1
PERBANDINGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM
(TOPSOIL DAN PASIR) PADA PERTUMBUHAN
BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L)
Oleh
Abdul Muing
Nim. 070500095
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2
PERBANDINGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM
(TOPSOIL DAN PASIR) PADA PERTUMBUHAN
BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L)
Oleh Abdul Muing Nim. 070500095
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
3
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : PERBANDINGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM (TOPSOIL DAN PASIR) PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L)
Nama : Abdul Muing NIM : 070 500 095
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Pengelolaan Hutan
Menyetujui,
Lulus ujian pada tanggal : 9 Juli 2010 Dosen Pembimbing,
Rusli Anwar, SP, M.Si NIP. 1970110 1200501 1 003 Dosen Penguji, Ir. Syarifuddin, MP NIP.19650706 200112 1 001 Mengesahkan, Direktur
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028 198803 1 003
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Perbandingan komposisi media tanam (topsoil dan pasir) pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao) kini dapat terselesaikan.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga yang telah banyak memberikan do’a dan dukungan kepada penulis, 2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda,
3. Ibu Ir. Budi Winarni, M. Si selaku Ketua Progam Studi Budidaya Tanaman Perkebunan,
4. Bapak Rusli Anwar, SP, M.Si selaku dosen pembimbing, 5. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku dosen penguji,
6. Teman-teman mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan karya ilmiah ini.
5
RIWAYAT HIDUP
ABDUL MUING, lahir pada tanggal 16 Agustus 1982 di Tawau.
Merupakan anak pertama dari pasangan Bapak M. Aking dan Ibu Hj Ati.
Memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Nunukan Barat 044, Nunukan, Kabupaten Bulungan lulus pada tanggal 30 desember 1994. Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 6 Polewali, Kabupaten Polewali Mamasa lulus pada tanggal 22 November 1997. Selanjutnya melanjutkan Kesekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Nunukan Kabupaten Nunukan lulus pada tanggal 18 Juni 2001. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2007 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jur usan Pengelolaan Hutan Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 8 Maret sampai dengan 08 Mei 2010 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di BW. Plantation Kecamatan Muara Ancalong Kabupten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur
6
ABSTRAK
ABDUL MUING, Perbandingan komposisi media tanam (topsoil dan pasir ) pada
pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L), dibawah bimbingan
Rusli Anwar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan komposisi media tanam Topsoil + Pasir dengan perbandingan 50 : 50, 75 : 25 dan 25 : 75 pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L).
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu sejak tanggal 1 Januari 2010 sampai 31 Maret 2010 , terhitung dari persiapan alat dan bahan hingga pengolahan data. Tempat penelitian di areal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulangi. RT 34. Kelurahan Sungai Kledang. Kecamatan Samarinda Seberang.
Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dan masing- masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Perlakuan terdiri dari pencampuran media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 50 : 50 (M1), perlakuan pencampuran media tanam topsoil + pasir 75 : 25 (M2) dan perlakuan pencampuran media tanam topsoil + pasir 25 : 75 (M3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 50 : 50 meningkatkan pertumbuhan bibit. Rata-rata dari pertumbuhan jumlah daun, diameter batang dan tinggi bibit tanaman dicapai dengan perla kuan penggunaan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 50 : 50. Penggunaan media tanam dengan perbandingan tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata jumlah daun 12,88 helai, diameter batang 4,49mm dan tinggi bibit tanaman 29,61 cm.
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR LAMPIRAN... v
I. PENDAHULUAN... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA... .. 3
A. Sistematika dan Morfologi Tanaman kakao... 3
B. Teknis Pembibitan Tanaman kakao ... 6
C. Tinjauan Umum Pupuk kandang Sapi... 8
III. METODE PENELITIAN... .. 11
A. Tempat Dan Waktu ... 11
B. Alat Dan Bahan... 11
C. Prosedur Penelitian... 11
D. Pengamatan Dan Pengambilan Data ... 15
E. Analisis Data ... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... .. 17
A. Hasil ... 17
B. Pembahasan... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN... .. 27
A. Kesimpulan ... 27
B. Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA
8
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Data hasil pengamatan jumlah daun (helai) bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L) 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu setelah tanam . 31 2. Data hasil pengamatan diameter batang (mm) bibit tanaman kakao
(Theobroma cacao L) 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu setelah tanam . 32 3. Data hasil pengamatan tinggi (cm) bibit tanaman kakao
(Theobroma cacao) 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu setelah tanam... 33
4. Perhitungan rata-rata jumlah daun (helai) bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L) ... 34
5. Perhitungan rata-rata diameter batang (mm) bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L) ... 34
6. Perhitungan rata-rata tinggi (cm) bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L) ... 35
7. Layout rancangan penelitian di lapangan... 36
8. Foto kegiatan pencampuran topsoil dengan pasir ... 37
9. Foto kegiatan pengisian tanah ke polybag ... 37
10.Foto kegiatan pembukaan polybag... 38
11.Foto kegiatan penanaman polybag... 38
12.Foto kegiatan penghitungan jumlah daun ... 39
13.Foto kegiatan pengukuran diameter batang ... 38
14.Foto kegiatan pengukuran tinggi tanaman... 40
15.Foto bibit tanaman kakao ... 40
9
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L) dengan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 50 :50, 75 : 25, dan 25 : 75 ... 16 2. Rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kakao
(Theobroma cacao L) dengan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 50 :50, 75 : 25, dan 25 : 75 ... 17 3. Rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao
(Theobroma cacao L) dengan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 50 :50, 75 : 25, dan 25 : 75 ... 18
10
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Grafik pertumbuhan jumlah daun (helai) masing- masing perlakuan umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 minggu setelah tanam... 18 2. Grafik pertumbuhan rata-rata jumlah daun (helai) secara keseluruhan. 19 3. Grafik pertumbuhan rata-rata diameter batang (mm) masing- masing
perlakuan umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 minggu setelah tanam... 20 4. Grafik pertumbuhan rata-rata diameter batang (mm) secara
keseluruhan... 21 5. Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi bibit (cm) masing- masing
perlakuan umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 minggu setelah tanam... 22 6. Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi bibit secara keseluruhan... 23
11
I. PENDAHULUAN
Sekarang ini kakao (Theobroma cacao L) di Indonesia berkembang pesat baik tanaman kakao rakyat maupun swasta, dan diharapkan dapat menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan jenis lainnya seperti, kelapa sawit dan karet. Dengan tujuan untuk memanfaatkan sumber daya alam, memenuhi konsumsi dan memperoleh devisa ekspor. Serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Disamping itu seiring dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat, maka tuntutan akan gizi yang lebih baik juga semakin besar. Dalam hal ini produk kakao memberikan harapan yang cerah sebab kandungan lemak nabatinya relatif tinggi yaitu sekitar 50%, karbohidrat 15%, dan 1% gula
(Sunanto, 1992)
Perkebunan kakao di indonesia banyak diusahakan dengan produksi ya ng tinggi, namun kendala utamanya mutu yang kurang baik, terutama dari kakao rakyat. Hal ini terutama petani yang juga kurang memahami budidaya tanaman kakao sepenuhnya sehingga dampak negatif yang ditimbulkan seperti penurunan produktifitas produksi pada saat ini sudah dapat dirasakan
(Susanto, 1994).
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diperhatikan teknis budidaya termasuk kondisi media tanam yang digunakan, komposisi media tanam apa yang dapat mendukung pertumbuhan bibit tanaman kakao.
12
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan komposisi media tanam Topsoil + Pasir dengan perbandingan 50 : 50, 75 : 25 dan 25 : 75 pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L).
Dengan perbandingan pasir dan topsoil yang tepat diharapkan mendorong pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L) yang baik dan sehat.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum Tanaman kakao 1. Sejarah kakao (Theobroma cacao L)
Kakao merupakan tanaman asli amerika tengah dan amerika selatan. Penduduk yang pertama kali mengusahakan kakao serta menggunakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku indian maya dan Astek di daerah-daerah antara 10° LU dan 10° LS. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman hutan tropika di dataran rendah dan tumbuh di bawah pohon-pohon besar (Lukito, 2004).
2. Taksonomi dan Morfologi
Menurut Susanto (1994), tanaman kakao termasuk marga Theobroma.
Famili dari Sterculiceae yang banyak diusahakan oleh para perkebunan, Perkebunan swasta dan perkebunan negara. Adapun sistematikanya menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Marvales
Famili : Sterculiceae
Genus : Theobroma
14
Menurut Sunanto (1992), morfologi dan fisiologi tanaman kakao
adalah sebagai berikut :
a. Biji dan perkecambahan
Kakao termasuk tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuhan pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji, yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada bagian poros buah.
Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwrna putih dan rasanya manis. Pulp tersebut mengandung zat penghambat perkecambahan, namun karena buji kakao tidak memiliki masa dorman maka seringkali biji dalam buahpun dapat tumbuh bila terlambat di panen. Biji kakao terdiri kulit biji atau testa, dua kotiledon yang saling melipat, dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan radikula.
Biji kakao termasuk epigeous yang artinya hipotil memanjang mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut fase serdadu, yang kemudian diikuti membukanya kotiledon dan epikotil memanjang dengan empat lembar daun pertama.
b. Batang dan Cabang
Tanaman kakao yang diusahakan di perkebunan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7,0 meter tergantung intensitas naungan dan faktor- faktor lainnya.
15
Kakao bersifat dimorfisma, artinya memiliki 2 macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh ke atas dan tunas plagiotrop yang tumbuh ke samping, cabang kipas atau fan.
Cabang yang arahnya ke samping dengan sudut 0 – 900C. cabang-cabang ini disebut cabang-cabang primer atau cabang-cabang plagiotrop. Kemudian disusul cabang – cabang lateral atau fan.
c. Daun
Daun kakao mempunyai dua persendian atau articulation yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun. Hal ini memungkinkan pergerakan daun menyususi dengan arah datangnya sinar matahari.
Tangkai daun pada cabang ortotrop lebih panjang, sekitar 7,5 – 10 cm, sedangkan pada cabang plagiotrop tangkai daun lebih pandek sekitar 2,5 cm. tangkai daun bersisik halus dan membentuk sudut daun 30 – 600 dan berbentuk silinder.
Kuncup-kuncup daun dilindungi stipula yang segera gugur apa bila daunnya tumbuh. Warna daun muda kemerahan sampai merah, tergantung dari varietasnya, dan bila telah dewasa menjadi hijau tua bentuk daun bulat memanjang dengan ujung dan pangkal meruncing. Panjang daun dewasa sekitar 30 cm dan lebar sekitar 10 cm.
Masa tumbuh tunas-tunas baru disebut flush, dimana tunas membentuk 3-6 helai daun baru sekaligus. Setelah masa bertunas tersebut selesai, kuncup-kuncup kembali dorman selama periode tertentu. Oleh
16
ransangan faktor lingkungan kuncup-kuncup akan kembali bertunas serempak lagi.
d. Akar
Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1 cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16 – 18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun. Jadi makin lama kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang.
Pada tanah yang dalam dan drainasenya yang baik, perakaran kakao dewasa mencapai 1.0 -1,5 m. Akar lateral sebagian besar sekitar 56% tumbuh pada lapisan tanah atas sedalam 0-10 cm, sedangkan 26% pada bagian yang lebih dalam (11–20 cm), dan sekitar 14% pada bagian yang lebih dalam lagi (21–30 cm),dan hanya sekitar 4% tumbuh pada kedalaman lebih dari 30 cm. Jangkauan akar lateral jauh di luar proyeksi tajuk tanaman. Pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara terutama unsur P tamana n yang dikembangkan secara vegetatif tidak memiliki akar tunggang, namun nantinya akan terbentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang.
e. Bunga
Tanaman kakao bersifat kualiflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama kelamaan menebal dan membesar disebut juga dengan bantalan bunga (cushion)
17
Bunga kakao terdiri dari 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran terdiri dari 5 tangkai sari dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih – ungu atau kemerahan, benang sari yang steril disebut stminodia dan yang vertil disebut stamen yaitu pada lingkaran dalam. Bakal buah atau ovarium disusun oleh 5 daun buah (carpellium) dan berisi banyak bakal biji (ovulum) yang tersusun melingkari poros tengah buah. Penyerbukan bunga kakao ada 3 subgenera yaitu :
a. Forcipomyia
b. Caloforcipomyia
c. Thyridomyia f. Buah
Warna buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya hanya ada 2 macam yaitu, buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi warna kuning sedangkan buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi orange
Beberapa faktor yang menyebabkan kelayuan buah kakao adalah : 1) Persaingan antara buah muda, buah tua dan dengan tunas muda 2) Kekurangan hormone yang terbentuk dalam endosperma 3) Pengaruh bahan tanaman atau kultivar
18
Menurut Lukito (2004), varietas kakao dapat di bagi menjadi tiga tipe
besar yaitu:
a. Criollo, termasuk kakao bermutu rendah atau kakao mulia yang memiliki ciri-ciri antara lain : pertumbuhannya kurang kuat dan produksinya relatif rendah, masa berbuah lambat, agak peka terhadap serangan hama dan penyakit serta kulit buah tipis dan mudah diiris. b. Forastero, termasuk kakao bermutu sedang atau kakao curah yang
memiliki ciri-ciri antara lain : pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi, masa berbuah lebih awal, relatif lebih tahan dari serangan hama dan penyakit serta kulit buah agak keras tetapi permukaannya agak halus.
c. Trinitario, termasuk campuran dari jenis Criollo dengan jenis forestero yang memilki ciri-ciri antara lain : pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya tinggi, berbuah setelah berumur 2 tahun, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta kulit buah ada yang kasar dan ada pula yang halus
3. Syarat Tumbuh a. Tanah
Perakaran kakao pada umumnya dapat mencapai kedalaman sekitar 1 – 1,5 m untuk akar tunggang. Sedangkan untuk akar lateral sebagian besar terdapat pada lapisan atas, sedalam 30 cm. tanaman kakao tidak tahan terhadap genangan air pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Maka pada musim hujan menghendaki drainase yang
19
baik dan musim kemarau tanah pun mampu menyimpan air dengan cukup, atau tanah yang lembab (Sunanto, 1992).
Tanaman kakao dapat tumbuh subur dan berbuah banyak juga pada ketinggian 1 – 600 m dpl. Tanaman kakao tidak tahan terhadap cendawan air pada musim hujan dan juga kekeringan pada musim kemarau, sifat tanah yang baik untuk tanaman kakao yaitu memiliki unsur hara yang tinggi dan memiliki pH tanah optimum 6,0 – 7,5 mengandung cukup udara dan air (Susanto, 1994).
b. Iklim
Sinar matahari merupakan sumber energi tanaman dalam proses fotosintesis, namun keperluan sinar matahari tergantung pada besar kecilnya tanaman. Sedangkan tanaman muda baru memerlukan penyinaran matahari sekitar 25% - 30% dari sinar matahari penuh
Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250 mm – 3000 mm tiap tahunnya. Suhu maksimum untuk kakao sekitar 30°C - 32°C. Sedangkan suhu minimum sekitar 18°C - 21°C dengan kelembaban udara relatif maksimum 100%. Pada malam hari 70% - 80% pada siang hari kelembaban yang rendah akan mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang tinggi mengundang perkembangan cendawan patogen (Siregar, 2002).
20
B. Tinjauan Umum Media Tanam
Media tanam merupakan salah satu syarat apabila kita ingin bercocok tanam. Kondisi media tanam yang meliputi sifat fisik, kimia dan biologis
sangat mempengaruhi hasil bercocok tanam baik kualitas. Menurut
Dina (1994), media tanam dapat didefinisikan sebagai tempat tinggal bagi
tanaman. Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Oleh karenanya media tanam harus memenuhi berbagai persyaratan antara lain.
1. Dapat dijadikan tempat berpijak tanaman.
2. Mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
3. Mempunyai drainase dan aerasi yang baik.
4. Dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman. 5. Tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman.
6. Tidak mudah lapuk.
7. Mudah didapat dan harganya relatif murah.
C. Tinjauan Umum Topsoil
Topsoil adalah tanah lapisan atas yang banyak mengadung unsur hara, tanah ini sangat baik dan cocok untuk media tumbuh suatu tanaman, tanah ini didapat pada permukaan tanah paling atas, rata – rata tanah ini berwarna gelap, dan terbuat dari proses dekomposisi pada dedaunan yang telah jatuh dan membusuk.
21
Topsoil pada umumnya hanya memiliki ketebalan sekitar 15 cm sampai 35 cm atau kurang lebih sejengkal. Namun demikian bagi usaha pertanian, karena ini banyak mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman, seperti bahan – bahan organik (humus) dan berbagai zat hara mineral. Selain itu, pada lapisan tanah ini hidup mikroflora dan mikrofauna atau jasad renik biologis seperti bakteri, cacing tanah, serta berbagai serangga tanah, yang masing – masing dapat menguntungkan dan menyuburkan tanah.
Topsoil biasanya berwarna coklat muda, lebih kehitam – hitaman atau lunak, lapisan ini adalah tempat tumbuh tanaman bahkan tanah ini disebut juga sebagai tanah olahan atau tanah pertanaian, pada lapisan tanah topsoil ini banyak mengandung jasad hidup, mikroorganisme.
D. Tinjauan Umum Pasir
Pasir adalah tanah lepas–lepas, dapat dilihat dengan rabaan bila kering dia terurai bila basah ia menggumpal namun remah.
Menurut AAK (1988), pasir adalah butir tanah yang lebih kecil daripada
kerikil juga berasal dari pecahan batuan yang beraneka bentuknya; kebulat-bulatan, bersudut berkeping. Butir–butir pasir yang dibawa air hujan kesungai berwarna abu–abu tid ak mengkilat karena bercampur dengan tanah atau butir– butir yang lain. Menurut besar kecilnya butir tanah, tanah pasir adalah tanah yang banyak mengandung pasir, kandungan pasirnya kurang lebih 70% sedang lain–lainnya adalah tanah.
22
Pasir dapat dipilih sebagai media tanam karena mempunyai pori-pori yang lebih banyak, dimana pori-pori tersebut sangat baik untuk aerasi dan draenase serta mempermudah akar menyerap unsur hara. Pori–pori pasir yang lebih banyak dibandingkan tana h liat mudah menjadi basah dan cepat pula kering karena proses penguapan dan konsisten (ketahanan partikel terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan angin oleh karena itu penggunaan pasir sebagai media tanam jauh lebih baik bila dikombinasikan dengan bahan lain ( Dina, 1994 )
23
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di persemaian POLTANESA dengan naungan yang dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan januari 2010 sampai maret 2010
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Polibeg 5. Alat tulis
2. Cangkul 6. Mikrokalifer 3. Parang 7. Penggaris 4. Timbangan
Dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bibit kakao 2. Pasir 3. Topsoil 4. Pupuk NPK Mutiara C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan bibit
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kakao dari perbanyakan generatif yang berumur 3 bulan setelah semai dan dari jenis forestero yang diperoleh dari petani kakao di daerah Bengkuring kecamatan Sempaja kabupaten Samarinda
24
2. Pengisian tanah ke polybag
Topsoil dan pasir dicampurkan kemudian diaduk sampai rata sebelum dimasukkan ke dalam polybag, polybag disisi sampai penuh
3. Perlakuan
Bibit kakao ditanam dalam polybag dengan kapasitas polybag 5 kg yang telah diisi media tanah topsoil dan pasir dengan perbandingan 50 : 50, 75 : 25, 25 : 75. Bibit yang digunakan sebanyak 10 pokok bibit pada setiap perlakuan dengan 3 macam perlakuan yaitu :
M1 : Perlakuan Topsoil : Pasir 50 : 50 (Topsoil 2,5 kg dan Pasir 2,5 kg), M2 : Perlakuan Topsoil : Pasir 75 : 25 (Topsoil 3,5 kg dan Pasir 1,5 kg) M3 : Perlakuan Topsoil : Pasir 25 : 75 (Topsoil 1,5 kg dan Pasir 3,5 kg) Selanjutnya masing – masing perlakuan pada bibit tanaman kakao diulang sebanyak 10 x. Sehingga jumlah polibag adalah 30 polybag.
4. Penanaman bibit kakao
Masing – masing polybag yang telah diisi campuran topsoil dan pasir akan ditanami 1 bibit tanaman kakao kemudian disusun dalam bak, satu bak berisi 10 polybeg yang telah diberi naungan.
5. Pemeliharaan
Setelah dilakukan penanaman maka setiap pagi dan sore dilakukan penyiraman guna menjaga kelembaban bibit kakao dan penyiangan gulma liar yang tumbuh disekitar bibit.
25
6. Pemupukan
Setiap polybag diberi pupuk N P K, dosis yang diberikan sesuai dengan umur bibit, yaitu :
a. Pada saat awal ditanam 3 g/polybag, b. Pada umur 4 bulan 4 g/polybag, c. Pada umur 5 bulan 5 g/ polybag.
Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal. Jadi pemupukan dilakukan 1 kali dalam 1 bulan.
D. Pengamatan dan pengambilan data
Penga matan pertumbuhan kakao dilakukan setiap 2 minggu sekali setelah penanaman bibit. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah :
1. Jumlah daun
Jumlah daun yang diamati adalah pertambahan dari daun tanaman yang telah membuka sempurna
2. Diameter batang
Diameter batang diukur menggunakan mikrokalifer digital. Diameter yang diamati pada batang 5 cm dari permukaan tanah
3. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang 1 cm dai permukaan tanah sampai pada titik tumbuh ujung tunas tertinggi dengan me nggunakan penggaris.
26
E. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rataan hitung sederhana dengan rumus yang digunakan adalah :
= Variasi yang diteliti x = Jumlah ? = Banyaknya data n _ x = Rata-rata hitung _ x = ? x ___ n
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Jumlah daun
Hasil penelitian perbandingan komposisi media tanam (Topsoil dan Pasir) pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L) dengan perlakuan pencampuran media tanam topsoil + pasir dengan persentase perbandingan 50 : 50, 75 : 25, 25 : 75 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao dengan
menggunakan media tanam topsoil + pasir dengan persentase perbandingann 50 : 50, 75 : 25, 25 : 75.
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao dengan perbandingan media tanam topsoil + pasir 50 : 50 (M1) menunjukkan hasil yang tertinggi yaitu dengan rata-rata jumlah daun tanaman 12,88helai.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao yang terendah ditunjukkan oleh bibit tanaman yang ditanam pada media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 25 : 75 (M3) dengan rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanama n 11,7 helai.
Perlakuan M2 dengan menggunakan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 75 : 25 menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan
Minggu Setelah Tanam Perlakuan 2 4 6 8 10 12 Rata-rata (helai) M1 8,8 10,1 11,6 13,5 15,7 17,6 12,88 M2 8 9,7 11,1 12,8 14,3 15,5 11,9 M3 8,3 9,1 10,7 12,5 14,2 15,4 11,7
28
jumlah daun tanaman 11,9 helai lebih rendah dibandingkan dengan M1 yaitu dengan perbandingan media tanam topsoil dan pasirnya 50 : 50 dan M2 lebih tinggi pertumbuhan jumlah daunnya dibandingkan M3 yaitu dengan media tanam top soil + pasir 25 : 75.
Perbedaan pertumbuhan jumlah daun bibit kakao dari masing- masing perlakuan perbadingan komposisi media tanam topsoil dan pasir dapat terlihat dengan jelas seperti pada diagram pertumbuhan jumlah daun berdasarkan umur sebagai berikut :
Gambar 1. Grafik pertumbuhan jumlah daun (helai) masing – masing perlakuan umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 minggu setelah tanam.
Pertumbuhan Jumlah Daun
8.8 10.1 11.6 13.5 15.7 17.6 8 9.7 11.1 12.8 14.3 15.5 8.3 9.1 10.7 12.5 15.4 14.2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Minggu 10 Minggu 12
Minggu setelah tanam
Rata-rata (helai)
M1 M2 M3
29
Gambar 2. Grafik pertumbuhan rata-rata jumlah daun (helai) secara keseluruhan.
2. Diameter batang
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan komposisi media tanam (topsoil dan pasir) pada pertumbuhan bibit kakao (theobroma cacao) dengan perlakuan pencampuran media tanam top soil + pasir dengan persentase perbandingan 50 : 50, 75 : 25, 25 : 75 dapat dilihat pada table berikut : Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kakao
dengan menggunakan media tanam topsoil + pasir dengan persentase perbandingann 50 : 50, 75 : 25, 25 : 75.
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kakao yang media tanamnya topsoil + pasir dengan perbandingan 50 : 50 (M1) menunjukkan hasil yang tertinggi yaitu dengan rata-rata diameter batang tanaman 4,49mm.
Minggu Setelah Tanam Perlakuan 2 4 6 8 10 12 Rata-rata (mm) M1 3,81 4,17 4,23 4,51 5,01 5,19 4,49 M2 3,66 4,03 4,21 4,58 4,96 5,06 4,42 M3 3,65 4,01 4,14 4,51 4,78 5,04 4,35 12.88 11.9 11.7 0 5 10 15 Rata-rata (helai) M 1 M 2 M 3 Perlakuan
Pertumbuhan Jumlah Daun
30
Sedangkan rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kakao yang terendah ditunjukkan oleh bibit tanaman yang ditanam pada media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 25 : 75 (M3) dengan rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman 4,35mm.
Untuk M2 dengan penanaman bibit tanaman kakao dengan menggunakan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 75 : 25 menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman 4,42mm lebih rendah dibandingkan dengan M1 yaitu dengan perbandingan media tanam topsoil dan pasirnya 50 : 50 dan M2 lebih tinggi pertumbuhan diameter batang tanamannya dibandingkan M3 yaitu dengan media tanam topsoil + pasir 25 : 75.
Perbedaan pertumbuhan diameter batang bibit kakao dari masing-masing perlakuan perbadingan komposisi media tanam topsoil dan pasir dapat terlihat dengan jelas seperti pada diagram pertumbuhan diameter batang berdasarkan umur sebagai berikut :
Gambar 3.Grafik pertumbuhan rata-rata diameter batang (mm) masin– masing perlakuan umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 minggu setelah tanam.
Pertumbuhan Diameter Batang
3.81 4.17 4.23 4.51 5.01 5.19 3.66 4.03 4.21 4.58 4.96 5.06 3.65 4.01 4.14 4.51 4.78 5.04 0 1 2 3 4 5 6
Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Minggu 10 Minggu 12
Minggu setelah tanam
Rata-rata (mm)
M1 M2 M3
31
Gambar 4. Grafik pertumbuhan rata-rata diameter batang (mm) secara keseluruhan.
3. Tinggi tanaman
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan komposisi media tanam (topsoil dan pasir) pada pertumbuhan bibit kakao (theobroma cacao) dengan perlakuan pencampuran media tanam topsoil + pasir dengan persentase perbandingan 50 : 50, 75 : 25, 25 : 75 dapat dilihat pada table berikut : Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao dengan
menggunakan media tanam topsoil + pasir dengan persentase perbandingann 50 : 50, 75 : 25, 25 : 75.
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao yang media tanamnya topsoil + pasir dengan perbandingan 50 : 50 (M1) menunjukkan hasil yang tertinggi yaitu dengan rata-rata tinggi bibit tanaman 29,61 cm.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao yang terendah ditunjukkan oleh bibit tanaman yang ditanam pada media tanam
Minggu Setelah Tanam Perlakuan 2 4 6 8 10 12 Rata-rata (cm) M1 24,9 26,3 27,8 32,1 32,65 33,95 29,61 M2 24,4 26,3 26,3 31,2 32,65 34 29,14 M3 27,1 22,7 23,9 27,6 29,2 31,2 26.05 4.49 4.42 4.35 0 1 2 3 4 5 Rata-rata (mm) M 1 M 2 M 3 Perlakuan
Pertumbuhan Diameter Batang
32
topsoil + pasir dengan perbandingan 25 : 75 (M3) dengan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman 26.05 cm.
Perlakuan M2 dengan menggunakan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 75 : 25 menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman 29,14 cm lebih rendah dibandingkan dengan M1 yaitu
dengan perbandingan media tanam topsoil dan pasirnya 50 : 50 dan M2 lebih tinggi pertumbuhan diameter batang tanamannya dibandingkan M3 yaitu dengan media tanam topsoil + pasir 25 : 75.
Perbedaan pertumbuhan tinggi bibit kakao dari masing- masing perlakuan perbadingan komposisi media tanam topsoil dan pasir dapat terlihat dengan jelas seperti pada diagram pertumbuhan tinggi berdasarkan umur sebagai berikut :
Gambar 5. Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi bibit (cm) masing – masing perlakuan umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 minggu setelah tanam.
Pertumbuhan Tinggi Bibit
24.9 26.3 27.8 32.1 32.65 33.95 24.4 26.3 26.3 31.2 32.65 34 27.1 22.7 23.9 27.6 29.2 31.2 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Minggu 10 Minggu 12 Minggu setelah tanam
Rata-rata (cm)
M1 M2 M3
33
Gambar 4. Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi bibit secara keseluruhan
B. Pembahasan
1. Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan bibit kakao.
Media tanam mempunyai pengaruh yang besar bagi pertumbuhan bibit kakao karena media tanam merupakan penyedia unsur hara, air, dan udara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman selain media juga menentukan pertumbuhan dan perkembangan akar bibit.
Dari hasil pengamatan perbandingan komposisi media tanam (topsoil dan pasir) pada pertumbuhan bibit kakao terhadap pertumbuhan jumlah daun, diameter batang dan tinggi bibit tanaman kakao menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan bibit tanaman kakao pada perlakuan M1 mampu meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao dengan pertumbuhan tinggi tanaman rata-rata 29,61cm, diameter batang rata-rata 4,49mm dan jumlah daun 12,88 helai jika dibandingkan dengan perlakuan M2 dan M3.
Rata-rata pertumbuhan jumlah daun, pertumbuhan diameter batang dan pertumbuhan tingggi bibit tanaman terendah ditunjukkan oleh perlakuan
4.49 4.42 4.35 0 1 2 3 4 5 Rata-rata (cm) M 1 M 2 M 3 Perlakuan
Pertumbuhan Tinggi Bibit
34
M3 dengan pertumbuhan rata-rata jumlah daun 11,7 helai, diameter batang rata-rata 4,35mm, dan tinggi tanaman 26.05 cm.
Hasil perlakuan M2 menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan jumlah daun 11, 9 helai, diameter batang 4,42 mm dan pertumbuhan tinggi tanaman 29,14cm. Pertumbuhan yang baik dari bibit kakao dengan perlakuan M1 diduga karena beberapa faktor antara lain :
1. Adanya dukungan sifat fisik tanah bagi pertumbuhan dan perkembangan akar.
2. Ketersediaan unsur hara melalui media tanam yang diberikan.
Perlakuan penggunaan media tanam topsoil + pasir dengan perbandingan 50 : 50 (M1), 75 : 25 (M2), 25 : 75 (M3), menunjukkan bahwa perlakuan M1 yang paling baik. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bibit kakao pada perlakuan M1 lebih baik dibanding 2 perlakuan lainnya yaitu unsur hara yang cukup, udara tanah lebih baik dan drainase menjadi lebih baik, hal ini dikarenakan oleh perbandingan media tanam topsoil + pasir seimbang dan penambahan pupuk yang cukup sehingga komposisi media tanam M1 merupakan komposisi yang ideal bagi media pembibitan kakao. Sesuai dengan teori menurut Sunanto (1992),
yang menyatakan bahwa media tanam untuk pembibitan yang baik adalah tanah topsoil yang dicampur dengan pasir dengan perbandingan 1 : 1.
Perlakuan M2 menunjukkan pertumbuhan bibit kakao yang kurang baik dikarenakan, campuran topsoil yang terlalu banyak sehingga aerasi dan drainasenya kurang baik. Demikian pula pada perlakuan M3 menunjukkan
35
pertumbuhan bibit kakao yang kurang baik pula, hal ini disebabkan oleh campuran topsoil yang terlalu sedikit sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh bibit kakao tidak terpenuhi.
Pada tanah ringan atau tanah berpasir walaupun drainasenya baik, tetapi jika kapasitas menyimpan air dan kation basa sangat rendah, maka tanaman akan mengalami kekeringan dan kurus karena kekurangan unsur hara. Sebaliknya, pada tanah lempung yang berat dan drainasenya jelek, maka aerasi tanah juga tidak baik. Aerasi sangat penting bagi perakaran kakao yaitu untuk proses respirasi dan penyerapan unsur hara tanaman
(Susanto, 1994).
Menurut Dina (1994), pasir mempunyai pori – pori lebih banyak
dibandingkan tanah liat sehingga mudah menjadi basah dan cepat pula kering karena proses penguapan dan konsisten (ketahanan partikel terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan angin oleh karena itu penggunaan pasir sebagai media tanam jauh lebih baik bila dikombinasikan dengan bahan lain.
Tanah topsoil merupakan tanah yang mengandung sisa-sisa tanaman dan terdapat unsur mikro dan makro sehingga banyak mengandung humus. Tanah topsoil umumnya berwarna kelam muda hingga tua sehingga tanah topsoil baik untuk pertumbuhan tanaman (Rismunandar, 2003).
36
2. Pengaruh media tanam terhadap perbaikan sifat fisik tanah.
Tanah di Kalimantan umumya adalah tanah ultisol yang banyak mengandung liat, kandungan liat yang terlalu tinggi kurang baik bagi pertumbuhan akar tanaman karena memiliki beberapa sifat antara lain; kirang baiknya sistem darinase dan aerasi tanah, karena kurang baiknnya struktur dan tekstur jenis tanah tersebut. Jadi untuk mendapatkan media tanam yang baik perlu dilakukan perbaikan sifat fisik tanah dengan cara mencampurkan topsoil dengan pasir.
Pencampuran topsoil dan pasir dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah, tekstur tanah yang baik penting untuk pertumbuhan tanaman karena mempengaruhi aerasi dan draenase tanah (Hanafiah dkk, 2007). Apabila
topsoil yang banyak mengandung unsur hara dicampurkan dengan pasir yang memiliki banyak pori-pori dengan perbandingan yang seimbang maka unsur hara, air dan udara yang dibutuhkan tanaman akan seimbang sehingga bibit kakao akan tumbuh dengan baik.
Dengan komposisi media yang tepat pula, maka tanah akan membentuk struktur dan tekstur yang baik dimana sifat fisik tersebut diperlukan bagi tumbuh dan berkembangnya akar tanaman yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan tanaman yang baik.
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perbandingan media tanam antara topsoil + pasir (50 : 50) diduga efektif meningkatkan rata-rata pertumbuhan bibit tanaman kakao sampai dengan umur 3 bulan. Dengan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit tanaman 29,61cm,
diameter batang bibit tanaman 4,49 mm dan jumlah daun bibit tanaman 12,88 helai.
2. Komposisi media tanam dengan perbandingan Topsoil dan Pasir (50 : 50) dapat menciptakan kesuburan fisik dan kimia tanah, antara lain :
a. Terciptanya struktur dan tekstur tanah yang ideal dan dapat meningkatkan kesub uran fisik tanah dalam bentuk; terciptanya aerasi dan drainase tanah yang baik.
b. Kesuburan fisik tanah yang baik akan mendorong perubahan kesuburan kimia yang baik pula. Drainase dan aerasi tanah yang baik akan mendorong ketersediaan unsur hara dan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara.
38
B. Saran
1. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao sampai dengan umur 6 bulan dapat digunakan media tanam dengan komposisi antara topsoil 50% dan pasir 50%.
2. Untuk lebih mengoptimalkan pertumbuhan bibit tanaman kakao disamping ditentukan oleh kesuburan fisik juga kesuburan kimia perlu diperhatikan dengan melakukan penambahan unsur hara melalui pemupukan yang tepat.
39
DAFTAR PUSTAKA
Dina Agoes S, 1994. Aneka Jenis Media Tanah dan Penggunaanya. PT. Pemberswadaya, Jakarta.
Hanafi. A. K, Napoleon, Nuni. G, 2002. Biologi Tanah Ekologi dan Makroboiologi Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
http://teknisbudidaya.blogspot.com/2008/07/l eaflet-budidaya-tanaman-kakaocoklat.html
Lukito. A. M, 2004. Budidaya Kakao, Agromedia. Jakarta.
Rismunandar, 2003. Tanah seluk beluknya bagi pertanian. Sinar baru algensindo. Bandung.
Siregar, 2002. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Kakao dan Tuntunan Pratikum. Rineka Cipta. Jakarta.
Sunanto, H. 1992. Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil dan Aspek
Ekonominya Kanasius. Jakarta.
Susanto, FX. 1994.Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil, Kanasius. Yogyakarta.
40
41
Lampiran 1. Tabel Data Pertumbuhan Jumlah Daun (Helai) Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu, 10 minggu dan 12 minggu setelah tanam
Pertumbuhan jumlah daun (helai) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 9 8 8 9 11 6 8 8 10 11 M2 9 8 7 8 7 7 9 8 8 9 M3 2 8 7 9 8 9 10 8 7 8 9
Pertumbuhan jumlah daun (helai) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 9 9 10 10 12 10 9 10 11 11 M2 9 9 9 10 11 11 8 9 11 10 M3 4 11 8 8 8 7 9 10 10 9 11
Pertumbuhan jumlah daun (helai) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 11 10 12 12 13 12 10 11 12 13 M2 11 10 10 12 13 13 10 9 12 11 M3 6 13 9 9 10 9 10 11 13 10 13
Pertumbuhan jumlah daun (helai) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 13 11 14 14 15 15 12 13 14 14 M2 12 13 12 14 15 13 12 11 14 12 M3 8 17 11 10 11 11 11 12 14 12 16
Pertumbuhan jumlah da un (helai) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 16 13 16 17 17 17 14 15 16 16 M2 13 13 13 16 17 14 12 13 16 16 M3 10 19 12 11 14 12 13 14 16 14 17
Pertumbuhan jumlah daun (helai) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 17 14 18 19 18 20 16 17 18 19 M2 15 14 14 17 19 15 14 14 17 16 M3 12 20 13 11 16 14 15 15 17 15 18
42
Lampiran 2. Tabel Data Pertumbuhan Diameter Batang (mm) Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) 2 minggu, 4 minggu, 6 8 minggu, 10 minggu dan 12 minggu setelah tanam
Pertumbuhan diameter batang (mm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 4,09 3,97 3,98 3,60 3,49 3,53 3,86 3,90 4,03 3,67 M2 3,47 3,61 3,52 4,10 3,41 4,10 3,36 3,51 4,00 3,50 M3 2 3,24 4,31 3,76 3,92 3,99 3,31 3,99 3,53 3,13 3,28
Pertumbuhan diameter batang (mm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 4,56 4,08 4,40 3,66 3,66 3,85 4,03 4,12 4,37 4,95 M2 3,78 3,77 3,97 4,36 3,79 4,50 3,65 3,86 4,57 4,00 M3 4 3,94 4,46 4,45 3,99 4,15 3,42 4,27 3,61 3,55 4,23
Pertumbuhan diameter batang (mm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 4,64 4,10 4,42 3,96 3,73 4,18 4,04 4,54 4,43 4,25 M2 4,19 4,18 4,02 4,50 3,80 4,90 3,75 3,99 4,61 4,15 M3 6 4,15 4,73 4,56 4,03 4,21 3,46 4,33 3,97 3,59 4,38
Pertumbuhan diameter batang (mm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 5,09 5,10 4,48 3,97 3,77 5,10 4,05 4,65 4,56 4,35 M2 4,63 4,79 4,53 4,80 3,96 5,00 4,22 4,11 5,00 4,75 M3 8 4,82 5,39 4,67 4,38 4,28 3,61 4,92 4,34 4,10 4,62
Pertumbuhan diameter batang (mm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 5,39 5,33 4,78 4,21 4,37 5,27 4,69 5,08 5,93 5,08 M2 5,15 5,25 4,48 5,40 4,15 5,29 4,39 4,89 5,09 5,52 M3 10 5,35 5,39 5,15 4,56 4,33 3,63 5,07 4,64 4,73 4,92
Pertumbuhan diameter batang (mm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 5,50 5,45 4,90 4,45 4,38 5,78 4,82 5,17 5,94 5,52 M2 5,17 5,23 4,90 5,39 4,16 5,35 4,44 4,99 5,23 5,77 M3 12 5,58 5,95 5,45 4,57 4,60 3,87 5,17 4,83 4,94 5,41
43
Lampiran 3. Tabel Data Hasil Tinggi (cm) Bibit Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L) 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8
minggu, 10 minggu dan 12 minggu setelah tanam
Pertumbuhan tinggi (cm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 25 26 21 25 27 21 22 21 30 31 M2 22 27 20 26 25 20 31 25 22 26 M3 2 22 23 18 22 18 21 18 20 28 27
Pertumbuhan tinggi (cm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 27 28 21 26 27 24 23 20 35 32 M2 23 28 21 27 26 22 32 29 27 28 M3 4 22 23 19 23 19 22 19 21 30 29
Pertumbuhan tinggi (cm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 28 29 22 27 29 25 24 21 39 34 M2 24 29 22 27 27 23 23 31 27 30 M3 6 24 24 21 24 20 23 19 22 32 30
Pertumbuhan tinggi (cm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 32 37 23 28 32 35 25 22 49 38 M2 31 30 25 26 28 23,5 40,5 37 38 33 M3 8 25 27 23 27 27 24 20 25 39,5 38,5
Pertumbuhan tinggi (cm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 33 34 25 29 34 36 26 20 50 39 M2 32 31,5 26 27 29 24 41 40 39 37 M3 10 26 28 24 30 29 26 21 26 40 42
Pertumbuhan tinggi (cm) minggu ke Perlakuan Mst 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M1 34 37 26 30 36 37 27 20,5 51 41 M2 32,5 32 27 28 30 24,5 41,5 41 39,5 44 M3 12 27 29 28 31 32 27 27 27 42 42
44
Lampiran 4. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L).
Lampiran 5. Rata-rata pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L). = ? x 2 MST + 4 MST + 6 MST + 8 MST + 10 MST + 12 MST 6 - x = 8,3 + 9,1 + 10,7 + 12,5 + 14,2 + 15,4 6 M 3 = = 12,88 Helai = 11. 9 Helai = 11, 7 Helai 8,8 + 10,1 + 11,6 + 13,5 + 15,7 + 17,6 6 M 1 = 8 + 9,7 + 11,1 + 12,8 + 14,3 + 15,5 6 M 2 - x = = = 4,49 mm = 4,42 mm = 4,35 mm ? x 2 MST + 4 MST + 6 MST + 8 MST + 10 MST + 12 MST 6 = 3,81 + 4,17 + 4,23 + 4,51 + 5,01 + 5,19 6 M 1 3,66 + 4,03 + 4,21 + 4,58 + 4,96 + 5,06 6 M 2 = 3,65 + 4,01 + 4,14 + 4,51 + 4,78 + 5,04 6 M 3
45
Lampiran 6. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman (cm) bibit Kakao (Theobrema cacao L). - x = = = 28,72 cm = 28,13 cm = 25,3 cm ? x 0 MST + 2 MST + 4 MST + 6 MST + 8 MST + 10 MST + 12 MST 7 = 23,4+ 24,9 + 26.3 + 27,8 + 32,1 + 32,6 + 33,9 7 M 1 22,1 + 24,4 + 26.3 + 26,3 + 31,2 + 32,6 + 34 7 M 2 = 20,8 + 21,7 + 22,7 + 23,9 + 27,6 + 29,2 + 31,2 7 M 3
46
47
Lampiran 8. Foto kegiatan pencampuran Top Soil dengan Pasir
48
Lampiran 10. Foto kegiatan pembukaan polybag
49
Lampiran 12. Foto kegiatan penghitungan Jumlah Daun
50
Lampiran 14. Foto kegiatan pengukuran Tinggi Tanaman