• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESA ALUE NAGA PASCA TSUNAMI THE ACEH INSTITUTE 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESA ALUE NAGA PASCA TSUNAMI THE ACEH INSTITUTE 2006"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIKAN

ATAS

TANAH

RINGKASAN PENELITIAN

ANALISIS

YURIDIS

[1]

DESA

ALUE

NAGA

PASCA

TSUNAMI

2006

TIM PENELITI THE ACEH INSTITUTE

RINGKASAN PENELITIAN

HAK PEMILIKAN ATAS TANAH

DESA ALUE NAGA PASCA TSUNAMI

THE ACEH INSTITUTE

2006

ABSTRAK

Penelitian ini berkenaan dengan permasalahan dan penyelesaian atas jaminan kepastian hukum yang berbentuk sertifikat hak sebagai tanda bukti hak pemilikan atas tanah dan penawaran pengambilalhan hak milik demi kepentingan umum dalam desa Alue Naga. Penelitian ini bertujuan memberikan asumsi terhadap kepastian dan perlindungan secara efektif terhadap hak pemilikan atas tanah dan pengambilalihan hak atas tanah demi kepentingan umum dengan melakukan kajian melalui metoda deskriptif analitis. Sampel diperoleh dengan cara stratified cluster sampling, dengan mempergunakan kuesioner dan interview, selanjutnya dilakukan stratifikasi terhadap arsip berkas yang berkaitan dengan permohonan pendaftaran tanah. Hasil penelitian menunjukan bahwa jaminan, perlindungan dan penyelesaian hak atas tanah demi kepastian hukum melalui kegiatan registrasi dan ajudikasi pendaftaran tanah secara sistematik tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan prematur selain itu tidak prosedural sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah jo. Permeneg No. 3 tahun 1997 tentang ketentuan pelaksana Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pengambilalihan hak atas tanah dilakukan tidak berdasarkan Keppers No. 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum jo. Permeneg No. 4 tahun 1994 tentang peraturan pelaksanaan Keppres Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

LATAR BELAKANG

Akibat bencana gempa bumi dan gelombang tsunami pada 26 Desember 2004, telah memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat desa Alue Naga, khususnya menyangkut masalah: a). hilang tanda batas-batas persil bidang tanah, b). administrasi

(2)

document pembuktian atas hak tanah hilang, c). pemilik ikut hilang bersama tsunami, d). Peralihan atas hak pemilikan tanah akibat pewarisan dan peralihan hak atas perwalian, e). Pemberian hak atas tanah, f). adanya tanah musnah yang telah mengalami perubahan bentuk fisik karena gelombang tsunami dan sama sekali tidak dapat dikuasai secara fisik dan atau tidak dapat dipergunakan lagi sesuai dengan fungsinya.

Ada 2 (dua) keadaan yang akan menimbulkan permasalahan dan penyelesaian atas hak milik tanah. Pertama,jaminan kepastian ataupun perlindungan yang efektif terhadap hak pemilikan atas tanah. Kedua, rinsip pendaftaran tanah dan atau peraturan perundangan-undangan lainnya secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi pejabat atau pegawai pertanahan, melakukan perlindungan hak pemilikan atas tanah, yang bersangkutpaut dengan registrasi dan ajudikasi pemberian kepastian hukum kepada individu atas pemilik tanah korban tsunami.

Ada prosedural teknis terkait dengan proses pengambilalihan hak atas tanah yang terlewatkan oleh Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh dalam melakukan kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum, tidak adanya izin pemilik tanah ataupun sosialisasi dan penyuluhan yang melibatkan peran tokoh dan atau pimpinan informal masyarakat setempat. Seharusnya hal teknis ini dilakukan sampai dengan melakukan proses inventarisasi, pemegang hak atas tanah, tanaman dan benda-benda diatasnya akan diidentifikasi, hasilnya kemudian diumumkan kepada public untuk menunggu tanggapan ataupun keberatan dari masyarakat pemilik dalam rentang waktu satu bulan.

Berdasarkan atas adanya masalah-masalah tersebut diatas, maka perlu dilihat dasar atas keadaan yang akan menimbulkan permasalahan dan cara penyelesaiannya atas hak milik tanah tersebut. Disini perlu dilihat pertama, prosedural, kepastian hukum atas penyelenggaran pendaftaran tanah secara sistematik, dalam kaitan dengan jaminan perlindungan yang efektif terhadap hak pemilikan tanah pasca tsunami, Peralihan atas hak pemilikan tanah akibat pewarisan dan peralihan hak atas perwalian serta pemberian hak atas tanah, dan kedua tata laksana pengambilalihan hak atas tanah demi kepentingan umum dalan rekonstruksi.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hukum atas keabsahan atau prosedur penyelenggaraan registrasi dan ajudikasi pendaftaran hak secara sistematik yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional dalam memberikan perlindungan dan kepastian hukum hak atas tanah korban tsunami serta gambaran dari pelaksanaan pengambilalihan hak atas tanah demi kepentingan umum. Penelitian ini juga bertujuan untuk dapat mengidentifikasi permasalahan yang utama dengan memberikan gambaran dan akhirnya memberikan masukan agar tidak terjadi ketimpangan hokum.

BATASAN PENELITIAN

Pada penelitian ini hanya membatasi untuk mengkaji terhadap perlindungan hak atas tanah, dan pengakuan hak kebendaan dalam proses pendaftaran permohonan hak ataupun pengantian sertifikat atas tanah korban tsunami yang diikuti dengan peralihan atas hak pemilikan tanah, serta pengaturan dan penawaran yang setimpal ganti kerugian pengambilalihan hak atas tanah dalam pembangunan rekonstruksi demi kepentingan umum.

METODE PENELITIAN

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis oleh karena bermaksud untuk memberikan gambaran secara objektif keadaan perlindungan serta penyelesaian hak atas tanah, dan pengakuan hak kebendaan dalam proses pendaftaran permohonan hak ataupun

(3)

penggantian sertifikat atas tanah, sampel diperoleh dengan cara stratified cluster sampling, dengan mempergunakan kuesioner secara random berbentuk terbuka, berisi daftar pertanyaan choose dan essay untuk mengungkap data yang berkenaan dengan proses pendaftaran permohonan hak ataupun penguasaan fisik atas tanah dan pemahaman, pengetahuan tentang sertifikat hak atas tanah yang dimiliki, dari pemohon hak 1010 dalam 4 (empat) dusun desa Alue Naga, diambil 300 responden sebagai sampel. Untuk nara sumber digunakan wawancara, pertanyaan-pertanyaan kuesioner sama dengan pertanyaan wawancara berdasarkan hak pemilikan atas tanah pasca tsunami desa Alue Naga yang mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah No 24 tahun 1997 tentang pendaftaran beserta peraturan pelaksana jo. Kepres No. 36 tahun 2005. Selanjutnya dilakukan stratifikasi terhadap arsip berkas yang berkaitan dengan permohonan pendaftaran tanah. Data primer diperoleh juga melalui wawancara dengan nara sumber yaitu ketua tim ajudikasi VII, Project Manager Ralas, camat syiah kuala, keuchik Alue Naga, Keluarga Alm. Twk. Musa, Imeum Meunasah gampong, kepala dusun Musafir, Bunot, Kutaran dan Podiamat. Data primer dan sekunder yang diperoleh diperiksa menyangkut dengan kelengkapan jawaban, kejelasan serta relevansi dengan penelitian ini. Data tersebut dibuat dalam bentuk table dan dianalisis secara kualitatif dengan mendasarkan pada peraturan perundang-undangan.

HASIL PENELITIAN

I.

PERLINDUNGAN HAK ATAS TANAH DAN PENGAKUAN HAK KEBENDAAN

DALAM PROSES PENDAFTARAN PERMOHONAN HAK ATAUPUN

PENGANTIAN SERTIFIKAT.

Penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam masyarakat merupakan tugas Negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah bagi kepentingan rakyat dalam rangka memberikan kepastian hukum bidang pertanahan, dan untuk memperoleh kekuatan hokum

rangkaian kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik, pengajuan kebenaran materiil pembuktian data fisik dan data yuridis hak atas tanah, ataupun lain hal yang

dibutuhkan sebagai dasar hak pendaftaran tanah, mengetahui status hak dan atau riwayat asal usul pemilikan atas tanah, jual-beli, warisan, kesemuannya memerlukan suatu peraturan perundang-undangan selaku payung hukum dan pengesahan pejabat pendaftaran yang berwenang dan akan dijadikan sebagai bukti kepemilikan yang terkuat dan terpenuhi.

Berdasarkan pada wawancara dengan para responden, diketahui saksi perangkat desa dalam hal ini Imeum Maunasah hanya menanda tangani surat pernyataan penguasaan fisik dan pemasangan tanda batas dilakukan di barak atau gubuk, dan sampai dengan sekarang masyarakat tidak mengetahui bahwa proses register dan ajudikasi

pendaftaran tanah telah selesai masa pengumuman, setelah di cek langsung kepada keuchik oleh peneliti bahwa pengumuman tersebut disimpan, bukan ditempelkan pada papan pengumuman atau tempat-tempat lain yang dapat dibaca oleh masyarakat pemegang hak atas tanah dan atau pihak yang mempunyai kepentingan. Dari hasil di stratifikasi data permohonan hak disajikan pada table 1, berikut:

Table. 1.

Kelengkapan para pihak atas kebenaran pernyataanPenguasaan fisik dan pemasangan tanda batas bidang tanah Desa Alue Naga

kecamatan Syiah Kuala kotamadya Banda Aceh

(4)

No Nama Dusun Tanpa Saksi Keluarga Saksi

berbatasan Saksi perangkat Desa 1 Qutaran 13 berkas pemohon hak Hanya

mencantumkan nama

3 pemohon tidak ditanda tangani oleh Keuchik 2 Musafir 30 berkas pemohon hak Idem Ada semua 3 Bunot 26 berkas pemohon hak Idem Ada semua 4 Podiamat Lengkap keseluruhan Idem Ada semua

Sumber: Hasil di stratifikasi data permohonan hak

Pada table diatas terlihat bahwa prosedur pengisian surat pernyataan penguasaan fisik yang dihimpun dalam penyelenggaraan registrasi dan ajudikasi pendaftaran secara sistematik, tidak berdasarkan pada kesepakatan para pihak, dalam menentukan fisik lokasi, penataan batas-batas dan atau penetapan tanda batas persil bidang tanah dimana para pemohon hak, saksi yang berbatasan dan tim ajudikasi, terlihat tidak dilakukan secara nyata.

Table. 2.

Identifikasi pemilik atas tanah

Desa Alue Naga kecamatan syiah kuala kotamadya Banda Aceh Pada kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik tim ajudikasi 2005. No Nama Dusun Tidak diketahui

Pemilik Belum dilakukan Faraidh Diketahui pemilik 1. Qutaran 451 persil bidang 14 persil bidang 173 persil bidang 2. Musafir 20 persil bidang 68 persil bidang 127 persil bidang 3. Podiamat 0 3 persil bidang 56 persil bidang 4. Bunot 27 persil bidang 13 persil bidang 58 persil bidang Sumber: tim ajudikasi dalam peta pengukuran.

Dari gambaran table terlihat bahwa terdapat objek persil bidang tanah yang sampai dengan sekarang tidak diketahui subyek hak atas tanah, dalam kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik yang dilakukan oleh tim ajudikasi, dan belum dilakukan penetapan selaku subjek waris ataupun faraidh terhadap objek atas tanah yang dilakukan pendaftaran.

Table 3.

Klasifikasi pemilikan tanah pada masyarakat Alue Naga Kecamatan Syiah Kuala kotamadya Banda Aceh Pada kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik 2005

Pemilikan atas Tanah No Nama Dusun

Negara/Pemda/umum Tanah warisan Hak Milik/HGB 1. Musafir 11 persil bidang 68 persil bidang 147 persil bidang 2. Bunot 2 persil bidang 13 persil bidang 85 persil bidang 3. Podiamat 6 persil bidang 3 persil bidang 53 persil bidang 4. Qutaran 11 persil bidang 14 persil bidang 624 persil bidang 5. Total 30 persil bidang 98 persil bidang 912 persil bidang Sumber: Peta Pengukuran dan wawancara responden

Keterangan: tanah umum terdiri dari: tanah sekolah SD/TK, mesjid, tanah wakaf, tanah kuburan, puskesmas.

Dalam table 3. memberikan gambaran atas hak pemilikan responden yang dilakukan register sertifikat dalam pendaftaran tanah secara sistematik, dari total 1040 bidang persil terdapat 30 persil bidang berstatus tanah negara, 912 persil bidang tanah berstatus hak milik dan 98 persil bidang yang belum dilakukan faraidh dan masih dicantumkan atas nama pemilik asal. Dalam melakukan pengumpulan data yuridis dan penyelidikan terhadap objek dan subyek hak, pegawai ajudikasi harus mengetahui dan mencatat status hukum dari objek-objek hak yang melekat dari riwayat atau asal usul hak.

(5)

II.

PENGATURAN DAN PENAWARAN YANG SETIMPAL GANTI KERUGIAN

PENGAMBILALIHAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN DEMI

KEPENTINGAN UMUM.

Pengaturan pengambilalihan hak atas tanah milik warga desa Alue Naga bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak walaupun sempat terjadi konflik antara kontraktor sebagai pekerja dengan pemilik tanah, dalam hal mendirikan tanggul pemecah ombak dan membendung agar air dari lautan tidak sampai kedaratan.

Pelepasan atau penyerahan hak ini dilakukan berdasarkan pada prinsip penghormatan terhadap pemilik, setelah terbentuk panitia yang menanggani pengadaan dan pembebasan atas tanah warga Alue Naga dan telah terjadi 2 (dua) kali pengukuran terhadap tanah yang terkena pengambilalihan. Hingga kini walaupun telah dilakukan musyawarah dengan para pemilik tanah untuk menetapkan nilai ganti kerugian atau kompensasi, harga yang ditawarkan 80.000,-/m2 dengan panjang tanggul 4.350 x 15 meter , terhitung dari lampulo, deah raya dan alue naga, tanah yang berada didalam tanggul. Musyawarah dilakukan yaitu pada 11 Maret 2006, 12 Maret 2006, 12 April 2006, 19 April 2006 dan tanggal 24 April 2006, namun belum ada titik temu menyangkut dengan masalah tanah yang diluar tanggul juga dimintakan ganti rugi oleh para pemilik. Tim panitia harga tanah hingga saat ini belum mengeluarkan penerbitan rekomendasi terhadap nilai harga tanah yang diluar tanggul. Akibatnya panitia sampai dengan sekarang belum menerbitkan surat penetapan harga dan pemilik pemgambilalih hak atas tanah, dengan penilaian kompensasi ganti kerugian 80.000/m2 untuk panjang tanggul 4.350 x 15 meter, dan belum dilakukan pelepasan hak dari pemilik.

KESIMPULAN

1. Dalam melakukan kegiatan registrasi dan ajudikasi pejabat dan pegawai pertanahan tidak berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah jo. Permeneg No 3 tahun 1997 tentang ketentuan pelaksana Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

2. Adanya peralihan hak atas tanah yang berdasarkan pewarisan tidak berdasarkan pada penetapan waris dan atau tidak dilakukan secara faraidh dengan melihat kedudukan dan asal usul perolehan tanah.

3. Masih terdapat ketidak tahuan subyek hak dan atau tidak teridentifikasi pemilikan hak atas tanah.

4. Pengambilalihan hak atas tanah demi kepentingan umum belum dilakukan secara prosedural dan atau sesuai dengan Keputusan Presiden No. 36 tahun 2005.

REKOMENDASI

1. Untuk menyelesaian atas hak milik tanah pasca tsunami guna jaminan kepastian hukum ataupun perlindungan yang efektif terhadap hak pemilikan atas tanah, dibutuhkan payung hukum setingkat Perpu yang mengatur tentang prinsip pendaftaran tanah, pengakuan hak, pemberian hak, tanah musnah dan peralihan hak atas tanah akibat pewarisan dan atau perwalian.

(6)

2. Harus dilakukan penetapan pewaris dan atau faraidh harta pewaris oleh Mahkamah Syariah kotamadya Banda Aceh

3. Pengambilalihan hak atas tanah harus memperhatikan akibat yang timbul dari pengambilalihan dan lebih mengkedepankan prosedural dan lebih memberikan kepastian hukum.

Daftar Rujukan

Aminullah, 1991, Suatu Tinjuan Tentang Penguasaan Atas Tanah Bekas Hak Erfpacht Alue Naga Oleh Masyarakat Kecamatan Syiah Kuala Kotamadya Banda Aceh, Skripsi Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

Harsono, Boedi, 1997, Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksanaannya Hukum Agraria Indonesia, Jilid 1, Djambatan, Jakarta.

Undang- Undang

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960

3. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

4. Permeneg No 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997

5. Keppres No. 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

6. Permeneg No. 4 tahun 1994 tentang ketentuan Pelaksanaan Keppres No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

[1] Tanah sebagai awal rekonstruksi, disampaikan pada forum diskusi UN-HABITAT-The

Referensi

Dokumen terkait

Sustainability Menegement sebagai Solusi keberlanjutan program PUAP di Gapoktan Sigampa Desa Kaleke Kecamatan Dolo Barat terkait dengan pengelolaan program PUAP

Oleh karena itu, hasil studi merekomendasikan perlunya kebijakan peningkatan kualitas diplomasi Indonesia dalam forum RFMOs melalui: (1) pengiriman utusan perwakilan

Disamping nyeri muskuloskletal sering juga ditemukan gangguan saraf otonom, gangguan sistem neuroendokrin dan neuropsikiatrik seperti stres dan depresi yang

Pada item pernyataan (Masyarakat yang senantiasa membantu orang lain (misalnya dalam hal berbagi kesempatan kepada pembeli lain untuk membeli beras),

Apakah Ibu bisa menonton tayangan yang tersedia di internet, atau media sosial yang menunjang Ibu untuk menambah wawasan terkait materi pembelajaran Fiqih..

Yamidi: Kalau misalkan mereka mau menginap itu tidur-tidur di ruah warga, nah kenapa tidurnya di rumah warga karena kalau misalkan tidurnya di hotel ini kurang bagus karena

Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa adanya ketetapan harga yang lebih baik seperti harga yang lebih terjangkau dan sesuai dengan menu yang disajikan, maka akan

Juga Zenha dkk (2009) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa ada hubungan antara kadar antibodi PGL-1 dengan jumlah bakteri (BI) pada kusta tipe MB, yang cenderung mengalami