• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V.

KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

V.1. Konsep Dasar Perancangan

Sekolah Islam Terpadu memiliki image tersendiri didalam perkembangan pendidikan di Indonesia, yang bertujuan memberikan sebuah pembelajaran melalui dunia pendidikan yang bermutu yang berlandaskan pendidikan Agama Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah. Konsep operasional sekolah Islam Terpadu merupakan akumulasi dari proses pembudayaan, pewarisan, dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi.

Sekolah yang m,enerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama Islam menjadi satu jalinan kurikulum. Dengan pendekatan ini , semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak terlepas dari ajaran dan pesan nilai Islam.

Dirancang dengan pendekatan pada Arsitektur Hijau “Green Architecture” yaitu dengan menciptakan suatu suasana yang alami melalui pendekatan terhadap lingkungan serta menciptakan bangunan yang hemat energy serta ramah lingkungan.

(2)

V.2. Konsep penciptaan suasana

Suasana edukatif :

 Dengan menciptakan banyak bentuk – bentuk geometris pada ruang dan bangunan

 Pengeksposan ruang – ruang belajar sebagai focus utama dari bangunan sebagai fasilitas edukasi.

 Memperkenalkan perpustakaan terbuka di suatu area yang menjadi pusat kegiatan berkumpul dan berinteraksi.

 Meminimalkan penggunaan warna – warna monokrom pada bangunan dan ruangan,karena warna menjadi salah satu stimulant bagi anak-anak untuk bersemangat belajar dan bermain.

Suasana religious :

 Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan utama keagamaan dilingkungan sekolah, dikelilingi oleh masa – masa bangunan dengan fungsi yang berbeda dengan system sirkulasi radial.

 Penggunaan ornament- ornament arsitektur islam lebih memperkuat suasana lingkungan yang islami.

SEKOLAH 

ISLAM

EDUKATIF

RELIGIUS

FUN

HIJAU

(3)

Suasana menyenangkan :

 Merancang fungsi – fungsi ruang , area , perabot yang dapat dipergunan sebagai area bermain.

 Menyediakan area – area untuk berinteraksi

Suasana hijau :

 Penciptaan vegetasi untuk disetiap area terbuka sebagai salah satu sarana belajar, penghijauan, pengkodisian udara & lingkungan sekolah yang sehat serta ramah lingkungan.

 Penerapan prinsip-prinsip dasar perancangan & perencanaa arsitektur hijau, dimana pengoptimalan ruang – ruang terbuka hijau.

 Penggunaan material yang direkomendasikan tidak menimbulkan dampak buruk serta baik apabila diaplikasikan kedalam gedun

V.3. Konsep gubahan lingkungan (blok plan)

(4)

Pengaturan aksial berarti kelompok ruang yang berpusat sekitar satu atau lebih sumbu - baik secara sudut paralel. Hasilnya biasanya pengaturan yang cukup formal. Susunan ini biasanya hanya dapat digunakan di mana tanah dalam pasokan. lansekap kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan atau penekanan sumbu atau sumbu.

V.4.

Konsep gubahan tapak (site planning,konsep denah)

kelompok di mana ruang yang tertutup di sebuah gedung dan beberapa bentuk bangunan kompleks sekolah ini dapat disebut sebagai paviliun. mereka dapat diatur secara formal maupun informal. mereka mungkin dihubungkan oleh jalan tertutup atau sama sekali terisolasi dari satu sama lain. prinsip keuntungan adalah bahwa untuk mengembangkan sekolah setiap tahap dari proyek dapat menjadi bangunan utuh.

Main  Entrance 

(5)

Hirarki Jenjang pendidikan dari tingkat terendah – tinggi diatur dari puncak ke arah lereng kontur dengan menerapkan filosofi semakin tinggi tingkat ilmu pengetahuan maka harus semakin merendahkan hati. Juga mempertimbangkan tingkat kondisi fisik perjenjang per usia anak didik untuk mencapai lokasi tempat belajar.

View / pandangan bangunan ke arah lereng mengoptimalkan potensi vista pada lokasi tapak serta merupakan selling point tersendiri.

V.5. Konsep sirkulasi

Adalah prasarana penghubung vital yang menghubungkan berbagai kegiatan dan penggunaan di atas lahan.

Dalam tapak, sistem sirkulasi membentuk hirarki arus lalu lintas serta menentukan skala jalan, dari jalan utama ke jalan lokal di dalamnya dan menghubungkannya dengan jaringan jalan di luar tapak serta menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan kendaraan dan pejalan kaki di atas dan di sekitar tapak

Konsep sirkulasi yang diterapkan didalam bangunan sekolah Islam adalah menggunakan penggabungan pola radial dan pola linier. Yang dimana untuk sirkulasi pola radial diletakkan pada masjid sekolah sebagai titik bersama dan dibantu pola linier

(6)

untuk memberikan kesan yang tidak monoton, arah tujuan yang jelas dan tidak membingungkan para penggunanya.

SIRKULASI PEJALAN KAKI

Pergerakan manusia nantinya akan mempengaruhi sistem sirkulasi dalam tapak. Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau plaza yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas penyeberangan.

(7)

SIRKULASI KENDARAAN

Secara hierarki dibagi menjadi 2 jalur kendaraan, yaitu:

–Jalur distribusi, jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat)

–Jalur akses, jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk bangunan

Kedua jalur tersebut perlu dipisah untuk memperlancar lalu lintas. Fasilitas penunjang berupa rambu-rambu lalu lintas dan ruang parkir harus disesuaikan dengan ruang yang tersedia.

SISTEM GRID

Biasanya terjadi karena adanya perpotongan jalan yang saling tegak lurus satu sama lain dengan lebar jalan yang rata-rata sama. Biasanya digunakan pada lahan yang datar atau sedikit bergelombang, dan tidak jarang penerapannya kurang baik, serta menghasilkan pemandangan yang monoton atau penanganan topografi yang kurang simpatik.

S I S T E M L I N E A R

Pada dasarnya sistem linier merupakan pola garis lurus yang menghubungkan dua titik penting. Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang cenderung terjadi pada sistem ini, maka diadakan suatu penyaluran yang dikenal dengan “sistem loop”, suatu jalan “melambung” yang keluar dari jalur utama tadi di titik yang lain.

(8)

V.6. Konsep gubahan bentuk dan massa ( proporsi,skala)

PEMANFAATAN LOKASI LAHAN YANG  BERKONTUR 

(9)

BENTUK TAMPAK LEBIH MEMPUNYAI  RITMIK & BERIRAMA 

BENTUK ATAP MENGIKUTI 

(10)

V.6.1. Konsep bentukan organisasi ruang

Beberapa contoh bentuk diatas biasa digunakan sebgai pembentukan pengorganisasian ruang pada bangunan, serta mempunyai peran dan fungsi tujuan yang berbeda.

(11)

V.6.2. Konsep bentukan structural bangunan

Beberapa contoh bentukan structural bangunan diatas akan di apl;ikasikan kedalam perancangan & perencanaan gedung sekolah islam ini. Dimana bangunan merupakan massa majemuk / banyak massa , dengan fungsi serta kebutuhan bentukan structural yang berbeda pula.

(12)

V.6.3. Konsep pola – pola arah pengorganisasian ruang

V.7. Konsep gubahan ruang

LINEAR AXIAL RADIAL GRID PRECINTUAL

Menurut : Frick, Heinz. Arsitektur ekologis. Seri Eko-Arsitektur-2. Yogyakarta : Kanisius2006. Halaman 43.

Penukaran panas berkurang jika ada jarak antara benda hangat dengan benda dingin. Makin besar jarak bangunan, makin lambat proses penukaran panasnya.

Penukaran panas dapat dikurangi lagi dengan memberi jarak yang tidak tegak lurus antara benda hangat dengan benda dingin.

(13)

V.8. Konsep pemilihan bahan

NO  BAHAN DAN KEADAAN PERMUKAAN  PENYERAPAN  PEMANTULAN

A  1  lingkungan alam  rumput  80%  20% 

   2     tanah ,ladang  70‐85%  30‐15%     3     pasir perak  70‐90%  30‐10%  B  4  Dinding kayu  warna muda  40‐60%  60‐40%     5     warna tua  85%  15%  C  6  Dinding batu  marmer  40‐50%  60‐50%     7     batu bata merah  60‐75%  40‐25%     8     beton ekspose  60‐70%  40‐30%  D  9  Lapisan atap  semen berserat  60‐80%  40‐20%     10     genting flame  60‐75%  40‐25%     11     genting beton  50‐70%  50‐30%     12     seng gelombang  65‐90%  35‐10%     13     seng alumunium  10‐60%  90‐40% 

E  14  Lapisan cat  kapur putih  10‐20%  90‐80% 

   15     kuning  50%  50%     16     merah muda  65‐75%  35‐25%     17     hijau muda  50‐60%  50‐40%     18     aspal hitam  85‐95%  15‐5%  No  BAHAN  BANGUNAN  TEBAL DINDING  PERBEDAAN WAKTU   ή 

A  1  Dinding batu alam  20 cm  5.5 jam 

   2     30 cm  8.0 jam     3     40 cm  10.5 jam  B  4  Dinding beton  10 cm  2.5 jam     5     15 cm  3.8 jam     6     20 cm  5.1 jam  C  7  Dinding batu bata  10 cm  2.3 jam     8     20 cm  5.5 jam     9     30 cm  8.5 jam  D  10  Dinding kayu  2.5 cm  0.5 jam     11     5 cm  1.3 jam 

No  PENUTUP BUMI OLEH  MENGHINDARI REMBESAN AIR HUJAN  

1  Jalan aspal, jalan beton,dsb.  90% 

2  Jalan berbatu‐batu (paving block)  85%  3  Jalan berbatu dengan 50% rumput   60% 

(14)

4  Jalan berkerikil  50% 

5  tanaman berguna  5‐15% 

Referensi

Dokumen terkait

Struktur ukuran panjang total maupun berat tubuh glass eel ikan sidat spesies Anguilla marmorata yang beruaya anadromous di Sungai Palu periode Bulan Januari

Laut adalah ruang wilayah lautan yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

Menurut Anizar (2009:4) kondisi tidak aman (unsafe condition) meliputi : Peralatan yang sudah tidak layak pakai atau rusak, pelindung atau pembatas tidak memadai, alat

[r]

oleh STP akan sama dengan pada saat Initial Convergence. Berikut adalah hasil printscreen dari Recovery Convergence. Pengukuran Recovery Convergence. Bentuk tabel perubahan

dari perbuatan yang salah. h) Dalam situasi kelompok para anggota menemukan bahwa mereka tidak perlu mengutuk dirinya sendiri karena memiliki masalah.. i) Melalui balikan dari

ANALISIS PENGARUH SERIKAT KERJA, MOTIVASI KERJA, DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI MELALUI KEPUASAN KERJA (Studi: PT. KPJB PLTU Tanjung Jati Unit 3&4

Teori koneksionisme dikemukakan oleh Thorndike. Dalam eksperimennya Thorndike menggunakan kucing sebagai obyek penelitiannya, kucing ditempatkan dalam kotak. Dari