• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Analisa Pendekatan Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan Mengungkapkan analisa pendekatan perencanaan dan perancangan sebaga

B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar 1 Sejarah Pasar

B.2.2. Perkembangan Pasar

Salah satu ciri pasar adalah selalu berada pada lokasi strategis yang menjadi kesepakatan bersama. Pada masa lampau sampai masa kolonial tempat bertemunya pelaku pasar bermula di bawah pohon besar seperti pohon asam, pohon munggur, pohon gayam dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pohon dijadikan sebagai naungan atau peneduh dari terik matahari. Pada saat itu pembatas area pasar juga belum tampak.

Ketika Indonesia masuk pada masa penjajahan kolonial Belanda, tata ruang pasar mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan kepentingan politik dari pemerintah kolonial yang menjadikan pasar sebagai tempat memantau kondisi dalam masyarakat. Pemerintah dalam hal ini berkepentingan untuk mempermudah pengendalian mobilitas sosial.

Penataan pasar yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda memberikan struktur peruangan yang lebih riil. Area pasar diperjelas dengan batas berupa pagar keliling dari kawat berduri dilengkapi dengan kolom-kolom dari balok kayu jati, dan sebagai akses keluar masuk pasar terdapat pintu di salah satu sisinya. Komposisi ruang pasar juga

berkembang dengan adanya sumur dan diperkenalkannya unit bangunan los selain tetap

commit to user

tiang satu berjajar ditengah dari bahan baja, beratap genteng berbentuk pelana dan limasan.

Pada masa ini kegiatan pasar meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin bertambanhnya pedagang dalam pasar hingga melebihi daya tampung bangunan. Sehingga yang terjadi meningkatnya jumlah pedagang di area terbuka sementara luas naungan pohon peneduh terbatas. Karena tuntutan kebutuhan naungan yang lebih

nyaman dan memadai muncullah bentuk bangunan peneduh baru yaitu eyup-eyup. Eyup-

eyup adalah berupa selembar kepang (anyaman bambu) atau napag (naungan daun tebu) yang salah satu sisinya ditopang dengan sebilah kayu atau bambu dengan ukuran panjang sekedar bisa membentuk ruang dengan skala orang duduk. Konstruksi ini tidak permanen, jika kegiatan telah usai maka konstruksi ini dilipat untuk disimpan.

Setelah masa kolonial Belanda usai dan digantikan masa penjajahan Jepang struktur tata ruang pasar tradisional digunakan sebagai elemen kawasan pertahanan militer. Pagar keliling dari kawat berduri dibongkar untuk keperluan pertahanan perang dan pohon-pohon besar yang berada dalam lokasi pasar juga ikut ditebang. Dengan dirusaknya fasilitas pasar dan eksploitasi terhadap bahan pangan, kondisi ekonomi

merosot. Kondisi pasar digambarkan dengan suatu istilah pasar bubrah.

Ketika Indonesia lepas pada masa penjajahan dan masuk era kemerdekaan, perekonomian mulai menunjukkan perbaikan. Indikasi dari perekonomian yang membaik adalah meningkatnya perdagangan dalam pasar yang disertai dengan pedagang yang semakin bertambah. Keberadaan pedagang di area terbuka membutuhkan naungan yang lebih nyaman dan memadai tidak lagi sekedar eyup-eyup atau naungan pohon. Kemudian

muncullah bentuk bangunan baru yang disebut bango. Bango adalah bangunan bertinag

empat dari bahan bambu atau kayu dengan skala ketinggian yang lebih longgar setinggi orang berdiri.

Pada masa orde baru pemerintah mulai memberikan perhatian yang lebih serius terhadap kedudukan pasar tradisional. Pembenahan mulai dilakukan dengan perluasan pasar dan relokasi. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan dan rehabilitasi los dari

commit to user

konstruksi besi ke konstruksi beton. Penataan tata ruang pasar oleh pemerintah diarahkan ke komposisi tunggal yaitu bangunan los. Namun yang terjadi pedagang memiliki kecenderungan melakukan kegiatan di area terbuka. Ketika area terbuka semakin sempit,

pedagang mengalihkan kegiatannya dengan mencari area di luar pasar.3

Seiring jaman yang semakin berkembang dibutuhkan bentuk bangunan pasar baru yang memberikan keamanan ketika barang dagangan ditinggal setelah selesai kegiatan pasar. Bentuk bangunan ini disebut toko atau kios. Pada umumnya kios didirikan oleh pedagang yang memiliki modal lebih dan menginginkan kepraktisan dari pada membawa barang dagangannya bolak-balik pasar. Kios memiliki kecenderungan didirikan di bagian depan sehingga menutupi pedagang yang berada di dalam. Pedagang yang berada di dalam pasar pada akhirnya mengalami penurunan jumlah pembeli, lalu muncullah perlawanan dengan mendirikan PKL yang bertujuan menjemput kedatangan para pembeli.

Saat ini pasar-pasar tradisional rata-rata sudah beroperasi puluhan tahun dan telah direnovasi beberapa kali. Kondisi pasar tradisional yang kurang layak telah mendorong pemerintah untuk memodernisasi dan merenovasi bangunan pasar dengan struktur bangunan bertingkat demi efisiensi lahan sehingga mampu menampung jumlah pedagang dan pembeli lebih banyak (Newsletter SMERU Edisi No. 22).

Namun pada kenyataan bangunan pasar tradisional yang menggunakan konstruksi bangunan bertingkat menimbulkan permasalahan baru. Dari hasil pengamatan pada beberapa pasar tradisional menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan di lantai atas sangat sepi pembeli. Sedikitnya pembeli yang berbelanja di lantai atas disebabkan banyak hal, salah satunya bentuk tangga yang curam yang menyulitkan pembeli saat membawa barang belanjaan. Terlebih pembeli pasar tradisional adalah para ibu rumah tangga yang karena faktor usia memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan akses yang seharusnya lebih mudah dan aman. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa penjual untuk beralih lokasi berdagang di bawah dengan mendirikan PKL. Selain permasalahan tersebut, konstruksi bangunan bertingkat pada pasar tradisional menghasilkan kondisi dalam pasar yang tidak nyaman. Seperti permasalahan sirkulasi udara yang tidak lancar sehingga

commit to user

keadaan menjadi pengab, bau dan panas. Keadaan seperti ini seacara langsung mengganggu kenyamanan pembeli sehingga mengakibatkan pembeli enggan berlama- lama di dalam pasar.

Kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat pada kehidupan manusia berdampak sangat besar pada perkembangan ekonomi setiap negara. Masuknya kekuatan ekonomi

besar (multi corporate) tak mungkin terbendung dalam ekspansi ekonomi dunia. Karena

proyeksi pemberlakuan pasar bebas melalui AFTA membuka peluang yang besar kearah liberalisasi ekonomi dunia menjadi semakin mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan kebijakan negara dunia ketiga termasuk Indonesia (Wiharto, 2006 dalam Istijabatul Aliyah 2007).

Di Indonesia saat ini muncul dan berkembang jenis pasar baru yang disebut dengan istilah pasar modern. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org). Pasar modern seperti hypermart, supermarket, carrefour dan sebagainya semakin menjamur di setiap kota di Indonesia.

Meskipun kehadiran pasar modern berdampak terhadap penurunan jumlah

pembeli pada pasar tradisional namun permasalahan internal yang terjadi pada pasar tradisional menjadi faktor utama beralihnya konsumen ke pasar modern. Temuan dari metode kualitatif menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Supermarket sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional (Newsletter SMERU Edisi No. 22:7).

Di tengah sengitnya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern, keberadaan pasar tradisional masih sangat dibutuhkan bagi kelompok masyarakat tertentu. Keberadaan pasar tradisional pada era modern sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari system kehidupan masyarakat

commit to user

Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sampai saat ini, pasar tradisional masih dominan perannya di Indonesia dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi kelas menengah ke bawah (Yulita, Dwi;1999).

Secara umum, pasar tradisional dan pasar modern memiliki fungsi yang sama yaitu menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Namun hal pokok yang menjadi pembeda adalah kelas mutu pelayanan yang diberikan kepada pembeli.

Simbolon, M. Ali (2005) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern

No Karakteristik Pasar Tradisional Pasar Modern

1 Pengelolaan - Dikelola oleh pemerintah kota (Dinas/PD.Pasar)

- Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki

perseorangan bersifat tradisional

- Dikelola oleh suatu perusahaan (grup atau perseorangan)

- Pengelolaan secara profesional

2 Organisasi - Ada koperasi pedagang pasar - Ada organisasi pengelolaan manejemen yang jelas 3 Kondisi fisik tempat

usaha

- Bangunan temporer, semi permanent atau permanent - Kebersihan tidak terjaga dengan baik

- Gang antar kios terlalu sempit - Fasilitas parkir tidak memadai

- Bangunan permanen umumnya dilengkapi dengan fasilitas-

fasilitas memadai

-Kebersihan dan kenyamanan konsumen lebih diutamakan -Pengaturan rak barang cukup baik

4 Barang - Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari - Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi - Harga relative lebih murah, dapat ditawar

- Barang yang dijual hamper sama dengan pasar

tradisional, tapi barang tahan lama lebih menonjol

- Mutu barang terjamin - Barang ditata berdasarkan jenisnya

commit to user

- Penataan barang seadanya - Barang dapat dipilih sendiri oleh konsumen

5 Hubungan penjual dan pembeli

-Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli

-Terjadi proses tawar-menawar

- Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas

- Transaksi bersifat ekonomis dan efisien

6 Waktu kegiatan - Pada umumnyadimulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 Wib

- Dimulai rata-rata dari pukul 09.00 s.d. 22.00 Wib 7 Mekanisme peroleh

komoditas

- Diperoleh melalui pasar induk - Memiliki akses langsung ke produsen

8 Lokasi - Tumbuh tanpa perencanaan,

lokasi ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau

- Strategi lokasi

dipertimbangkan dengan matang

Dokumen terkait