• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Analisa Pendekatan Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan Mengungkapkan analisa pendekatan perencanaan dan perancangan sebaga

K.2. Pasar Legi Surakarta

Gambar 16. Pasar Legi

commit to user

Pasar Legi didirikan lebih awal jika dibandingkan Pasar Gede yaitu pada masa pemerintahan Mangkunegoro I (Pangeran Samber Nyawa). Pasar Gede terletak dijalan Sutan Syahrir, Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Pasar ini

mempunyai luas sekitar 16.640 m2.

Kegiatan pasar ini dimulai dari dini hari sampai malam hari. Pedagangan sudah menggelar hasil bumi sejak pukul 02.00 dinihari hingga di emper-emper jalan sekitar pasar. Pasar Legi juga melayani penjualan hingga 24 jam.

Mengapa disebut Pasar Legi? Selain pasar ini pertama kalinya digelar pada pasaran Legi 5 hari sekali, pasar inipun lebih banyak menggelar dagangan yang bersifat legi atau manis. Misalnya gula jawa, jagung manis, gula aren, gula batu, gula aren hingga minuman legen. Pasar Legi menjadi pust grosir dagangan tradisional dan hasil bumi. Hampir semua hasil bumi dari daerah Surakarta dan sekitarnya masuk di Pasar Legi.

Pasar Legi merupakan pasar induk hasil bumi terbesar di Surakarta, yang mendapatkan pasokan dagangan dari berbagai daerah baik dari wilayah sekitar surakarta maupun dari luar daerah seperti Brebes, Temanggung, Tasikmalaya, Sidoarjo, Malang dan lain sebagainya. Pasar ini bisa dikatakan juga, adalah pasar bagi para penjual lainnya, karena, banyak penjual atau pedagang dari pasar-pasar lain yang lebih kecil yang mengambil dagangan atau kulakan di pasar ini.

Pasar ini pertama kali direnovasi menjadi pasar modern pada sekitar tahun 1936, atau pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII (1916 - 1944). Dan Pada tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta mengalokasikan dana untuk merenovasi beberapa bagian pasar yaitu blok ikan asin dan kelapa. Semenjak itu tampilan Pasar Legi menjadi seperti yang kita kenal sekarang.

Saat ini Pasar Legi terdiri dari dua lantai. Hal ini dikarenakan jumlah pedagang semakin bertambah sementara luas pasar sudah terbatas. Berbeda dengan pasar berlantai dua atau lebih pada umumnya, Pasar Legi mampu mempertahankan aktivitas jual beli tetap tinggi di lantai dua. Meskipun dijadikan dua lantai namun kegiatan jual beli di lantai dua tetap berlangsung ramai.

commit to user

Pada Pasar Legi ketika kita ingin masuk pasar kita akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu turun ke lantai 1 atau naik ke lantai 2. Sehingga posisi halaman pasar serupa dengan bordes pada sebuah lantai sehingga terkesan tidak berat untuk naik atau turun karena hanya tinggal menempuh setengah tangga. Pembeli yang ingin ke lantai 2 atau lantai 1 pada dasarnya dihadapkan pada pilihan yang sama. Artinya jika pembeli ingin ke lantai 2, dia harus naik setengah tangga terlebih dahulu baru turun jika ingin keluar. Sementara pembeli yang ingain ke lantai 1 harus turun setengah tangga terlebih dahulu baru naik jika ingin keluar.

Strategi tersebut hampir sama dengan yang dijumpai di Pasar Gede. Namun yang membedakan adalah lantai dua pada Pasar Gede hanya seperti sebagai pelengkap atau tambahan. Karena pada Pasar Gede di lantai dua digunakan sebagai gudang, mushola, kantor pengelola, pedagang makanan, pedagang bunga, grosir buah dan los daging. Keberadaan gudang, musola dan kantor pengelola tentunya hanya mengundang sedikit pembeli untuk ke lantai dua. Daya Tarik bagi pembeli untuk naik ke lantai dua hanya karena adanya pedagang makanan, pedagang bunga, grosir buah dan los daging. Pedagang makanan dan pedagang bunga dapat digolongkan kebutuhan tersier sehingga seharusnya berada di lantai satu. Sementara grosir buah kurang menarik pembeli karena di lantai satu suda ada penjula buah, otomatis pembeli yang naik ke lantai dua hanya untuk membeli daging.

Sementara pada Pasar Legi keberadaan lantai satu dan dua merupakan sebuah kesatuan dimana tidak ada yang lebih dominan. Dari luas lantai pun luas lantai dua hampir sama dengan lantai satu hanya pada lantai dua terdapat void untuk sirkulasi udara. Komoditas daganganpun juga ditata sesuai zona masing-masing.

Namun pada Pasar Legi muncul permasalahan terutama yang terjadi pada lantai satu. Karena lantai dua dibuat penuh dan void yang ada sangat kecil, sirkulasi udara di lantai satu menjadi tidak lancar. Kondisi ini menjadikan suasana menjadi pengab dan panas sehiongga kurang nyaman bagi pembeli. Kecilnya void yang ada juga mengakibatkan suasana di lantai satu cenderung gelap sehingga terdapat penjual yang menggunakan pencahayaan buatan meskipun di siang hari.

commit to user

BAB III

Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kabupaten Madiun

A. Tinjauan Kabupaten Madiun

Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 29 kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Madiun berada pada posisi yang strategis karena dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Potensi yang menonjol saat ini adalah pertanian padi, kedelai, palawija, perkebunan kakao, kopi, mangga, durian, rambutan dan produk hasil hutan dan produk olahan lainnya seperti kerajinan kayu jati dan lain sebagainya.

Hingga kini, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun masih berada di Kota Madiun dan tepat pada Hari Jadi Kabupaten Madiun ke-442, keluar Peraturan Pemerintah No.52 Tahun 2010 mengenai pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah

Kecamatan Mejayan. Sehingga dapat diprediksi perkembangan wilayah yang paling progresif

berlangsung di Kecamatan Mejayan.

Gambar 17. Peta Kabupaten Madiun

commit to user A.1. Kondisi Fisik

1. Geografis

Secara geografis Kabupaten Madiun terletak di sekitar 7o 12’ -7o 48’ 30’’ Lintang

Selatan dan 111o 25’ 45’’ - 111o 51’ Bujur Timur. Keseluruhan luas wilayah 1.010,86

Km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Bojonegoro.

Sebelah timur : Kabupaten Nganjuk.

Sebelah selatan : Kabupaten Ponorogo.

Sebelah barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi.

Jarak antara Kabupaten Madiun dengan Ibukota Provinsi Jawa Timur kurang lebih 175 Km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota negara kurang lebih 775 Km dengan arah sebaliknya. Kabupaten Madiun terbagi menjadi 15 kecamatan, kecamatan terluas adalah Kecamatan Kare dan yang terkecil adalah Kecamatan Sawahan.

Tabel Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009

No Nama Kecamatan Luas Wilayah ( Km2 )

1 Kebonsari 47,45 2 Geger 36,61 3 Dolopo 48,85 4 Dagangan 72,36 5 Wungu 45,54 6 Kare 190,85 7 Gemarang 101,97 8 Saradan 152,92 9 Pilangkenceng 81,34 10 Mejayan 55,22 11 Wonoasri 33,93 12 Balerejo 51,98 13 Madiun 35,93

commit to user

14 Sawahan 22,15

15 Jiwan 33,76

Kabupaten Madiun juga memiliki hutan yang cukup luas. Tercatat lebih dari 26 persen desa di Kabupaten Madiun terletak di tepi/sekitar kawasan hutan. Bahkan ada juga yang berada di dalam kawasan hutan.

2. Topografi

Untuk topografi wilayah, sekitar 13 persen lebih bertopografi lereng/punggung bukit, dan sisanya dataran (PODES, 2008). Bagian utara wilayah Madiun berupa perbukitan, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian tengah merupakan dataran tinggi dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari kompleks Gunung Wilis-Gunung Liman. Secara garis besar wilayah Kabupaten Madiun berada pada ketinggian 100-500 mdpl. Posisi terendah berada di lembah-lembah Bengawan Madiun yang berada dekat dengan pusat Kota Madiun dengan ketinggian antara 21-100 mdpl sementara kecamatan tertinggi yaitu dengan ketinggian > 2000 mdpl adalah Kecamatan Kare.

Tabel Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009

No Kecamatan Topografi Wilayah Jumlah Lembah/Daerah Aliran Sungai Lereng/punggun g bukit Dataran 1 Kebonsari - - 14 14 2 Geger - - 19 19 3 Dolopo - 2 10 12 4 Dagangan - 4 13 17 5 Wungu - 4 10 14 6 Kare - 8 - 8 7 Gemarang - 4 3 7 8 Saradan - 3 12 15

Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009 Sumber : BPS Kab. Madiun 2009

commit to user 9 Pilangkenceng - - 18 18 10 Mejayan - 1 13 14 11 Wonoasri - - 10 10 12 Balerejo - - 18 18 13 Madiun - - 13 13 14 Sawahan - - 13 13 15 Jiwan - 1 13 14 Jumlah - 27 179 206 3. Klimatologi

Curah hujan di Kabupaten Madiun pada Tahun 2008 rata-rata mencapai 1.656 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 85 hari hujan/tahun. Intensitas hujan di Kabupaten Madiun berkisar antara 18,50 – 19,48 mm/bulan. Artinya intensitas hujan di Kabupaten Madiun dapat diklasifikasikan rendah. Berdasarkan jumlah hari hujan di masing-masing kecamatan, rata-rata hari hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada bulan Desember hingga Maret dan hari hujan dengan intensitas rendah terjadi pada bulan Juli hingga Oktober.

Dengan tipe iklim yang ada di Kabupaten Madiun maka berdasarkan Schmidt dan Ferguson, wilayah ini termasuk iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang yang merupakan daerah tidak kering dan tidak basah. Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh iklim laut dan

iklim pegunungan dengan temperatur berkisar antara 20 - 35 0C.

4. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Madiun cukup beragam namun yang cukup dominan adalah jenis tanah aluvial dengan prosentase sebesar 36 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Madiun dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare dan Kecamatan Gemarang. Jenis tanah alluvial cocok dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija dan perikanan. Selain itu tanah alluvial mudah untuk dikelola sebagai pengembangan fisik kawasan perkotaan. Selain tanah alluvial terdapat juga jenis tanah mediteran (26%), tanah grumosol (21%), tanah latosol (13%), tanah litosol (4%).

5. Tata Guna Lahan

Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009 Sumber : BPS Kab. Madiun 2009

commit to user

Alam Kabupaten Madiun adalah alam pertanian. Pada musim penghujan cocok untuk tanaman padi dan pada musim kemarau biasa untuk tanaman tembakau dan polowijo.

Lingkungan fisik Topografi Tanah Kabupaten Madiun cukup beragam. Wilayah Gunung dan lereng terdapat di dua tempat yaitu di Gunung Willis dan Gunung Pandan. Yang membedakan, di Gunung Wilis dan lerengnya banyak terdapat hutan alam, hutan pinus dan tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, serta tanaman perkebunan. Sementara lingkungan fisik Gunung Pandan didominasi hutan jati dan tanaman tegalan seperti umbi-umbian.

Daerah lembah dan persawahan terdapat di sebagian besar wilayah Kabupaten Madiun sisi Barat dekat dengan Bengawan Madiun dan anak-anak sungainya. Lembah- lembah ini menjadi sentral produksi beras. Kawasan di bagian Selatan Barat, seperti Dolopo, Geger dan Kebonsari merupakan kawasan persawahan yang memiliki potensi untuk tanaman padi dan tebu.

Lingkungan fisik yang spesifik berupa hutan produksi terdapat dihampir sebagian besar wilayah Kabupaten Madiun. Pusat kawasan hutan terdapat diwilayah Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, Kecamatan Wonoasri, Kecamatan Kare, Kecamatan Saradan dan Kecamatan Gemarang. Produksi andalannya kayu jati dan pinus atau getah damar.

6. Kondisi Jalan

Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Kota-kota kecamatan yang cukup signifikan adalah Caruban, Saradan, dan Balerejo.

commit to user

7. Hidrologi

Di Kabupaten Madiun terdapat 41 (empat puluh satu) sungai, antara lain Kali Jerohan, Kali Kembang, Kali Bruwok, Kali Notopuro, Kali Catur, Kali Asin, Kali Sono, Kali Sareng dan kali-kali lainnya. Kawasan di bagian selatan Kabupaten Madiun merupakan daerah resapan air hujan yang diperkirakan merupakan areal cadangan air tanah walupun terbatas kapasitasnya. Kondisi ini ditandai dengan adanya sumber-sumber air di Kabupaten Madiun yang berjumlah 114 sumber air. Sumber-sumber air tersebut dimanfaatkan untuk air irigasi dan air minum, namun sayangnya dari 114 sumber air tersebut 10 (sepuluh) sumber air telah tidak berfungsi lagi (mati). Sumber-sumber air lainnya berupa waduk-waduk yang tersebar di Kabupaten Madiun yang terdiri dari 4 (empat) waduk dan 19 (sembilan belas) waduk lapangan.

Dokumen terkait