• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revisi untuk Memperkokoh atau Melemahkan KPK?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Revisi untuk Memperkokoh atau Melemahkan KPK?"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Revisi untuk Memperkokoh atau Melemahkan KPK?

http://www.gatra.com/fokus-berita/19169-revisi-untuk-memperkokoh-kpk.html

 Jum'at, 12 Oktober 2012 07:58

Jakarta, GATRAnews - Berakhir sudah upaya membonsai KPK dengan cara merevisi Undang-Undang KPK. Kini bergulir wacana memperkokoh posisi KPK. Lembaga pemberantas korupsi itu dimungkinkan memiliki penyidik sendiri. ---

Sekali rapat, lalu berhenti. Itulah yang terjadi di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Selalu lalu. Ketika itu, Komisi

III DPR-RI sempat bertemu anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR untuk membicarakan kelanjutan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) yang diprotes beberapa kalangan karena dianggap melemahkan kewenangan KPK. Namun rapat itu akhirnya tidak menghasilkan apa pun, karena ada perbedaan pandangan antara Komisi III dan Baleg terkait masa kedaluwarsa pembahasan usulan revisi undang-undang.

Komisi III menilai, pembahasan revisi itu telah kedaluwarsa karena sudah lebih dari waktu 10 hari, sesuai dengan Tata Tertib DPR. Wakil Ketua Komisi III DPR, Aziz Syamsuddin, menjelaskan bahwa pihaknya menyampaikan surat usulan revisi UU KPK ke Baleg pada 4 Juli 2012. Karena alasan itulah, Komisi III membahas revisi UU KPK.

Keputusan tersebut merupakan hasil rapat pleno Komisi III sehari sebelumnya yang dihadiri tujuh fraksi, yakni Demokrat, Golkar, PKS, PPP, PKB, PAN dan Hanura. "Kami diminta tidak masuk dalam pembahasan yang berdasarkan Tata Tertib DPR sudah kedaluwarsa. Silakan Baleg mengambil alih," ujar Aziz Syamsuddin.

Di lain pihak, Baleg berpendapat bahwa pembahasan belum masuk masa kedaluwarsa. Sebab Baleg menggunakan dasar peraturan baru yang menetapkan masa kedaluwarsa pembahasan undang-undang 20 hari. Baleg dan Komisi III pun seakan saling lempar bola untuk menentukan pembahasan revisi undang-undang ini.

"Belum kedaluwarsa, RUU dari Komisi III baru diterima Baleg pada 13 September," kata Dimyati Natakusumah, Wakil Ketua Baleg yang juga Ketua Panja RUU KPK. Namun Komisi III tak menggubris argumen Baleg itu. Mereka tetap ngotot menyatakan bahwa draf itu kedaluwarsa. Alhasil, rapat berakhir tanpa ada kesepakatan. "Jadi, kami izin untuk

(2)

meninggalkan ruang rapat ini," kata Aziz, yang kemudian meninggalkan ruang rapat, diikuti angota Komisi III lainnya.

Lalu, bagaimana kelanjutan revisi undang-undang itu? Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan, pun tak mau menganggap tarik ulur antara Baleg dan Komisi III itu sebagai lempar tanggung jawab. "Bukan berarti lempar bola, tapi yang disampaikan di Komisi III adalah langkah maju. Harapannya, langkah maju Komisi III ini bisa diharmonisasi lagi di Baleg," ujar Taufik.

Ia menyebut sikap Komisi III yang seakan melemparkan tanggung jawab ke Baleg sah-sah saja. "Karena RUU yang masuk dalam Prolegnas pembahasannya bisa saja ditunda, mengingat aspirasi masyarakat. Keputusan Komisi III harus diapresiasi, harus positive thinking dan menunggu harmonisasi ulang di Baleg," ujar Taufik sembari menegaskan bahwa masa pembahasan revisi UU KPK bisa saja diperpanjang.

Dimyati Natakusuma mengatakan, pihaknya akan melanjutkan pembahasan revisi UU KPK dengan merumuskan ulang draf revisi UU KPK yang dibuat Komsi III. Perumusan akan dilakukan untuk memperkuat KPK, bukan untuk memperlemah. "Sekarang korupsi masih merajalela, masih banyak kasus besar yang harus ditangani KPK. Secara psikologis, rakyat tidak ingin kewenangan KPK dikurangi, tapi dikuatkan," kata politikus PPP itu.

Hal senada diungkapkan Ketua Baleg, Ignatius Mulyono, yang menyebutkan bahwa UU KPK perlu direvisi jika melihat adanya masalah dalam subtansi undang-undang itu, misalnya terkait masa jabatan pimpinan KPK. Selain itu, kata dia, melihat kondisi belakangan ini, perlu diatur agar KPK bisa merekrut penyidik sendiri. Ignatius juga menjamin, tidak ada keinginan Baleg untuk melemahkan KPK.

Sebagaimana diketahui, draf revisi UU KPK usulan Komisi III itu dikritik berbagai pihak lantaran bakal melemahkan KPK. Contohnya keinginan Komisi III menghilangkan kewenangan penuntutan di KPK serta membuat mekanisme penyadapan. Padahal, kesuksesan KPK mengungkap kasus korupsi kakap sebagian karena kemampuan KPK dalam melakukan penyadapan.

Misalnya kasus suap Artalyta Suryani alias Ayin kepada Jaksa Urip Tri Gunawan pada 2008. Kasus suap US$ 660.000 ini terungkap dari hasil sadapan pembicaraan telepon antara Ayin dan Jaksa Urip sebelum tertangkap tangan oleh KPK. Teranyar, kasus suap Bupati Buol, Amran Abdullah Batalipu, yang menyeret pengusaha yang juga bekas pengurus teras Partai Demokrat, Siti Hartati Murdaya. Dalam kasus ini, KPK menggunakan hasil penyadapan pembicaraan Hartati dan Amran sebagai bukti di pengadilan.

(3)

Tahun 2002 tentang KPK Pasal 12 ayat 1 (a). Yakni, dalam melaksanakan tugasnya, KPK berwenang melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan. Dilihat dari draf revisi UU KPK, kewenangan KPK melakukan penyadapan memang tidak dihilangkan. Namun KPK dibebani sejumlah persyaratan sebelum melakukan penyadapan. Misalnya, harus ada bukti permulaan yang cukup dan izin dari ketua pengadilan. Jangka waktu penyadapan pun dibatasi paling lama tiga bulan.

Diduga, pelemahan kewenangan KPK ini sebagai balas dendam DPR karena KPK telah menjerat puluhan anggota dewan dan pimpinan partai politik besar di tingkat pusat dan daerah yang tersangkut kasus korupsi. Amputasi kewenangan KPK ini juga ditengarai karena ketakutan politisi Senayan terhadap KPK yang sedang mengusut skandal korupsi di Badan Anggaran DPR. "Sejauh ini, publik tidak bodoh. Ketika ada kewenangan tertentu dicopot dan dihilangkan adalah bentuk pelemahan secara terang benderang," kata peneliti hukum Indonesia Corruption Watch, Donald Fariz.

Tudingan kelompok antikorupsi itu dibantah anggota Komisi III, Nudirman Munir. Ia mencontohkan partainya, Golkar, yang tidak sediki pun berniat memperlemah KPK melalui revisi UU KPK. "Justru Golkar memperkuat UU KPK saat ini. Makanya, kami selalu katakan, ini revitalisasi, bukan revisi,'' kata Nudirman. Ada tiga poin revitalisasi UU KPK yang diusulkan Golkar. Yakni masa jabatan pimpinan KPK, penyediaan penyidik independen lebih banyak dari sekarang, dan badan pengawas KPK.

Nurdirman menilai, jika usul Golkar terkait revitalisasi KPK itu tidak dihentikan, bukan tidak mungkin KPK bertambah kuat. ''Kalau penyidik ditambah sampai 1.000, bisa dibayangkan kerja KPK kayak apa? Mungkin saja banyak orang akan digantung di Monas," ujar Nudirman. Nah lo!

(Sujud Dwi Pratisto, Deni Muliya Barus, Anthony Djafar, dan Ade Faizal Alami)

Komisi Independen Kasus Novel

http://www.tempo.co/read/opiniKT/2012/10/12/1953/Komisi-Independen-Kasus-Novel Kamis, 11 Oktober 2012 | 23:03 WIB

KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia mesti turun tangan menyelidiki kasus yang melibatkan Komisaris Novel Baswedan. Di tengah perseteruan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Kepolisian belakangan ini, investigasi oleh institusi independen seperti komisi hak asasi semestinya lebih bisa dipercaya karena bebas konflik kepentingan.

(4)

Alasan kepolisian memberi perhatian "khusus" kepada Komisaris Novel tak pernah jelas, tapi mudah diterka. Ia menjadi ketua tim penyidik kasus Simulator Ujian Mengemudi dengan tersangka, antara lain, Inspektur Jenderal Djoko Susilo, mantan Kepala Korps Lalu Lintas. Novel juga merupakan salah satu dari lima penyidik asal Kepolisian yang menolak kembali ke institusinya dan memilih hijrah menjadi pegawai tetap KPK.

Dengan sikap itu, bukan kebetulan belaka jika sekarang polisi berupaya membuka kembali kasus penganiayaan terhadap pencuri sarang burung walet di Bengkulu pada Februari 2004. Perkara itu diyakini polisi melibatkan Novel, yang ketika itu berpangkat inspektur satu. Polisi bisa saja menyangkal tuduhan mencari-cari kesalahan penyidik KPK itu. Tapi, lagi-lagi, kita sulit mengerti bagaimana mungkin, setelah delapan setengah tahun tak bersuara, tiba-tiba dua orang korban kasus pencurian walet itu mengadukan Novel. Pengaduan itu seperti berjalan seiring dengan kegiatan Novel mengusut kasus Simulator. Salah satu indikasinya, atas dasar pengaduan tersebut, polisi mendatangi gedung KPK pekan lalu untuk menangkap Novel, hanya beberapa jam setelah Inspektur Jenderal Djoko Susilo diperiksa tim KPK yang dipimpin Novel Baswedan.

Meskipun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mengingatkan bahwa keinginan polisi agar Novel Baswedan mempertanggungjawabkan tindakannya pada 2004 itu tidak tepat cara dan waktu, kepolisian masih memproses kasus lawas itu. Kepolisian, seperti kata seorang petingginya, terus mengumpulkan bukti dan menunggu timing yang tepat untuk memeriksa Novel.

Sikap kepolisian ini tak bisa disalahkan. Setiap tindak pidana, kendati telah sekian tahun berlalu, apalagi sampai merenggut nyawa manusia seperti kasus pencurian walet di Bengkulu itu, harus tetap diselidiki. Tapi penegakan hukum tak bisa pilih-pilih kasih. Atasan Novel ketika itu, kepala kepolisian resor setempat sampai Kepala Kepolisian Daerah Bengkulu, pun seharusnya juga diusut. Setiap pelaku perlu mendapat ganjaran yang setimpal dengan perannya.

Artinya, verifikasi data dan fakta secara jujur merupakan kunci untuk mengetahui duduk perkara sebenarnya. Kepolisian maupun KPK, yang masing-masing punya kepentingan atas Novel, tak bisa melakukan kegiatan ini. Pernyataan berbeda dua institusi itu merupakan buktinya.

KPK menyatakan Novel tak ada di lokasi ketika peristiwa mengenaskan itu terjadi. Sedangkan Kepolisian yakin dia menembak kaki salah seorang pencuri sarang burung walet kendati tak meninggal. Novel menyatakan ia tidak menembak, tapi mengambil alih tanggung jawab ketika jatuh korban tewas. Keluarga korban tewas, Mulyan Johani, juga tak melaporkan kasus itu.

(5)

Maka, hasil investigasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sangat penting. Bila terbukti bersalah, Novel harus menerima sanksi--setelah ia merampungkan kasus Simulator. Tapi polisi mesti berbesar hati menutup kasus ini bila tak ada bukti kuat keterlibatan Novel Baswedan.

Wakapolri: Polri Tetap Sidik Kompol Novel

Liputan 6 – 1 jam 49 menit lalu

Liputan6mcom, Jakarta: Wakil Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal Polisi Nanan Sukarna mengatakan Polri tetap meneruskan penyidikan kasus dugaan penembakan yang dilakukan Kompol Novel Bawesdan 2004 silam. Bahkan untuk mengusutnya lembaga independen diterjunkan untuk menghindari ketidak percayaan masyarakat.

"Semua Komnas, Kontras, Kompolnas sudah turun untuk mengecek prosesnya agar tidak timbul ketidakpercayaan. Polisi menyidik karena tugas dan kewajiban dan tanggung jawab," ucapa Nanan Sukarna usai seminar di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Kamis (11/10) Petang.

Nanan menambahkan meski banyak menuai kecaman terkait pengusutan dugaan penembakan terhadap tersangka kasus pencurian burung walet yang diarahkan ke Novel, namun Polri tetap akan mengakomodir komplain seputar kasus Novel termasuk menyikapi pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Perintah presiden tidak menggangu penyidikan. Penyidikan jalan terus, kemudian kita liat, akomodri dan tidak boleh dibiarkn. Karena sudah bayak polisi yang dipecat karena itu," punkas Nanan. (ARI)

Referensi

Dokumen terkait

32 tahun 1999 tersebut semua narapidana berhak mendapat remisi jika memenuhi syarat: berkelakuan baik selama menjalani pidana, berbuat jasa kepada negara,

Penambahan unsur makro Penambahan unsur makro nitrogen dalam t nitrogen dalam tanah dapat dilakukan anah dapat dilakukan dengan penambahan pupuk an-organik yang mengandung

Penelitian studi pustaka ini menunjukkan bahwa Islam di Indonesia masih tetap dapat dinilai sebagai Islam yang moderat, dalam hal ini, Muhammadiyah dan

PESER TA NAMA NAMA JABATAN UNIT KERJA PENEMPATAN KET... PESERTA NAMA NAMAJABATAN UNIT KERJ A PENEMPATAN

Cinnamomum zeylanicum Blume yang dilakukan dengan mengamati lamanya hewan percobaan (mencit) bertahan pada alat Rotary Road yang berputar, terlihat bahwa dengan

Permasalahan yang mimcul dengan digunakannya molen untuk mencampur bahan baku berbentuk tepung adalah hasil pencampuran tidak bisa merata dan diperlukan waktu

Latar Belakang saat ini belajar kurang memerhatiakan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang di capai seseorang, Tetapi sejak orang mulai