• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isi Embalming)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Isi Embalming)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Semakin tingginya mobilitas dan penyebaran penduduk ke seluruh penjuru dunia, maka pada kematian salah seorang anggota keluarga ada kemungkinan perlunya dilakukan penundaan penguburan/kremasi untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh di luar kota atau luar negeri. Kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya, terkadang perlu dilakukan pengangkutan jenazah dari satu tempat ke tempat lainnya. Kedua keadaan ini diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungan.1

Embalming (pengawetan jenazah) adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.2 Pengawetan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi pada kematian tidak wajar pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenazah atau autopsi selesai dilakukan.3

Seiring dengan berkembangnya zaman dan adanya kebutuhan untuk mempertahankan keadaan jenazah tetap menyerupai keadaan sewaktu hidup diperlukan proses embalming. Proses embalming yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan atau kewajiban keluarga terhadap jenazah, seperti tetap mempertahankan kesegaran jenazah, jenazah tidak berbau busuk, lentur dan tidak kaku.1,2 Untuk memenuhi kebutuhan tesebut diperlukan suatu proses embalming dengan metode tertentu yang menghilangkan hal-hal yang tidak diinginkan dan memberikan keadaan jenazah yang menyerupai keadaannya sewaktu hidup, metode tersebut dapat diperoleh dari embalming modern, untuk itu perlu dipahami tentang embalming modern.

(2)

1.2. Batasan Masalah

Referat ini akan membahas tentang embalming, khususnya embalming modern dipandang dalam berbagai macam aspek.

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas refrat selama berada di kepaniteraan Klinik senior bagian ilmu kedokteran

2. Menambah pengetahuan tentang embaling, khususnya embalming modern. 1.4. Metode Penulisan

Referat ini disusun dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Embalming

Embalming adalah proses pengawetan mayat untuk mempertahankan penampilan mayat dalam, tetap dalam kondisi yang baik untuk jangka waktu lama. Beberapa hari setelah kematian, tubuh seseorang akan mulai membusuk, agar pembusukan tersebut tidak terjadi digunakan bahan pengawet kimia yang termasuk dalam proses embalming.Embalming diperlukan baik untuk tubuh normal maupun tubuh membusuk dan mayat yang akan diangkut untuk jarak jauh.4

Orang yang melakukan tindakan embalming disebut embalmer. Embalmer adalah seorang individu yang memenuhi syarat untuk disinfeksi atau memelihara jenazah dengan suntikan atau aplikasi eksternal antiseptik, desinfektan atau cairan pengawet, mempersiapkan jenazah untuk transportasi dalam kasus dimana kematian disebabkan oleh penyakit menular atau infeksi.5,6

2.2. Bahan Kimia Embalming 2.2.1. Formaldehida

Senyawa kimia formaldehida (metanal), merupakan aldehida berbentuk gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. 7,8

a. Sifat Formaldehida

Dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol'). Formalin bersifat asam karena mengandung asam formiat akibat oksidasi formaldehida. Oleh sebab itu larutan formalin 10% harus dibuat netral atau sedikit alkalis dengan menggunakan larutan dapar fosfat dengan pH 7,2 sebagai pelarut, atau dengan menambahkan kalsium asetat. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena.7,8

(4)

b. Produksi

Larutan dapar formalin yang sering digunakan adalah :8 1. Formal Calcium

2. Neutral Buffered Formalin 3. Buffered Formalin Sucrose

c. Kegunaan

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, pembersih kapal, gudang dan pakaian.8 Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam embalming untuk mematikan bakteri serta untuk mengawetkan mayat.8 Formaldehida diabsorbsi di jaringan dengan baik, tetapi relatif lambat. Formalin adalah pengawet yang banyak digunakan dan tidak ada jaringan yang dirusaknya. Bau formalin yang menusuk hidung membuat formalin sangat dikenal oleh banyak pihak, sehingga cukup berhati-hati dalam menggunakannya.9

d. Efek terhadap kesehatan

Pemaparan formaldehid dapat menyebabkan efek samping, dari gejala ringan sampai yang mengancam nyawa. Pemaparan yang akut memiliki efek samping jangka pendek dan biasanya mudah untuk diantisipasi. Pada manusia Beberapa efek samping akut paparan formaldehid adalah iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Ketika dipaparkan pada senyawa ini dengan jangka waktu yang cukup lama tenggorokan menjadi kering dan sakit.Pada beberapa penelitian ditemukan bukti bahwa paparan formaldehid yang konstan dapat meningkatkan resiko untuk menderita beberapa jenis kanker.10

(5)

2.2.2. Etil Alkohol dan Polietilen Glikol (Kryofix)

Alternatif formaldehida dalam embalming dikenalkan oleh Boon dkk. Kryofix dikembangkan di Belanda, merupakan gabungan antara etil alkohol dan polietilen glikol tanpa aldehid. Efek kryofix pada fiksasi jaringan telah dibandingkan dengan formaldehid di laboratorium patologi. Waktu fiksasi kryofix lebih pendek dan lebih baik dibandingkan formaldehid. Hal ini berhasil pada uji di laboratorium. Dengan demikian, penggunaan kryofix pada jaringan yang besar diperlukan untuk menentukan keberhasilan kryofix dalam proses embalming. Menurut definisi toksisitas OSHA, etil alkohol dan polietilen glikol tidak termasuk bahan kimia berbahaya.11

2.2.3. Glutaraldehid

Glutaraldehid dapat digunakan sebagai alternatif formaldehid sebagai cairan untuk embalming. Produk komersial glutaraldehid adalah 25% larut dalam air, memiliki bau ringan, dan berwarna terang. Glutaraldehida menyebabkan deformasi struktur heliks-alfa protein dan mengawetkan jaringan dengan sangat cepat. Glutaraldehid kosentrasi tinggi meningkatkan fiksasi protein dalam tubuh mayat. Konsentrasi optimum untuk embalming adalah 1-1,5% (cairan). Larutan glutaraldehid 2% sering digunakan sebagai persiapan embalming.9,11 Ikatan protein dengan glutaraldehid lebih kuat dan menghasilkan protein aldehid yang stabil. Gabungan protein jaringan dengan glutaraldehid tidak disukai oleh bakteri. Glutaraldehid berdifusi menembus jaringan lebih merata dibandingkan formaldehid. Ketika dicampur dengan zat pewarna pada proses embalming akan menghasilkan warna yang lebih alami pada layanan pemakaman. Glutaraldehid merupakan disinfektan yang lebih efisien dan efektif dibandingkan formaldehid, namun harga glutaraldehid lebih mahal 4-5 kali lipat.12 Formaldehid dan glutaraldehid dapat mengiritasi kulit, mata dan pernapasan, tetapi iritasi kulit dan pernapasan yang disebabkan glutaraldehid lebih ringan. Glutaraldehid tidak memiliki bau seperti formaldehid. Sampai saat ini, belum ada data yang menyebutkan efek paparan kronis dari glutaraldehid pada manusia.

(6)

2.2.4. Phenoxyethanol

Phenoxyethanol merupakan pengawet nontoksik untuk mengurangi paparan formaldehid. Embalming menggunakan phenoxyethanol membutuhkan jumlah yang lebih rendah dan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan formaldehid. Teknik ini mengurangi resiko terhadap paparan formaldehid saat proses embalming.11

2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Embalming A. Indikasi Embalming

Pengawetan jenazah perlu dilakukan pada keadaan:13

• Adanya penundaan penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam: Hal ini penting karena di Indonesia yang beriklim tropis, dalam 24 jam mayat sudah mulai membusuk, mengeluarkan bau, dan cairan pembusukan yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya.13

• Jenazah perlu dibawa ke tempat lain: Untuk dapat mengangkut jenazah dari suatu tempat ke tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah tersebut aman, artinya tidak berbau, tidak menularkan bibit penyakit ke sekitarnya selama proses pengangkutan. Dalam hal ini perusahaan pengangkutan, demi reputasinya dan untuk mencegah adanya gugatan di belakang hari, harus mensyaratkan bahwa jenazah akan diangkut telah diawetkan secara baik, yang dibuktikan oleh suatu sertifikat pengawetan.13

• Jenazah meninggal akibat penyakit menular: Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan lebih cepat membusuk dan potensial menulari petugas kamar jenazah, keluarga serta orang-orang di sekitarnya. Pada kasus semacam ini, walaupun penguburan atau kremasinya akan segera dilakukan, tetap dianjurkan dilakukan embalming untuk mencegah penularan kuman/ bibit penyakit ke sekitarnya.13

(7)

Embalming di Indonesia tidak dapat dilakukan pada kematian tidak wajar sebelum dilakukan autopsi, hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesulitan penyidikan karena adanya bukti-bukti tindak pidana yang hilang atau berubah dan karenanya dapat dikenakan sanksi pidana penghilangan benda bukti berdasarkan pasal 233 KUHP. Oleh karena itu setiap kematian tidak wajar menjadi kontra indikasi embalming.14,15

Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan termasuk kematian yang tidak wajar. Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan. Pada kasus kematian tidak wajar, kasusnya hendaknya segera dilaporkan ke penyidik, sesuai dengan pasal 108 KUHAP. Adapun yang termasuk dalam kategori kasus yang harus dilaporkan ke penyidik adalah: 14,15

1. Kematian yang terjadi di dalam tahanan atau penjara

2. Kematian terjadi bukan karena penyakit dan bukan karena hukuman mati

3. Adanya penemuan mayat dimana penyebab dan informasi mengenai kematiannya tidak ada

4. Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa kemungkinan kematian akibat perbuatan melanggar hukum.

5. Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi kematiannya mengindikasikan kematian akibat bunuh diri.

6. Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter.

7. Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak dapat memastikan penyebab kematiannya.14,15

2.4. Embalming Modern

2.4.1 Definisi Embalming Modern

Metode modern embalming didefinisikan sebagai desinfeksi dan pelestarian tubuh yang sudah mati. Proses embalming modern dirancang untuk menghambat dekomposisi jaringan untuk periode waktu yang diperlukan sebagaimana yang diinginkan oleh keluarga agar jenazah berada dalam kondisi yang baik. Embalming modern telah terbukti mampu menjaga tubuh utuh selama beberapa dekade.16

(8)

Embalming merupakan sebuah "fiksasi" kimia protein sel. Secara prinsip formaldehida pada dasarnya bereaksi dengan Albumin. Formal dehid larut dalam sel dan mengkonversinya menjadi untuk albuminoids atau gel, saat yang sama, bakteri dihancurkan, sehingga menghentikan atau setidaknya menunda dekomposisi pada jenazah. Setelah embalming selesai, tubuh hanya dapat diserang oleh udara yang membawa bakteri dan jamur yang pada akhirnya dapat menghancurkan tubuh dengan terpapar udara dan kelembaban yang cukup untuk mendukung hadir pertumbuhan bakteri dan jamur.16

Embalming modern dilakukan dengan menggunakan cairan embalming yang bersifat disinfektan dan pengawet. Cairan embalming disuntikkan ke dalam sistem peredaran darah tubuh dengan pompa listrik, sementara darah dikeluarkan dari tubuh dan dibuang. Sehingga posisi darah di tubuh diganti dengan disinfektan dan cairan pengawet.16

2.4.2 Tujuan Embalming

Ada tiga alasan mengapa dilakukannya modern embalming,16 yaitu: 1. Desinfeksi.

Saat seseorang meninggal, beberapa patogen akan ikut mati, namun sebagian besar masih dapat bertahan hidup karena memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam jangka waktu lama dalam jaringan mati. Orang yang datang dan kontak langsung dengan tubuh jenazah yang tidak embalming dapat terinfeksi serta ada kemungkinan menjadi lalat atau agen lain mentransfer patogen untuk manusia dan menginfeksi mereka.16

2. Pelestarian

Pelestarian, yaitu upaya pencegahan pembusukan dan dekomposisi jenazah, sehingga jenazah di dikuburkan, dikremasikan tanpa bau atau hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya.16

3. Restorasi

Restorasi, yaitu upaya untuk mengembalikan keadaan tubuh jenazah kembali seperti masih hidup.16

(9)

2.4.3 Proses pada embalming modern A. Arterial embalming

Arterial embalming melibatkan injeksi bahan kimia ke dalam pembuluh darah, biasanya melalui arteri karotis dextra dan darah dikeluarkan dari vena jugularis. Bahan kimia disuntikkan melalui pompa mekanis atau dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Pijatan embalmer pada mayat untuk memastikan distribusi yang tepat dari cairan embalming. Dalam kasus sirkulasi yang buruk, titik injeksi lain dapat digunakan, yaitu iliaka atau arteri femoralis, pembuluh subklavia atau aksila.4

Gambar 1. Arterial embalming12 B. Cavity embalming

Hisap cairan rongga tubuh mayat dan injeksi bahan kimia ke dalam rongga tubuh, menggunakan aspirator dan trocar. Embalmer membuat sayatan kecil tepat di atas pusar dan mendorong trocar di rongga dada dan perut untuk menusuk organ berongga dan aspirasi cairannya. Kemudian rongga tubuh diisi dengan bahan kimia yang mengandung formaldehid terkonsentrasi.4

(10)

Gambar 2. Cavity embalming12 C. Hypodermic embalming

Hypodermic embalming merupakan metode tambahan dimana injeksi bahan kimia pengawet ke dalam jaringan dengan menggunakan jarum dan suntik hipodermik yang biasanya digunakan pada kasus dimana area yang tidak memiliki aliran arterial yang baik setelah dilakukan injeksi arteri.4

D. Surface embalming

Surface embalming merupakan metode tambahan yang menggunakan bahan kimia pengawet untuk mengawetkan area langsung pada permukaan kulit dan area superfisial lainnya dan juga area yang rusak, seperti pada kecelakaan lalu lintas, penbusukan, pertumbuhan kanker, atau donor kulit.2

2.4.4. Kelebihan Embalming Modern

Embalming modern memberikan beberapa keuntungan, antara lain:

1. Jenazah Menjadi Lebih Wangi

Untuk menghindari bau yang tidak menyenangkan pada jenazah dan juga untuk mendapatkan bau yang wangi, maka dibutuhkan campuran beberapa zat kimia, seperti campuran formaldehid dengan deodorant dan juga pemberian aroma terapi.17,18

(11)

Rigor mortis terjadi karena serabut otot mengandung Actin dan Myosin yang mempunyai sifat untuk berkontraksi dan relaksi dengan adanya suatu konsentrasi dari ATP dan kalium chlorida. Kelenturan dapat dipertahankan karena adanya metabolisme sel yang menghasilkan energi. Energi ini untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama ATP masih ada serabut aktin dan miosin berkontraksi. Bila cadangan glikogen habis maka energi tidak terbentuk sehingga aktin dan miosin otot berubah menjadi massa seperti jeli yang kaku sehingga terjadi suatu rigiditas. Perubahan-perubahan kimia juga terjadi di dalam otot-otot pada waktu yang sama seperti meningkatnya asam laktat akibat proses glikogenolisis secara anaerob, perubahan pH jaringan dan lain-lain.19

Rigor mortis biasanya terjadi 2-4 jam sesudah kematian dan berlangsung selama 36-72 jam. Rigor mortis akan mempengaruhi proses embalming. Oleh karena itu, rigor mortis harus dihilangkan terlebih dahulu dengan menetralkan pH atau merubah keadaannya menjadi alkali. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan senyawa berupa amonia. Dengan pemberian amonia, asam laktat akan ternetralisir sehingga serat otot akan kembali dapat berkontraksi dan proses pembusukan segera dimulai. Pada kondisi seperti inilah proses embalming dapat dilakukan.2,19

3. Hiperemis atau tidak pucat

Untuk mendapatkan jenazah yang tidak pucat, maka dibutuhkan campuran formaldehid dengan lanolin atau humektan.16

2. 5 Embalming ditinjau dari berbagai Aspek 1. Embalming dari Sudut Medikolegal

Dalam praktek sehari-hari seorang dokter mungkin diminta untuk melakukan embalming. Embalming pada umumnya dilakukan untuk menghambat pembusukan, membunuh kuman, serta mempertahankan bentuk mayat. Pada prinsipnya embalming hanya boleh dilakukan oleh dokter pada mayat yang meninggal secara wajar (natural death), sedangkan pada mayat yang meninggal tidak wajar (akibat pembunuhan, bunuh diri, serta kecelakaan) embalming baru boleh dilakukan setelah proses

(12)

pemeriksaan forensik selesai dilakukan. Embalming sebelum otopsi dapat menyebabkan perubahan serta hilangnya atau berubahnya beberapa fakta forensik. Dokter yang melakukan hal tersebut dapat diancam hukuman karena melakukan tindak pidana menghilangkan barang bukti berdasarkan pasal 233 KUHP. Bunyi pasal 233 KUHP adalah “Barang siapa dengan sengaja menghancurkan, merusak, membikin tak dapat dipakai, menghilangkan barang-barang yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan sesuatu di muka penguasa yang berwenang, akta-akta, surat-surat atau daftar-daftar yang atas perintah penguasa umum, terus-menerus atau untuk sementara waktu disimpan, atau diserahkan kepada seorang pejabat, ataupun kepada orang lain untuk kepentingan umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.14,15,16

Di Indonesia, embalming sebaiknya dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian dan kewenangan yaitu dokter spesialis forensik. Adapun alasannya adalah sebagai berikut :13

1. Indonesia tidak menganut sistim koroner atau medical examiner yang bertugas memilah kasus kematian wajar dan tidak wajar.

2. Embalmer di Indonesia, yang secara sengaja maupun tidak sengaja melakukan embalming pada kasus kematian tidak wajar sebelum dilakukan otopsi, dapat menyebabkan terjadinya kesulitan penyidikan karena adanya bukti-bukti tindak pidana yang hilang atau berubah dan karenanya dapat dikenakan sanksi pidana penghilangan benda bukti berdasarkan pasal 233 KUHP. Jika pada kasus ini dilakukan juga gugatan perdata, maka pihak rumah duka pun dapat saja ikut dilibatkan sebagai pihak tergugat.

3. Kewenangan dan keahlian untuk melakukan embalming ada pada dokter spesialis forensik, berdasarkan pendidikannya.

Dalam hal telah dilakukan embalming tanpa sertifikat dan hasilnya jelek dan merugikan keluarga, maka pihak rumah duka sebagai pihak yang memfasilitasi embalming tersebut dapat turut digugat secara perdata berdasarkan pasal 1365 KUHPer.Pasal 1365 KUHPer berbunyi “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan

(13)

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut”.20

2. Embalming untuk pendidikan anatomi

Pengawetan yang dilakukan untuk pendidikan kedokteran sedikit berbeda dengan pengawetan jenazah untuk keperluan lain. Prioritas pertama adalah untuk pelestarian jangka panjang bukan untuk presentasi atau tampilan. Pengawetan medis menggunakan cairan yang mengandung formaldehid pengawetan dengan terkonsentrasi (37-40%, yang dikenal sebagai formalin) atau gluteraldehyde serta fenol dan dibuat tanpa pewarna atau parfum. Banyak perusahaan kimia pengawetan membuat cairan khusus pengawetan anatomi.21

Anatomi pengawetan dilakukan ke dalam sistem peredaran darah tertutup. Cairan biasanya disuntikkan dengan mesin pengawetan ke arteri di bawah tekanan tinggi untuk menjenuhkan jaringan. Setelah jenazah dibiarkan selama beberapa jam, sistem vena umumnya dibuka dan cairan diperbolehkan untuk mengalir keluar, meskipun pengawetan anatomi banyak yang tidak menggunakan teknik drainase.

Pengawetan anatomis dapat menggunakan gravitasi-pakan pengawetan, di mana wadah mengeluarkan cairan pengawetan yang ditinggikan di atas permukaan tubuh dan cairan dimasukkan secara perlahan selama beberapa jam, kadang-kadang selama beberapa hari. Berbeda dengan pengawetan arteri standar, drainase tidak terjadi dan tubuh mengalami distensi ekstensif dengan cairan. Akhirnya mengurangi distensi, seringkali dilakukan sampai enam bulan pendinginan, sehingga didapatkan penampilan cukup normal. Tidak ada rongga perawatan terpisah dari organ internal. Mayat anatomis diawetkan memiliki pewarnaan abu-abu, akibat konsentrasi formaldehida yang tinggi bercampur dengan darah dan kurangnya agen pewarnaan merah biasanya ditambahkan ke standar, non-medis, cairan pengawetan. Formaldehida dicampur dengan darah menyebabkan perubahan warna abu-abu juga dikenal sebagai "abu-abu formaldehida" atau "embalmer abu-abu".21

(14)

Ada banyak perbedaan pendapat diantara agama yang berbeda mengenai kebolehan pengawetan , yaitu :

Sudut pandang agama Islam

Di masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam ada larangan dilakukannya pengawetan karena agama Islam mewajibkan jenazah untuk dikuburkan dalam waktu 24 jam dari kematian. Seorang muslim percaya bahwa roh akan tetap berada di tubuhnya dari mulai kematian sampai setelah pemakaman. Tetapi untuk kasus tertentu seperti pendidikan, hukum embalming ini dapat menjadi mubah, dengan syarat segera dikuburkan setelah urusan terhadap jenazah selesai.22

Sudut pandang agama Kristen

Sebagian besar tokoh agama Kristen mengatakan bahwa pengawetan dapat dilakukan. Beberapa badan dalam Ortodoksi Timur mengatakan untuk dilakukan pengawetan kecuali jika diwajibkan oleh hukum atau keharusan lainnya, sedangkan yang lain mungkin mencegah, tetapi tidak melarang juga untuk dilakukan untuk dilakukan pengawetan. Secara umum keputusan untuk dilakukan pengawetan adalah salah satu yang ditentukan oleh keluarga jenazah dan kebijakan gereja tertentu.23

Sudut pandang Agama Hindu

Banyak pihak berwenang berpendapat bahwa Hinduisme tidak menerima pengawetan. Dalam prakteknya, agama hindu tidak melarang keras untuk dilakukan pengawetan, seperti pengawetan yang pernah terjadi pada tokoh agama Hindu yang sangat dihormati, umumnya pengawetan ini dilakukan untuk pemulangan ke India untuk dilakukan ritual keagamaan dan keagamaan di rumah keluarganya sebelum kremasi akhir. Secara tradisional, tubuh yang mati harus dikremasi sebelum matahari terbenam, sehingga pengawetan bukanlah sesuatu yang umum atau luasuntuk dilakukan.21

(15)

SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan

Embalming adalah proses pengawetan mayat untuk mempertahankan penampilan mayat dalam, tetap dalam kondisi yang baik untuk jangka waktu lama.

Embalming hanya boleh dilakukan oleh dokter pada mayat yang meninggal secara wajar (natural death), sedangkan pada mayat yang meninggal tidak wajar (akibat pembunuhan, bunuh diri, serta kecelakaan) embalming baru boleh dilakukan setelah proses pemeriksaan forensik selesai dilakukan.

• Modern embalming didefinisikan sebagai desinfeksi, pelestarian tubuh dan mengembalikan keadan jenazah menyerupai keadaannya sewaktu hidup. • Proses embalming terdiri dari arterial embalming, cavity embalming,

hypodermic embalming(jika dibutuhkan) dan surface embalmin.

• Modern embalming memberikan beberapa kelebihan, yaitu berupa: jenazah menjadi lebih wangi, tidak ditemukan rigor mortis, wajah kemerahan dan kulit tidak pucat.

3.2 Saran

Di Indonesia, sampai saat ini tidak ada institusi pendidikan yang khusus mendidik seseorang untuk menjadi embalmer. Dalam pendidikan S2, spesialisasi kedokteran forensik adalah satu-satunya program pendidikan yang mencantumkan pelajaran mengenai embalming dalam kurikulumnya. Atas dasar itulah, maka dalam konteks hukum di Indonesia, embalming sebaiknya dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu, yaitu dokter spesialis forensik.

(16)

1. Mayer RG. An introduction to the American society of embalmers. [Accessed

on 2 Desember 2011] Available from:

http://www.amsocembalmers.org/html/intro.html.

2. Kathy hawkins. What is embalming?. 2011 [Accessed on 3 Desember 2011] http://www. wisegeek.com/what-is-embalming.htm.

3. Atmadja DS. Pengawetan jenazah dan aspek medikolegalnya. Majalah kedokteran Indonesia. 2002; 52(8): 293-7. [diakses pad 3 Desember 2011] diunduh dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id

4. Ezugworie J, Anibeze C, Ozoemena F. Trends in the development of embalming methods. The internet journal of alternative medicine. 2009; 7(2).

[Accessed on 3 Desember 2011] Available from:

http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_ alternativ e_medicine/volume_7_number_2_21/article/trends-in-the-development-of-embal ming-methods.html.

5. Employment development department. California occupational guide : embalmers. 2005. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.calmis.ca.gov/file/occ guide /embalmer.pdf.

6. Edmund G, Brown JR. Information and instructions for embalmer licensure. 2011. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.cfb.ca.gov.

7. Bedino JH. Embalming chemistry : glutaraldehyde versus formaldehyde. Expanding encyclopedia of mortuary practices. 2003; 649. [Accessed on 3

Desember 2011] Available

from:http://www.champion-newera.com/CHAMP.PDFS/encyclo649.pdf.

8. Departement of health and ageing NICNAS. Formaldehyde. Australia: Commonwealth of Australia. 2006. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from:http://www.nicnas.gov.au/publication/car/pec/pec28/pec_28_full_report_pdf .pdf.

9. Zulham. Penuntun praktikum histoteknik. Medan: Departemen histologi FKUSU. 2009. 1-32.

10.Tatum M. What are the effect of formaldehyde exposure. 2001. [Accessed on 3 desember 2011] Available from: http://www.wisegeek.com/what-are-the-effects-of-formaldehyde-exposure.htm.

11.Mao C, Woskie S. Formaldehyde use reduction in mortuaries. University of Massachusetts Lowell. 1994. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.turi.org.

12.Paak funeral. Shipment & embalming. 2011. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: https://paakfuneral.com/body-shipping.

13.Atmadja DS. Tatacara dan pelayanan pemeriksaan serta pengawetan jenazah pada kematian wajar. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI / RSUPN Cipto Mangunkosumo. 2002. [diakses pada 3 Desember 2011] diunduh dari: http://www.tatacaraembalming.com.

(17)

14.Atmadja DS. Pengawetan jenazah dan aspek medikolegalnya. Majalah kedokteran Indonesia. 2002; 52(8): 293-7. [diakses 3 Desemeber 2011] diunduh dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id.

15. Tim Permata Press. Kitab undang hukum pidana dan Kitab undang-undang hukum acara pidana. Jakarta: Permata Press. 2008

16.Wyoming Funeral Directors Association. Embalming history. [Accessed on 2 Desember 2011] Available from: http://www.wyfda.org/basics_3.html

17.Chew JA, Laframboise R. Applied embalming. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.embalmers.com/applied.html

18.Bedino JH, Chemist. A failure to evolve: formaldehyde-driven archaism and obsolescence in embalming. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.themodernembalmer.com/archaicformaldehyde.html

19. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997.

20.Kitab undang-undang hukum perdata. Buku kesatu. [diakses 2 Desember 2011]. Diunduh dari: http://hukum.unsrat.ac.id/uu/kolonial_kuh_perdata.pdf.

21.Wikipedia. Embalming.2011. [Assecced on 3 Desember 2011] Available from: http://www.wikipedia.com

22. Rumililawati. Pegawetan mayat guna penelitian ilmiah menurut hukum islam. Jambi: Badan Pengembangan dan Penelitian Daerah Provinsi Jambi. 2002. ISBN 979-9203-28-7.

23.Lawler P. is embalming a big, anti cristian deal?. 2011. [Accessed on 3

Desember 2011]. Available from:

http://www.firstthings.com/postmodernconservative/2011/01/15/is-embalming-a-big-anti-christian-deal/

Gambar

Gambar 1. Arterial embalming 12
Gambar 2. Cavity embalming 12

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perencanaan instalasi pipa pada Hotel Kemanggisan ini dapat kita lihat bahwa didalam shaft pipa terdapat 6 buah pipa utama yaitu pipa distribusi air

2 Istilah dan defenisi 2.1 debu partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau mekanik seperti penghalusan grinding, penghancuran chrushing, peledakan

Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain jika partikel-partikelnya saling bertumbukan. Tumbukan yang terjadi akan menghasilkan energi untuk memulai terjadinya

Pemberian pakan (Diet g) untuk C.maenas dalam jangka waktu periode intermolt I dan II nampak mempunyai kualitas sama dengan Pakan Standar I, tetapi secara kualitatif lebih

Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri, jamur, virus) dalam saluran kemih mulai dari uretra,

Hasil analisis SEM dari variabel perilaku ke- pemimpinan terhadap kinerja guru melalui kete- rampilan manajerial, manajemen konflik, dan daya tahan stres kerja guru

4516012 SDIT AL-HIKMAH BINTARA ALIFIANDA MUSYAFFA L MUHAMMAD RIFQI PRASETYO L Lengkap 4516013 SDIT AL-HIKMAH BINTARA AFINA ISNANI AZIS P ALIA AHMA HANANIA P Lengkap 4516014 SD

Suprijono (2009:79) memberi penjelasan batasan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) yaitu konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam