• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan konsep diri narapidana (studi fenomenologi pada narapidana pria di lapas klas 1 Tangerang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembentukan konsep diri narapidana (studi fenomenologi pada narapidana pria di lapas klas 1 Tangerang)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma Kontruktivis. menurut (West dan Turner, 2013, h. 54) Paradigma menawarkan cara pandang umum mengenai komunikasi antar manusia, sementara teori merupakan penjelasan yang lebih spesifik terhadap aspek tertentu dari perilaku komunikasi. Hal ini beranggapan. di dukung oleh Denzin & Lincoln (2009, h. 123) yang. paradigma. merupakan. serangkaian. keyakinan. dasar. yang. membimbing tindakan. Sebuah paradigma bisa dipandang sebagai sekumpulan kepercayaam. dasar. yang. berurusan. dengan. prinsip-prinsip. dasar. atau. utama.Penelitian ini menggunakan paradigma Kontruktivis. Menurut Cresswell (2009, h. 8) pandangan kontruktivisme meneguhkan asumsi bahwa individu-individu selalu berusaha memahami dunia di mana mereka hidup dan bekerja.Mereka mengembangkan makna-makna yang diarahkan pada objek-objek atau benda-benda tertentu. Paradigma. Kontruktivisme. yang. merupakan. paradigma. ingin. menunjukkan bahwa manusia dianggap memiliki kebebasan dalam banyak haluntuk bertindak di luar batas kontrol, nilai, serta pranata sosial yang berkembang di daerahnya sehingga mereka memiliki kemampuan untuk memilih. 45 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(3) sendiri nilai-nilai yang di yakini dan menciptakan pandangan terhadap suatu realitas sosial yang relative bebas (Bungin, 2007, h. 11) Paradigma menuntun kepercayaan peneliti terhadap dunia.Seperti halnya mereka yang dalam paradigma kontruktivisme sosial menyatakan bahwa para individu secara berkala menciptakan struktur sosial melalui aksi dan interaksi mereka, karenanya tidak terdapat kebenaran abstrak atau realita karena realita ada hanya ketika orang menciptakannya bersama-sama. (Turner, 2013, h. 55) Paradigma berkisar pada tiga area yang mewakili tiga pertanyaan filosofis yang berkaitan dengan penelitian.Ontologi yang merupakan pertanyaan mengenai sifat realita, Epistimologi merupakan pertanyaan mengenai bagaimana kita mengetahui sesuatu, dan Aksiologipertanyaan mengenai apa yang layak untuk diketahui. (West and Turner, 2013, h. 55) Pandangan Ontologi adalah sesuatu yang ada dan tidak ada, atau dengan kata lain mempelajari mengenai realitas. Oleh karena itu, realitas yang berupaya dimunculkan dalam penelitian ini adalah mengenai proses pembentukkan konsep diri para narapidana, selama narapidana berada di dalam lapas klas 1, Tangerang, melalui berbagai proses interaksi pengalaman mereka. Sedangkan, penelitian ini jika dilihat dari segi epistimologis terkait dengan ontologis. Menurut (Turner, 2013, h. 56) Epistimologis lebih berfokus pada bagaimana kita mencari tahu, dan apa yang dianggap sebagai pengetahuan. Dalam hal ini, Epistimologis bersifat subjektif.Epistimologis subjektif percaya bahwa dunia sosial bersifat relatif dan hanya dapat dipahami melalui individu-individu. 46 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(4) yang secra langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang akan di teliti. Burrel & Morgan (1979, Dikutip dalam Turner, 2013, h. 56). Jadi dalam pandangan epistimologis subjektif, penelitian ini dapat diketahui karena peneliti berusaha dan berupaya mencari, mengetahui interaksi pengalaman mereka sehingga mereka menyadari keberadaan mereka dan pandangan diri mereka sendiri terhadap dirinya yang akhirnya dapat membentuk konsep diri mereka di dalam Lapas. Seperti halnya Epistimologis, posisi tradisional aksiologis adalah bahwa ilmu pengetahuan harus bebas dari nilai. Posisi ini sesuai dengan epistimologi objektivis, dimana peneliti harus menerima bahwa beberapa unsur subjektivitas dalam bentuk nilai, memengaruhi proses penelitian. Bostrom (2003, Dikutip dalam West And Turner, 2013, h. 57). Dalam pandangan aksiologis, peneliti mengolah informasi dan berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai sesuatu yang layak untuk peneliti ketahui dengan bebas pandangan subjektif peneliti terhadap narapidana. Jadi peneliti harus mengesampingkan stigma negatif terhadap narapidana dan berupaya netral untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan akurat mengenai kehidupan para napi. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dengan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan Menurut Sugiyono (2013, h. 347). Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu 47 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(5) yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic. (Moleong, 2012, h. 4-5) Dalam pandangan kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga peneliti kualitatif. tidak akan menetapkan. penelitiannya hanya berdasarkan variable penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang dilteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. (Sugiyono, 2013, h. 351) Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi tentang proses pembentukkan konsep diri narapidana melalui komunikasi antar pribadi serta mendeskripsikan sosialisasi pengalaman yang akhirnya membentuk konsep diri para narapidana. Data bersifat tidak dapat diukur sehingga peneliti menggunakan sifat deskriptif karena data dijelaskan. dalam bentuk kata-kata. (Rakhmat, 2001, h. 24). menjelaskan bahwa penelitian deskriptif bertujuan membuat deskriptif secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Ditambahkan oleh (Kuswarno, 2009, h. 37), bahwa sifat-sifat penelitian kualitatif sejalan dengan cirri-ciri penelitian fenomenologi.Sehingga pendekatan kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini. Menurut Bodgan dan Taylor dalam (Prastowo, 2011, h. 22) metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.. 48 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(6) Penelitian Deksriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel gejala, atau keadaan. (Arikunto, dikutip dalam Prastowo, 2011, h. 186). Oleh karena itu, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak membuat hipotesis untuk diuji, namun peneliti berusaha menggali informasi sedalam mungkin untuk mendapatkan informasi selengkap mungkin mengenai fenomena pembentukkan konsep diri narapidana pada Lapas Klas 1 Tangerang.Penulis mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai objek penelitian tersebut.. 49 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(7) 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi Fenomenologi untuk mengkaji fenomena bersifat kualitatif. Menurut Moustakas (dikutip dalam Creswell, 2009, h. 13) Fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana didalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Dalam proses ini, peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalamanpengalaman pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman-pengalaman partisipan yang di teliti (Cresswel, 2009, h. 13). Hal ini dilakukan agar pada saat peneliti melakukan penelitian, hasil yang didapatkan oleh peneliti tidak bersifat bias. Seperti yang dikatakan oleh (Littlejhon, 2008, h. 37) bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam hal ini, ada pandangan bahwa manusia sebenarnya memahami dunia dan sekelilingnya melalui suatu interaksi pengalaman yang mereka dapatkan melalui berbagai pengamatan mereka. Fenomenologi pada dasarnya adalah suatu tradisi, yaitu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia.Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia di sekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalamannya tersebut. (Hussein, 2011, h. 135). 49 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(8) Penelitian ini meggunakan Fenomenologi Transendental Husserl, dimana Husserl sangat tertarik dengan penemuan makna dan hakikat dan pengalaman.Dia berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara fakta dan esensi dalam fakta. Oleh karena itu, secara metodologis, fenomenologi bertugas untuk menjelaskan things in themselves, mengetahui apa yang masuk sebelum kesadaran, memahami makna dan esensi-esensi-nya, dalam intuisi dan refleksi diri. (Kuswarno, 2013, h.40) Menurut. Kuswarno. (2013,. h.. 48-53). Transiendental. Husserl. mengemukakan tahapan-tahapan penelitian fenomenologi seperti berikut: a) Epoche Berasal dari bahasa Yunani yang berarti “menjauh dari” dan “tidak memberikan suara”. Husserl menggunakan epoche untuk term bebas dari prasangka. Dengan epoche, kita menyampingkan penilaian, bias, dan pertimbangan awal yang kita miliki terhadap suatu objek. Dengan kata lain, epoche adalah pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan, yang kita miliki sebelumnya. b) Reduksi Fenomenologi Tugas dari reduksi Fenomenologi adalah menjelaskan dalam susunan bahasa bagaimana objek itu terlihat. Tidak hanya dalam term objek secara eksternal, namun juga kesadaran dalam tindakan internal, pengalaman, ritme, dan hubungan antara fenomena dengan “aku”. Fokusnya terletak pada kualitas dari pengalaman, sedangkan tantangannya ada pada pemenuhan sifat-sifat alamiah dan makna dari pengalaman. Dengan demikian proses ini terjadi lebih dari satu kali.. 50 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(9) c) Variasi Imajinasi Tugas dari variasi imajinasi adalah mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikkan, dan pendekatan terhadap fenomena dari perspektif, posisi, peranan dan fungsi yang berbeda. Tujuannya tidak lain untuk mencapai suatu deskripsi structural dari sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara mengenai dirinya). Dengan kata lain menjelaskan struktur sesnsial dari fenomena. d) Sintesis Makna dan Esensi Tahap terakhir dalam penelitian Fenomenologi adalah integrasi intuitif dasardasar deskripsi tekstural dan structural ke dalam satu pernyataan yang menggambarkan hakikat fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian, tahap ini. adalah. tahap. penegakkan. pengetahuan. mengenai. hakikat.. Husserl. menyimpulkan bahwa setiap fisik akan menarik kita ke dalam pengalaman yang tidak terbatas. Namun keanekaragaman pengalaman pada dasarnya akan meninggalkan cara untuk tetap mendekat. 3.3 Informan Peneliti memilih informan dengan teknik purposive sampling, dimana teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria informan yang sesuai dengan penelitian: Adapun informan penelitian bisa dilihat dalam tabel dibawah ini:. 51 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(10) Tabel 3.1 Data Informan Penelitian Sumber :Olahan Peneliti. No.. Nama. Jenis. Usia. Kelamin. Lama Menjadi. Jenis Narapidana. Lama menjalani Hukuman. Narkoba (Terpidana Eksekusi Mati) MLM. -. Narapidana. 1. Lim Jit Wee. L. 49. 7 tahun 6 bulan. 2. Krisno Abby. L. 13. 13 tahun. L. 54. 7,5 tahun. Narkoba (Terpidana Eksekusi Mati). -. 13 tahun. Seokarno 3. Christian Rafael Lee. 4. Arifin. L. 44. 4 tahun 6 bulan. Pembunuhan. 5 tahun. 5. Yanto. L. 53. 6 tahun 4 bulan. Narkoba. 7 tahun. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggali informasi yang sedalam mungkin untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai informan.Alasan Pemilihan para Informan adalah karena lama para narapidana berada di Lapas Klas 1 Tangerang Membuat peneliti menilai pengalaman berinteraksi yang dialami narapidana dianggap cukup kredibel untuk menjawab pertanyaan penelitian. Adapun Ciri-ciri informan dalam penelitian ini, juga memenuhi kriteria penelitian Fenomenologi seperti informan berada di satu lokasi, informan adalah orang yang mengalami secara langsung peristiwa yang mejadi bahan penelitian, informan mampu menceritakan kembali kejadian yang di alaminya itu,. 52 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(11) memberikan kesediaannya secara tertulis untuk di jadikan informasi penelitian. (Kuswarno, 2013, h. 62) 3.4 Teknik Pengumpulan Data Menurut Cresswell (2009, h. 178), dalam studi kualitatif terdapat empat teknik untuk mengumpulkan data yaitu observation, interview, document, audio materials. Dalam penelitian ini fokus pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Sebagai upaya mengumpulkan data untuk proses penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi (Pengamatan) Menurut Emzir (2012, h. 37) ketika peneliti mengumpulkan data untuk tujuan penelitian ilmiah, kadang-kadang menggunakan pengamatan orang lain. Observasi atau pengamatan di definisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu. Observasi juga dibedakan berdasarkan tingkat pengontrolan kepada dua macam seperti berikut : 1. Observasi Sederhana (Simple Observation) Adalah pengamatan yang tidak terkontrol, yang merupakan gambaran sederhana dari pengamatan dan pendengaran. Peneliti melakukan pengamatan. 53 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(12) terhadap gejala-gejala dan kejadian-kejadian sebagaimana terjadi apa adanya dalam kondisinya yang alami tanpa melakukan suatu control ilmiah. 2. Observasi Partisipan Observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyarakat topic penelitian.Biasanya peneliti tunggal atau hidup bersama anggota masyarakat dan ikut terlibat dalam semua aktivitas dan perasaan mereka. 2. Wawancara Kegiatan pengumpulan data yang utama pada penelitian fenomenologi adalah melakukan wawancara mendalam.Karena dengan metode inilah esensi dari fenomena yang diamati dapat diceritakan dari sudut pandang orang pertama (orang yang mengalaminya secara langsung). (Kuswarno, 2013, h. 66) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2008, h. 186) Wawancara (Interview) dilakukan untuk mendapatkan informasi, yang tidak dapat diperoleh melalui observasi atau kuesioner.Dalam wawancara, pertanyaan sangat penting untuk menangkap presepsi, pikiran, pendapat, perasaan orang tentang suatu peristiwa, fakta atau realita. Dengan mengajukan pertanyaan,. 54 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(13) peneliti masuk dalam alam pikir orang lain, mendapatkan apa yang ada di dalam pikiran mereka dan mengerti apa yang mereka pikirkan. (Raco, 2010, h. 116) Dengan melakukan wawancara, partisipan akanMembagi pegalamannya dengan peneliti. Cerita dari partisipan adalah jalan masuk untuk mengerti. Peneliti akan memperoleh pengertian kalau diinformasikan oleh orang lain. Cerita berarti proses pembuatan arti. (Raco, 2010, h. 116) Ada. bermacam-macam. cara. pembagian. jenis. wawancara. yang. dikemukakan. Menurut Kriyantono (2006, h. 10-102) ada beberapa jenis wawancara yang biasa ditemukan dalam kegiatan riset : a. Wawancara Pendahuluan Pada jenis wawancara ini, tidak ada sistematika tertentu, tidak terkontrol, informal.Terjadi begitu saja, tidak diorganisasi, atau terarah. Wawancara jenis ini biasanya digunakan untuk mengenalkan periset kepada orang yang akan diriset. Periset perlu mengorbankan waktu untuk berkenalan atau beramah tamah dengan informan sebelum mewawancarai. b. Wawancara Terstruktur (Structured Interview) Pada jenis wawancara ini, periset menggunakan pedoman wawancara yang merupakan bentuk spesifik yang berisi intruksi yang mengarahkan periset dalam melakukan wawancara. Wawancara ini juga dikenal. sebagai wawancara. sistematis atau terpimpin. Pertanyaan yang akan diajukan kepada responden sudah. 55 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(14) disusun secara sistematis, biasanya dimulai dari yang mudah menuju yang lebih kompleks. c. Wawancara Semistruktur (Semistructured Interview) Pada wawancara semistruktur ini, pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan bebas, yang terkait dengan permasalahan. Wawancara ini dikenal pula dengan nama wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin. Artinya, wawancara dilakukan secara bebas tapi terarah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disiapkan terlebih dahulu. d. Wawancara Mendalam (Depth Interview) Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapat data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Pada wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respons infroman, artinya informan bebas memberikan jawaban. Karena itu, periset mempunyai tugas berat agar informan bersedia memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, bila perlu tidak ada yang disembunyikan.Caranya dengan mengusahakan wawancara berlangsung informal seperti orang sedang mengobrol. Jenis wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan wawancara adalah jenis wawancara semistruktur dan wawancara mendalam.. 56 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(15) 3.5 Keabsahan Data Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi. Menurut (Sugiyono, 2010, h. 270) triangulasi diartikan sebagai pegecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengancara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi adalah proses penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda, jenis data (misalnya, catatan lapangan, observasi, dan wawancara) dalam deskripsi dan tema-tema dalam penelitian kualitatif. Peneliti menguji setiap sumber informasi dan bukti-bukti temuan untuk mendukung sebuah tema. Hal ini menjamin bahwa studi akan menjadi akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber informasi, individu, atau proses. Dalam cara ini peneliti terdorong untuk mengembangkan suatu laporan yang akurat dan kredibel. (Emzir, 2012, h. 82) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan 5 tahap, yaitu: (Moleong, 2013, h. 330) 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang - orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.. 57 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(16) 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa proses triangulasi merupakan suatu usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh oleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian adalah Triangulasi Sumber dengan membandingkan pandangan langsung para narapidana pria dewasa yang berbeda untuk memperoleh data yang akurat. 3.6 Teknik Analisis Data Setelah melewati tahap observasi dan wawancara mendalam, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis catatan lapangan untuk membuat suatu kesimpulan.Dengan Analisis data. Analisis data kualitatif upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistestiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Bogdan dan Biklen (dikutip dalam Moleoung, 2011, h. 186) Menurut Stevick–Colaizzi-Keen (Dikutip dalam Kuswarno, 2013, h. 70) ada tiga macam kegiatan dalam tahap analisis data:. 58 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(17) a. Deskripsi lengkap peristiwa/fenomena yang dialami langsung oleh informan. b. Dari pernyataan-pernyataan verbal informan, kemudian: -. Menelaah setiap pertanyaan verbal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. -. Merekam atau mencatat pernyataan yang relevan tersebut.. -. Pernyataan-pernyataan yang telah dicatat kemudian dibuat daftarnya. Usahakan jangan sampai ada pernyataan yang tumpang tindih atau berulang.. -. Mengelompokkan setiap unit makna ke dalam tema-tema tertentu. -. Membuat sintesis dari unit-unit makna dan tema (deskripsi tekstural). -. Dengan mempertahankan refleksi penjelasan structural diri sendiri melalui imajinasi, variasi, peneliti membuat konstruk deskripsi struktural.. -. Menggabungkan deskripsi tekstural dan struktual untuk menentukan makna dan esensi dari fenomena.. c. Lakukan tahap pada bagian (b) padaa setiap informan. d. Membuat penjelasan menyeluruh dari setiap makna dan esensi fenomena yang didapat.. 59 Pembentukan Konsep..., Evlin Patresia, FIKOM UMN, 2015.

(18)

Gambar

Tabel 3.1 Data Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(3) prestasi siswa yang memiliki motivasi tinggi, prestasi belajar kimia siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement

“Loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perlaku membeli dimana menjelaskan pelangan yang loyal adalah orang yang melakukan pembelian berulang secara teratur, membeli

Dalam perancangan sistem Simulasi Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi pada Perusahaan Manufaktur akan dibagi menjadi beberapa bagian- bagian yang digunakan

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, model pembelajaran yang relevan adalah model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic (VAK) , karena model

LETTY SULTRI alias LETY mau diajak bertemu dan mengikuti keinginan terdakwa, selanjutnya Terdakwa bersama saksi RAHMADSYAH NASUTION alias RAHMAD melanjutkan perjalanan

derajat resiliency dan aspek-aspeknya pada narapidana perempuan, agar dapat mengembangkan kegiatan di dalam LAPAS yang berguna dalam membantu para narapidana perempuan

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa seorang muslim harus takut akan datangnya hari ketika kalian akan dikembalikan kepada Allah.. Kondisi ini akan mendorong seorang muslim

BPR Surya Utama Grogol Sukoharjo dimana Bank selaku kreditur harus menghadapkan antara debitur dan pemilik jaminan yang berselisih untuk mendapat jalan keluar