled out: Azithromycin (1 g PO, single dose) or Doxycycline (100 mg PO bid for 7 days)
Gonorrhea
• Pemeriksaan:
– Sediaan langsung: diplokokus gram negatif
– Kultur: agar Thayer-Martin
• Pengobatan
Diagnosis Pilihan pengobatan
Uncomplicated gonococcal infection of the cervix,
urethra, pharynx, or rectum
First line: Ceftriaxone (250 mg IM, single dose) or Cefixime (400 mg PO, single dose)
plus
Treatment for Chlamydia if chlamydial infection is not ruled out: Azithromycin (1 g PO, single dose) or Doxycycline (100 mg PO bid for 7 days)
Alternative: Ceftizoxime (500 mg IM, single dose) or
Cefotaxime (500 mg IM, single dose) or Spectinomycin (2 g IM, single dose) or Cefotetan (1 g IM, single dose) plus probenecid (1 g PO, single dose)or Cefoxitin (2 g IM, single dose) plus probenecid (1 g PO, single dose)
Condyloma Akuminata
•
Vegetasi oleh HPV tipe 6,11 bertangkai dan
permukaannya berjonjot
•
Transmisi melalui kontak langsung
•
Predileksi : daerah lipatan yang lembab (genitalia
eksterna, perineum)
•
UKK: vegetasi bertangkai berwarna
kemerahan/kehitaman, papilomatosa
•
Th/: Kemoterapi (podofilin, asam triklorasetat
atau 5-fluorourasil), Bedah listrik, Bedah beku
(N2, N2O cair), Bedah skalpel, Laser CO2,
Trikomoniasis
• Infeksi saluran urogenital bagian bawah oleh Trichomonas vaginalis, bisa bersifat akut/kronik, penularan biasanya melalui hubungan seksual (dapat juga melalui pakaian atau karena berenang)
• Gejala klinis:
– Pada wanita:
• Sekret vagina seropurulen berwana kekuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak, berbusa
• Dinding vagina kemerahan, terdapat abses yang tampak sebagai granulasi berwarna merah (strawberry appearance), dispareunia, perdarahan pascakoitus, perdarahan intermenstrual
– Pada laki-laki: gambaran klinis lebih ringan, mirip uretritis nongonore • Pemeriksaan:
– Sediaan basah
– Pemeriksaan pewarnaan Giemsa • Pengobatan:
– Topikal: cairan irigasi (H2O, asam laktat), supositoria/gel trikomoniasudal
– Sistemik: metronidazol (2 g single dose atau 500 mg x 7 hari), tinidazol
•
Tatalaksana selain GO
•
CDC-dosis rekomendasi:
•
Metronidazole 500 mg orally twice a day for 7 days, OR
•
Metronidazole gel 0.75%,) intravaginally, once a day for 5
days, OR
Keganasan Pada Kulit
•
Karsinoma sel basal
•
Berasal dari sel epidermal pluripoten. Faktor
predisposisi: lingkungan (radiasi, arsen, paparan sinar
matahari, trauma, ulkus sikatriks), genetik
•
Usia di atas 40 tahun
•
Biasanya di daerah berambut,invasif, jarang metastasis
•
Bentuk paling sering adalahnodulus: menyerupai
kutil,tidak berambut, berwarnacoklat/hitam, berkilat
(pearly),bila melebar pinggirannyameninggi di tengah
menjadiulkus (ulcus rodent) kadangdisertai
• Karsinoma sel skuamosa
• Berasal dari sel epidermis. Etiologi: sinar matahari, genetik, herediter, arsen,
• radiasi, hidrokarbon, ulkus sikatrik
• Usia tersering 40-50 tahun
• Dapat bentuk intraepidermal
• Dapat bentuk invasif: mula mula berbentuk nodus keras, licin, kemudian berkembang menjadi verukosa/papiloma. Fase lanjut tumor menjadi keras, bertambah besar,
invasif, dapat terjadi ulserasi. Metastasis biasanya melalui KGB.
• Melanoma maligna
• Etiologi belum pasti. Mungkin faktor herediter atau iritasi berulang pada tahi lalat
• Usia 30-60 tahun
• Bentuk:
• Superfisial: Bercak dengan
warna bervariasi, tidak teratur, berbatas tegas, sedikit
penonjolan
• Nodular: nodus berwarna biru kehitaman dengan batas tegas
• Lentigo melanoma maligna: plakat berbatas tegas, coklat, kehitaman, meliputi muka