commit to user
PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN
KABUPATEN MADIUN
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
Kurnianto Fery Wibowo
I 0207059
Dosen Pembimbing :
Ir. Agung Kumoro W, M.T
Ir. Moh. Asrori, M.T
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN KABUPATEN MADIUN
Oleh :KURNIANTO FERY WIBOWO I 0207059
Surakarta, Oktober 2011
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing Tugas Akhir
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Agung Kumoro W, M.T Ir. Moh. Asrori, M.T
NIP. 19630802 199103 1 001 NIP. 19510502 198903 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur (FT)-UNS Ketua Prodi Arsitektur (FT)-UNS
Dr. Ir. Muhammad Muqoffa, M.T Kahar Sunoko, S.T, M.T
NIP. 19620610 199103 1 002 NIP. 19690320 199503 1 002
Pembantu Dekan I (FT)-UNS
Kusno Adi Sambowo, ST, MSc,Ph.D
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR SKEMA xv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. JUDUL 1
B. PEMAHAMAN JUDUL 1
C. LATAR BELAKANG 2
D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 4
D.1. Permasalahan 4
D.2. Persoalan 5
E. TUJUAN DAN SASARAN 5
E.1. Tujuan 5
E.2. Sasaran 6
F. LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN 6
F.1. Lingkup Pembahasan 6
F.2. Batasan 7
G.METODA DAN STRATEGI DESAIN 7
G.1. Metoda 7
G.2. Strategi Desain 9
commit to user
BAB II. TINJAUAN TEORI 13
A. TINJAUAN PASAR SECARA UMUM 13
A.1. Pengertian Pasar 13
A.2. Jenis-Jenis Pasar 14
A.3. Sistem Perpasaran Indonesia 15
A.4. Kegiatan Perpasaran 19
B. TINJAUAN PASAR TRADISIONAL 22
B.1. Pengertian Pasar Tradisional 22
B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar 22
B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional 29
B.4. Peranan Pasar Tradisional 30
C. TINJAUAN TATA RUANG PASAR 34
C.1. Penataan Komoditi Barang Dagangan 34
C.2. Ruang Terpinggirkan 35
D. PENINGKATAN DAYA SAING PASAR TRADISIONAL 37
D.1. Peningkatan Mutu dan Pembenahan Pengaturan Sarana Fisik Pasar 37
D.2. Siteplan (Perancangan Tapak) 40
D.3. Konsep Mempertahankan dan Mengembangkan Pasar Tradisional 41
E. TINJAUAN LANDMARK 42
E.1. Teori Landmark 42
F. TINJAUAN LOKALITAS 45
F.1. Memaknai Lokalitas dalam Arsitektur 46
F.2. Arsitektur Nusantara 51
G. PRESEDEN PASAR TRADISIONAL 57
G.1. Pasar Gede Hardjanegara 57
commit to user
BAB III. PASAR UMUM CARUBAN BARU DI DESA PANDEAN,
KABUPATEN MADIUN 63
A. TINJAUAN KABUPATEN MADIUN 63
A.1. Kondisi Fisik 64
A.2. Kondisi Sosial 68
A.3. Kondisi Ekonomi 72
B. TINJAUAN KOTA CARUBAN 73
B.1. Orientasi dan Batas Wilayah Kota Caruban 73
B.2. Topografi 74
B.3. Perekonomian Kota 74
B.4. Sarana dan Prasarana Kota 74
B.5. Wilayah Perencanaan Kota Caruban 76
B.6. Penentuan Fungsi Bagian Wilayah Kota 76
B.7. Rencana Intensitas Penggunaan Tanah BWK 79
B.8. Isu Strategis Pembangunan Kota Caruban, Kabupaten Madiun 81
C. TINJAUAN PASAR UMUM CARUBAN 82
C.1. Kondisi Fisik 82
C.2. Kondisi Non Fisik 88
D. PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN CARUBAN 92
D.1. Konsep Pengembangan Perkotaan Mejayan 92
D.2. Strategi Penetapan Kawasan Strategis Pengembanagn Ekonomi 93
BAB IV. PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN YANG
DIRENCANAKAN 94
A. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN 94
A.1. Maksud 94
A.2. Tujuan 96
commit to user
B. KEGIATAN YANG AKAN DIWADAHI 97
C. PELAKSANAAN KEGIATAN 98
D. SKALA PELAYANAN 100
E. POTENSI DAN KELEMAHAN LOKASI PASAR UMUM CARUBAN DI DESA
PANDEAN, KECAMATAN MEJAYAN (ANALISA SWOT) 100
F. SKENARIO PERENCANAAN 103
BAB V. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN PENATAAN KEMBALI PASAR
UMUM CARUBAN 105
A. DASAR PERTIMBANGAN 105
A.1. Dasar Pertimbangan Umum 105
A.2. Cakupan Analisa 106
B. PROSES ANALISA 107
B.1. Analisa Peruangan 107
1. Pola dan Pelaku Kegiatan 107
2. Kebutuhan Ruang 112
3. Besaran Ruang 114
4. Analisa Pendekatan Persyaratan Ruang Pasar 120
B.2. Analisa Pengolahan Tapak 123
1. Eksisting Site 123
B.3. Analisa Lokalitas 143
B.4. Analisa Pendekatan Struktur Bangunan 147
1. Sub Structure 147
2. Upper Structure 148
commit to user
B.5. Analisa Pendekatan Sistem Utilitas 149
1. Jaringan Air Bersih 149
A. KONSEP PERUANGAN 156
A.1. Besaran Ruang 156
A.2. Konsep Persyaratan Ruang Pasar 160
B. KONSEP PENGOLAHAN TAPAK 161
1. Eksisting Site 161
2. Konsep Pencapaian 162
3. Konsep Orientasi Bangunan 164
4. Konsep Zonifikasi 165
5. Konsep Sirkulasi 168
6. Konsep Lansekap 168
7. Analisa Permasaan 169
C. KONSEP LOKALITAS 170
D. KONSEP STRUKTUR BANGUNAN 171
1. Sub Structure 171
2. Upper Structure 171
3. Roof Structure 171
E. KONSEP SISTEM UTILITAS 172
1. Jaringan Air Bersih 172
commit to user
3. Air Hujan 173
4. Sampah 173
5. Instalasi Listrik 173
6. Jaringan Telekomunikasi 174
7. Fire Protection 174
8. Penangkal Petir 174
DAFTAR PUSTAKA xvi
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ilustrasi Penataan Siteplan 40
Gambar 2. Elemen arsitektur tradisional yang “dipaksakan”. 51
Gambar 3. Evolusi arsitektur Jawa, dari vernakular ke tradisional 52
Gambar 4. Evolusi bangunan jawa dari panggung menjadi menapak di tanah 53
Gambar 5. Evolusi bangunan jawa karena kebutuhan luas ruang 53
Gambar 6. Dua contoh evolusi rumah joglo hasil tradisi 53
Gambar 7. Contoh gambar denah dari tradisi perubahan ruang dalam ruang
untuk bangunan joglo 54
Gambar 8. Berbagai contoh perubahan bangunan joglo dengan pertimbangan
ekologi bahan masa kini 54
Gambar 9. Analisis bentuk arsitektur dari relief candi di Jawa 55
Gambar 10. Sebuah gubuk (di tambak garam) yang berevolusi menjadi bentuk
lain (di tepi pantai terpencil) yang lebih besar dengan teknik pencerminan 55
Gambar 11. Sebuah gubuk beratap pelana ditambah teritis untuk memperluas ruang,
berevolusi menjadi rumah dengan memperbesar skala,
menapakkan ke tanah dan menutupi dengan lebih banyak dinding 56
Gambar 12. Sebuah rumah yang mengalami evolusi dengan lebih memperhatikan kualitas bahan dinding, berevolusi lagi dengan menambah teritis di sisi lainnya, dipercantik dengan ornamentasi pagar rumah
(bukan pagar halaman) 56
Gambar 13. Pemikiran terhadap kualitas bahan yang lebih tahan cuaca membuat
bentuk atap pelana menjadi perisai, evolusi yang lebih tinggi
menyentuhkan budaya manusia dengan ornamentasi dan warna 56
Gambar 14. Pasar Gede 57
Gambar 15. Interior dan Eksterior Pasar Gede 59
Gambar 16. Pasar Legi 60
Gambar 17. Peta Kabupaten Madiun 63
Gambar 18. Diagram Kondisi Permukaan Jalan di Kab. Madiun 68
Gambar 19. Peta Potensi Wisata Kabupaten Madiun 71
Gambar 20. Lokasi Pasar Umum Caruban 82
Gambar 21. Siteplan Pasar Umum Caruban 83
Gambar 22. Batas-Batas Pasar Umum Caruban 84
Gambar 23. Kondisi Eksisiting Pasar Umum Caruban 87
commit to user
Gambar 25 Kondisi interior Pasar Umum Caruban 90
Gambar 26. Area parkir roda dua di dalam dan di luar pasar 91
Gambar 27. Saluran drainase di luar dan di dalam pasar 91
Gambar 28 Sketsa Analisa Penghawaan Alami (1) 121
Gambar 29 Sketsa Analisa Penghawaan Alami (2) 121
Gambar 30. Sketsa Analisa Pencahayaan Alami 122
Gambar 31. Lokasi Pasar Umum Caruban 123
Gambar 32. Eksisting Site 123
Gambar 33. Analisa Pencapaian 126
Gambar 34. Analisa Penentuan Lokasi Parkir 128
Gambar 35. Analisa Orientasi 130
Gambar 36. Hasil Analisa Orientasi 128
Gambar 37. Hasil Zonifikasi 135
Gambar 38. Hasil Analisa Sistem Sirkulasi Vertikal 138
Gambar 39. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar 140
Gambar 40. Sketsa Bentuk Ruang dan Sirkulasi 139
Gambar 41. Sketsa Bentuk Tapak 142
Gambar 42. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa 142
Gambar 43. Joglo Pendopo Kabupaten Madiun 144
Gambar 44. Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten Madiun 144
Gambar 45. Kantor DPRD Kabupaten Madiun 144
Gambar 46. RSUD kota Cruban 145
Gambar 47. Hasil Analisa Lokalitas 146
Gambar 48. Anatomi Struktur 147
Gambar 49. Pondasi Sumuran 148
Gambar 50. Pondasi Batu Kali 148
Gambar 51. Struktur Rangka 149
Gambar 52. Struktur Rangka Baja 149
Gambar 53. Konsep Penghawaan Alami (1) 160
Gambar 54. Konsep Penghawaan Alami (2) 160
Gambar 55. Aplikasi Kaca Pintar Pada Atap 161
Gambar 56. Konsep Pencahayaan Alami (1) 161
Gambar 57. Eksisting Site 162
Gambar 58. Konsep Pencapaian 163
commit to user
Gambar 60. Hasil Analisa Orientasi 165
Gambar 61. Hasil Zonifikasi 167
Gambar 62. Konsep Sistem Sirkulasi Vertikal 168
Gambar 63. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar 169
Gambar 64. Sketsa Bentuk Tapak 169
Gambar 65. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa 169
Gambar 66. Konsep Lokalitas Pada Pasar Umum Caruban 170
Gambar 67. Pondasi Sumuran 171
Gambar 68. Pondasi Batu Kali 171
Gambar 79. Struktur Rangka 171
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern 29
Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009 65
Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009 66
Tabel 4. Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun Periode
2005-2009 Menurut Kecamatan 69
Tabel 5. Prediksi Jumlah Penduduk Kab Madiun 2009-2029 70
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun Th 2004-2008 72
Tabel 7. Rincian Luas Kota Caruban 74
Tabel 8. Fasilitas Perekonomian di Kota Caruban 75
Tabel 9. Rencana KDB Kota Caruban Tahun 2009/2010 80
Tabel 10. Rencana Ketinggian Bangunan Kota Caruban Tahun 2009/2010 80
Tabel 11. Rencana KLB Kota Caruban Tahun 2009/2010 81
Tabel 12. Pengaturan Sempadan Bangunan (Terbuka) Kota Caruban Tahun 2009/2010 81
Tabel 13. Keterangan Umum Pasar Umum Caruban 86
Tabel 14. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011 89
Tabel 15. Pengelola Pasar Caruban Th 2011 89
Tabel 16. Penilaian Kelayakan Pasar Umum Caruban Dengan Analisa SWOT 101
Tabel 17. Kelompok Kegiatan Penjualan 112
Tabel 18. Kelompok Kegiatan Pengelolaan 112
Tabel 19. Kelompok Kegiatan Servis dan Penunjang 113
Tabel 20. Kelompok Kegiatan Penunjang 114
Tabel 21. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan 116
Tabel 22. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan 116
Tabel 23. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan 118
Tabel 24. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang 119
Tabel 25. Rekaitulasi Kebutuhan Ruang 119
Tabel 26. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011 132
Tabel 27. Analisa Bentuk Massa 141
Tabel 28. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan 156
Tabel 29. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan 157
Tabel 30. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan 157
Tabel 31. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang 158
commit to user
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Pola kegiatan penjual Pasar Umum Caruban 107
Skema 2. Pola kegiatan pembeli Pasar Umum Caruban 108
Skema 3. Pola kegiatan pengelola Pasar Umum Caruban 109
Skema 4. Pola kegiatan petugas servis Pasar Umum Caruban 110
Skema 5. Pola kegiatan petugas bank Pasar Umum Caruban 111
Skema 6. Pola kegiatan sopir angkuta Pasar Umum Caruban 111
Skema 7. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed” 151
Skema 8. Jaringan air kotor 151
Skema 9. Jaringan Air Hujan 152
Skema 10. Sistem pembuangan sampah 152
Skema 11. Jaringan Instalasi Listrik 153
Skema 12. Sistem Jaringan Komunikasi 154
Skema 13. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed” 172
Skema 14. Jaringan air kotor 172
Skema 15. Jaringan Air Hujan 173
Skema 16. Sistem pembuangan sampah 173
Skema 17. Jaringan Instalasi Listrik 173
commit to user
BAB I
Pendahuluan
A. Judul
Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun
B. Pemahaman Judul
Penataan Kembali : mengatur, menyusun, membenahi untuk mengembalikan pada
kondisi semula atau lebih baik.
Pasar : adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan
pembeli (Chourmain, 1994 : 231).
: adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur,
hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang,
jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang
(wikipedia.com)
Umum : secara menyeluruh, tidak menyangkut yg khusus (tertentu) saja;
untuk orang banyak; (untuk orang) siapa saja
(http://kamusbahasaindonesia.org/umum)
Caruban : Kotamadya yang berada di Kabupaten Madiun
Kabupaten Madiun : Sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara,
kabupaten Nganjuk di timur, Kabupaten Ponorogo di selatan,
serta Kota Madiun, kabupaten Magetan dan Ngawi di barat
(Madiun go.id/pemerintahan)
Jadi pemahaman judul Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun
adalah merancang Pasar Umum Caruban pasca terjadi kebakaran untuk
mengembalikan peranan Pasar Umum Caruban sebagai pusat perekonomian rakyat
Caruban dan sekitarnya sekaligus merencanakan pasar yang lebih representative dan
commit to user
C. Latar Belakang
Pasar tradisional merupakan suatu tempat atau wadah yang identik dengan
kegiatan jual beli barang atau jasa. Pasar tradisonal muncul sebagai tuntutan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di Indonesia pasar tradisional dapat ditemui di tiap
daerah baik pedesaan maupun perkotaan. Pasar tradisional tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan rakyat kecil, karena pelaku dalam pasar mulai dari produsen, pedagang, dan
pembeli mayoritas adalah dari rakyat kecil. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional
dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil (Kompas 2006). Pasar tradisional menyangkut
hajat hidup orang banyak dan mayoritas pelakunya adalah masyarakat kecil (Aliyah,
2007).
Kegiatan yang terjadi pada pasar tradisional sangat beraneka ragam dan tak
hanya selalu berkaitan dengan kegiatan jual beli. Inilah yang membedakan pasar
tradisional dengan pasar modern yaitu interaksi antara pelaku dalam pasar yang lebih
intensif dan bersifat akrab. Melalui pasar tradisional budaya dari satu tempat dapat dikenal
dan memungkinkan terjadinya akulturasi budaya sehingga memperkaya pengetahuan
akan budaya daerah lain. Dan yang menjadi poin utama adalah, dengan adanya pasar
tradisional dapat semakin mempererat hubungan antar manusia dari berbagai latar
belakang suku bangsa sehingga mampu memperkuat persatuan bangsa.
Pasar Tradisional Caruban merupakan pasar tradisonal terbesar kedua di wilayah
Kabupaten Madiun. Pasar Tradisonal Caruban termasuk kategori pasar kelas I dengan
memberikan pemasukan paling besar jika dibandingkan dengan pasar lain bagi Pemkab
Madiun. Pada Pasar Tradisional Caruban tak kurang 1200 pedagang menggantungkan
hidupnya dari kegiatan jual beli pada pasar. Mereka yang berjualan di Pasar Tradisional
Caruban adalah pedagang-pedagang dari wilayah se-Karisedenan Madiun. Pada Pasar
Tradisional Caruban dijual berbagai keperluan sehari-hari seperti sembako, sayuran,
buah-buahan, bumbu dapur, pakaian, perlengkapan sekolah, perhiasan dan lain-lain.
Geliat jual beli dalam Pasar Tradisional Caruban telah menjadi sumber
penghidupan bagi masyarakat Caruban sendiri. Selain pedagang dalam pasar, banyak
pihak yang mendapatkan keuntungan dari aktivitas Pasar Tradisional Caruban. Beberapa
pelaku pendukung pasar seperti tukang parkir dan juru panggul memperoleh penghasilan
commit to user
juru panggul masih banyak pihak yang memperoleh keuntungan dari aktivitas pasar,
seperti sopir angkot, tukang ojek, tukang becak, sopir delman dan sebagainya.
Namun semenjak peristiwa kebakaran pada tahun 2006, kondisi Pasar Tradisional
Caruban menjadi sangat memperihatinkan. Semenjak kejadian tersebut, semua pedagang
berada di pasar darurat yang didirikan oleh pemerintah daerah di lokasi yang sama.
Karena bersifat darurat, untuk kios menggunakan seng sebagai pembatas antar kios.
Sementara los hanya menggunakan terpal atau kain sebagai peneduh. Saat siang hari
suasana dalam pasar sangat panas karena sirkulasi udara tidak lancar yang disebabkan
jarak antar kios yang sangat berdekatan. Sementara ketika hujan, jalan menjadi becek
karena air hujan yang masuk pada bagian pasar yang masih berlantai tanah.
Upaya untuk memperbaiki Pasar Tradisional Caruban dari pasar darurat menjadi
pasar yang permanen telah dilakukan beberapa tahun terakhir namun sampai sekarang
belum tereralisasi. Hal ini dikarenakan adanya keinginan dari beberapa pihak yang
menginginkan Pasar Tradisional Caruban direlokasi ke tempat lain. Namun ada pula yang
menginginkan pasar baru dididirikan di tempat yang sama. Pengambilan keputusan
mengenai lokasi pasar baru yang berlarut-larut pada akhirnya merugikan pedagang juga.
Keadaan pasar yang kurang memperhatikan kenyamanan bagi pembeli berakibat turunnya
jumlah pembeli di Pasar Tradisional Caruban. Dari hasil wawancara dengan kepala Pasar
Tradisional Caruban bahwa jumlah pembeli dari waktu ke waktu semakin berkurang
sehingga mengakibatkan beberapa pedagang berjualan ke lokasi lain. Sementara di kutip
dari zonaberita.com
Salah seorang pedagang, Rawati (48) mengeluhkan, saat musim hujan seperti ini,
kondisi pasar becek. Nampak kumuh. Sebab, “Saluran air mampet,” katanya.
Gara-gara kondisi becek itu, lanjut dia, “Pelanggan mulai berkurang.”
(httpwww.zonaberita.comjawa-timurribuan-pedagang-pasar-caruban-sambat.html)
Sementara itu salah satu potensi dari Kota Caruban adalah letaknya yang
strategis yaitu berada pada jalur perlintasan Surabaya-Madiun dan berada pada pusat kota
sehingga terdapat kemudahan pencapaian dari daerah-daerah di pinggir kota. Untuk
commit to user
delman untuk radius sekitar pasar sementara untuk jarak yang lebih jauh terdapat ojek,
minibus dan angkota.
Selain mudah dalam pencapaian, letak Pasar Tradisional Caruban yang berada di
jalur lintas antar propinsi juga menjadi daya tarik bagi pengguna jalan. Pada hari libur
panjang atau libur Lebaran banyak dari pengguna jalan yang mampir untuk membeli
oleh-oleh. Namun sayangnya Pasar Tradisional Caruban belum memiliki area parkir yang
mencukupi sehingga banyak kendaraan yang di parkir di depan pasar. Hal ini
mengakibatkan terganggunya jalur transportasi di depan pasar bahkan menimbulkan
kemacetan.
Seiring dengan keluarnya PP No 52 Tahun 2010 tentang pemindahan ibu kota
Kab Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kec Mejayan, Pemkab Madiun semakin
berbenah. Salah satunya yang telah selesai adalah kantor DPRD Kab. Madiun, kantor
Imigrasi Madiun, Samsat Kabupaten Madiun kemudian akan dilanjutkan dengan kantor
Pemerintah Daerah Kab. Madiun. Namun sayangnya untuk renovasi Pasar Tradisional
Caruban sendiri sampai saat ini belum terjamah dan masih sekedar wacana. Padahal dari
waktu ke waktu jumlah pembeli yang berbelanja ke pasar semakin berkurang. Hal ini
dikarenakan kondisi Pasar Tradisional Caruban yang tidak nyaman lagi bagi pembeli untuk
datang dan berbelanja. Jika kondisi Pasar Tradisional Caruban tidak segera dibenahi oleh
pihak yang terkait akan berakibat pada semakin menurunnya jumlah pembeli yang datang
ke pasar. Terlebih dengan munculnya pasar modern yang mulai menjamur di wilayah
Caruban maka tidak menutup kemungkinan para pedagang Pasar Tradisional Caruban
akan kehilangan mata pencaharian diakibatkan sengitnya persaingan di sektor
perdagangan. Untuk itu maka perlu langkah secepatnya melakukan penataan kembali
Pasar Umum Caruban menjadi pasar baru sebagai pusat perdagangan kabupaten. Selain
itu sebagai ibukota kabupaten yang berada pada lokasi baru dibutuhkan bangunan yang
dapat menjadi titik pusat orientasi yang keberadaannya dapat menandakan ciri, citra atau
image suatu wilayah atau disebut landmark. Kaitannya dengan penataan kembali Pasar
Umum Caruban ini diharapkan dapat menjadi landmark Kabupaten Madiun dengan
commit to user
D. Permasalahan dan Persoalan
D.1. Permasalahan
Bagaimana merencanakan penataan kembali Pasar Umum Caruban yang
mampu mewadahi kegiatan perdagangan skala kabupaten, sekaligus menjadi
landmark Kabupaten Madiun dengan menggali potensi lokal.
D.2. Persoalan
Untuk menyelesaikan permasalahan di atas dapat dicapai dengan pemecahan
persoalan arsitektural antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimana mengolah kembali tapak kawasan Pasar Tradisional Caruban
dan lahan di sekitar area pasar sehingga dapat menampung seluruh
kegiatan pada perencanaan program baru dalam mengatasi
permasalahan yang sudah ada untuk mewujudkan kenyamanan dan
optimalisasi fasilitas pendukung pasar tersebut.
b. Bagaimana menyelesaikan masalah pencahayaan, penghawaan,
pengelolaan sampah dan sirkulasi horisontal maupun vertikal baik di
dalam maupun luar pasar yang sering mengalami over crowded ( sesak
dan macet ) sehingga terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan
menyenangkan untuk kegiatan berbelanja pada Pasar Umum Caruban.
c. Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Pasar
Tradisional Caruban yang selaras dengan lingkungan.
d. Bagaimana desain bangunan yang menerapkan potensi lokal (material,
bentuk, dll) pada desain bangunan untuk menjadi identitas bagi Pasar
Umum Caruban yang berada di Kabupaten Madiun.
E. Tujuan dan Sasaran
E.1. Tujuan
Merencanakan penataan kembali Pasar Umum Caruban yang dapat menjadi
pusat perdagangan tingkat Kabupaten Madiun dan menjadi landmark
commit to user E.2. Sasaran
Penentuan konsep perencanaan dan penataan kembali Pasar Tradisional
Caruban:
a. Menentukan desain tapak kawasan Pasar Tradisional Caruban sehingga
pasar yang direncanakan dapat menampung seluruh kegiatan pada
perencanaan program baru dalam mengatasi permasalahan yang sudah
ada.
b. Menentukan rancangan pencahayaan, penghawaan, pengelolaan sampah
dan sirkulasi horisontal maupun vertikal baik di dalam maupun luar pasar
yang sering mengalami over crowded ( sesak dan macet ) sehingga
terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan menyenangkan untuk kegiatan
berbelanja pada Pasar Umum Caruban.
c. Mendapatkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Pasar Umum
Caruban yang menarik dan mampu menjadi landmark bagi Kota Caruban
pada khususnya dan Kabupaten Madiun pada umumnya.
d. Mendapatkan desain bangunan yang penerapan potensi lokal pada
bangunan baik bentuk maupun material lokal sehingga menjadi identitas
bagi Pasar Umum Caruban yang berada di Kabupaten Madiun.
F. Lingkup Pembahasan dan Batasan
F.1. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan ditekankan pada topik yang mendukung perencanaan
dan perancangan fisik dan non fisik bangunan pasar tradisional untuk
mewujudkan Pasar Umum Caruban yang memberikan kenyamanan
berbelanja bagi pembeli dan menjadi landmark bagi Kabupaten Madiun dalam
lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan untuk disiplin ilmu lain yang
mendukung akan dibahas secara garis besar dalam batas logika dan asumsi
commit to user F.2. Batasan
Batasan berdasarkan pada konsepsi pasar tradisional yang ada sehubungan
dengan tujuannya yaitu sebagai tempat bertemu antara penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi jual beli. Dengan melakukan inovasi desain agar
pasar tradisonal yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat saat ini. Tujuannya adalah untuk menerapkan konsepsi pasar
tradisional yang dijadikan sebagai landmark Kabupaten Madiun.
G. Metoda dan Strategi Desain
G.1. Metoda
Secara umum metode yang digunakan adalah dengan cara, teknik dan prosedur
memaparkan, mengidentifikasi dan mendiskripsikan (yang selalu dilakukan umpan
balik/feed back pada setiap prosedur) dimulai dari gagasan awal, penelusuran
permasalahan dan persoalan ( problem area an specification), pencarian data dan
informasi, pendekatan konsep perencanaan dan perancangan, transformasi
rancangan dan produk rancang awal.
1. Gagasan awal
Gagasan awal muncul karena kondisi Pasar Tradisional Caruban yang saat ini
sangat memprihatinkan karena sudah 5 tahun semenjak terbakar pada tahun
2006 belum direnovasi atau ditata ulang. Padahal di tengah gempuran pasar
modern keberadaan pasar tradisional semakin terancam sehingga mengancam
sejumlah rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas pasar.
Selain itu dipindahkannya ibukota Kab Madiun ke Kota Caruban menuntut Kota
Caruban untuk segera berbenah. Dan salah satunya adalah meredesaian Pasar
Tradisional Caruban untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan Pasar Umum Caruban
sendiri dapat dijadikan landmark karena berada di pusat kota.
2. Pencarian data dan informasi
a. Observasi lapangan
Observasi dilakukan pada Pasar Tradisional Caruban untuk memperoleh
commit to user
banding, observasi dilakukan pada beberapa pasar tradisional sehingga
didapatkan kekurangan maupun kelebihan untuk dijadikan masukan
terhadap desain yang akan diterapkan pada Pasar Tradisional Caruban.
b. Wawancara
Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti pengelola
pasar, pedagang dan pembeli sebagai bahan referensi dan acuan
sehingga diharapkan desain nantinya dapat memenuhi keinginan
pembeli dan pedagang. Selain itu dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan bangunan pasar tradisional yang sudah ada.
c. Studi literature, meliputi :
· Buku-buku yang menunjang dan dapat memberikan informasi,
misalnya data jenis jualan dan standar ruang yang dibutuhkan, dll.
· Buku-buku yang berisi mengenai pasar tradisional yang tetap
mampu bersaing yang sudah ada dan juga secara arsitektural.
· Karya ilmiah, yaitu berupa konsep maupun skripsi tugas akhir yang
telah ada sebelumnya, baik yang terdapat di UNS maupun di luar
UNS.
· Informasi melalui situs-situs yang terdapat diinternet yang berkaitan
dan menunjang, mengenai pasar tradisional, pencitraan bangunan,
dsb.
3. Pengolahan data dan informasi
Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai
dengan tema, kemudian direduksi menjadi substansi-substansi yang dianggap
penting dan digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan
desain. Pengolahan data ini berlangsung terus-menerus karena adanya tambahan
dan informasi baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat
data sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru.
4. Metode Analisis Data
Metode perencanaan dan perancangan dilakukan menggunakan metode
commit to user
telaah untuk mendapatkan konsep penataan kembali Pasar Umum Caruban. Cara
yang digunakan adalah:
a. Analisis kuantitatif dan kualitatif
Analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi aspek–
aspek yang terkait yang berpengaruh dalam perancangan pasar yang
didekatkan dengan pendekatan aspek–aspek arsitektural. Analisis ini
mengacu pula pada standar-standar yang berlaku misal kebutuhan ruang dan
besarannya.
b. Analisis grafis
Analisis grafis berisi sketsa-sketsa penunjang yang dapat membantu
menerangkan analisis kualitatif dan kuantitatif, sehingga proses analisis
secara keseluruhan dapat tercapai lebih maksimal dan jelas.
5. Metode Sintesis
Proses penarikan kesimpulan dilakukan setelah melalui proses analisis
sehingga akan menghasilkan sebuah kesimpulan atau sintesis yang akan
digunakan sebagai acuan pembuatan konsep perancangan.
6. Transformasi dan rancang bangun arsitektur
a. Berdasarkan deskripsi konsep perancangan yang dilakukan trasformasi
untuk memperjelas apa yang dideskripsikan menjadi wujud gambaran
rancang wadah atau fasilitas yang dihendaki (konsep diagramatik dan
skematik)
b. Wujud gambaran rancangan wadah atau fasilitas akan digambarkan
sebagai gambaran idea rancangan yang akan dikembangkan menjadi
produk pra rancang ( dilengkapi detail, perspektif maket yang presentatif
terhadap isi bahasan).
G.2. Strategi Desain
Sesuai dengan RTRW Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban
commit to user
Sehingga langkah yang pertama adalah merencanakan pasar yang dapat
menampung pedagang saat ini dan pedagang yang bertambah pada tahun-tahun
berikutnya. Peningkatan jumlah pedagang ini diperkirakan berdasarkan
persentase pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan Kabupaten Madiun.
Kemunculan pasar modern sedikit atau banyak telah berpengaruh
terhadap menurunnya pembeli pasar tradisional. Keunggulan pasar modern yang
bersih, sejuk berbanding terbalik dengan kondisi pada pasar tradisional pada
umumnya. Pasar tradisional sudah identik dengan kondisi yang kotor, bau,
pengab, panas dan sebagainya sehingga memberikan ketidaknyamanan bagi
pembeli. Untuk itulah Pasar Umum Caruban yang direncanakan akan
menghilangkan kesan tersebut dengan pengelolaan kebersihan pasar secara
teratur, mewujudkan kenyamanan dengan perencanaan perancangan termal.
Selain itu untuk menciptakan kemudahan bagi pengunjung dalam kegiatan
berbelanja dilakukan pembagian zona-zona pedagang pasar yang disesuaikan
dengan komoditas dagangan.
Untuk tampilan Pasar Umum Caruban sendiri akan bergaya arsitektur
lokal Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjadi identitas bagi pasar ini sehingga
dapat dijadikan landmark berwawasan identitas. Karena saat ini muncul
kecenderungan pasar tradisional sudah mengiblat pola pikir barat sehingga
menghasilkan bentuk kotak dan kurang merepresentasikan kearifan arsitektur
lokal. Dari eksplorasi terhadap bentuk dan material lokal diharapkan Pasar Umum
Caruban yang baru dapat selaras dengan kondisi lingkungannya. Penggunaan
material lokal sendiri adalah material yang dapat diperoleh dari sekitar site seperti
batu bata, kayu jati, bambu.
Untuk mendukung keberadaan Pasar Umum Caruban sebagai pasar
berskala kabupaten maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang. Beberapa
fasilitas penunjang yang diperlukan adalah area parkir yang memadai, bank,
musholla, toilet dan pengolahan sampah sementara yang memadai. Selain itu
perlu disediakan pula terminal untuk ngetem angkuta agar terkesan tertata dan
commit to user
Dengan penambahan jumlah kios maupun los dan fasilitas-fasilitas
penunjang lainnya maka diperlukan site dengan luas yang lebih luas dari site
sekarang. Pada Pasar Umum Caruban saat ini luas site sekitar 8000 m2. Dengan
luasan tersebut Pasar Umum Caruban tidak mampu menampung seluruh
pedagang. Terlebih untuk area parkir, para pembeli memarkir kendaraan mereka
di sekitar pasar atau di dalam karena lahan parkir yang disediakan sangat sempit.
Oleh karena itu untuk dapat menampung seluruh kegiatan yang direncanakan, site
akan diperluas dan bangunan pasar akan dijadikan 2 lantai.
H. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Mengungkapkan judul, pemahaman judul, latar belakang, rumusan permasalahan
dan persoalan, tujuan dan sasaran, metoda dan strategi desain, serta sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Teori
Mengungkapkan kajian mengenai teori-teori penunjang yang diantaranya : kajian
pasar secara umum, pasar tradisional, konsep mempertahankan dan
mengembangkan pasar tradisional dan tinjauan mengenai kelokalan serta
preseden pasar tradisional sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan perancangan Pasar Umum Caruban.
Bab III Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kabupaten Madiun
Mengungkapkan profil Kabupaten Madiun, Kota Caruban, kondisi eksisting Pasar
Umum Caruban saat ini beserta pemindahan ibu kota Kabupaten Madiun.
Bab IV Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban
Mengungkapkan tentang perencanaan perancangan Pasar Umum Caruban yang
direncanakan, yaitu sebagai pasar sebagai pusat perdagangan skala kabupaten
dan berkonsep lokalitas sehingga dapat menjadi identitas bagi Kota Caruban dan
Kabupaten Madiun.
Bab V Analisa Pendekatan Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan
Mengungkapkan analisa pendekatan perencanaan dan perancangan sebagai
commit to user
yang merupakan hasil akhir dari analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam
wujud desain fisik bangunan.
BabVI Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban
Merupakan kesimpulan dari pendekatan konsep perencanaan dan perancangan
yang berupa konsep perencanaan dan perancangan Pasar Umum Caruban baik
dari segi programatik dan arsitektur. Konsep ini akan digunakan sebagai acuan
commit to user
BAB II
Tinjauan Teori
A. Tinjauan Pasar Secara Umum
A.1. Pengertian Pasar
Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli
(Chourmain, 1994 : 231). Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi,
prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan
tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang (wikipedia.com)
Stanton (dalam Umar 2003:8) mengemukakan bahwa pasar merupakan
sekumpulan orang yang ingin memuaskan keinginan yang ada uang untuk belanja
dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi disini dapat dilihat bagaimana individu
berinteraksi melakukan aktifitas yang berhubungan dengan uang. Para pembeli dapat
memuaskan keinginannya dengan membuat nilai uang menjadi berarti/bernilai, dalam
hubungannya dengan nilai uang memberikan basis bagi perkembangan pasar.
Sumitro Djojohadikusumo (dalam studi fungsi pelayanan pasar dalam rangka
penilaian terhadap strategi alokasi dana pembangunan pasar) menyebutkan
unsur-unsur pasar adalah sebagi berikut :(1) tempat berdagang (2) penjual (3) pembeli (4)
perantara (bila ada) (5) aktivitas jual beli (6) aktivitas pengiriman/pergerakan barang
(7) tersedianya jasa (8) tersedianya barang (9) waktu (10) perjanjian yang
mendukung.
Seiring perkembangan jaman terjadi transformasi sistem ekonomi pasar,
dikenal adanya dualisme sistem ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar
modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang
penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat
commit to user
pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga
(www.id.wikipedia.org).
A.2. Jenis-jenis Pasar1
Jenis-jenis pasar dibagi menurut sifat kegiatan dan jenis dagangan, ruang
lingkup pelayanan dan potensi serta waktu kegiatannya.
A.2.1. Menurut sifat kegiatannya dan jenis dagangannya :
· Pasar eceran, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam
jumlah kecil, misalnya per-ikat, per-buah, per-ekor, per-kilo, dan lain-lain.
· Pasar induk, ialah pasar yang menunjukkan perdagangannya sebagai
pusat pengepul, pusat pelelangan, pusat penyimpanan, pusat penyaluran,
antara lain :
a) Pasar induk sayur-mayur dan buah-buahan.
b) Pasar induk beras, dan lain-lain
· Pasar khusus, ialah pasar yang menjualbelikan jenis barang tertentu,
misalnya suku cadang, alat-alat teknik, ikan, ayam, burung dan
lain-lainnya.
A.2.2. Menurut ruang lingkup pelayanan dan tingkat potensi pasar :
· Pasar lingkungannya, lingkup pelayanannya meliputi suatu lingkungan
pemukiman di sekitar pasar tersebut, dan jenis barang yang
diperdagangkan terutama kebutuhan hidup sehari-hari.
· Pasar wilayah, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya beberapa
lingkungan pemukiman dan barang yang diperjualbelikan lebih lengkap
dari pasar lingkungan.
· Pasar kota, lingkup layanannya mencakup wilayah kota, yang
memperjualbelikan barang lengkap.
· Pasar Regional, ruang lingkup pelayanannya meliputi kawasan ibu kota
propinsi dan sekitarnya.
commit to user A.2.3. Menurut waktu kegiatannya :
· Pasar siang hari, pasar yang kegiatannya antara jam 05.00 s/d 18.00 WIB.
· Pasar malam hari, ialah pasar yang kegiatannya antara jam 18.00 s/d
0.5.00 WIB.
· Pasar siang malam, ialah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.
A.3. Sistem Perpasaran Indonesia2
A.3.1. Koordinasi Pasar
Untuk melaksanakan tugas sehari-hari di bidang perpasaran,
pemeintah daerah menempuh satu cara dengan dua pilihan, yakni dengan
menunjuk :
· Jawatan/Dinas di bawahnya
· Perusahaan daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan umum
di bidang perpasaran.
A.3.2. Sistem Pelayanan Pasar
Pasar dapat dipandang sebagai sistem pelayanan yang terdiri atas
komponen-komponen : konsumen, pedagang, materi perdagangan, serta
unsur-unsur penunjang. Interaksi antar komponen ini menimbulkan kegiatan
perpasaran yang menentukan sarana fisik yang harus disedikan.
Komponen-komponen pasar tersebut antara lain :
1) Konsumen Pasar
Konsumen pasar adalah masyarakat yang membutuhkan
pelayanan akan barang jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tipe
masyarakat yang merupakan unsur konsumtif bagi pasar di tentukan oleh
: status sosial ekonomi dan wawasan budaya-intelektualnya.
Dari segi sejarahnya, pasar adalah bentuk fasilitas yang tumbuh
secara organis karena pertemuan motivasi yang saling menguntungkan
antara pedagang dan pembeli. Kebiasaan tawar-menawar secara
2
commit to user
langsung tetap bertahan sampai kini karena cara ini dianggap
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Demikian pula jika ditinjau dari segi status sosial ekonominya
maka konsumen pasar kebanyakan adalah lapisan masyarakat dari
golongan penghasilan rendah sampai sedang. Motivasi untuk
mendapatkan barang yang sesuai dengan kehendak tapi harga murah
membutuhkan bentuk-bentuk pelayanan langsung, transaksi pada unit-unit
eceran kecil dan pelayanan langsung. Pada masyarakat dengan kondisi
sosial ekonomi yang relatif masih rendah, motivasi tersebut masih kuat,
sehingga pasar masih dibutuhkan.
2) Pedagang
Pedagang dalam menjalankan kegiatannya menyediakan modal, tenaga
dan materi jual beli. Pedagang dapat digolongkan menurut: jumlah
pelakunya, kemampuan modalnya, cara penyalurannya, jangkauan
pelayanannya, cara pelayannya dan asalnya.
a) Dari segi jumlah pelakunya, pedagang meliputi :
- Pedagang individu
- Pedagang gabungan/kongsi
b) Dari segi kemampuan modalnya, pedagang meliputi :
- Pedagang modal kecil
- Pedagang modal cukup
- Pedagang modal sedang
- Pedagang modal besar
c) Dari segi penyalurannya, pedagang melip[uti :
- Pedagang eceran
- Pedagang grosir
- Pedagang pengumpul
d) Dari segi jangkauan pelayanannya :
- Pedagang lingkungan
- Pedagang lokal
commit to user
- Pedagang regional
e) Dari segi cara pelayanannya :
- Pedagang langsung
Materi perdagangan dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, sifatnya,
urgensinya, cara pengangkutannya dan cara penyajiannya.
a) Jenis materi perdagangannya :
- Bahan pangan
- Jasa : tukang jahit, reparasi arloji dll
b) Sifat dan kesan materi perdagangannya :
- Bersih
c) Tingkat urgensi materi perdagannya :
- Barang kebutuhan sehari-hari (demand goods)
- Barang kebutuhan berkala (convenience goods)
commit to user
d) Cara pengangkutannya :
- Barang pecah belah
- Bukan pecah belah
e) Cara penyajian :
- Penyajian sederhana : sayur mayur, bumbu
- Penyajian sedang : beras, bahan pangan yang diproses
- Penyajian baik : kelontong, pakaian.
A.3.3. Unsur-Unsur Penunjang
Unsur penunjang adalah pihak-pihak yang berperan dalam kelangsungan
keanggotaan perdagangan di pasar. Unsur ini meliputi :
1) Pemerintah
Dalam rangka pembangunan dan pelancaran ekonomi nasional,
pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi, di antaranya dengan
menguasai sektor perpasaran dengan cara ikut mengelola dan menarik
pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya.
Pembangunan fisik pasar biasanya dilakukan oleh pemerintah dengan
anggaran daerah ataupun Inpres.
2) Pengelola
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pemerintah membentuk :
· Jawatan
· Perusahaan Daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan
umum di bidang perpasaran. Pelayanan umum yang dilakukan pengelola
pasar pada umumnya berupa :
- Memelihara kebersihan
- Memelihara ketertiban
- Melaksanakan pembangunan
- Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok keperluan
sehari-hari
commit to user
3) Bank
Bank berperan terutama dalam hal segi pembiayaan pembangunan
dan permodalan bagi para pedagang. Misalnya : pembangunan pasar
Inpres dibiayai melalui Bank Pemerintah, kredit candak kulak bagi para
pedagang kecil disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia dan sebagainya.
4) Swasta
Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang sendiri atau
pelaksanan yang membiayai pembangunan pasar, karena pada prinsipnya
pembangunan pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk yang lain.
A.4. Kegiatan Perpasaran
Kegiatan utama didalam suatu pasar adalah jual-beli. Namun kegiatan itu tak dapat
berlangsung tanpa ditunjang oleh kegiatan-kegiatan lain. Berikut akan dilakukan
tinjauan umum tentang kegiatan pasar dan tinjauan khusus kegiatan utamanya.
1. Garis Besar Kegiatan Perpasaran
Kegiatan perdagangan di pasar pada garis besarnya meliputi :
· Kegiatan Penyaluan Materi Perdagangan, berupa :
- Sirkulasi, transportasi, dan dropping
- Distribusi materi perdagangan ke setiap unit penjualan di dalam pasar
· Kegiatan jual-beli, berupa :
- Kegiatan jual beli antara pedagang dan konsumen
- Kegiatan penyimpanan materi perdagangan
- Kegiatan pergerakan dan pergerakan pengunjung : dari ke dalam
bangunan pasar serta unit penjualan ke unit penjualan lainnya (dalam
jalur lintasan jual beli).
· Kegiatan Pencapaian, dari dan ke lokasi bangunan pasar
· Kegiatan Pelayanan/servis/penunjang :
- Pelayanan Bank
commit to user
- Pelayanan pemeliharaan
2. Kegiatan Utama di Pasar
Dalam suatu pasar, kegiatan jual-beli langsung secara tawar menawar
merupakan kegiatan utama. Unsur-unsur kegiatan yang menunjang pelayanan
jual-beli ini adalah : distribusi barang, penyimpanan barang, penyajian barang,
pergerakan pengunjung disamping kegiatan jual belinya sendiri.
1) Distribusi Barang
Kegiatan ini merupakan ini merupakan usaha mensuplai barang
dagangan dari tempat asal ke lokasi pasar dan dari tempat penurunan ke
masing-masing tempat penjualan. Pada pasar-pasar kecil, misalnya pasar
lingkungan, sifat dan skala peredaran barangnya tidak sebesar pada pasar
kota sehingga tidak diperlukan jaringan sirkulasi jalan khusus untuk barang.
Yang penting adalah pengaturan lalu lintas pengunjung pasar. Misalnya
dengan pengaturan waktu. Demikian juga tidak diadakan pemisahan antara
daerah pedagang grosir dengan pedagang eceran. Pada pasar-pasar kecil
kedua klasifikasi pedagang ini berbaur.
2) Penyimpanan barang
Jumlah dan satuan-satuan volume barang pada pasar lingkungan
tidak besar masih dalam hitungan perbiji, perikat, perlembar, perkilo, dan
sebagainya maka penyimpanan barang belum memerlukan ruang dengan
pembatas khusus. Jadi masih disatukan dalam kegiatan jual beli dan
bahkan sedapat mungkn dilihat oleh pengunjung.
Untuk pedagang grosir biasanya barang-barang cukup disimpan
dalam almari atau kotak-kotak kayu di tempat jual-beli. Dengan demikian
dalam sebuah pasar lingkungan fasilitas pergudangan belum diperlukan.
Berbeda dengan pada pasar Kota, dimana sebagian besar barang
disimpan, sedang yang disajikan hanya sebagian kecil saja.
3) Penyajian barang
Dalam perdagangan eceran, barang-barang disajikan dengan
barang-commit to user
barang yang diinginkan.pada penyajian barang inilah tertumpu media
komunikasi antara pedagang dan konsumen
4) Kegiatan jual-beli
Sifat kegiatan jual beli di pasar adalah langsung berhadapan antar
pedagang dan pembeli yang biasanya disertai dengan tawar-menawar.
Dalam hal ini biasanya seorang menghadapi beberapa orang sekaligus.
Dalam kegiatan jual beli di pasar terjadi pengelompokan komunikasi linear
untuk memanfatkan jalur konsentrasi pembeli. Dalam hal ini penjual dan
pembeli mempunyai cara sendiri-sendiri.
Namun pada umumnya pedagang melayani pembeli dengan posisi
berdiri, duduk bersimpuh atau duduk diatas bangku. Sedang pembeli
biasanya berdiri tegak untuk mengamati keseluruhan barang dagangan atau
berdiri membungkuk untuk mengamati dan memilih barang. Dari spesifikasi
kegiatan pedagang dan pembeli ini maka terbentuklah ruang kegiatan
utama pasar yang biasanya berupa los-los. Dalam hal ini pedagang
menginginkan ukuran ruang yang efektif untuk melayani pembeli, cukup
leluasa untuk menjangkau barang, tetapi harus ekonomis, seefisien
mungkin untuk menekan sewa lantai. Sedang pembeli menginginkan ruang
untuk dilayani yang cukup leluasa tidak terganggu oleh kegiatan konsumen
lain ataupun lalulintas konsumen dan barang.
5) Pergerakan pengujung
Dalam kegiatan pasar, dua unsur utama yang melakukan
perpindahan tempat adalah: pengunjung dan barang. Pada kegiatan pasar
Kota atau pasar dengan skala perdagangan cukup besar, yang diutamakan
adalah perpindahan barang. Sedang pada pasar lingkungan dimana jual
beli eceran lebih dominan, volume transaksi banyak dan perpindahan
pengunjung lebih menonjol, maka baik besaran maupun arah jaringan
sirkulasi dipertimbangkan atas dasar kegiatan manusianya. Jalur lintasan
konsumen merupakan konsentrasi linear yang berorientasi ke unit-unit
commit to user
motivasi kelompok pedagang untuk memanfaatkan atau menjaring
konsentrasi kegiatan pembeli dalam suatu jalur linear sepanjang
unit-unitnya. Dari segi konsumen sendiri, pergerakan dalam satu arah
perpindahan dapat mencapai banyak tujuan (unit-unit pedagang).
B. Tinjauan Pasar Tradisional
B.1. Pengertian Pasar Tradisional
Tradisional berarti bersifat turun temurun ( Kamus Umum Bahasa Indonesia)
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelola pasar. (wikipedia.com)
Dengan demikian pengertian pasar tradisional adalah suatu tempat terjadinya
interaksi antara penjual dan pembeli sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara perdagangan yang bersifat turun temurun. Meskipun demikian pasar yang
dibangun beberapa tahun terakhir termasuk kategori pasar tradisonal jika menggunakan
cara berdagang secara tradisional. Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir,
misalnya, dapat dimasukkan dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya
menggunakan cara-cara tradisional. (Brookfield,1969 dalam Pamardi,2002). Jadi pasar
tradisional tidak selalu berkaitan dengan waktu pasar didirikan namun lebih pada sistem
perdagangan yang digunakan.
B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar
B.2.1. Sejarah Pasar
Sebagai makhluk hidup, manusia senantiasa berupaya untuk memenuhi segala
kebutuhan hidupnya. Kemudian muncullah pasar yang memberikan kemudahan bagi
manusia untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan. Secara harfiah kata pasar berarti
berkumpul untuk tukar menukar barang atau jual beli, yang dilaksanakan sekali dalam 5
hari Jawa. Kata Pasar diduga dari kata Sansekerta Pancawara. Yang utama dalam
commit to user
dalam arti saling ketemu muka dan berjual pada hari pasaran menjadi semacam panggilan
sosial periodik (Wiryomartono, 1995 dalam Istijabatul Aliyah 2007:112).
Pasar adalah suatu bentuk pusat perbelanjaan yang paling tua dikenal di
Indonesia. Banten diketahui telah memiliki pasar di Pelabuhan Karangantu dan Pecinan.
Jakarta pada masa pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama telah pula memiliki
pasar di utara Alun-alun, kemudian dikembangkan oleh VOC dengan adanya pasar ikan,
pasar daging, pasar beras dan sebagainya.
Pasar dikenal sejak masa Jawa Kuno yaitu sebagai tempat berlangsungnya
transaksi jual beli atau tukar menukar barang yang telah teratur dan terorganisasi. Hal ini
berarti pada masa Jawa Kuno telah ada pasar sebagai suatu sistem (Nastiti, 2003:13).
Pasar sebagai sistem maksudnya adalah pasar yang mempunyai suatu kesatuan dari
komponen-komponen yang mempunyai fungsi untuk mendukung fungsi secara
keseluruhan, atau dapat pula diartikan pasar yang telah memperlihatkan aspek-aspek
perdagangan yang erat kaitannya dengan kegiatan jual-beli, misalnya adanya lokasi atau
tempat, adanya ketentuan pajak bagi para pedagang, adanya berbagai macam jenis
komoditi yang diperdagangkan, adanya proses produksi, distribusi, transaksi dan adanya
suatu jaringan transportasi serta adanya alat tukar (Chasanah,2007:3). Menurut Nastiti
dalam Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-IX Masehi dikatakan bahwa (2003 :
60) :
“Timbulnya pasar tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat setempat.
Kelebihan produksi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi memerlukan tempat
pengaliran untuk dijual. Selain itu pemenuhan kebutuhan akan
barang-barang, memerlukan tempat yang praktis untuk mendapatkan barang-barang
baik dengan menukar atau membeli. Adanya kebutuhan-kebutuhan inilah
yang mendorong munculnya tempat berdagang yang disebut pasar”.
Pada masa lampau hasil produksi suatu masyarakat sering melebihi dari jumlah
yang dibutuhkan sementara terdapat kebutuhan lain yang tidak mampu untuk dihasilkan
sendiri. Karena hal itulah muncul kerja sama antar masyarakat untuk saling menukar
commit to user
melakukan transaksi tukar menukar, dibutuhkanlah suatu tempat bertemu yang merupakan
kesepakatan sosial. Lalu dari transaksi tukar menukar dalam kuantitas kecil lahirlah
pelaku-pelaku lain yang mempunyai tujuan sama yaitu menukarkan kelebihan hasil
produksi. Kegiatan inilah yang akhinya melahirkan sebuah sistem yang kemudian disebut
dengan pasar.
Sebelum mengenal sistem jual beli dengan mata uang, manusia menggunakan
sistem tukar menukar barang untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Sistem saling
tukar menukar barang untuk saling memenuhi kebutuhan hidup disebut sistem barter.
Setelah manusia mengenal adanya mata uang, muncullah sistem jual beli yang lebih
efektif yang kemudian menggeser sistem barter.
B.2.2. Perkembangan Pasar
Salah satu ciri pasar adalah selalu berada pada lokasi strategis yang menjadi
kesepakatan bersama. Pada masa lampau sampai masa kolonial tempat bertemunya
pelaku pasar bermula di bawah pohon besar seperti pohon asam, pohon munggur, pohon
gayam dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pohon dijadikan sebagai naungan atau
peneduh dari terik matahari. Pada saat itu pembatas area pasar juga belum tampak.
Ketika Indonesia masuk pada masa penjajahan kolonial Belanda, tata ruang pasar
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan kepentingan politik dari
pemerintah kolonial yang menjadikan pasar sebagai tempat memantau kondisi dalam
masyarakat. Pemerintah dalam hal ini berkepentingan untuk mempermudah pengendalian
mobilitas sosial.
Penataan pasar yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda memberikan
struktur peruangan yang lebih riil. Area pasar diperjelas dengan batas berupa pagar
keliling dari kawat berduri dilengkapi dengan kolom-kolom dari balok kayu jati, dan sebagai
akses keluar masuk pasar terdapat pintu di salah satu sisinya. Komposisi ruang pasar juga
berkembang dengan adanya sumur dan diperkenalkannya unit bangunan los selain tetap
commit to user
tiang satu berjajar ditengah dari bahan baja, beratap genteng berbentuk pelana dan
limasan.
Pada masa ini kegiatan pasar meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin
bertambanhnya pedagang dalam pasar hingga melebihi daya tampung bangunan.
Sehingga yang terjadi meningkatnya jumlah pedagang di area terbuka sementara luas
naungan pohon peneduh terbatas. Karena tuntutan kebutuhan naungan yang lebih
nyaman dan memadai muncullah bentuk bangunan peneduh baru yaitu eyup-eyup.
Eyup-eyup adalah berupa selembar kepang (anyaman bambu) atau napag (naungan daun tebu)
yang salah satu sisinya ditopang dengan sebilah kayu atau bambu dengan ukuran panjang
sekedar bisa membentuk ruang dengan skala orang duduk. Konstruksi ini tidak permanen,
jika kegiatan telah usai maka konstruksi ini dilipat untuk disimpan.
Setelah masa kolonial Belanda usai dan digantikan masa penjajahan Jepang
struktur tata ruang pasar tradisional digunakan sebagai elemen kawasan pertahanan
militer. Pagar keliling dari kawat berduri dibongkar untuk keperluan pertahanan perang dan
pohon-pohon besar yang berada dalam lokasi pasar juga ikut ditebang. Dengan
dirusaknya fasilitas pasar dan eksploitasi terhadap bahan pangan, kondisi ekonomi
merosot. Kondisi pasar digambarkan dengan suatu istilah pasar bubrah.
Ketika Indonesia lepas pada masa penjajahan dan masuk era kemerdekaan,
perekonomian mulai menunjukkan perbaikan. Indikasi dari perekonomian yang membaik
adalah meningkatnya perdagangan dalam pasar yang disertai dengan pedagang yang
semakin bertambah. Keberadaan pedagang di area terbuka membutuhkan naungan yang
lebih nyaman dan memadai tidak lagi sekedar eyup-eyup atau naungan pohon. Kemudian
muncullah bentuk bangunan baru yang disebut bango. Bango adalah bangunan bertinag
empat dari bahan bambu atau kayu dengan skala ketinggian yang lebih longgar setinggi
orang berdiri.
Pada masa orde baru pemerintah mulai memberikan perhatian yang lebih serius
terhadap kedudukan pasar tradisional. Pembenahan mulai dilakukan dengan perluasan
commit to user
konstruksi besi ke konstruksi beton. Penataan tata ruang pasar oleh pemerintah diarahkan
ke komposisi tunggal yaitu bangunan los. Namun yang terjadi pedagang memiliki
kecenderungan melakukan kegiatan di area terbuka. Ketika area terbuka semakin sempit,
pedagang mengalihkan kegiatannya dengan mencari area di luar pasar.3
Seiring jaman yang semakin berkembang dibutuhkan bentuk bangunan pasar baru
yang memberikan keamanan ketika barang dagangan ditinggal setelah selesai kegiatan
pasar. Bentuk bangunan ini disebut toko atau kios. Pada umumnya kios didirikan oleh
pedagang yang memiliki modal lebih dan menginginkan kepraktisan dari pada membawa
barang dagangannya bolak-balik pasar. Kios memiliki kecenderungan didirikan di bagian
depan sehingga menutupi pedagang yang berada di dalam. Pedagang yang berada di
dalam pasar pada akhirnya mengalami penurunan jumlah pembeli, lalu muncullah
perlawanan dengan mendirikan PKL yang bertujuan menjemput kedatangan para pembeli.
Saat ini pasar-pasar tradisional rata-rata sudah beroperasi puluhan tahun dan
telah direnovasi beberapa kali. Kondisi pasar tradisional yang kurang layak telah
mendorong pemerintah untuk memodernisasi dan merenovasi bangunan pasar dengan
struktur bangunan bertingkat demi efisiensi lahan sehingga mampu menampung jumlah
pedagang dan pembeli lebih banyak (Newsletter SMERU Edisi No. 22).
Namun pada kenyataan bangunan pasar tradisional yang menggunakan
konstruksi bangunan bertingkat menimbulkan permasalahan baru. Dari hasil pengamatan
pada beberapa pasar tradisional menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan di lantai atas
sangat sepi pembeli. Sedikitnya pembeli yang berbelanja di lantai atas disebabkan banyak
hal, salah satunya bentuk tangga yang curam yang menyulitkan pembeli saat membawa
barang belanjaan. Terlebih pembeli pasar tradisional adalah para ibu rumah tangga yang
karena faktor usia memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan akses yang seharusnya
lebih mudah dan aman. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa penjual untuk beralih
lokasi berdagang di bawah dengan mendirikan PKL. Selain permasalahan tersebut,
konstruksi bangunan bertingkat pada pasar tradisional menghasilkan kondisi dalam pasar
yang tidak nyaman. Seperti permasalahan sirkulasi udara yang tidak lancar sehingga
commit to user
keadaan menjadi pengab, bau dan panas. Keadaan seperti ini seacara langsung
mengganggu kenyamanan pembeli sehingga mengakibatkan pembeli enggan
berlama-lama di dalam pasar.
Kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat pada kehidupan manusia berdampak
sangat besar pada perkembangan ekonomi setiap negara. Masuknya kekuatan ekonomi
besar (multi corporate) tak mungkin terbendung dalam ekspansi ekonomi dunia. Karena
proyeksi pemberlakuan pasar bebas melalui AFTA membuka peluang yang besar kearah
liberalisasi ekonomi dunia menjadi semakin mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan
kebijakan negara dunia ketiga termasuk Indonesia (Wiharto, 2006 dalam Istijabatul Aliyah
2007).
Di Indonesia saat ini muncul dan berkembang jenis pasar baru yang disebut
dengan istilah pasar modern. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum
dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org). Pasar modern
seperti hypermart, supermarket, carrefour dan sebagainya semakin menjamur di setiap
kota di Indonesia.
Meskipun kehadiran pasar modern berdampak terhadap penurunan jumlah
pembeli pada pasar tradisional namun permasalahan internal yang terjadi pada pasar
tradisional menjadi faktor utama beralihnya konsumen ke pasar modern. Temuan dari
metode kualitatif menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar
tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur
pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Supermarket
sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional
(Newsletter SMERU Edisi No. 22:7).
Di tengah sengitnya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern,
keberadaan pasar tradisional masih sangat dibutuhkan bagi kelompok masyarakat
tertentu. Keberadaan pasar tradisional pada era modern sekarang ini tidak saja masih
commit to user
Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia
masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi.
Sampai saat ini, pasar tradisional masih dominan perannya di Indonesia dan masih sangat
dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi kelas menengah ke bawah (Yulita, Dwi;1999).
Secara umum, pasar tradisional dan pasar modern memiliki fungsi yang sama
yaitu menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Namun hal pokok yang
menjadi pembeda adalah kelas mutu pelayanan yang diberikan kepada pembeli.
Simbolon, M. Ali (2005) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari
beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern
No Karakteristik Pasar Tradisional Pasar Modern
1 Pengelolaan - Dikelola oleh pemerintah kota (Dinas/PD.Pasar)
- Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki
2 Organisasi - Ada koperasi pedagang pasar - Ada organisasi pengelolaan manejemen yang jelas
3 Kondisi fisik tempat usaha
- Bangunan temporer, semi permanent atau permanent - Kebersihan tidak terjaga dengan baik
- Gang antar kios terlalu sempit - Fasilitas parkir tidak memadai
- Bangunan permanen - Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi - Harga relative lebih murah, dapat ditawar
- Barang yang dijual hamper sama dengan pasar
tradisional, tapi barang tahan lama lebih menonjol
commit to user
- Penataan barang seadanya - Barang dapat dipilih sendiri oleh konsumen
- Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas
- Transaksi bersifat ekonomis dan efisien
6 Waktu kegiatan - Pada umumnyadimulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 Wib
- Dimulai rata-rata dari pukul 09.00 s.d. 22.00 Wib
7 Mekanisme peroleh komoditas
- Diperoleh melalui pasar induk - Memiliki akses langsung ke produsen
8 Lokasi - Tumbuh tanpa perencanaan,
lokasi ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau
- Strategi lokasi
dipertimbangkan dengan matang
B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional
Pasar merupakan fasilitas umum yang mempunyai sifat dalam berbagai aspek
kegiatan. Sejalan dengan kegiatan utamanya, sifat kegiatan dikelompokkan ke dalam tiga
macam sifat, yaitu sifat kegiatan jual-beli, kegiatan obyek wisata, dan kegiatan sosial
budaya. Untuk mendapatkan harga serendah mungkin, pengunjung atau pembeli dalam
tawar-menawar dituntut keaktifan, kejelian, ketelatenan sehingga tercermin dinamika
kehidupan.
a. Sifat Kegiatan Jual-Beli
- Dinamis
Ramai, padat, hidup karena ragam kegiatan dengan pergeraka manusia,
berbicara, dan tawar-menawar.
- Umum
Semua orang dari berbagai lapisan tanpa membedakan gologan, derajat,
maupun kedudukan bisa masuk dalam kegiatan ini.
- Terbuka
Pengunjung tanpa hambatan visual/fisik dapat melihat dan mencapai
barang dagangan, secara visual tidak boleh ada halangan unuk melihat Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern
commit to user
jauh ke depan, hingga pengunjung merasa bebas memilih tujuan dan
barang. Demikian juga dapat mencapai keseluruhan unit-unit penjualan
dengan lancar tanpa ada daerah kantong ataupun jalur sirkulasi yang
buntu.
b. Sifat Kegiatan Pariwisata
- Unik
Wisatawan yang datang mengharapkan adanya suasana maupun ragam
barang yang digelar mempunyai nilai kedaerahan/setempat yang berbeda
dengan yang mereka lihat dan rasakan pada daerah asalnya.
- Dinamis
Pengunjung atau wisatawan yang datang ke pasar tersebut adalah untuk
kegiatan santai atau refreshing dengan suasana pasar yang semarak.
c. Sifat Kegiatan Aspek Sosial Budaya
- Luwes
Perilaku pengunjung dan pedagang yang mengadakan kegiatan
tawar-menawar harga barang dagangan yang dijajakan, merupakan ciri khas
pasar tradisional. Tidak ada harga mati dalam sistem jual beli di pasar.
Harga ditentukan dengan kegiatan tawar-menawar dan turun-naiknya
harga tersebut.
B.4. Peranan Pasar Tradidsional
B.4.1. Fungsi Pasar Tradisional4
· Fungsi Ekonomi
Sebagai pusat penjualan, maka pasar dapat dipahami sebagai arus
barang dan jasa, serta sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk
memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut (Geertz, 1981:31).
Sebagai pusat ekonomi, maka perkembangan pasar tradisional dapat menjadi
petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi masyarakat setempat.
4