• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN KABUPATEN MADIUN TUGAS AKHIR - Konsep Perencanaan dan Perancangan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN KABUPATEN MADIUN TUGAS AKHIR - Konsep Perencanaan dan Perancangan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN

KABUPATEN MADIUN

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

Kurnianto Fery Wibowo

I 0207059

Dosen Pembimbing :

Ir. Agung Kumoro W, M.T

Ir. Moh. Asrori, M.T

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN KABUPATEN MADIUN

Oleh :

KURNIANTO FERY WIBOWO I 0207059

Surakarta, Oktober 2011

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Agung Kumoro W, M.T Ir. Moh. Asrori, M.T

NIP. 19630802 199103 1 001 NIP. 19510502 198903 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Arsitektur (FT)-UNS Ketua Prodi Arsitektur (FT)-UNS

Dr. Ir. Muhammad Muqoffa, M.T Kahar Sunoko, S.T, M.T

NIP. 19620610 199103 1 002 NIP. 19690320 199503 1 002

Pembantu Dekan I (FT)-UNS

Kusno Adi Sambowo, ST, MSc,Ph.D

(3)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR SKEMA xv

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. JUDUL 1

B. PEMAHAMAN JUDUL 1

C. LATAR BELAKANG 2

D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 4

D.1. Permasalahan 4

D.2. Persoalan 5

E. TUJUAN DAN SASARAN 5

E.1. Tujuan 5

E.2. Sasaran 6

F. LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN 6

F.1. Lingkup Pembahasan 6

F.2. Batasan 7

G.METODA DAN STRATEGI DESAIN 7

G.1. Metoda 7

G.2. Strategi Desain 9

(4)

commit to user

BAB II. TINJAUAN TEORI 13

A. TINJAUAN PASAR SECARA UMUM 13

A.1. Pengertian Pasar 13

A.2. Jenis-Jenis Pasar 14

A.3. Sistem Perpasaran Indonesia 15

A.4. Kegiatan Perpasaran 19

B. TINJAUAN PASAR TRADISIONAL 22

B.1. Pengertian Pasar Tradisional 22

B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar 22

B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional 29

B.4. Peranan Pasar Tradisional 30

C. TINJAUAN TATA RUANG PASAR 34

C.1. Penataan Komoditi Barang Dagangan 34

C.2. Ruang Terpinggirkan 35

D. PENINGKATAN DAYA SAING PASAR TRADISIONAL 37

D.1. Peningkatan Mutu dan Pembenahan Pengaturan Sarana Fisik Pasar 37

D.2. Siteplan (Perancangan Tapak) 40

D.3. Konsep Mempertahankan dan Mengembangkan Pasar Tradisional 41

E. TINJAUAN LANDMARK 42

E.1. Teori Landmark 42

F. TINJAUAN LOKALITAS 45

F.1. Memaknai Lokalitas dalam Arsitektur 46

F.2. Arsitektur Nusantara 51

G. PRESEDEN PASAR TRADISIONAL 57

G.1. Pasar Gede Hardjanegara 57

(5)

commit to user

BAB III. PASAR UMUM CARUBAN BARU DI DESA PANDEAN,

KABUPATEN MADIUN 63

A. TINJAUAN KABUPATEN MADIUN 63

A.1. Kondisi Fisik 64

A.2. Kondisi Sosial 68

A.3. Kondisi Ekonomi 72

B. TINJAUAN KOTA CARUBAN 73

B.1. Orientasi dan Batas Wilayah Kota Caruban 73

B.2. Topografi 74

B.3. Perekonomian Kota 74

B.4. Sarana dan Prasarana Kota 74

B.5. Wilayah Perencanaan Kota Caruban 76

B.6. Penentuan Fungsi Bagian Wilayah Kota 76

B.7. Rencana Intensitas Penggunaan Tanah BWK 79

B.8. Isu Strategis Pembangunan Kota Caruban, Kabupaten Madiun 81

C. TINJAUAN PASAR UMUM CARUBAN 82

C.1. Kondisi Fisik 82

C.2. Kondisi Non Fisik 88

D. PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN CARUBAN 92

D.1. Konsep Pengembangan Perkotaan Mejayan 92

D.2. Strategi Penetapan Kawasan Strategis Pengembanagn Ekonomi 93

BAB IV. PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN YANG

DIRENCANAKAN 94

A. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN 94

A.1. Maksud 94

A.2. Tujuan 96

(6)

commit to user

B. KEGIATAN YANG AKAN DIWADAHI 97

C. PELAKSANAAN KEGIATAN 98

D. SKALA PELAYANAN 100

E. POTENSI DAN KELEMAHAN LOKASI PASAR UMUM CARUBAN DI DESA

PANDEAN, KECAMATAN MEJAYAN (ANALISA SWOT) 100

F. SKENARIO PERENCANAAN 103

BAB V. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN PENATAAN KEMBALI PASAR

UMUM CARUBAN 105

A. DASAR PERTIMBANGAN 105

A.1. Dasar Pertimbangan Umum 105

A.2. Cakupan Analisa 106

B. PROSES ANALISA 107

B.1. Analisa Peruangan 107

1. Pola dan Pelaku Kegiatan 107

2. Kebutuhan Ruang 112

3. Besaran Ruang 114

4. Analisa Pendekatan Persyaratan Ruang Pasar 120

B.2. Analisa Pengolahan Tapak 123

1. Eksisting Site 123

B.3. Analisa Lokalitas 143

B.4. Analisa Pendekatan Struktur Bangunan 147

1. Sub Structure 147

2. Upper Structure 148

(7)

commit to user

B.5. Analisa Pendekatan Sistem Utilitas 149

1. Jaringan Air Bersih 149

A. KONSEP PERUANGAN 156

A.1. Besaran Ruang 156

A.2. Konsep Persyaratan Ruang Pasar 160

B. KONSEP PENGOLAHAN TAPAK 161

1. Eksisting Site 161

2. Konsep Pencapaian 162

3. Konsep Orientasi Bangunan 164

4. Konsep Zonifikasi 165

5. Konsep Sirkulasi 168

6. Konsep Lansekap 168

7. Analisa Permasaan 169

C. KONSEP LOKALITAS 170

D. KONSEP STRUKTUR BANGUNAN 171

1. Sub Structure 171

2. Upper Structure 171

3. Roof Structure 171

E. KONSEP SISTEM UTILITAS 172

1. Jaringan Air Bersih 172

(8)

commit to user

3. Air Hujan 173

4. Sampah 173

5. Instalasi Listrik 173

6. Jaringan Telekomunikasi 174

7. Fire Protection 174

8. Penangkal Petir 174

DAFTAR PUSTAKA xvi

(9)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Penataan Siteplan 40

Gambar 2. Elemen arsitektur tradisional yang “dipaksakan”. 51

Gambar 3. Evolusi arsitektur Jawa, dari vernakular ke tradisional 52

Gambar 4. Evolusi bangunan jawa dari panggung menjadi menapak di tanah 53

Gambar 5. Evolusi bangunan jawa karena kebutuhan luas ruang 53

Gambar 6. Dua contoh evolusi rumah joglo hasil tradisi 53

Gambar 7. Contoh gambar denah dari tradisi perubahan ruang dalam ruang

untuk bangunan joglo 54

Gambar 8. Berbagai contoh perubahan bangunan joglo dengan pertimbangan

ekologi bahan masa kini 54

Gambar 9. Analisis bentuk arsitektur dari relief candi di Jawa 55

Gambar 10. Sebuah gubuk (di tambak garam) yang berevolusi menjadi bentuk

lain (di tepi pantai terpencil) yang lebih besar dengan teknik pencerminan 55

Gambar 11. Sebuah gubuk beratap pelana ditambah teritis untuk memperluas ruang,

berevolusi menjadi rumah dengan memperbesar skala,

menapakkan ke tanah dan menutupi dengan lebih banyak dinding 56

Gambar 12. Sebuah rumah yang mengalami evolusi dengan lebih memperhatikan kualitas bahan dinding, berevolusi lagi dengan menambah teritis di sisi lainnya, dipercantik dengan ornamentasi pagar rumah

(bukan pagar halaman) 56

Gambar 13. Pemikiran terhadap kualitas bahan yang lebih tahan cuaca membuat

bentuk atap pelana menjadi perisai, evolusi yang lebih tinggi

menyentuhkan budaya manusia dengan ornamentasi dan warna 56

Gambar 14. Pasar Gede 57

Gambar 15. Interior dan Eksterior Pasar Gede 59

Gambar 16. Pasar Legi 60

Gambar 17. Peta Kabupaten Madiun 63

Gambar 18. Diagram Kondisi Permukaan Jalan di Kab. Madiun 68

Gambar 19. Peta Potensi Wisata Kabupaten Madiun 71

Gambar 20. Lokasi Pasar Umum Caruban 82

Gambar 21. Siteplan Pasar Umum Caruban 83

Gambar 22. Batas-Batas Pasar Umum Caruban 84

Gambar 23. Kondisi Eksisiting Pasar Umum Caruban 87

(10)

commit to user

Gambar 25 Kondisi interior Pasar Umum Caruban 90

Gambar 26. Area parkir roda dua di dalam dan di luar pasar 91

Gambar 27. Saluran drainase di luar dan di dalam pasar 91

Gambar 28 Sketsa Analisa Penghawaan Alami (1) 121

Gambar 29 Sketsa Analisa Penghawaan Alami (2) 121

Gambar 30. Sketsa Analisa Pencahayaan Alami 122

Gambar 31. Lokasi Pasar Umum Caruban 123

Gambar 32. Eksisting Site 123

Gambar 33. Analisa Pencapaian 126

Gambar 34. Analisa Penentuan Lokasi Parkir 128

Gambar 35. Analisa Orientasi 130

Gambar 36. Hasil Analisa Orientasi 128

Gambar 37. Hasil Zonifikasi 135

Gambar 38. Hasil Analisa Sistem Sirkulasi Vertikal 138

Gambar 39. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar 140

Gambar 40. Sketsa Bentuk Ruang dan Sirkulasi 139

Gambar 41. Sketsa Bentuk Tapak 142

Gambar 42. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa 142

Gambar 43. Joglo Pendopo Kabupaten Madiun 144

Gambar 44. Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten Madiun 144

Gambar 45. Kantor DPRD Kabupaten Madiun 144

Gambar 46. RSUD kota Cruban 145

Gambar 47. Hasil Analisa Lokalitas 146

Gambar 48. Anatomi Struktur 147

Gambar 49. Pondasi Sumuran 148

Gambar 50. Pondasi Batu Kali 148

Gambar 51. Struktur Rangka 149

Gambar 52. Struktur Rangka Baja 149

Gambar 53. Konsep Penghawaan Alami (1) 160

Gambar 54. Konsep Penghawaan Alami (2) 160

Gambar 55. Aplikasi Kaca Pintar Pada Atap 161

Gambar 56. Konsep Pencahayaan Alami (1) 161

Gambar 57. Eksisting Site 162

Gambar 58. Konsep Pencapaian 163

(11)

commit to user

Gambar 60. Hasil Analisa Orientasi 165

Gambar 61. Hasil Zonifikasi 167

Gambar 62. Konsep Sistem Sirkulasi Vertikal 168

Gambar 63. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar 169

Gambar 64. Sketsa Bentuk Tapak 169

Gambar 65. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa 169

Gambar 66. Konsep Lokalitas Pada Pasar Umum Caruban 170

Gambar 67. Pondasi Sumuran 171

Gambar 68. Pondasi Batu Kali 171

Gambar 79. Struktur Rangka 171

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern 29

Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009 65

Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009 66

Tabel 4. Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun Periode

2005-2009 Menurut Kecamatan 69

Tabel 5. Prediksi Jumlah Penduduk Kab Madiun 2009-2029 70

Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun Th 2004-2008 72

Tabel 7. Rincian Luas Kota Caruban 74

Tabel 8. Fasilitas Perekonomian di Kota Caruban 75

Tabel 9. Rencana KDB Kota Caruban Tahun 2009/2010 80

Tabel 10. Rencana Ketinggian Bangunan Kota Caruban Tahun 2009/2010 80

Tabel 11. Rencana KLB Kota Caruban Tahun 2009/2010 81

Tabel 12. Pengaturan Sempadan Bangunan (Terbuka) Kota Caruban Tahun 2009/2010 81

Tabel 13. Keterangan Umum Pasar Umum Caruban 86

Tabel 14. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011 89

Tabel 15. Pengelola Pasar Caruban Th 2011 89

Tabel 16. Penilaian Kelayakan Pasar Umum Caruban Dengan Analisa SWOT 101

Tabel 17. Kelompok Kegiatan Penjualan 112

Tabel 18. Kelompok Kegiatan Pengelolaan 112

Tabel 19. Kelompok Kegiatan Servis dan Penunjang 113

Tabel 20. Kelompok Kegiatan Penunjang 114

Tabel 21. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan 116

Tabel 22. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan 116

Tabel 23. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan 118

Tabel 24. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang 119

Tabel 25. Rekaitulasi Kebutuhan Ruang 119

Tabel 26. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011 132

Tabel 27. Analisa Bentuk Massa 141

Tabel 28. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan 156

Tabel 29. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan 157

Tabel 30. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan 157

Tabel 31. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang 158

(13)

commit to user

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Pola kegiatan penjual Pasar Umum Caruban 107

Skema 2. Pola kegiatan pembeli Pasar Umum Caruban 108

Skema 3. Pola kegiatan pengelola Pasar Umum Caruban 109

Skema 4. Pola kegiatan petugas servis Pasar Umum Caruban 110

Skema 5. Pola kegiatan petugas bank Pasar Umum Caruban 111

Skema 6. Pola kegiatan sopir angkuta Pasar Umum Caruban 111

Skema 7. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed” 151

Skema 8. Jaringan air kotor 151

Skema 9. Jaringan Air Hujan 152

Skema 10. Sistem pembuangan sampah 152

Skema 11. Jaringan Instalasi Listrik 153

Skema 12. Sistem Jaringan Komunikasi 154

Skema 13. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed” 172

Skema 14. Jaringan air kotor 172

Skema 15. Jaringan Air Hujan 173

Skema 16. Sistem pembuangan sampah 173

Skema 17. Jaringan Instalasi Listrik 173

(14)

commit to user

BAB I

Pendahuluan

A. Judul

Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun

B. Pemahaman Judul

Penataan Kembali : mengatur, menyusun, membenahi untuk mengembalikan pada

kondisi semula atau lebih baik.

Pasar : adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan

pembeli (Chourmain, 1994 : 231).

: adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur,

hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang,

jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang

(wikipedia.com)

Umum : secara menyeluruh, tidak menyangkut yg khusus (tertentu) saja;

untuk orang banyak; (untuk orang) siapa saja

(http://kamusbahasaindonesia.org/umum)

Caruban : Kotamadya yang berada di Kabupaten Madiun

Kabupaten Madiun : Sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara,

kabupaten Nganjuk di timur, Kabupaten Ponorogo di selatan,

serta Kota Madiun, kabupaten Magetan dan Ngawi di barat

(Madiun go.id/pemerintahan)

Jadi pemahaman judul Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun

adalah merancang Pasar Umum Caruban pasca terjadi kebakaran untuk

mengembalikan peranan Pasar Umum Caruban sebagai pusat perekonomian rakyat

Caruban dan sekitarnya sekaligus merencanakan pasar yang lebih representative dan

(15)

commit to user

C. Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan suatu tempat atau wadah yang identik dengan

kegiatan jual beli barang atau jasa. Pasar tradisonal muncul sebagai tuntutan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di Indonesia pasar tradisional dapat ditemui di tiap

daerah baik pedesaan maupun perkotaan. Pasar tradisional tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan rakyat kecil, karena pelaku dalam pasar mulai dari produsen, pedagang, dan

pembeli mayoritas adalah dari rakyat kecil. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional

dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil (Kompas 2006). Pasar tradisional menyangkut

hajat hidup orang banyak dan mayoritas pelakunya adalah masyarakat kecil (Aliyah,

2007).

Kegiatan yang terjadi pada pasar tradisional sangat beraneka ragam dan tak

hanya selalu berkaitan dengan kegiatan jual beli. Inilah yang membedakan pasar

tradisional dengan pasar modern yaitu interaksi antara pelaku dalam pasar yang lebih

intensif dan bersifat akrab. Melalui pasar tradisional budaya dari satu tempat dapat dikenal

dan memungkinkan terjadinya akulturasi budaya sehingga memperkaya pengetahuan

akan budaya daerah lain. Dan yang menjadi poin utama adalah, dengan adanya pasar

tradisional dapat semakin mempererat hubungan antar manusia dari berbagai latar

belakang suku bangsa sehingga mampu memperkuat persatuan bangsa.

Pasar Tradisional Caruban merupakan pasar tradisonal terbesar kedua di wilayah

Kabupaten Madiun. Pasar Tradisonal Caruban termasuk kategori pasar kelas I dengan

memberikan pemasukan paling besar jika dibandingkan dengan pasar lain bagi Pemkab

Madiun. Pada Pasar Tradisional Caruban tak kurang 1200 pedagang menggantungkan

hidupnya dari kegiatan jual beli pada pasar. Mereka yang berjualan di Pasar Tradisional

Caruban adalah pedagang-pedagang dari wilayah se-Karisedenan Madiun. Pada Pasar

Tradisional Caruban dijual berbagai keperluan sehari-hari seperti sembako, sayuran,

buah-buahan, bumbu dapur, pakaian, perlengkapan sekolah, perhiasan dan lain-lain.

Geliat jual beli dalam Pasar Tradisional Caruban telah menjadi sumber

penghidupan bagi masyarakat Caruban sendiri. Selain pedagang dalam pasar, banyak

pihak yang mendapatkan keuntungan dari aktivitas Pasar Tradisional Caruban. Beberapa

pelaku pendukung pasar seperti tukang parkir dan juru panggul memperoleh penghasilan

(16)

commit to user

juru panggul masih banyak pihak yang memperoleh keuntungan dari aktivitas pasar,

seperti sopir angkot, tukang ojek, tukang becak, sopir delman dan sebagainya.

Namun semenjak peristiwa kebakaran pada tahun 2006, kondisi Pasar Tradisional

Caruban menjadi sangat memperihatinkan. Semenjak kejadian tersebut, semua pedagang

berada di pasar darurat yang didirikan oleh pemerintah daerah di lokasi yang sama.

Karena bersifat darurat, untuk kios menggunakan seng sebagai pembatas antar kios.

Sementara los hanya menggunakan terpal atau kain sebagai peneduh. Saat siang hari

suasana dalam pasar sangat panas karena sirkulasi udara tidak lancar yang disebabkan

jarak antar kios yang sangat berdekatan. Sementara ketika hujan, jalan menjadi becek

karena air hujan yang masuk pada bagian pasar yang masih berlantai tanah.

Upaya untuk memperbaiki Pasar Tradisional Caruban dari pasar darurat menjadi

pasar yang permanen telah dilakukan beberapa tahun terakhir namun sampai sekarang

belum tereralisasi. Hal ini dikarenakan adanya keinginan dari beberapa pihak yang

menginginkan Pasar Tradisional Caruban direlokasi ke tempat lain. Namun ada pula yang

menginginkan pasar baru dididirikan di tempat yang sama. Pengambilan keputusan

mengenai lokasi pasar baru yang berlarut-larut pada akhirnya merugikan pedagang juga.

Keadaan pasar yang kurang memperhatikan kenyamanan bagi pembeli berakibat turunnya

jumlah pembeli di Pasar Tradisional Caruban. Dari hasil wawancara dengan kepala Pasar

Tradisional Caruban bahwa jumlah pembeli dari waktu ke waktu semakin berkurang

sehingga mengakibatkan beberapa pedagang berjualan ke lokasi lain. Sementara di kutip

dari zonaberita.com

Salah seorang pedagang, Rawati (48) mengeluhkan, saat musim hujan seperti ini,

kondisi pasar becek. Nampak kumuh. Sebab, “Saluran air mampet,” katanya.

Gara-gara kondisi becek itu, lanjut dia, “Pelanggan mulai berkurang.”

(httpwww.zonaberita.comjawa-timurribuan-pedagang-pasar-caruban-sambat.html)

Sementara itu salah satu potensi dari Kota Caruban adalah letaknya yang

strategis yaitu berada pada jalur perlintasan Surabaya-Madiun dan berada pada pusat kota

sehingga terdapat kemudahan pencapaian dari daerah-daerah di pinggir kota. Untuk

(17)

commit to user

delman untuk radius sekitar pasar sementara untuk jarak yang lebih jauh terdapat ojek,

minibus dan angkota.

Selain mudah dalam pencapaian, letak Pasar Tradisional Caruban yang berada di

jalur lintas antar propinsi juga menjadi daya tarik bagi pengguna jalan. Pada hari libur

panjang atau libur Lebaran banyak dari pengguna jalan yang mampir untuk membeli

oleh-oleh. Namun sayangnya Pasar Tradisional Caruban belum memiliki area parkir yang

mencukupi sehingga banyak kendaraan yang di parkir di depan pasar. Hal ini

mengakibatkan terganggunya jalur transportasi di depan pasar bahkan menimbulkan

kemacetan.

Seiring dengan keluarnya PP No 52 Tahun 2010 tentang pemindahan ibu kota

Kab Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kec Mejayan, Pemkab Madiun semakin

berbenah. Salah satunya yang telah selesai adalah kantor DPRD Kab. Madiun, kantor

Imigrasi Madiun, Samsat Kabupaten Madiun kemudian akan dilanjutkan dengan kantor

Pemerintah Daerah Kab. Madiun. Namun sayangnya untuk renovasi Pasar Tradisional

Caruban sendiri sampai saat ini belum terjamah dan masih sekedar wacana. Padahal dari

waktu ke waktu jumlah pembeli yang berbelanja ke pasar semakin berkurang. Hal ini

dikarenakan kondisi Pasar Tradisional Caruban yang tidak nyaman lagi bagi pembeli untuk

datang dan berbelanja. Jika kondisi Pasar Tradisional Caruban tidak segera dibenahi oleh

pihak yang terkait akan berakibat pada semakin menurunnya jumlah pembeli yang datang

ke pasar. Terlebih dengan munculnya pasar modern yang mulai menjamur di wilayah

Caruban maka tidak menutup kemungkinan para pedagang Pasar Tradisional Caruban

akan kehilangan mata pencaharian diakibatkan sengitnya persaingan di sektor

perdagangan. Untuk itu maka perlu langkah secepatnya melakukan penataan kembali

Pasar Umum Caruban menjadi pasar baru sebagai pusat perdagangan kabupaten. Selain

itu sebagai ibukota kabupaten yang berada pada lokasi baru dibutuhkan bangunan yang

dapat menjadi titik pusat orientasi yang keberadaannya dapat menandakan ciri, citra atau

image suatu wilayah atau disebut landmark. Kaitannya dengan penataan kembali Pasar

Umum Caruban ini diharapkan dapat menjadi landmark Kabupaten Madiun dengan

(18)

commit to user

D. Permasalahan dan Persoalan

D.1. Permasalahan

Bagaimana merencanakan penataan kembali Pasar Umum Caruban yang

mampu mewadahi kegiatan perdagangan skala kabupaten, sekaligus menjadi

landmark Kabupaten Madiun dengan menggali potensi lokal.

D.2. Persoalan

Untuk menyelesaikan permasalahan di atas dapat dicapai dengan pemecahan

persoalan arsitektural antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimana mengolah kembali tapak kawasan Pasar Tradisional Caruban

dan lahan di sekitar area pasar sehingga dapat menampung seluruh

kegiatan pada perencanaan program baru dalam mengatasi

permasalahan yang sudah ada untuk mewujudkan kenyamanan dan

optimalisasi fasilitas pendukung pasar tersebut.

b. Bagaimana menyelesaikan masalah pencahayaan, penghawaan,

pengelolaan sampah dan sirkulasi horisontal maupun vertikal baik di

dalam maupun luar pasar yang sering mengalami over crowded ( sesak

dan macet ) sehingga terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan

menyenangkan untuk kegiatan berbelanja pada Pasar Umum Caruban.

c. Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Pasar

Tradisional Caruban yang selaras dengan lingkungan.

d. Bagaimana desain bangunan yang menerapkan potensi lokal (material,

bentuk, dll) pada desain bangunan untuk menjadi identitas bagi Pasar

Umum Caruban yang berada di Kabupaten Madiun.

E. Tujuan dan Sasaran

E.1. Tujuan

Merencanakan penataan kembali Pasar Umum Caruban yang dapat menjadi

pusat perdagangan tingkat Kabupaten Madiun dan menjadi landmark

(19)

commit to user E.2. Sasaran

Penentuan konsep perencanaan dan penataan kembali Pasar Tradisional

Caruban:

a. Menentukan desain tapak kawasan Pasar Tradisional Caruban sehingga

pasar yang direncanakan dapat menampung seluruh kegiatan pada

perencanaan program baru dalam mengatasi permasalahan yang sudah

ada.

b. Menentukan rancangan pencahayaan, penghawaan, pengelolaan sampah

dan sirkulasi horisontal maupun vertikal baik di dalam maupun luar pasar

yang sering mengalami over crowded ( sesak dan macet ) sehingga

terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan menyenangkan untuk kegiatan

berbelanja pada Pasar Umum Caruban.

c. Mendapatkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Pasar Umum

Caruban yang menarik dan mampu menjadi landmark bagi Kota Caruban

pada khususnya dan Kabupaten Madiun pada umumnya.

d. Mendapatkan desain bangunan yang penerapan potensi lokal pada

bangunan baik bentuk maupun material lokal sehingga menjadi identitas

bagi Pasar Umum Caruban yang berada di Kabupaten Madiun.

F. Lingkup Pembahasan dan Batasan

F.1. Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan ditekankan pada topik yang mendukung perencanaan

dan perancangan fisik dan non fisik bangunan pasar tradisional untuk

mewujudkan Pasar Umum Caruban yang memberikan kenyamanan

berbelanja bagi pembeli dan menjadi landmark bagi Kabupaten Madiun dalam

lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan untuk disiplin ilmu lain yang

mendukung akan dibahas secara garis besar dalam batas logika dan asumsi

(20)

commit to user F.2. Batasan

Batasan berdasarkan pada konsepsi pasar tradisional yang ada sehubungan

dengan tujuannya yaitu sebagai tempat bertemu antara penjual dan pembeli

untuk melakukan transaksi jual beli. Dengan melakukan inovasi desain agar

pasar tradisonal yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat saat ini. Tujuannya adalah untuk menerapkan konsepsi pasar

tradisional yang dijadikan sebagai landmark Kabupaten Madiun.

G. Metoda dan Strategi Desain

G.1. Metoda

Secara umum metode yang digunakan adalah dengan cara, teknik dan prosedur

memaparkan, mengidentifikasi dan mendiskripsikan (yang selalu dilakukan umpan

balik/feed back pada setiap prosedur) dimulai dari gagasan awal, penelusuran

permasalahan dan persoalan ( problem area an specification), pencarian data dan

informasi, pendekatan konsep perencanaan dan perancangan, transformasi

rancangan dan produk rancang awal.

1. Gagasan awal

Gagasan awal muncul karena kondisi Pasar Tradisional Caruban yang saat ini

sangat memprihatinkan karena sudah 5 tahun semenjak terbakar pada tahun

2006 belum direnovasi atau ditata ulang. Padahal di tengah gempuran pasar

modern keberadaan pasar tradisional semakin terancam sehingga mengancam

sejumlah rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas pasar.

Selain itu dipindahkannya ibukota Kab Madiun ke Kota Caruban menuntut Kota

Caruban untuk segera berbenah. Dan salah satunya adalah meredesaian Pasar

Tradisional Caruban untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi guna

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan Pasar Umum Caruban

sendiri dapat dijadikan landmark karena berada di pusat kota.

2. Pencarian data dan informasi

a. Observasi lapangan

Observasi dilakukan pada Pasar Tradisional Caruban untuk memperoleh

(21)

commit to user

banding, observasi dilakukan pada beberapa pasar tradisional sehingga

didapatkan kekurangan maupun kelebihan untuk dijadikan masukan

terhadap desain yang akan diterapkan pada Pasar Tradisional Caruban.

b. Wawancara

Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti pengelola

pasar, pedagang dan pembeli sebagai bahan referensi dan acuan

sehingga diharapkan desain nantinya dapat memenuhi keinginan

pembeli dan pedagang. Selain itu dapat diketahui kelebihan dan

kekurangan bangunan pasar tradisional yang sudah ada.

c. Studi literature, meliputi :

· Buku-buku yang menunjang dan dapat memberikan informasi,

misalnya data jenis jualan dan standar ruang yang dibutuhkan, dll.

· Buku-buku yang berisi mengenai pasar tradisional yang tetap

mampu bersaing yang sudah ada dan juga secara arsitektural.

· Karya ilmiah, yaitu berupa konsep maupun skripsi tugas akhir yang

telah ada sebelumnya, baik yang terdapat di UNS maupun di luar

UNS.

· Informasi melalui situs-situs yang terdapat diinternet yang berkaitan

dan menunjang, mengenai pasar tradisional, pencitraan bangunan,

dsb.

3. Pengolahan data dan informasi

Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai

dengan tema, kemudian direduksi menjadi substansi-substansi yang dianggap

penting dan digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan

desain. Pengolahan data ini berlangsung terus-menerus karena adanya tambahan

dan informasi baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat

data sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru.

4. Metode Analisis Data

Metode perencanaan dan perancangan dilakukan menggunakan metode

(22)

commit to user

telaah untuk mendapatkan konsep penataan kembali Pasar Umum Caruban. Cara

yang digunakan adalah:

a. Analisis kuantitatif dan kualitatif

Analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi aspek–

aspek yang terkait yang berpengaruh dalam perancangan pasar yang

didekatkan dengan pendekatan aspek–aspek arsitektural. Analisis ini

mengacu pula pada standar-standar yang berlaku misal kebutuhan ruang dan

besarannya.

b. Analisis grafis

Analisis grafis berisi sketsa-sketsa penunjang yang dapat membantu

menerangkan analisis kualitatif dan kuantitatif, sehingga proses analisis

secara keseluruhan dapat tercapai lebih maksimal dan jelas.

5. Metode Sintesis

Proses penarikan kesimpulan dilakukan setelah melalui proses analisis

sehingga akan menghasilkan sebuah kesimpulan atau sintesis yang akan

digunakan sebagai acuan pembuatan konsep perancangan.

6. Transformasi dan rancang bangun arsitektur

a. Berdasarkan deskripsi konsep perancangan yang dilakukan trasformasi

untuk memperjelas apa yang dideskripsikan menjadi wujud gambaran

rancang wadah atau fasilitas yang dihendaki (konsep diagramatik dan

skematik)

b. Wujud gambaran rancangan wadah atau fasilitas akan digambarkan

sebagai gambaran idea rancangan yang akan dikembangkan menjadi

produk pra rancang ( dilengkapi detail, perspektif maket yang presentatif

terhadap isi bahasan).

G.2. Strategi Desain

Sesuai dengan RTRW Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban

(23)

commit to user

Sehingga langkah yang pertama adalah merencanakan pasar yang dapat

menampung pedagang saat ini dan pedagang yang bertambah pada tahun-tahun

berikutnya. Peningkatan jumlah pedagang ini diperkirakan berdasarkan

persentase pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan Kabupaten Madiun.

Kemunculan pasar modern sedikit atau banyak telah berpengaruh

terhadap menurunnya pembeli pasar tradisional. Keunggulan pasar modern yang

bersih, sejuk berbanding terbalik dengan kondisi pada pasar tradisional pada

umumnya. Pasar tradisional sudah identik dengan kondisi yang kotor, bau,

pengab, panas dan sebagainya sehingga memberikan ketidaknyamanan bagi

pembeli. Untuk itulah Pasar Umum Caruban yang direncanakan akan

menghilangkan kesan tersebut dengan pengelolaan kebersihan pasar secara

teratur, mewujudkan kenyamanan dengan perencanaan perancangan termal.

Selain itu untuk menciptakan kemudahan bagi pengunjung dalam kegiatan

berbelanja dilakukan pembagian zona-zona pedagang pasar yang disesuaikan

dengan komoditas dagangan.

Untuk tampilan Pasar Umum Caruban sendiri akan bergaya arsitektur

lokal Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjadi identitas bagi pasar ini sehingga

dapat dijadikan landmark berwawasan identitas. Karena saat ini muncul

kecenderungan pasar tradisional sudah mengiblat pola pikir barat sehingga

menghasilkan bentuk kotak dan kurang merepresentasikan kearifan arsitektur

lokal. Dari eksplorasi terhadap bentuk dan material lokal diharapkan Pasar Umum

Caruban yang baru dapat selaras dengan kondisi lingkungannya. Penggunaan

material lokal sendiri adalah material yang dapat diperoleh dari sekitar site seperti

batu bata, kayu jati, bambu.

Untuk mendukung keberadaan Pasar Umum Caruban sebagai pasar

berskala kabupaten maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang. Beberapa

fasilitas penunjang yang diperlukan adalah area parkir yang memadai, bank,

musholla, toilet dan pengolahan sampah sementara yang memadai. Selain itu

perlu disediakan pula terminal untuk ngetem angkuta agar terkesan tertata dan

(24)

commit to user

Dengan penambahan jumlah kios maupun los dan fasilitas-fasilitas

penunjang lainnya maka diperlukan site dengan luas yang lebih luas dari site

sekarang. Pada Pasar Umum Caruban saat ini luas site sekitar 8000 m2. Dengan

luasan tersebut Pasar Umum Caruban tidak mampu menampung seluruh

pedagang. Terlebih untuk area parkir, para pembeli memarkir kendaraan mereka

di sekitar pasar atau di dalam karena lahan parkir yang disediakan sangat sempit.

Oleh karena itu untuk dapat menampung seluruh kegiatan yang direncanakan, site

akan diperluas dan bangunan pasar akan dijadikan 2 lantai.

H. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Mengungkapkan judul, pemahaman judul, latar belakang, rumusan permasalahan

dan persoalan, tujuan dan sasaran, metoda dan strategi desain, serta sistematika

penulisan.

Bab II Tinjauan Teori

Mengungkapkan kajian mengenai teori-teori penunjang yang diantaranya : kajian

pasar secara umum, pasar tradisional, konsep mempertahankan dan

mengembangkan pasar tradisional dan tinjauan mengenai kelokalan serta

preseden pasar tradisional sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam

perencanaan dan perancangan Pasar Umum Caruban.

Bab III Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kabupaten Madiun

Mengungkapkan profil Kabupaten Madiun, Kota Caruban, kondisi eksisting Pasar

Umum Caruban saat ini beserta pemindahan ibu kota Kabupaten Madiun.

Bab IV Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban

Mengungkapkan tentang perencanaan perancangan Pasar Umum Caruban yang

direncanakan, yaitu sebagai pasar sebagai pusat perdagangan skala kabupaten

dan berkonsep lokalitas sehingga dapat menjadi identitas bagi Kota Caruban dan

Kabupaten Madiun.

Bab V Analisa Pendekatan Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan

Mengungkapkan analisa pendekatan perencanaan dan perancangan sebagai

(25)

commit to user

yang merupakan hasil akhir dari analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam

wujud desain fisik bangunan.

BabVI Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban

Merupakan kesimpulan dari pendekatan konsep perencanaan dan perancangan

yang berupa konsep perencanaan dan perancangan Pasar Umum Caruban baik

dari segi programatik dan arsitektur. Konsep ini akan digunakan sebagai acuan

(26)

commit to user

BAB II

Tinjauan Teori

A. Tinjauan Pasar Secara Umum

A.1. Pengertian Pasar

Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli

(Chourmain, 1994 : 231). Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi,

prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan

tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang (wikipedia.com)

Stanton (dalam Umar 2003:8) mengemukakan bahwa pasar merupakan

sekumpulan orang yang ingin memuaskan keinginan yang ada uang untuk belanja

dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi disini dapat dilihat bagaimana individu

berinteraksi melakukan aktifitas yang berhubungan dengan uang. Para pembeli dapat

memuaskan keinginannya dengan membuat nilai uang menjadi berarti/bernilai, dalam

hubungannya dengan nilai uang memberikan basis bagi perkembangan pasar.

Sumitro Djojohadikusumo (dalam studi fungsi pelayanan pasar dalam rangka

penilaian terhadap strategi alokasi dana pembangunan pasar) menyebutkan

unsur-unsur pasar adalah sebagi berikut :(1) tempat berdagang (2) penjual (3) pembeli (4)

perantara (bila ada) (5) aktivitas jual beli (6) aktivitas pengiriman/pergerakan barang

(7) tersedianya jasa (8) tersedianya barang (9) waktu (10) perjanjian yang

mendukung.

Seiring perkembangan jaman terjadi transformasi sistem ekonomi pasar,

dikenal adanya dualisme sistem ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar

modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan

biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh

penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang

penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat

(27)

commit to user

pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga

(www.id.wikipedia.org).

A.2. Jenis-jenis Pasar1

Jenis-jenis pasar dibagi menurut sifat kegiatan dan jenis dagangan, ruang

lingkup pelayanan dan potensi serta waktu kegiatannya.

A.2.1. Menurut sifat kegiatannya dan jenis dagangannya :

· Pasar eceran, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam

jumlah kecil, misalnya per-ikat, per-buah, per-ekor, per-kilo, dan lain-lain.

· Pasar induk, ialah pasar yang menunjukkan perdagangannya sebagai

pusat pengepul, pusat pelelangan, pusat penyimpanan, pusat penyaluran,

antara lain :

a) Pasar induk sayur-mayur dan buah-buahan.

b) Pasar induk beras, dan lain-lain

· Pasar khusus, ialah pasar yang menjualbelikan jenis barang tertentu,

misalnya suku cadang, alat-alat teknik, ikan, ayam, burung dan

lain-lainnya.

A.2.2. Menurut ruang lingkup pelayanan dan tingkat potensi pasar :

· Pasar lingkungannya, lingkup pelayanannya meliputi suatu lingkungan

pemukiman di sekitar pasar tersebut, dan jenis barang yang

diperdagangkan terutama kebutuhan hidup sehari-hari.

· Pasar wilayah, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya beberapa

lingkungan pemukiman dan barang yang diperjualbelikan lebih lengkap

dari pasar lingkungan.

· Pasar kota, lingkup layanannya mencakup wilayah kota, yang

memperjualbelikan barang lengkap.

· Pasar Regional, ruang lingkup pelayanannya meliputi kawasan ibu kota

propinsi dan sekitarnya.

(28)

commit to user A.2.3. Menurut waktu kegiatannya :

· Pasar siang hari, pasar yang kegiatannya antara jam 05.00 s/d 18.00 WIB.

· Pasar malam hari, ialah pasar yang kegiatannya antara jam 18.00 s/d

0.5.00 WIB.

· Pasar siang malam, ialah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.

A.3. Sistem Perpasaran Indonesia2

A.3.1. Koordinasi Pasar

Untuk melaksanakan tugas sehari-hari di bidang perpasaran,

pemeintah daerah menempuh satu cara dengan dua pilihan, yakni dengan

menunjuk :

· Jawatan/Dinas di bawahnya

· Perusahaan daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan umum

di bidang perpasaran.

A.3.2. Sistem Pelayanan Pasar

Pasar dapat dipandang sebagai sistem pelayanan yang terdiri atas

komponen-komponen : konsumen, pedagang, materi perdagangan, serta

unsur-unsur penunjang. Interaksi antar komponen ini menimbulkan kegiatan

perpasaran yang menentukan sarana fisik yang harus disedikan.

Komponen-komponen pasar tersebut antara lain :

1) Konsumen Pasar

Konsumen pasar adalah masyarakat yang membutuhkan

pelayanan akan barang jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tipe

masyarakat yang merupakan unsur konsumtif bagi pasar di tentukan oleh

: status sosial ekonomi dan wawasan budaya-intelektualnya.

Dari segi sejarahnya, pasar adalah bentuk fasilitas yang tumbuh

secara organis karena pertemuan motivasi yang saling menguntungkan

antara pedagang dan pembeli. Kebiasaan tawar-menawar secara

2

(29)

commit to user

langsung tetap bertahan sampai kini karena cara ini dianggap

menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Demikian pula jika ditinjau dari segi status sosial ekonominya

maka konsumen pasar kebanyakan adalah lapisan masyarakat dari

golongan penghasilan rendah sampai sedang. Motivasi untuk

mendapatkan barang yang sesuai dengan kehendak tapi harga murah

membutuhkan bentuk-bentuk pelayanan langsung, transaksi pada unit-unit

eceran kecil dan pelayanan langsung. Pada masyarakat dengan kondisi

sosial ekonomi yang relatif masih rendah, motivasi tersebut masih kuat,

sehingga pasar masih dibutuhkan.

2) Pedagang

Pedagang dalam menjalankan kegiatannya menyediakan modal, tenaga

dan materi jual beli. Pedagang dapat digolongkan menurut: jumlah

pelakunya, kemampuan modalnya, cara penyalurannya, jangkauan

pelayanannya, cara pelayannya dan asalnya.

a) Dari segi jumlah pelakunya, pedagang meliputi :

- Pedagang individu

- Pedagang gabungan/kongsi

b) Dari segi kemampuan modalnya, pedagang meliputi :

- Pedagang modal kecil

- Pedagang modal cukup

- Pedagang modal sedang

- Pedagang modal besar

c) Dari segi penyalurannya, pedagang melip[uti :

- Pedagang eceran

- Pedagang grosir

- Pedagang pengumpul

d) Dari segi jangkauan pelayanannya :

- Pedagang lingkungan

- Pedagang lokal

(30)

commit to user

- Pedagang regional

e) Dari segi cara pelayanannya :

- Pedagang langsung

Materi perdagangan dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, sifatnya,

urgensinya, cara pengangkutannya dan cara penyajiannya.

a) Jenis materi perdagangannya :

- Bahan pangan

- Jasa : tukang jahit, reparasi arloji dll

b) Sifat dan kesan materi perdagangannya :

- Bersih

c) Tingkat urgensi materi perdagannya :

- Barang kebutuhan sehari-hari (demand goods)

- Barang kebutuhan berkala (convenience goods)

(31)

commit to user

d) Cara pengangkutannya :

- Barang pecah belah

- Bukan pecah belah

e) Cara penyajian :

- Penyajian sederhana : sayur mayur, bumbu

- Penyajian sedang : beras, bahan pangan yang diproses

- Penyajian baik : kelontong, pakaian.

A.3.3. Unsur-Unsur Penunjang

Unsur penunjang adalah pihak-pihak yang berperan dalam kelangsungan

keanggotaan perdagangan di pasar. Unsur ini meliputi :

1) Pemerintah

Dalam rangka pembangunan dan pelancaran ekonomi nasional,

pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi, di antaranya dengan

menguasai sektor perpasaran dengan cara ikut mengelola dan menarik

pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya.

Pembangunan fisik pasar biasanya dilakukan oleh pemerintah dengan

anggaran daerah ataupun Inpres.

2) Pengelola

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pemerintah membentuk :

· Jawatan

· Perusahaan Daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan

umum di bidang perpasaran. Pelayanan umum yang dilakukan pengelola

pasar pada umumnya berupa :

- Memelihara kebersihan

- Memelihara ketertiban

- Melaksanakan pembangunan

- Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok keperluan

sehari-hari

(32)

commit to user

3) Bank

Bank berperan terutama dalam hal segi pembiayaan pembangunan

dan permodalan bagi para pedagang. Misalnya : pembangunan pasar

Inpres dibiayai melalui Bank Pemerintah, kredit candak kulak bagi para

pedagang kecil disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia dan sebagainya.

4) Swasta

Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang sendiri atau

pelaksanan yang membiayai pembangunan pasar, karena pada prinsipnya

pembangunan pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan

kembali kepada masyarakat dalam bentuk yang lain.

A.4. Kegiatan Perpasaran

Kegiatan utama didalam suatu pasar adalah jual-beli. Namun kegiatan itu tak dapat

berlangsung tanpa ditunjang oleh kegiatan-kegiatan lain. Berikut akan dilakukan

tinjauan umum tentang kegiatan pasar dan tinjauan khusus kegiatan utamanya.

1. Garis Besar Kegiatan Perpasaran

Kegiatan perdagangan di pasar pada garis besarnya meliputi :

· Kegiatan Penyaluan Materi Perdagangan, berupa :

- Sirkulasi, transportasi, dan dropping

- Distribusi materi perdagangan ke setiap unit penjualan di dalam pasar

· Kegiatan jual-beli, berupa :

- Kegiatan jual beli antara pedagang dan konsumen

- Kegiatan penyimpanan materi perdagangan

- Kegiatan pergerakan dan pergerakan pengunjung : dari ke dalam

bangunan pasar serta unit penjualan ke unit penjualan lainnya (dalam

jalur lintasan jual beli).

· Kegiatan Pencapaian, dari dan ke lokasi bangunan pasar

· Kegiatan Pelayanan/servis/penunjang :

- Pelayanan Bank

(33)

commit to user

- Pelayanan pemeliharaan

2. Kegiatan Utama di Pasar

Dalam suatu pasar, kegiatan jual-beli langsung secara tawar menawar

merupakan kegiatan utama. Unsur-unsur kegiatan yang menunjang pelayanan

jual-beli ini adalah : distribusi barang, penyimpanan barang, penyajian barang,

pergerakan pengunjung disamping kegiatan jual belinya sendiri.

1) Distribusi Barang

Kegiatan ini merupakan ini merupakan usaha mensuplai barang

dagangan dari tempat asal ke lokasi pasar dan dari tempat penurunan ke

masing-masing tempat penjualan. Pada pasar-pasar kecil, misalnya pasar

lingkungan, sifat dan skala peredaran barangnya tidak sebesar pada pasar

kota sehingga tidak diperlukan jaringan sirkulasi jalan khusus untuk barang.

Yang penting adalah pengaturan lalu lintas pengunjung pasar. Misalnya

dengan pengaturan waktu. Demikian juga tidak diadakan pemisahan antara

daerah pedagang grosir dengan pedagang eceran. Pada pasar-pasar kecil

kedua klasifikasi pedagang ini berbaur.

2) Penyimpanan barang

Jumlah dan satuan-satuan volume barang pada pasar lingkungan

tidak besar masih dalam hitungan perbiji, perikat, perlembar, perkilo, dan

sebagainya maka penyimpanan barang belum memerlukan ruang dengan

pembatas khusus. Jadi masih disatukan dalam kegiatan jual beli dan

bahkan sedapat mungkn dilihat oleh pengunjung.

Untuk pedagang grosir biasanya barang-barang cukup disimpan

dalam almari atau kotak-kotak kayu di tempat jual-beli. Dengan demikian

dalam sebuah pasar lingkungan fasilitas pergudangan belum diperlukan.

Berbeda dengan pada pasar Kota, dimana sebagian besar barang

disimpan, sedang yang disajikan hanya sebagian kecil saja.

3) Penyajian barang

Dalam perdagangan eceran, barang-barang disajikan dengan

(34)

barang-commit to user

barang yang diinginkan.pada penyajian barang inilah tertumpu media

komunikasi antara pedagang dan konsumen

4) Kegiatan jual-beli

Sifat kegiatan jual beli di pasar adalah langsung berhadapan antar

pedagang dan pembeli yang biasanya disertai dengan tawar-menawar.

Dalam hal ini biasanya seorang menghadapi beberapa orang sekaligus.

Dalam kegiatan jual beli di pasar terjadi pengelompokan komunikasi linear

untuk memanfatkan jalur konsentrasi pembeli. Dalam hal ini penjual dan

pembeli mempunyai cara sendiri-sendiri.

Namun pada umumnya pedagang melayani pembeli dengan posisi

berdiri, duduk bersimpuh atau duduk diatas bangku. Sedang pembeli

biasanya berdiri tegak untuk mengamati keseluruhan barang dagangan atau

berdiri membungkuk untuk mengamati dan memilih barang. Dari spesifikasi

kegiatan pedagang dan pembeli ini maka terbentuklah ruang kegiatan

utama pasar yang biasanya berupa los-los. Dalam hal ini pedagang

menginginkan ukuran ruang yang efektif untuk melayani pembeli, cukup

leluasa untuk menjangkau barang, tetapi harus ekonomis, seefisien

mungkin untuk menekan sewa lantai. Sedang pembeli menginginkan ruang

untuk dilayani yang cukup leluasa tidak terganggu oleh kegiatan konsumen

lain ataupun lalulintas konsumen dan barang.

5) Pergerakan pengujung

Dalam kegiatan pasar, dua unsur utama yang melakukan

perpindahan tempat adalah: pengunjung dan barang. Pada kegiatan pasar

Kota atau pasar dengan skala perdagangan cukup besar, yang diutamakan

adalah perpindahan barang. Sedang pada pasar lingkungan dimana jual

beli eceran lebih dominan, volume transaksi banyak dan perpindahan

pengunjung lebih menonjol, maka baik besaran maupun arah jaringan

sirkulasi dipertimbangkan atas dasar kegiatan manusianya. Jalur lintasan

konsumen merupakan konsentrasi linear yang berorientasi ke unit-unit

(35)

commit to user

motivasi kelompok pedagang untuk memanfaatkan atau menjaring

konsentrasi kegiatan pembeli dalam suatu jalur linear sepanjang

unit-unitnya. Dari segi konsumen sendiri, pergerakan dalam satu arah

perpindahan dapat mencapai banyak tujuan (unit-unit pedagang).

B. Tinjauan Pasar Tradisional

B.1. Pengertian Pasar Tradisional

Tradisional berarti bersifat turun temurun ( Kamus Umum Bahasa Indonesia)

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai

dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari

kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu

pengelola pasar. (wikipedia.com)

Dengan demikian pengertian pasar tradisional adalah suatu tempat terjadinya

interaksi antara penjual dan pembeli sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

dengan cara perdagangan yang bersifat turun temurun. Meskipun demikian pasar yang

dibangun beberapa tahun terakhir termasuk kategori pasar tradisonal jika menggunakan

cara berdagang secara tradisional. Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir,

misalnya, dapat dimasukkan dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya

menggunakan cara-cara tradisional. (Brookfield,1969 dalam Pamardi,2002). Jadi pasar

tradisional tidak selalu berkaitan dengan waktu pasar didirikan namun lebih pada sistem

perdagangan yang digunakan.

B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar

B.2.1. Sejarah Pasar

Sebagai makhluk hidup, manusia senantiasa berupaya untuk memenuhi segala

kebutuhan hidupnya. Kemudian muncullah pasar yang memberikan kemudahan bagi

manusia untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan. Secara harfiah kata pasar berarti

berkumpul untuk tukar menukar barang atau jual beli, yang dilaksanakan sekali dalam 5

hari Jawa. Kata Pasar diduga dari kata Sansekerta Pancawara. Yang utama dalam

(36)

commit to user

dalam arti saling ketemu muka dan berjual pada hari pasaran menjadi semacam panggilan

sosial periodik (Wiryomartono, 1995 dalam Istijabatul Aliyah 2007:112).

Pasar adalah suatu bentuk pusat perbelanjaan yang paling tua dikenal di

Indonesia. Banten diketahui telah memiliki pasar di Pelabuhan Karangantu dan Pecinan.

Jakarta pada masa pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama telah pula memiliki

pasar di utara Alun-alun, kemudian dikembangkan oleh VOC dengan adanya pasar ikan,

pasar daging, pasar beras dan sebagainya.

Pasar dikenal sejak masa Jawa Kuno yaitu sebagai tempat berlangsungnya

transaksi jual beli atau tukar menukar barang yang telah teratur dan terorganisasi. Hal ini

berarti pada masa Jawa Kuno telah ada pasar sebagai suatu sistem (Nastiti, 2003:13).

Pasar sebagai sistem maksudnya adalah pasar yang mempunyai suatu kesatuan dari

komponen-komponen yang mempunyai fungsi untuk mendukung fungsi secara

keseluruhan, atau dapat pula diartikan pasar yang telah memperlihatkan aspek-aspek

perdagangan yang erat kaitannya dengan kegiatan jual-beli, misalnya adanya lokasi atau

tempat, adanya ketentuan pajak bagi para pedagang, adanya berbagai macam jenis

komoditi yang diperdagangkan, adanya proses produksi, distribusi, transaksi dan adanya

suatu jaringan transportasi serta adanya alat tukar (Chasanah,2007:3). Menurut Nastiti

dalam Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-IX Masehi dikatakan bahwa (2003 :

60) :

“Timbulnya pasar tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat setempat.

Kelebihan produksi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi memerlukan tempat

pengaliran untuk dijual. Selain itu pemenuhan kebutuhan akan

barang-barang, memerlukan tempat yang praktis untuk mendapatkan barang-barang

baik dengan menukar atau membeli. Adanya kebutuhan-kebutuhan inilah

yang mendorong munculnya tempat berdagang yang disebut pasar”.

Pada masa lampau hasil produksi suatu masyarakat sering melebihi dari jumlah

yang dibutuhkan sementara terdapat kebutuhan lain yang tidak mampu untuk dihasilkan

sendiri. Karena hal itulah muncul kerja sama antar masyarakat untuk saling menukar

(37)

commit to user

melakukan transaksi tukar menukar, dibutuhkanlah suatu tempat bertemu yang merupakan

kesepakatan sosial. Lalu dari transaksi tukar menukar dalam kuantitas kecil lahirlah

pelaku-pelaku lain yang mempunyai tujuan sama yaitu menukarkan kelebihan hasil

produksi. Kegiatan inilah yang akhinya melahirkan sebuah sistem yang kemudian disebut

dengan pasar.

Sebelum mengenal sistem jual beli dengan mata uang, manusia menggunakan

sistem tukar menukar barang untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Sistem saling

tukar menukar barang untuk saling memenuhi kebutuhan hidup disebut sistem barter.

Setelah manusia mengenal adanya mata uang, muncullah sistem jual beli yang lebih

efektif yang kemudian menggeser sistem barter.

B.2.2. Perkembangan Pasar

Salah satu ciri pasar adalah selalu berada pada lokasi strategis yang menjadi

kesepakatan bersama. Pada masa lampau sampai masa kolonial tempat bertemunya

pelaku pasar bermula di bawah pohon besar seperti pohon asam, pohon munggur, pohon

gayam dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pohon dijadikan sebagai naungan atau

peneduh dari terik matahari. Pada saat itu pembatas area pasar juga belum tampak.

Ketika Indonesia masuk pada masa penjajahan kolonial Belanda, tata ruang pasar

mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan kepentingan politik dari

pemerintah kolonial yang menjadikan pasar sebagai tempat memantau kondisi dalam

masyarakat. Pemerintah dalam hal ini berkepentingan untuk mempermudah pengendalian

mobilitas sosial.

Penataan pasar yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda memberikan

struktur peruangan yang lebih riil. Area pasar diperjelas dengan batas berupa pagar

keliling dari kawat berduri dilengkapi dengan kolom-kolom dari balok kayu jati, dan sebagai

akses keluar masuk pasar terdapat pintu di salah satu sisinya. Komposisi ruang pasar juga

berkembang dengan adanya sumur dan diperkenalkannya unit bangunan los selain tetap

(38)

commit to user

tiang satu berjajar ditengah dari bahan baja, beratap genteng berbentuk pelana dan

limasan.

Pada masa ini kegiatan pasar meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin

bertambanhnya pedagang dalam pasar hingga melebihi daya tampung bangunan.

Sehingga yang terjadi meningkatnya jumlah pedagang di area terbuka sementara luas

naungan pohon peneduh terbatas. Karena tuntutan kebutuhan naungan yang lebih

nyaman dan memadai muncullah bentuk bangunan peneduh baru yaitu eyup-eyup.

Eyup-eyup adalah berupa selembar kepang (anyaman bambu) atau napag (naungan daun tebu)

yang salah satu sisinya ditopang dengan sebilah kayu atau bambu dengan ukuran panjang

sekedar bisa membentuk ruang dengan skala orang duduk. Konstruksi ini tidak permanen,

jika kegiatan telah usai maka konstruksi ini dilipat untuk disimpan.

Setelah masa kolonial Belanda usai dan digantikan masa penjajahan Jepang

struktur tata ruang pasar tradisional digunakan sebagai elemen kawasan pertahanan

militer. Pagar keliling dari kawat berduri dibongkar untuk keperluan pertahanan perang dan

pohon-pohon besar yang berada dalam lokasi pasar juga ikut ditebang. Dengan

dirusaknya fasilitas pasar dan eksploitasi terhadap bahan pangan, kondisi ekonomi

merosot. Kondisi pasar digambarkan dengan suatu istilah pasar bubrah.

Ketika Indonesia lepas pada masa penjajahan dan masuk era kemerdekaan,

perekonomian mulai menunjukkan perbaikan. Indikasi dari perekonomian yang membaik

adalah meningkatnya perdagangan dalam pasar yang disertai dengan pedagang yang

semakin bertambah. Keberadaan pedagang di area terbuka membutuhkan naungan yang

lebih nyaman dan memadai tidak lagi sekedar eyup-eyup atau naungan pohon. Kemudian

muncullah bentuk bangunan baru yang disebut bango. Bango adalah bangunan bertinag

empat dari bahan bambu atau kayu dengan skala ketinggian yang lebih longgar setinggi

orang berdiri.

Pada masa orde baru pemerintah mulai memberikan perhatian yang lebih serius

terhadap kedudukan pasar tradisional. Pembenahan mulai dilakukan dengan perluasan

(39)

commit to user

konstruksi besi ke konstruksi beton. Penataan tata ruang pasar oleh pemerintah diarahkan

ke komposisi tunggal yaitu bangunan los. Namun yang terjadi pedagang memiliki

kecenderungan melakukan kegiatan di area terbuka. Ketika area terbuka semakin sempit,

pedagang mengalihkan kegiatannya dengan mencari area di luar pasar.3

Seiring jaman yang semakin berkembang dibutuhkan bentuk bangunan pasar baru

yang memberikan keamanan ketika barang dagangan ditinggal setelah selesai kegiatan

pasar. Bentuk bangunan ini disebut toko atau kios. Pada umumnya kios didirikan oleh

pedagang yang memiliki modal lebih dan menginginkan kepraktisan dari pada membawa

barang dagangannya bolak-balik pasar. Kios memiliki kecenderungan didirikan di bagian

depan sehingga menutupi pedagang yang berada di dalam. Pedagang yang berada di

dalam pasar pada akhirnya mengalami penurunan jumlah pembeli, lalu muncullah

perlawanan dengan mendirikan PKL yang bertujuan menjemput kedatangan para pembeli.

Saat ini pasar-pasar tradisional rata-rata sudah beroperasi puluhan tahun dan

telah direnovasi beberapa kali. Kondisi pasar tradisional yang kurang layak telah

mendorong pemerintah untuk memodernisasi dan merenovasi bangunan pasar dengan

struktur bangunan bertingkat demi efisiensi lahan sehingga mampu menampung jumlah

pedagang dan pembeli lebih banyak (Newsletter SMERU Edisi No. 22).

Namun pada kenyataan bangunan pasar tradisional yang menggunakan

konstruksi bangunan bertingkat menimbulkan permasalahan baru. Dari hasil pengamatan

pada beberapa pasar tradisional menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan di lantai atas

sangat sepi pembeli. Sedikitnya pembeli yang berbelanja di lantai atas disebabkan banyak

hal, salah satunya bentuk tangga yang curam yang menyulitkan pembeli saat membawa

barang belanjaan. Terlebih pembeli pasar tradisional adalah para ibu rumah tangga yang

karena faktor usia memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan akses yang seharusnya

lebih mudah dan aman. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa penjual untuk beralih

lokasi berdagang di bawah dengan mendirikan PKL. Selain permasalahan tersebut,

konstruksi bangunan bertingkat pada pasar tradisional menghasilkan kondisi dalam pasar

yang tidak nyaman. Seperti permasalahan sirkulasi udara yang tidak lancar sehingga

(40)

commit to user

keadaan menjadi pengab, bau dan panas. Keadaan seperti ini seacara langsung

mengganggu kenyamanan pembeli sehingga mengakibatkan pembeli enggan

berlama-lama di dalam pasar.

Kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat pada kehidupan manusia berdampak

sangat besar pada perkembangan ekonomi setiap negara. Masuknya kekuatan ekonomi

besar (multi corporate) tak mungkin terbendung dalam ekspansi ekonomi dunia. Karena

proyeksi pemberlakuan pasar bebas melalui AFTA membuka peluang yang besar kearah

liberalisasi ekonomi dunia menjadi semakin mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan

kebijakan negara dunia ketiga termasuk Indonesia (Wiharto, 2006 dalam Istijabatul Aliyah

2007).

Di Indonesia saat ini muncul dan berkembang jenis pasar baru yang disebut

dengan istilah pasar modern. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak

bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum

dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara

mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org). Pasar modern

seperti hypermart, supermarket, carrefour dan sebagainya semakin menjamur di setiap

kota di Indonesia.

Meskipun kehadiran pasar modern berdampak terhadap penurunan jumlah

pembeli pada pasar tradisional namun permasalahan internal yang terjadi pada pasar

tradisional menjadi faktor utama beralihnya konsumen ke pasar modern. Temuan dari

metode kualitatif menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar

tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur

pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Supermarket

sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional

(Newsletter SMERU Edisi No. 22:7).

Di tengah sengitnya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern,

keberadaan pasar tradisional masih sangat dibutuhkan bagi kelompok masyarakat

tertentu. Keberadaan pasar tradisional pada era modern sekarang ini tidak saja masih

(41)

commit to user

Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia

masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi.

Sampai saat ini, pasar tradisional masih dominan perannya di Indonesia dan masih sangat

dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi kelas menengah ke bawah (Yulita, Dwi;1999).

Secara umum, pasar tradisional dan pasar modern memiliki fungsi yang sama

yaitu menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Namun hal pokok yang

menjadi pembeda adalah kelas mutu pelayanan yang diberikan kepada pembeli.

Simbolon, M. Ali (2005) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari

beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern

No Karakteristik Pasar Tradisional Pasar Modern

1 Pengelolaan - Dikelola oleh pemerintah kota (Dinas/PD.Pasar)

- Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki

2 Organisasi - Ada koperasi pedagang pasar - Ada organisasi pengelolaan manejemen yang jelas

3 Kondisi fisik tempat usaha

- Bangunan temporer, semi permanent atau permanent - Kebersihan tidak terjaga dengan baik

- Gang antar kios terlalu sempit - Fasilitas parkir tidak memadai

- Bangunan permanen - Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi - Harga relative lebih murah, dapat ditawar

- Barang yang dijual hamper sama dengan pasar

tradisional, tapi barang tahan lama lebih menonjol

(42)

commit to user

- Penataan barang seadanya - Barang dapat dipilih sendiri oleh konsumen

- Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas

- Transaksi bersifat ekonomis dan efisien

6 Waktu kegiatan - Pada umumnyadimulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 Wib

- Dimulai rata-rata dari pukul 09.00 s.d. 22.00 Wib

7 Mekanisme peroleh komoditas

- Diperoleh melalui pasar induk - Memiliki akses langsung ke produsen

8 Lokasi - Tumbuh tanpa perencanaan,

lokasi ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau

- Strategi lokasi

dipertimbangkan dengan matang

B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional

Pasar merupakan fasilitas umum yang mempunyai sifat dalam berbagai aspek

kegiatan. Sejalan dengan kegiatan utamanya, sifat kegiatan dikelompokkan ke dalam tiga

macam sifat, yaitu sifat kegiatan jual-beli, kegiatan obyek wisata, dan kegiatan sosial

budaya. Untuk mendapatkan harga serendah mungkin, pengunjung atau pembeli dalam

tawar-menawar dituntut keaktifan, kejelian, ketelatenan sehingga tercermin dinamika

kehidupan.

a. Sifat Kegiatan Jual-Beli

- Dinamis

Ramai, padat, hidup karena ragam kegiatan dengan pergeraka manusia,

berbicara, dan tawar-menawar.

- Umum

Semua orang dari berbagai lapisan tanpa membedakan gologan, derajat,

maupun kedudukan bisa masuk dalam kegiatan ini.

- Terbuka

Pengunjung tanpa hambatan visual/fisik dapat melihat dan mencapai

barang dagangan, secara visual tidak boleh ada halangan unuk melihat Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern

(43)

commit to user

jauh ke depan, hingga pengunjung merasa bebas memilih tujuan dan

barang. Demikian juga dapat mencapai keseluruhan unit-unit penjualan

dengan lancar tanpa ada daerah kantong ataupun jalur sirkulasi yang

buntu.

b. Sifat Kegiatan Pariwisata

- Unik

Wisatawan yang datang mengharapkan adanya suasana maupun ragam

barang yang digelar mempunyai nilai kedaerahan/setempat yang berbeda

dengan yang mereka lihat dan rasakan pada daerah asalnya.

- Dinamis

Pengunjung atau wisatawan yang datang ke pasar tersebut adalah untuk

kegiatan santai atau refreshing dengan suasana pasar yang semarak.

c. Sifat Kegiatan Aspek Sosial Budaya

- Luwes

Perilaku pengunjung dan pedagang yang mengadakan kegiatan

tawar-menawar harga barang dagangan yang dijajakan, merupakan ciri khas

pasar tradisional. Tidak ada harga mati dalam sistem jual beli di pasar.

Harga ditentukan dengan kegiatan tawar-menawar dan turun-naiknya

harga tersebut.

B.4. Peranan Pasar Tradidsional

B.4.1. Fungsi Pasar Tradisional4

· Fungsi Ekonomi

Sebagai pusat penjualan, maka pasar dapat dipahami sebagai arus

barang dan jasa, serta sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk

memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut (Geertz, 1981:31).

Sebagai pusat ekonomi, maka perkembangan pasar tradisional dapat menjadi

petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi masyarakat setempat.

4

Gambar

Tabel Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Gambar 1. Ilustrasi Penataan Siteplan
Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di Kabupaten Madiun merupakan jalur propinsi yang menghubungkan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah, hal ini mengakibatkan jaringan jalan propinsi ini menjadi ramai dan padat akan

Tujuan : adalah untuk mendapatkan pencapaian pada site yang baik dan aksesibel sesuai dengan fungsi bangunan dengan mempertimbangkan sirkulasi lalu lintas pada sekitar

dan tata ruang Pasar Kerajinan Bambu Jambu Kulon yang berdasarkan pada.. karakter kegiatan dan pelaku kegiatan yang diwadahi

Untuk memudahkan pengunjung yang akan berbelanja di Pasar Umum Gubug,. setiap memasuki area yang berbeda pemberian gambar yang

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempermudah perencanaan sirkulasi pada sebuah hotel adalah dengan memberi jalur khusus dari jalan masuk untuk pengunjung yang tidak

Dalam penentuan kelas jalan sangat diperlukan adanya data Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR), baik itu merupakan data jalan sebelumnya bila jalan yang direncanakan

Pasar wisata budaya di Solo dengan pendekatan arsitektur jawa merupakan suatu pasar (tempat jual beli barang ataupun jasa) yang bersifat rekreatif (wisata)

Tebal lapis tambah yang diperlukan untuk ruas jalan Purwakarta-Plered agar dapat melayani lalu-lintas sebanyak 30.000.000 ESA selama umur rencana 5 tahun adalah 7,1 cm Laston