• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN SUPERVISI 18042012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN SUPERVISI 18042012"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI PANDUAN SUPERVISI

1 .

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Maksud dan Tujuan ... 1

1.2 Pengertian Supervisi ... 1

1.3 Peranan Supervisi dalam Manajemen ... 1

1.4 Acuan Normatif ... 2

2 .

ORGANISASI KONSULTAN SUPERVISI ... 2

2.1 Struktur Organisasi (dijelaskan dalam narasi adanya alternatif struktur organisasi pekerjaan) ... 2

2.2 Uraian Tugas (Job Description) ... 2

2.2.1 Team Leader ... 2

2.2.2 Site Engineer ... 3

2.2.3 Quantity Engineer dan Quality Engineer ... 2

2.2.4 Site Inspector (Pengawas Lapangan) ... 3

2.2.5 Lab Technician ... 2

2.2.6 Surveyor ... 2

2.3 Tanggung Jawab Konsultan Supervisi ... 2

2.3.1 Memastikan bahwa kontraktor ... 2

2.4 Kedudukan Konsultan Supervisi ... 2

3 .

KOORDINASI DAN PELAPORAN ... 4

3.1 Koordinasi ... 4

3.1.1 Rapat ... 3.1.2 Surat Menyurat ... 3.1.3 Buku Tamu ... 3.1 Laporan ... 4

3.2 Laporan Oleh Kontraktor ... 5

3.2.1 Jadwal Pelaksanaan kurva S ... 5

3.2.2 Laporan Harian ... 5

3.2.3 Laporan Mingguan ... 6

3.2.4 Tagihan Berdasarkan Kemajuan Pekerjaan ( monthly certificate dan termijn)6 3.2.5 Laporan Hasil Pengujian ... 6

3.3 Laporan Oleh Pengawasan Laporan (Site Inspector) ... 6

3.3.1 Pengawas Lapangan (Site Inspector) harus membuat buku harian (log book) yang akan digunakan untuk memeriksa laporan harian dan mingguan yang dibuat kontraktor ... 6

3.3.2 Lembar Gambar Hasil Pelaksanaan (as built drawing)  dinyatakan sah apabila terdapat tanda tangan oleh?????? ... 7

3.4 Laporan Oleh Site Engineer ... 8

3.4.1 Laporan Kemajuan ... 8

3.4.2 lnstruksi Lapangan ... 8

4 .

TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN ... 8

4.1 Persiapan ... 8

4.1.1 PCM ... 8

4.1.2 Mensupervisi Kontraktor Membuat Shop Drawing (termasuk lama waktu penyusunan) ... 8

4.1.3 Mensupervisi kontraktor pengukuran lapangan ... 8

4.1.4 Mensupervisi kontraktor melakukan pembersihan lapangan dan pembuatan bouwplank ... 8

4.2 Pelaksanaan Fisik ... 8

4.2.1 Mensupervisi Kontraktor agar mengajukan request ... 8

4.2.2 Memeriksa request dari kontraktor ... 8

(2)

A. Pengendalian kuantitas B. Pengendalian kualitas C. Pengendalian waktu D. Pengendalian biaya

4.2.4 Melakukan supervisi administrasi teknis ... 8

4.3 Penangan Kontrak Kritis ... 8

4.4 Komissioning ... 8

4.5 Serah Terima Pekerjaan ... 8

4.5.1 Serah Terima Pekerjaan Pertama (PHO) ... 8

4.5.2 Masa Pemeliharaan ... 8

5 .

PERIHAL TEKNIK ... 8

5.1 Pekerjaan Perpipaan (khususnya pipa air bersih) ... 8

5.1.1 Jenis Pipa (yang sering dipakai) ... 8

5.1.2 Jenis Sambungan ... 8 5.1.3 Pemasangan Pipa ... 9 5.1.4 Pengetesan Pipa ... 10 5.1.5 Pembersihan Pipa ... 11 5.1.6 Desinfeksi Pipa ... 11 5.2 Pekerjaan Sipil ... 12 5.2.1 Beton ... 12 A. Bahan ... 12 B. Mutu Beton ... 13 C. Pelaksanaan ... 13

D. Cetakan dan Acuan ... 14

E. Pembongkaran Cetakan ... 14 F. Pengadukan ... 15 G. Pemadatan ... 15 H. Perawatan ... 15 I. Penulangan ... 16 5.2.2 Baja ... 12 A. Bahan ... 12 B. Mutu Baja ... 13 C. Pelaksanaan ... 13

D. Penyambungan dan pengelasan ... 14

H. Post Construction ... 15 I. Penulangan ... 16 5.2.3 Peyimpanan ... 12

6 .

PENUTUP ... 16

7 .

LAMPIRAN ... 16 1. PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan

Panduan ini digunakan sebagai pedoman bagi yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan khususnya pengawasan konstruksi pada proyek yang dilingkungan Direktorat PAM Kementerian Pekerjaan Umum.

Tujuannya ialah untuk mewujudkan suatu pedoman system pengawasan dan digunakan untuk menciptakan keseragaman operasional, yang pada akhirnya akan tercapai suatu system pengawasan yang terpadu, agar hasil pembangunan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan berhasil guna.

(3)

Panduan ini dibuat untuk membantu Team Leader. Site Engineer dan Site Inspector (Pengawasan Lapangan), dengan informasi mengenai uraian tugas (job description) dari masing-masing pihak. Tata cara pelaporan serta berbagai informasi teknis lainnya secara luas.

Diharapkan dengan adanya Panduan ini akan menambah wawasan tentang tata cara pengawasan konstruksi dan dapat lebih meningkatkan kemampuan dan kinerja Konsultan Supervisi.

Bila dalam penyajian Pedoman ini ada kesalahan, kekurangan atau informasi yang kurang lengkap, agar dapat diperbaiki dikemudian hari.

Kami mengharapkan keberhasilan kita serta kerjasama yang baik dalam menangani suatu proyek.

1.2. Pengertian Pengawasan

Supervisi adalah usaha untuk mengendalikan suatu pekerjaan dari suatu

perencanaan agar hasilnya nanti:

-

Tercapai mutu sesuai rencana

-

Tercapainya tepat waktu sesuai rencana

-

Tercapainya pendanaan sesuai rencana dan efisien

Azas Pengawasan :

Suatu tindakan mengawasi, mendeteksi, membimbing dan mengarahkan kepada diri sendiri, orang lain maupun kelompok lain, tujuannya agar kebijaksanaan maupun rencana pekerjaan dapat diselenggarakan dengan effisiensi dan memenuhi kualitas,kuantitas serta ketepatan waktu guna menunjang kepentingan proyek, para pelaksana maupun pengawas itu sendiri.

Sasaran :

a. Pencapaian tujuan pekerjaan secara kualitatif, kuantitatif serta waktu yang tepat. b. Pembinaan disiplin kerja untuk menumbuhkan dedikasi terhadap maksud dan tujuan

kerja dan segala aspeknya.

c. Mendokumentasikan hasil pengawasan dan pengamatan proyek, yang pada gilirannya dapat dikembangkan dan diolah untuk pengembangan ilmu pengetahuan sehingga lebih bermanfaat untuk mendayagunakan sumber daya yang ada.

1.3. Peranan Pengawas dalam Manajemen

Team Leader, Site Engineer dan Site Inspector (Pengawas Lapangan) mempunyai tugas yang sangat penting dalam suatu proyek. Mereka harus memastikan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan desain, yang ditunjukkan dalam gambar, serta dipersyaratkan dalam kontrak.

(4)

Untuk mengawasi suatu pekerjaan, pengawasan lapangan, harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang suatu pekerjaan yang diawasi, sehingga mana pekerjaan yang benar dan mana pekerjaan yang dikerjakan tidak benar.

Pekerjaan yang tidak dikerjakan dengan baik akan menimbulkan bermacam kerusakan, misalnya: pipa akan cepat karatan bahkan mungkin akan pecah/meledak, bila tidak diperhatikan cara pemasangannya, permukaan jalan akan menjadi tidak rata atau sama sekali rusak bila timbunan di atas pipa tidak dipadatkan dengan baik dan benar atau dipadatkan dibawah standar, dan sebagainya.

Hampir sepanjang waktu pelaksanaan, yang berada dilapangan adalah Site Inspector (Pengawas Lapangan), sedangkan Site Engineer ke lapangan secara berkala saja. Karena itu, bila pengawas lapangan mendapati suatu pekerjaan yang tidak dikerjakan sebagaimana mestinya, dia harus memerintahkan kontraktor untuk memperbaikinya. Bila Kontraktor tidak mentaati perintah itu, maka pengawas lapangan harus melaporkan hal ini kepada Site Engineer yang akan menentukan tindakan selanjutnya. Hal ini bahwa Pengawas Lapangan dan Site Engineer harus mempunyai banyak inisiatif dalam mengawasi suatu pekerjaan.

2. ORGANISASI KONSULTAN 2.1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi internal dalam manajemen proyek (supervisi) ini digambarkan pada skema dibawah ini

Gambar 1 Contoh Struktur Organisasi Tim Konsultan Supervisi

Uraian tugas dan tanggung jawab (job description) masing-masing posisi, disajikan pada butir 2.2. dibawah ini.

2.2. Uraian Tugas (Job Discription) 2.2.1 Team Leader

DIREKTUR

TEAM LEADER

QUALITY ENGINEER QUANTITY ENGINEER

SITE INSPECTOR LAB TECHNICIAN SITE INSPECTOR SURVEYOR

(5)

 Memberi bimbingan dan instruksi kepada Site Engineer, Site Inspector (pengawas Lapangan) Bertanggung jawab terhadap aspek teknis pekerjaan yang dilaksanakan, dengan memenuhi

 Kualitas yang dipersyaratkan, ketepatan waktu dan anggaran biaya yang tersedia.  Bertanggung jawab dalam ketepatan waktu untuk menyampaikan laporan bulanan

(monthly progress report kepada pemberi Tugas/ Owner dan Direktur Perusahaan.  Berperan sebagai perwakilan Perusahaan dalam berhubungan/berkoordinasi dengan

Pemberi Tugas/ Owner, serta melaporkan hasil koordinasi tersebut kepada Direktur Perusahaan.

 Bertanggung jawab dalam hal perubahan desain apabila diperlukan.

 Menciptakan format-format standar untuk kegiatan pengawasan di lapangan.

 Menjawab pertanyaan setelah menerima pertanyaan dari Owner secara tertulis ataupun lisan atas sesuatu hal yang menyangkut pekerjaan dan tembusannya disampaikan kepada Direktur Perusahaan.

2.2.2 Site Engineer

 Bertanggung jawab terhadap pengawasan pekerjaan serta kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

 Memberi bimbingan dan instruksi kepada pengawas lapangan.  Memastikan agar pekerjaan sesuai dengan gambar dan spesifikasi.

 Memantau dan menentukan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang sebenarnya.  Melaporkan kemajuan pekerjaan setiap minggu dan setiap bulan kepada Team

Leader.

 Mengadakan rapat koordinasi lapangan dengan kontraktor untuk membahas antara lain kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

 Memeriksa apakah semua perubahan dan penyimpangan dari perencanaan, telah dicatat serta dicantumkan pada gambar pelaksanaan.

 Memeriksa Laporan Mingguan yang diberikan oleh pengawas lapangan.  Memeriksa perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dari kontraktor.

 Bila perlu mengeluarkan instruksi tertulis kepada kontraktor dan mengirimkan tembusannya kepada Team leader.

 Berkewajiban untuk mengadakan pertemuan/rapat koordinasi di lapangan dengan seluruh Pengawas Lapangan secara periodic dan hasilnya dilaporkan kepada Team Leader.

2.2.3 Site Inspector (Pengawas Lapangan)

1. Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap pekerjaan, material dan peralatan yang ditempatkan di lapangan, apakah sesuai dengan gambar dan spesifikasi. 2. Melakukan survey yang diperlukan untuk memeriksa pekerjaan dan volume pekerjaan

(6)

3. Membuat catatan/laporan harian tentang kemajuan pekerjaan dilapangan, serta selalu memberikan informasi tentang rincian pekerjaan seperti diuraikan dalam point no 1 diatas kepada Site Engineer.

4. Mengharuskan kontraktor untuk melaksanakan peraturan tentang keamanan dan keselamatan kerja.

5. Memantau hasil pekerjaan serta cara pelaksanaan yang dijalankan kontraktor.

6. Memberi instruksi kepada kontraktor, bila cara pelaksanaan dinilai tidak benar atau membahayakan. Dalam segala hal, semua instruksi harus dicatat dalam buku harian (log book) serta segera memberi tahu kepada Site Engineer.

7. Mencatat keadaan pekerjaan serta semua perubahan dan penyimpangan dari perencanaan (pada lembar gambar Kemajuan pekerjaan).

8. Menghitung kembali kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan.

9. Memeriksa dan menyetujui laporan harian yang dibuat oleh kontraktor.

3. LAPORAN

3.1 Jenis Laporan

Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, diperlukan beberapa macam laporan untuk mengetahui jalannya pelaksanaan yang berlangsung.

Tujuan utama laporan adalah:

a. Mencatat fakta-fakta tentang aspek kualitas, kuantitas, harga dan waktu yang digunakan, untuk mencegah kesulitan dalam pemkbicaraan mengnai fakta-fakta ini di kemudian hari. b. Mencatat fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan untuk dapat melakukan rekonstruksi

beberapa bagian pekerjaan bila diperlukan.

c. Mencatat banyaknya material, seperti beton, pipa, pasir, dan sebagainya, yang diogunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, untuk menentukan nilai akhir kontrak.

d. Mencatat semua perubahan dalam pelaksanaan di atas gambar asli, untuk dapat membuat gambar sesuai pelaksanaan (as built drawing).

Kontraktor harus membuat laporan / dokumen berikut ini, yang harus diperiksa oleh pengawas lapangan/site inspector serta disetujui oleh Site Engineer, yaitu:

 Jadwal pelaksanaan.

 Laporan harian.

 Laporan Mingguan.

 Tagihan berdasarkan kemajuan proyek.

 Laporan hasil pengujian.

Adapaun catatan-catatan berikut ini harus ditangani oleh Pengawas Lapangan (site inspector) dengan bimbingan dari site engineer, yaitu:

 Buku catatan harian (log book)

(7)

Site Engineer harus membuat dokumen-dokumen berikut ini:

 Kemajuan pekerjaan.

 Catatan tentang keadaan sebelum pelaksanaan pekerjaan (mutual check 0% atau biasa disebut MC-0)

 Perintah-perintah (instruksi) dari Team Leader

 Pengesahan/persetujuan dari laporan yang dibuat oleh kontraktor yang telah diperiksa oleh Pengawas Lapangan

Team Leader, berdasarkan informasi dari Site Engineer dan Site Inspector (Pengawas Lapangan) akan membuat / mengurus:

 Catatan Rapat

 Surat menyurat

 Perintah perubahan

 Catatan tentang claim dari kontraktor

 Persetujuan atas laporan dari Site Engineer,

3.2 Laporan oleh Kontraktor

3.2.1 Jadwal Pelaksanaan.

Jadwal untuk pekerjaan (Time Schedule) harus dibuat oleh kontraktor, sesuai dengan waktu yang diberikan di dalam kontrak. Jadwal ini harus diperiksa oileh Site Engineer, bila diperlukan diperbaiki, kemudian disetujui oleh Team Leader.

Site Engineer haruis memeriksa apakah kemajuan pekerjaan masih sesuai dengan waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan. Bila terjadi ketidak sesuaian, kontraktor harus diberitahu dan diperbaiki seperlunya.

3.2.2 Laporan Harian

Laporan harian harus dibuat oleh kontraktor dan diperiksa oleh Site Inspector (Pengawas Lapangan). Proyek/Konsultan akan menyediakan format khusus laporan harian.

Adapun hal-hal yang harus dicatat dalam laporan harian adalah sbb:

 Waktu kegiatan: hari, tanggal

 Aktifitas pekerjaan yang dilaksanakan pada waktu tertentu. Di dalam pelaksanaan, ini disebutkan bagian yang dikerjakan itu, untuk posisi apa; misalnya pemasangan pipa diameter 100 mm di jalan Nangka dengan panjang sekian meter. Atau pekerjaan sipil; misalnya pengecoran dinding reservoir dgn volume 30 m3 beton K-225, dsb

 Jumlah tenaga kerja yang dilibatkan. Tenaga yang dicatat adalah tenaga yang terlibat pada waktu itu, keahlian dan jumlahnya dicatat di laporan harian ini.

(8)

 Jenis bahan yang didatangkan berikut volumenya. Semua material yang disediakan oleh kontraktor harus dicatat, termasuk barang yang disediakan oleh pemberi Tugas/Proyek juga harus dicatat di laporan harian ini.

 Peralatan yang digunakan; Hanya alat yang digunakan yang dicatat, nama jenis alat dan banyaknya alat yang dicatat.

 Kondisi cuaca pada waktu itu.

 Catatan lain: misalnya ada perubahan jalur pipa atau ada perubahan desain dicatat pada laporan harian ini.

3.2.3 Laporan Mingguan

Laporan Mingguan dibuat oleh Kontraktor dan harus diperiksa oleh Site Engineer setelah konsultasi dengan Site Inspector (Pengawas Lapangan)

Proyek / Konsultan menyediakan format khusus laporan mingguan.

Di dalam laporan mingguan dicantumkan kemajuan dari semua bagian pekerjaan yaitu:

 Butir-butir dari BOQ (Bill of Quantity) sesuai volume dalam kontak.

 Persentase dari jumlah nilai kontrak untuk setiap butir pekerjaan.

 Banyaknya dan persentase pelaksanaan pekerjaan dari minggu sebelumnya.

 Banyaknya dan persentase pelaksanaan dalam minggu ini.

 Banyaknya dan persentase pelaksanaan di akhir minggu ini.

3.2.4 Tagihan berdasarkan kemajuan pekerjaan.

Kemajuan pekerjaan yang ditagihkan harus dibuat oleh kontraktor dan diperiksa oleh Site Engineer dan Administrasi kontrak.

Site Engineer harus memeriksa apakah kemajuan yang ditagihkan sesuai dengan kenyataan.

Persentase dari butir-butir pekerjaan dalam tagihan, tidak boleh melebihi, tetapi dapat kurang dari kemajuan yang sesungguhnya. Untuk menentukan ini harus dikonsultasikan dengan pengawas lapangan dan di cross check dengan catatan yang dibuat pengawas lapangan.

Bila kemajuan pekerjaan terlah diperiksa, serta tagihan pada bagian ini telah dinyatakan benar, Tagihan akan diberikan kepada administrator proyek, yang selanjutnya dapat dibayarkan seperti yang diatur dalam perjanjian kontrak.

Jadi Site Engineer bertanggung jawab untuk memeriksa kuantitas dan administrator kontrak untuk memeriksa harga, perhitungan dan pengesahan berdasarkan spesifikasi kontrak. Proses penagihan bisa berbeda berdasarkan instansi yang berbeda.

3.2.5 Laporan Hasil Pengujian.

Untuk beberapa bagian pekerjaan, perlu dilakukan pengujian, misalnya untuk kualitas beton karakteristik yang disyaratkan yang akan dilaksanakan harus ada rencana campuran beton (Mix Design), begitu pula hasil beton yang dipakai harus membuat benda uji (kubus, misalnya) pada waktu pelaksanaan, atau juga pemadatan kembali bekas galian.

(9)

Pengawas Lapangan (Site Inspector) harus memerikas apakah pengujian-pengujian ini dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknik kontrak dan dengan cara yan benar.

Evaluasi dari hasil pengujian akan dikerjakan oleh Site Engineer bersama dengan Team Leader.

Kontraktor akan diberitahu / instruksi sesuai dengan hasil pengujian ini.

3.3 Laporan oleh Pengawas Lapangan (Site Inspector)

3.3.1 Pengawas Lapanjgan (Site Inspector) harus membuat buku harian (log book) yang akan digunakan untuk memeriksa laporan harian dan mingguan yang dibuat kontraktor.

Site Engineer harus memeriksa buku harian ini setiap minggu. Butir – butir yang harus ditulis dalam buku harian tersebut antara lain:

 Tanggal

 Nomor gambar

 Bagian gambar

 Lokasi

Tanggal, nomor gambar, yang bersangkutan dan lokasi dari pekerjaan, harus dicantumkan.

 Tenaga kerja di lapangan.

Jumlah pekerja dari kontraktor yang bekerja di lapangan pada hari tertentu harus dicatat termasuk keahliannya masing-masing.

 Peralatan di lapangan.

Peralatan yang disediakan oleh kontraktor harus dicatat, termasuk kondisinya dan jumlahnya. Kebutuhan peralatan harus disediakan dengan kebutuhan jenis pekerjaan , bila kekurangan, pengawas lapangan harus meminta kontraktor untuk menambah jumlahnya.

 Keadaan cuaca

Keadaan cuaca dicatat kondisinya cuaca baik, cuaca hujan gerimis, cuaca hujan lebat dengan mencantumkan waktu lamanya.

 Kedatangan material dilapangan.

Sangat penting untuk mencatat semua material yang disediakan oleh Pemberi Tugas. Untuk kontrak pemasangan pipa, perlu dicantumkan panjang pipa, alat tambahan (accesories) berikut kodenya. Begitu juga material yang diadakan oleh kontraktor.

 Uraian Pekerjaan.

Dalam lembar ini harus ditulis uraian pekerjaan secara garis besar dari pekerjaan yang dikerjakan pada hari pelaporan, juga semua instruksi kepada kontraktor.

(10)

Untuk sebagian kontrak dihitung berdasarkan harga satuan yang ditawarkan kontraktor di dalam BOQ dan kuantitas pada BOQ yang diambil dari gambar rencana.

Setelah pelaksanaan pada bagian tertentu dari kontrak selesai, semua kuantitas dari BQQ akan dihitung kembali dan kuantitas ini akan digunakan untuk menentukan besarnya kontrak sesungguhnya.

Sangat penting untuk menghitung kembali semua butir-butir yang tertulis dalam BOQ, Pengawas Lapangan harus mencatat perhitungan kembali pada gambar yang bersangkutan.

Jadi pengawas Lapangan harus punya 2 (dua) gambar di Lapangan yaitu 1 (satu) gambar untuk dibawa-bawa ke Lapangan/tempat pelaksanaan pekerjaan yaitu untuk memonitor pelaksanaan sesuai dengan gambar rencana, gambar ini disebut gambar kerja dan 1 (satu) gambar lagi untuk menandai pekerjaan yang telah dilaksanakan berikut perubahan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas (Team Leader), maupun atas permintaan dari Pemberi Tugas dan gambar ini disebut gambar Kemajuan.

3.4 Laporan oleh Site Engineer.

3.4.1 Laporan Kemajuan

Site Engineer harus memeriksa kemajuan pekerjaan untuk mengesahkan tagihan dari kontraktor. Prosedur pengesahan sudah diuraikan diatas.

Site Engineering menyiapkan Draft Laporan Kemajuan Bulanan (Monthly Progres Report) berdasarkan data dari laporan mingguan yang disiapkan oleh Pengawas Lapangan. Draft laporan ini kemudian disampaikan kepada Team Leader untuk diperiksa dan diperbaiki seperlunya, selanjutnya diserahkan kepada Pemberi Tugas sebagai laporan kewajiban Supervisi sesuai kontrak.

3.4.2 Instruksi Lapangan

Site Engineer dapat member perintah/instruksi tertulis kepada kontraktor dan tembusannya kepada Team Leader.

(11)

4. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 4.1 Persiapan 4.1.1 PCM 4.1.2 Field Engineering 4.1.3 Review Rancangan 4.1.4 Adendum/ Amandemen 4.2 Pelaksanaan Fisik

4.2.1 Memeriksa Shop Drawing a. Pengertian Shop Drawing b. Pengerjaan Shop Drawing

c. Kelayakan Pelaksanaan Konstruksi d.

4.2.2 Uji Material Bahan

4.2.3 Estimasi Volume dan Waktu Pekerjaan 4.2.4 Memeriksa Kesiapan Sumberdaya 4.2.5 Penyetujuan Pelaksanaan Pekerjaan 4.2.6 Penanganan Tagihan Kontraktor

4.3 Komissioning

(12)

TAHAPAN SUPERVISI

ESTIMASI VOLUME & WAKTU PENGERJAAN MEMERIKSA KESIAPAN SUMBER DAYA READY FOR CONSTRUCTION / INSTALLATION PENGENDALIAN JADWAL & BIAYA

SUPERVISI PELAKSANAAN MASUKAN METODA KERJA INTERPRETASI GAMBAR INTERPRETASI SPESIFIKASI INTERPRETASI RANCANGAN DOKUMENTASI & PELAPORAN PEKERJAAN SELESAI (SUB SISTEM)

UJI ELEMEN & SUBSISTEM TERPASANG VERIFIKASI VOLUME TERPASANG VERIFIKASI BIAYA PEKERJAAN PERBAIKAN PEKERJAAN PENANGANAN TAGIHAN KONTRAKTOR MEMERIKSA AS BUILT DRAWING MEMERIKSA MANUAL O & M INTEGRATED TEST & COMMISSIONING BAST

TAHAP PRA-KONSTRUKSI TAHAP KONSTRUKSI TAHAP PASCA KONSTRUKSI

MEMERIKSA SHOP DRAWING UJI MATERIAL / BAHAN MULAI PRE CONSTRUCTION MEETING (PCM) PENGENDALIAN & ADMINISTRASI ADENDUM /AMANDEMEN FIELD ENGINEERING REVIEW RANCANGAN ADENDUM/ AMANDEME N? YA TDK

(13)

5. Perihal Teknik

Beberapa Teknik dasar yang harus diketahui dan dipahami oleh pengawas Lapangan: 5.1 Pekerjaan Perpipaan (khususnya pipa air bersih)

5.1.1 Jenis Pipa (yang sering dipakai)  Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)  HDPE (High Density Polyenthylene)  Pipa Baja (Steel Pipe)

 Pipa Galvanis / Galvanized Iron Pipe (GIP)

5.1.2 Jenis Sambungan

Sambungan pipa ada beberapa jenis, tergantung jenis pipanya seperti berikut:

Pipa PVC ada 2 jenis sambungan, yaitu:

 Sambungan dengan push on joint, dimana ujung pipa yang satu berbentuk bell end dengan memakai rubber ring joint dan pada ujung lainnya berbentuk polos (spigot). Untuk menyambung type ini penyambungan memakai pelicin (lubricant). Pada waktu pemasangan pipa dengan system ini, posisi mulut pipa ditempatkan menghadap ke hulu arah aliran (bila jaringan se arah) kecuali pada system jaringan menutup (loop) penempatan mulut pipa bisa berubah.

 Sambungan dengan solvent coment (dengan system lem), dimana penyambungan pipa menggunakan lem (khusus pipa), biasanya sambunga ini untuk ukuran pipa kecil yaitu ND mm kebawah.

 Pipa HDPE jenis sambungannya ada 2 jenis yaitu:

 Sambungan dengan dilas (butt fusion), dimana penyambungan ini memakai alat mesin pemanas (heather) dengan cara sbb:

- Pasanglah ujung2 pipa yang akan disambung di alat butt fusion, kencangkan alat penjepitnya sampai ujung2 pipa berada dalam satu sumbu.

- Ratakan ujung-ujung pipa dengan alat perata elektrik sampai kedua pipa benar-benar rata dan bersih.

- Pasanglah alat pemanas (heather) diantara ujung-ujung pipa dan panaskan plat pemanas sampai titik senyawa.

- Sambungkan dan tekanlah kedua ujung pipa yang sudah dipanaskan sampai tekanan persenyawaan yang sesuai.

(14)

Penyambungan ini biasanya untuk pipa ukuran diameter OD 63 mm keatas.

 Sambungan dengan alat bantu penyambung mekanikal (mechanical joint) yang berupa coupler. Coupler terdiri dari compression collar, union dan ring nya. Biasanya system ini untuk ukuran pipa dibawah OD 63 mm. Cara penyambungannya sbb:

- Bukalah compression collar dan lepaskan union dan rubber ring nya.

- Pasang union dan ring penjepit ke ujung pipa

- Pasang kembali compression collar dan kencangkan dengan tangan atau alat pengencang standar

- Lakukan hal yang sama pada pipa lainnya yang akan disambung.

Pipa Baja (Steel Pipe)

Sambungan untuk pipa baja menggunakan las (welding). Ujung pipa Steel (baja) biasanya ada yang sudah dipasang sleeve sehingga berbentuk mulut (mouth) atau ada juga berbentuk polos (plain/spigot).

 Untuk pipa yang salah satu ujungnya sudah berbentuk mulut, maka penyambungannya ujung yang polos dimasukan ke pipa yang berbentuk mulut, kemudian dilas sudut.

 Untuk pipa baja yang kedua ujung yang akan disambung berbentuk polos (plain/spigot), cara penyambungannya dengan disambung langsung, kemudian dilas sudut (butt welding)

 Atau untuk pipa baja yang ujungnya berbentuk polos, maka penyambungan nya dilas dengan memakai Flange yang dilas pada sisi-sisinya kemudian disambung dengan mur bout.

Pipa Galvanized Iron Pipe (GIP)

Sambungan untuk pipa galvanis (GIP), biasanya menggunakan penyambungan Socket atau untuk ukuran pipa yang diameter besar biasa menggunakan flange yang dilas pada ujung-ujung pipa dan kemudian menggunakan mur bout.

5.1.3 Pemasangan Pipa

Cara pemasangan pipa ada 2 (dua) jenis, tergantung jenis pipa yang akan dipasang sesuai spesifikasi yang ada.

Cara ke 1 : Pipa dipasang ditanam di dalam tanah.

Pipa yang ditanam di dalam tanah biasanya yaitu pipa PVC dan HDPE atau pipa jenis lainnya seperti Pipa Steel.

Untuk Pipa steel yang dipasang ditanam dalam tanah biasanya ada perlakuan khusus agar proses pengkaratan pipa dapat dihindari atau diminimalisir, misalnya dengan memakai proteksi kathodik (Cathodict Protection) sesuai dengan specifikasi teknsi yang ada yang tercantum dalam kontrak.

(15)

Pipa baja (steel pipe) untuk proteksi bagian luar pipa terhadap karat, biasanya juga pada lapisan permukaan luar pipa baja dilapis dengan aspal bitumen (Coaltar) atau juga dibalut dengan lapisan Polyca. Untuk pelindung bagian dalam biasa dipakai semen (cement lining) tergantung dari specifikasi yang diminta dalam kontrak.

Untuk pipa steel, sebelum pipa dipasang kedalam parit galian, terlebih dahulu dilakukan test kerusakan dari lapisan pelindung permukaan luar dengan alat yang disebut Holiday Test agar pada waktu dipasang, lapisan perlindungan pipa tetap kondisi baik. Bila kondisi pelindung rusak, maka harus diperbaiki dahulu sebelum dipasang.

Pada pemasangan pipa harus ditimbun pasir, timbunan pasir tersebut membungkus badan pipa atau hanya bagian bawah pipa saja sebagai alas (sand bed) sesuai yang tercantum dalam spesifikasi teknis, timbunan pasir diperlukan agar pipa aman dari tekanan diatasnya dan mencapai umur pakai yang optimal. Setelah pipa terpasang kemudian ditimbun, timbunan pertama diatas timbunan pasir tadi harus dengan tanah yang bebas dari batuan (selected soil) dengan ketebalan sekitar 20 cm, kemudian dipadatkan dengan mesin pemadat dan seterusnya ditimbun kembali dengan pemadatan per lapis dengan mesin pemadat (stamper/tamping rammer) sampai ke permukaan tanah semula (hal ini biasanya tercantum

Cara ke 2 : Pipa yang dipasang diatas permukaan tanah.

Pipa yang dipasang diatas permukaan tanah biasanya pipa jenis Baja (steel pipe) atau pipa galvanis (GIP) yang tahan terhadap cuaca (panas matahari langsung). Pipa yang dipasang diatas permukaan tersebut dimungkinkan karena medan/kondisi tanah tidak memungkinkan pipa ditanam, sehingga jenis pipa juga disesuaikan dengan kondisi tanah (situasi medan).

Pemasangan pipa diatas permukaan tanah biasanya ditempatkan pada blok-blok penahan (support), bisa dari pasangan batu, dari beton bertulang atau dari tiang pancang baja, sesuai desain atau spesifikasi.

5.1.4 Pengetesan Pipa

Pipa-pipa yang telah terpasang, selanjutnya harus diuji tekan dengan test hydrostatis (Hydrostatic Test). Pengetesan ini dimaksudkan untuk menguji pemasangan pipa dari kebocoran, agar pipa yang terpasang itu betul-betul terpasang dengan baik dan tidak bocor, bukan uji mutu dari pipa karena uji mutu pipa biasanya dilakukan di uji laboratorium.

Pengetesan pipa dilaksanakan sebagai berikut:

- Pengetesan pipa harus dilakukan dengan memakai air bersih.

- Lama pengetesan pipa tergantung spesifikasi teknis yang ada, biasanya sekitar 2 atau 3 jam.

(16)

- Tekanan uji / test biasanya dicantumkan dalam spesifikasi teknis, untuk pipa PVC sekitar 8 – 9 kg/cm2

(8-10 bar), tergantung juga pada kelas pipa yang dipakai dan zona jaringan.

- Panjang pipa yang ditest hydrostatis sekitar 500 m, atau ditentukan lain dalam spesifikasi teknis. Hal ini antara lain untuk mempermudah dalam pelaksanaan dan monitoringnya. Bila dalam suatu pengetesan beda tinggi dari (dua) ujung pipa yang ditest lebih dari 80% dari tekanan yang diminta, maka panjang pipa yang ditest harus dibagi 2 segmen (2 bagian), agar pengetesan lebih akurat.

5.1.5 Pembersihan Pipa

Pipa-pipa yang sudah terpasang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran yang masuk ke dalam pipa selama proses pemasangan pipa berlangsung. Pembersihan pipa (flushing) dilaksanakan agar digelontorkan air kedalam pipa dengan kecepatan aliran yang cukup agar kotoran-kotoran bisa terdorong ke luar.

Pembersihan pipa dilaksanakan secara terus-menerus sampai air yang keluar dari pipa secara virtual terlihat bersih.

5.1.6 Disenfeksi Pipa

Disenfeksi pipa diperlukan agaragar jaringan pipa telah terpasang ketika diairi air bersih yang sudah melalui proses dengan chlorinasi di Reservoir, tidak tercemar oleh bakteri yang mungkin ada didalam jaringan pipa yang baru terpasang.

Proses disinfeksi pupa dapat dilakukan sbb :

 Jaringan pupa yang sudah terpasang di 2 (dua) ujung pipa ditutup dengan dipasang accessories, stop kran dll yang bias memasukkan air di sisi yang satu dan di sisi yang lain bias mengeluarkan air.

 Kemudian masukan air berish yang sudah dicampur larutan disinfektan (Chlorine) dengan konsentrasi tertentu kedalam jaringan pipa tersebut dengan pompa sampai merata, kemudian diamkan selama 2 x 24 jam atau sesuai dengan yang tercantum dalam spesifikasi teknik. Setelah 2 x 24 jam keluarkan air dari dalam pipa, kemudian cek chlor di laboratorium, berapa sisa chlor-nya. Sisa chlor dari air yang sidah diproses disinfeksi harus cukup, bila sisa chlor adalah o0 (nol) berarti pipa masih belum bersih, harus diulang proses disinfeksinya.

6. PEKERJAAN SIPIL

Didalam Pedoman ini akan disajikan sedikit mengenai Pekerjaan Sipil khususnya Pekerjaan Betion. Pekerjaan beton akan disajikan karena jenis pekerjaan ini biasanya memerlukan pengawasan khusus dan banyak digunakan pada pekerjaan konstruksi air minum.

6.1 Beton

Beton adalah Bahan yang diperoleh dengan mencapurkan agregat halus, agregat kasar, sement porland dan air dengan tekanan tertentu.

(17)

Beton Karakterristik adalah Beton yang mempunyai sifat kekuatan tekan yang khas, yaitu apabila diperiksa dengan sejumlah besar benda-benda uji, nilainya akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata tertentu.

Perbandingan Kekuatan tekan beton pada berbagai umur sbb :

Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365

Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,0 1,20 1,35 Semen Portland dengan

kekuatan awal yang tinggi

0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20

Beton bertulang adalah Beton yang mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan aggarapan bahwa kedua bahan tersebit bekerja sama dalam memikut gaya-gaya

6.1.1 Bahan

Semen/Portland Cement

Semen untuk konstruksi beton bertulang umumnya dapat dipakai jenis-jenis semen yang memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-8

Agregat halus (Pasir)

Agregat halus untuk beton dapat berupa alam sebagai hasil deintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecahan batu.

Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dank eras, terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, terik matahari dan hujan, tidak boleh mengandung lumpur lebih 5%, tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu bnanyak yang harus dibuktikan dengan percobaab warna.

Agregat Kasar (Kerikil/batu pecah)

Agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai desintegrasi alama dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butiran lebih dari 5 mm, dengan butiran beraneka ragam, butirannya kasar, tidak berpori, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali.

Air

Air untuk campuran beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan yang merusak beton. Dengan perkataan lain harus air ebrsih yang dapat diminum.

(18)

Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan dari pabrik terkenal dapat dipakai dan biasanya telah bersertifikat.

Mutu baja di Indonesia dibagi dalam beberapa mutu yaitu :

 Baja lunak (U-22) dengan tegangan karakteristik 2.200 kg/cm2  Baja lunak (U-24) dengan tegangan karakteristik 2.400 kg/cm2  Baja sedang (U-32) dengan tegangan karakteristik 3.200/cm2  Baja keras (U-39) dengan tegangan karakteristik 3.900 kg/cm2  Baja keras (U-48) dengan tegangan karakteristik 4.200 kg/cm2 Bentuk batang baja tulangan ada 2 macam :

 Batang polos, bentuknya bulat permukaannya licin  Batang yang diprofilkan (biasa disebut batang ulir/spiral.

6.1.2 Mutu Beton

Mutu beton dibagi dalam beberapa mutu :  Beton mutu Bo, B1 untuk non structural

 Beton mutu K.125, K.175, K.225 untuk structural dengan kekuatan telan beton 125 kg/cm2, 175 kg/cm2, 225 kg/cm2

 Beton mutu diatas K.225 dengan kekuatan tekan diatas 225 kg/cm2

6.1.3 Pelaksanaan

Setiap pelaksanaan beton dengan mutu K.125 dan mutu yang lebih tinggi harus ada bukti terlebih dahulu yang membuktikan kemampuan mencapai mutu beton yang diisyaratkan, hal itu harus dilakukan terlebih dahulu membuat benda uji dari material yang akan dipakai yang dilaksanakan di laboratorium sehingga diketahui rencana campuran (mix design) dari mutu beton yang diisyaratkan, setelah ada hasil mix design, dimana diketahui jumlah rencana campuran dari semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar) dan air, maka selanjutnya dilapangan dibuat Rencana pelaksanaan (job mix) yaitu membuat takaran/ukuran untuk campuran pelaksanaan yang diisyaratkan.

Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa dan dimonitor dari hasil benda uji. Untuk memeriksa mutu pelaksanaan harus tersedia minimal 20 benda uji, dimana dari hasil benda uji dengan uur beton tertentu dapat diketahui deviasi standar (s), kekuatan tekan yang didapat masing benda uji (.. b), kekuatan tekan beton rata-rata (…bm), maka kemudian akan diketahui kekuatan tkan beton karakteristik (…bk) yang dihasilkan.

Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump dengan memakai kerucut Abroms

Pengujian slump dilaksanakan sbb :

 Kerucut ditempatkan pada bidang datar, licin dan tidak porus

 Isilah kerucut dengan adukan beton secara berlapis yang kira-kira sama tebalnya menjadi 3 lapis. Tiap lai\pis di tusuk-tusuk adukan tersebut dengan tongkat baja/best baja diameter 16 mm dengan panjang 60 cm dengan ujung yang dibulatkan

(19)

 Setelah bidang kerucut diisi kemudian disipat rata dan biarkan sekitar ½ menit.  Tarik kerucut keatas dengan hati-hati.

Perbandingan Kekuatan tekan beton pada berbagai umur sbb :

Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365

Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,0 1,20 1,35 Semen Portland dengan

kekuatan awal yang tinggi

0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20

6.1.4 Cetakan dan Acuan

Cetakan beton dalam pelaksanaan pekerjaan harus diperhatikan seperti berikut:

 Harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai ukuran-ukuran yang sesuai dengan yang direncanakan

 Harus kokoh dan rapat sehingga dapat dicegah kebocoran-kebocoran adukan  Harus bersih, bebas dari kotoran, sisa-sisa kayu dan kotoran lain

 Harus dibuat dari bahan yang baik, tidak meresap air sehingga air beton tidak meresap.

 Harus dapat menahan beban colume beton dan menahan beban orang/pekerja selama pelaksanaan berlangsung

 Harus mudah dilepas seandainya pekerjaan selesai. 6.1.5 Pembongkatran Cetakan

Cetakan dan acuan boleh dibongkat apabila :

 Apabila bagian konstruksi tersebut telah cukup uur untuk memikul berat sendiri dan beban pelaksanaan yang bekerja pada bagian tersebut dengan menunjukkan hasil pemeriksaan benda uji dengan perhitungan-perhitungan

 Apabila tidak dibuat benda uji, dan jika tidak ditentukan lain, pembingkaran cetakan beton harus sudah mencapai 3 minggu

 Apabila ada jaminan bahwa setelah cetakan dan acuan dionlgar, beban yang bekerja pada bagian konstruksi tersebut tidak melampaui 50 m% dari beban rencana, maka cetakan boleh dibongkar setelah umur beton 2 minggu

 Untuk cetakan samping balok, kolom dan dinding boleh dibongkar setelah umur beton 3 hari.

 Untuk bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan akan bekerja beban yang lebih tinggi dari rencana dan berbahaya, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.

 Bagian konstruksi dimana terjadi sarang-sarang kerikil akibat segregasi, maka harus diperbaiki dengan baik penuh keahlian.

(20)

Pengadukan beton pada semua mutu beton, kecuali mutu beton Bo, harus dilakukan dengan mesin pengaduk (mixer)

Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan harus diawasi dengan mengadakan test slump.

Adukan beton pada umumnya harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai.

Jangka waktu diperpanjanng sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan dengan alat secara mekanis.

Apabila diperlukan waktu lebih penjang lagi, maka harus ditambhakna bahan pengikatan yang berupa bahan pembatu yang disetujui pengawas.

6.1.7 Pemadatan

Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan beton harus dipadatkan dengan cara ditumbuk-tumbka atau memukul-mukul cetakan, atau sangat dianjurkan dengan alat mekanis (vibrator), bahkan untuk beton kelas III diwajibkan menggunakan alat penggetar (vibrator).

Pemakaian alat penggetar (vibrator) harus diperhatikan sebagai berikut:

 Vibrator harus dimasukkan ke dalam adukan secara vertikal, dalam keaadaan khususs boleh miring 45⁰.

 Vibratir tidak boleh digerakkan dengan posisi horizontal, karena akan menyebabkan pemisahan bahan.

 Tolong diusahakan tidak terkena jarum vibrator.

 Lapisan yang digetar tidak boleh lebih tebal dari jarum vibrator.

 Jarum penggerak ditarik dari adukan apabila permukaan beton nampak mengkilap sekitar jarum vibrator atau kira-kira maksimum setelah 30 detik.

 Siar pelaksanaan harus ditempatku sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kekuatan konstruksi.

 Antar pengecoran balok, pertebalan miring balok (vote), dan kepala kolom harus dianggap sebagai bagian sistem lantai, maka harus di cor secara monolit.

6.1.8 Perawatan

Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton, selama sekitar 2 minggu beon haru sdibasahi (curing) terus-menerus, antara lain dengan karung-kaarung basah, atau dengan merendamnya/menggenanginya dengan air.

Perlu diingat bahwa kualitas hasil pelaksanaan beton tergantung kepada hal-hal sebagai berikut:

 Kualitas bahan

 Cara pelaksanaan pekerjaan pengecoran

(21)

6.1.9 Penulangan

 Batang tulangan tidak boleh dibenggkokkan atau diluruskan dengan cara yang dapat merusak tulangan itu.

 Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkokkan dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkokkan lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokkan sebelumnya.

 Membengkok dan meluruskan tulangn harus dilakukan dalam keadaan dingin kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.

 Memotong dan membengkokan tulangan harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar rencana dengan toleransi yang disyaratkan oleh perencana.

 Tulangan yang dipasang harus bersih dari minyak/lemak, kotoran dan karat lepas yang menempel serta bahan lain yang mengurangi daya lekat.

 Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah.

 Jarak tulangna dengan cetakan (selimut beton) harus tetap terjaga dengna memasang blok-blok penahan minimum 4 buah per m2.

 Dimensi batang tulangan dan penempatan tulangan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana.

 Jika dalam pelaksanaan , suatu kedaaan tidaj dipenuhi dimendsi batang tulangan yang sesuai gambar rencana, maka bisa dilakukan substitusi tulangan dengn perhitungan-perhitungan.

Berikut tabel tebal penutup beton /selimut beton minimum

PBI 1971

7. Penutup

Disamping Panduan supervisi ini, Supervisor diharuskan juga membaca dan memahami Spesifikasi teknik yang merupakan bagian pokok dari dokumen kontrak dan peraturan-peraturan konstruksi yang berlaku, misalnya PBI.

Bagian Konstruksi Tebal Penutup Beton Minimum (cm)

Di dalam Di Luar Tdk Terlihat

Pelat dan selaput 1,0 1,5 2,0 Dnding dan keping 1,5 2,0 2,5

Balok 2,0 2,5 3,0

Gambar

Gambar 1 Contoh Struktur Organisasi Tim Konsultan Supervisi

Referensi

Dokumen terkait

Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri

Pada dasarnya, kontraktor tidak dapat melakukan pekerjaan di lapangan jika belum ada persetujuan ( approval ) dari konsultan pengawas. Shop drawing ini penting

Penelitian ini membandingkan harga satuan jadi untuk upah pekerjaan, antara hasil analisa SNI dan harga satuan jadi di lapangan dengan menggunakan indeks tenaga,

Masing-masing Mahasiswa mencetak Laporan Praktik Kerja Lapangan sebanyak 5 (empat) eksemplar dengan rincian 1 (satu) untuk dosen pembimbing , 1 (satu) untuk tempat Kerja

• Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri

Selama ini bawahan mengusahakan untuk mengerjakan pekerjaan sesuai standar waktu yang ditentukan tetati disini masih punya kendala SDM jadi kita bekerja sesuai dengan kemampuan kita

Hasil pekerjaan galian akan ditinjau oleh Pengawas / Direksi / Konsultan untuk menentukan apakah pekerjaan galian telah sesuai dengan gambar serta spesifikasi teknis

Jadi, ada dua faktor penyebab resistensi terhadap transformasi organisasional, yaitu: budaya yang dibawa masuk oleh karyawan dalam organisasi, dan belum adanya upaya untuk