• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI COLLABORATIVE GOVERNANCE PEMERINTAH KOTA PALOPO DENGAN PT-INDONESIA COMNTS PLUS (ICON+) DALAM MEWUJUDKAN SMART CITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI COLLABORATIVE GOVERNANCE PEMERINTAH KOTA PALOPO DENGAN PT-INDONESIA COMNTS PLUS (ICON+) DALAM MEWUJUDKAN SMART CITY"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PALOPO DENGAN PT-INDONESIA COMNTS PLUS (ICON+)

DALAM MEWUJUDKAN SMART CITY

Disusun dan diusulkan oleh

MIFTAHUL JANNAH JALIL

Nomor Stambuk : 105640215115

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh Miftahul Jannah Jalil Nomor Stambuk : 105640215115

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

iii

Mewujudkan Smart city Nama Mahasiswa : Miftahul Jannah Jalil Nomor Stanbuk : 105640215115 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Fatmawati, M.Si Ahmad Taufik, S.IP., M.AP

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

Dr.Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si NMB: 730 727 NBM : 1031102

(4)

iv

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor 0079/FSP/A.3-VIII/II/41/2020 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Rabu tanggal 5 bulan Februari tahun 2020

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si

Penguji :

1. Dr. H. Muhammadiah, MM (Ketua) (………..)

2. Dr. Anwar Parawangi, M.Si (………..)

3. Dr. Hj. Fatmawati, M.Si (………..)

(5)

v Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Miftahul Jannah Jalil Nomor Stanbuk : 105640215115 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini sya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian harinya pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai yg berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 09 Januari 2020 Yang Menyatakan,

(6)

vi

Palopo Dengan PT-Indonesia Comnts Plus (ICONT+) Dalam Mewujudkan Smart City (dibimbing oleh Fatmawati dan Ahmad Taufik).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip collaborative governance pemerintah Kota Palopo dengan PT-Indonesia Comnts Plus (ICONT+) dalam mewujudkan smart city. Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif dengan metode penelitian deskriftif. Informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa collaborative governance pemerintah Kota Palopo dengan PT-Indonesai Comnts Plus (ICONT+) dalam mewujudkan smart city terangkum dalam tiga item yakni : (a) Berbagi Informasi, Pemerintah Kota Palopodan PT. Icon Plus saling berbagi informasi terkait kebutuhan dalam melaksanakan kolaborasi pada wilayah pembuatan program sistem teknologi informasi yang mengarah kepada pembangunan smart city dimana informasi tersebut memberikan akses bagi kedua pihak dalam menjalankan perannya masing-masing. (b) Pembagian Akuntabilitas dalam melaksanakan kolaborasi pemerintahan baik pemerintah Kota Palopo dan PT-Icon Plus menjalankan fungsinya masing-masing sesuai dengan tanggung jawab yang telah tertuang dalam bentuk MOU. (c) Saling Percaya Antara Partisipan, integritas yang ditunjukkan pihak PT. Icon Plus membuat pemerintah Kota Palopo memberikan kepercayaan penuh kepada pihak PT.Icon Plus dalam membangun provider guna meningkatkan sistem informasi berbasis teknologi informasi.

(7)

vii

Alhamdulillahirabbilalamin Puji Syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Dzat pemilik alam semesta serta segala kehidupan dan kematian didalamnya. Pantaslah kita untuk senantiasa memuja dan memuji kebesaran serta keagungan-Nya. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Illahi ditiap aktivitas keseharian kita.

Rasa syukur yang mendalam penulis sampaikan atas selesainya penulisan skripsi yang berjudul “Collaborative Governance Pemerintah Kota Palopo Dengan PT-Indonesia Comnts Plus (ICON+) Dalam Mewujudkan Smart City” sebagai salah satu syarat penyelesaian studi guna memperoleh gelar sarjana (S1) pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis berharap skripsi ini senantiasa memenuhi hakikatnya, yaitu memberikan sumbangsih pemikiran khususnya dalam pengembangan Ilmu Pemerintahan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah mudah dan tidak dalam waktu yang singkat. Selama penyusunan skripsi ini, penulis menemukan berbagai hambatan dan tantangan, namun hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi berkat semangat, upaya dan usaha yang keras yang dilakukan penulis serta tentunya bantuan tenaga, pikiran dan doa dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang teristimewa dan tak terhingga kepada orang tua, Ayahanda Jalil dan Ibunda Harnawan. Terima kasih telah berkorban sedemikian banyak untuk penulis, yang telah melahirkan, membesarkan, dan mendidik penulis hingga sampai seperti saat ini. Juga karena telah memberikan segala dukungan yang luar biasa kepada penulis. Baik berupa kasih sayang, dukungan moral dan materi, semangat serta doa yang tiada hentinya selalu diberikan dengan ikhlas kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberikan kesehatan, melimpahkan rezeki serta kebahagiaan yang tak henti kepada beliau.

Pada kesempatan ini izinkan pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Hj.Fatmawati, M.Si selaku pembimbing I dan bapak Ahmad Taufik,

(8)

viii

Kemudian pada kesempatan yang berbahagia ini pula, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya serta rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si. dan bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.HI. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Ibu Dr. H. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Segenap Dosen serta staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Para tim penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam upaya penyempurnaan skripsi ini.

6. Pihak Dinas Kominfo Kota Palopo yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberi informasi kepada penulis.

7. Orang tua penulis di tana rantau Bripka Zainal, S.Sos dan Ns.Sartika Akib.,S.Kep

8. Adik Fikri Haikal Jalil yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membantu dan menemani penulis.

9. Teman kelas dari semester 1 sampai semester 8, IPC 015, kawan-kawan Demisioner Pengurus Himjip periode 2017-2018, dewan senior dan adik-adik di Himjip, seluruh keluarga besar Ikatan Pemuda Pelajar Mahasisawa Dadeko (IPPMD), dan alumni IPA.3 Sm1lar.

Selain itu, penulis mengucapkan permohonan maaf sedalam-dalamnya atas segala khilaf yang penulis lakukan saat berucap dan bertindak. Selanjutnya,

(9)

ix Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat

Wassalamu’ AlaikumWarahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 19 Januari 2020 Penulis

(10)

x

Halaman Pengajuan Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan... iii

Halaman Penerimaan Tim... iv

Halaman Pernyataan Keaslian KaryaIlmiah ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... x BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Konsep Collaborative Governance... 9

B. Konsep Smart City ... 16

C. Kerangka Fikir ... 21

D. Fokus Penelitian... 22

E. Deskripsi Fokus Penelitian... 23

BAB III. METODE PENELITIAN... 24

A. Waktu dan LokasiPenelitian ... 24

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 24

C. Sumber Data... 25

D. Informan Penelitian... 25

E. Teknik Pengumpulan Data... 26

(11)

xi

B. Penerapan prinsip-prinsip Collaborative Governance Pemerintah Kota PalopoDengan PT-Indonesia Comnts Plus (ICON+) Dalam Mewujudkan

Smart City ... 42

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Collaborative Governance Pemerintah Kota Palopo Dengan PT-Indonesia Comnts Plus (ICON+) Dalam Mewujudkan Smart City... 56

BAB V. PENUTUP... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

(12)

1

Perkembangan teknologi informasi saat ini membawa perubahan yang sangat signifikan. Manusia menciptakan teknologi dengan motivasi dan dorongan agar hidup menjadi lebih baik. Manusia terdorong untuk membuat sebuah teknologi yang dapat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebenarnya teknologi sudah dikenal masyarakat sejak dahulu kala, mulai manusia mengenal tulisan tangan, kemudian berkembang tulisan dengan bantuan mesin. Sejarah mencatat, ditemukannya mesin ketik menjadi awal perkembangan teknologi membuat dokumen dan cara mengirimkan pesan kepada orang lain. Adanya penemuan listrik semakin menjadikan pekerjaan manusia semakin mudah diselesaikan. Dengan sentuhan teknologi, mesin ketik digantikan oleh komputer yang bersumber pada energi listrik dengan fungsi yang lebih kompleks lagi.

Komputer yang berfungsi sebagai alat pembuat dokumen berkembang menjadi alat pemroses data dan media komunikasi yang interaktif seiring dengan adanya internet. Dampak adanya internet membawa pengaruh yang sangat dahsyat dalam kehidupan manusia di segala aspek kehidupan, sehingga saat ini peradaban baru teknologi informasi sudah memasuki era digitalisasi. Berbagai produk terkini mulai bermunculan sehingga menyebabkan istilah masyarakat moderen bergeser dan terjadi perluasan makna menjadi masyarakat digital. Dulu pelayanan menggunakan kertas

(13)

dan dokumen fisik lainnya, saat ini pelayanan diupayakan dalam bentuk paperless dan soft-file. Belum lagi ketika pelayanan harus melalui berbagai prosedur yang panjang dan cenderung berbelit-belit serta waktu yang sangat lama. Namun, saat ini dengan era digitalisasi pelayanan birokrasi maupun administrasi semakin efektif dan efisien. Pendaftaran dapat melalui internet, cukup mengisi form yang dibuat dalam sebuah sistem informasi online atau semacam website (laman).

Pengisian data dapat melalui berbagai perangkat informasi seperti komputer, hand phone, smart phone, tablet dan produk teknologi mutakhir lainnya. Seiring dengan waktu pemerintah pun mulai melirik pemanfaatan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan masyarakat yang lebih maksimal bahkan optimal. Implementasi sistem informasi dan teknologi komunikasi menjadi berkembang dengan sangat pesat di dunia birokrasi dan perusahaan. Hal tersebut akhirnya memunculkan ide besar berupa penciptaan tata kelola masyarakat termasuk masyarakat perkotaan yang cenderung lebih siap dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Ide besar dan langkah kreatif pun muncul dengan hadirnya istilah smart city (dikenal dengan kota yang cerdas) atau pun istilah sejenisnya.

Smart city awalnya di terapkan di negara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Pada mulanya smart city bertujuan untuk menciptakan kemandirian daerah dan meningkatkan pelayanan publik. Konsep dan implementasinya pun semakin berkembang. Kini smart city diterapkan di berbagai negara, salah satunya yaitu Indonesia. Implementasi smart city juga terjadi di

(14)

berbagai daerah di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Di Indonesia pun memiliki kota-kota besar yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Hal ini dipicu dengan pemusatan fasilitas hidup yang lebih baik di daerah perkotaan. Jumlah penduduk yang besar, tidak merata, dantidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan beragam masalah. Pemasalahan yang muncul bukan saja terkait dengan masalah sosial, tapi juga lingkungan hidup dan kualitas hidup masyarakat. Fakta yang terjadi adalah kecenderungan manusia untuk memadati kota besar, sehingga kota-kota besar berpotensi memiliki permasalahan-permasalahan ini.

Smart city memang sedang menjadi trend di Indonesia. Bukan hanya sebagai bentuk gengsi untuk disebut sebagai kota cerdas, namun smart city adalah sebuah langkah yang hebat dalam memajukan kota dalam suatu negara dengan basis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Secara harafiah, smart city memang diartikan sebagai sebuah kota cerdas dengan konsep yang dirancang sedemikian rupa untuk kepentingan masyarakat, terutama dalam pengelolaan sumber daya agar efisien dan efektif.

Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah paparan mendefinisikan Smart city sebagai konsep penataan kota secara terintegrasi dengan cakupan pembangunan yang luas dan dipadukan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan tujuan antara lain, menciptakan perencanaan dan pengembangan kota yang layak huni, maju dan moderen,

(15)

meningkatkan produktivitas daerah dan daya saing ekonomi dan membangun pondasi Indonesia smart nation.

Aspek utama pembangunan smart city menurut Frost dan Sullivan (2014), yaitu smart governance, smart technology, smart infrastructure, smart healthcare, smart mobility, smart building, smart energy dan smart citizen. Tujuan dari smart city itu sendiri adalah untuk membentuk suatu kota yang nyaman, aman, serta memperkuat daya saing dalam perekonomian. Kota menjadi identitas yang menarik perhatian banyak peneliti. Tidak hanya karena kota memiliki dinamika perubahan yang begitu cepat, tetapi juga karena dalam banyak prediksi yang didasarkan pada hasi-hasil penelitian bahwa hampir 50% penduduk dunia akan memadati kota (Senate Department for UrbanDevelopment and the Environment, 2015; Bakıcı,et.al., 2013; Chourabi, et.al., 2012). Akibatnya kota semakin menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan kompleks terkait dengan fasilitas yang diberikan kepada warganya. Kebutuhan-kebutuhan mendasar seperti kesehatan, pendidikan, transportasi umum, sehingga warga kota merasakan keamanan, kenyamanan, dan kebahagiaan tinggal di kotanya harus dipenuhi oleh pengelola kota (Neirottia, et.all.,2014; Nam and Pardo, 2011; Washburn and Sindhu,2010).

Smart City merupakan perkembangan teknologi yang semakin pintar membuat konsep smart tak hanya diterapkan pada berbagai perangkat, tetapi pada berbagai system atau tatanan. Konsep yang disebut sebagai kota pintar adalah konsep yang mengetengahkan sebuah tatanan kota cerdas yang bisa

(16)

berperan dalam memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi secara cepat dan tepat. Konsep kota pintar dihadirkan sebagai jawaban untuk pengelolaan sumber daya secara efesien. Bisa dibilang, konsep kota cerdas ini adalah integras iinformasi secara langsung dengan masyarakat perkotaan.

Untuk mendukung berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur perkotaan dan pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat, maka pemerintah daerah membutuhkan teknologi yang memadai untuk bisa melakukan semua kegiatannya. Dalam menciptakan masyarakat global, berdayasaing, serta kota cerdas dan layak huni, maka masing-masing pemerintah daerah harus menetapkan kebijakan yang tepat dengan menyiapkan konsep pembangunan kota masa depan berkualitas, yang bernama Smart City atau Kota Cerdas.

Konsep kotapintar diyakini bisa menjadi solusi atas persoalan pembangunan kota di daerah. Kota pintar di desain untuk mampu meningkatkan produktivitas manusia yang tinggal di dalamnya, sehingga penataan dan pengelolaan kota yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan digital secara optimal di semua aspek, mulai dari sistem pengelolaan gedung, pengelolaan kualitas lingkungan, serta pelayanan publik. Singkatnya, kota dikembangkan menjadi mesin ekonomi dan produktivitas yang pada akhirnya menjadikan masyarakatnya sehat, produktf dan sejahtera. Program-program pemerintah yang sukses memiliki berbagai macam strategi dan cara untuk mendapatkan pengakuan serta

(17)

kepercayaan dari masyarakat bahwa kota memang mempunyai keunggulan dari daerah-daerah yang ada. Untuk menciptakan kota sebagai Smart City pemerintah terus berupaya merealisasikan infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat.Oleh karena itu untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, pemerintah daerah dapat melakukan program kemitraan dengan sektor swasta (public pri- vate partnership) atau bisa juga bekerjasama dengan sektor ketiga yaitu dengan organisasi nonprofit dan LSM, Mardiasmo(dalam Fatmawati, 2011).

Program Smart City ini merupakan salah satu konsep kota cerdas dirancang untuk membantu masyarakat dalam berbagai bidang, khususnya dalam mengelola sumber daya secara efisien, serta dapat memberi kemudahan kepada warga masyarakat dalam mengakses informasi dalam berbagai bidang.

Dijelaskan, program Smart City Nusantara ini, dinilai sangat positif dan besar manfaatnya. Terutama dalam meningkatkan proses pelayanan kepada masyarakat khusnya kota Palopo. Kota Palopo merupakan salah stau daerah di Luwu Raya yang terbilang sukses, oleh karena itu pemerintah kota Palopo dalam hal ini Diskominfo bekerjasama dengan PT-ICONT+ dalam mewujudkan smart city atau kota cerdas. Muncul beberapa ide untuk menjadikan kota palopo sebagai kota cerdas yaitu smart government, education, healt, transportation. Pembangunan teknologi informasi akan menjadi basis utama konsep smart city ini, konsep smart city bertujuan untuk mempermudah segala urusan pemerintah kota Palopo dengan

(18)

dukungan koneksivitas tinggi dan aplikasi dengan pemeanfaatan ICT (Information, Communication, Technology).

Sebagian besar kecamatan dan kelurahan telah terintegrasi dengan fiber optic, hanya sebagian kecil sajaa yang belum selesai. Sebab, dengan sistem yang terintegrasi ini, masyarakat dapat mengetahui tingkat pencapaian setiap program, yang dilaksanakan oleh setiap OPD (Organisasi Perangkat Daerah) serta kecamatan dan kelurahan, khususnya di kota Palopo. Adapun penerapan aplikasi yang sudah diwujudkan oleh dinas Kominfo kota Palopo dalam mendukung Palopo smart city yaitu, aplikasi lapor SP4N. sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam tentang kondisi dilematis tersebut dengan mengankat judul “Collaborative

Governance Pemerintah Kota Palopo Dengan PT-Indonesia Comnts

Plus (ICON+) Dalam Mewujudkan Smart City”

B. Rumusan Masalah

Dari ulasan singkat mengenai latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka penulis dapat merumuskan suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimna penerapan prinsip-prinsip collaborative governance pemerintah kota Palopo dengan PT-Indonesia comnts plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan collaborative governance pemerintah kota Palopo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city?

(19)

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah penelitian ini, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian, yaitu :

1. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip collaborative governance pemerintah kota Palopo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city.

2. Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan collaborative governance pemerintah kota Palopo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis/akademik

Yaitu untuk memberikan referensi bagi perkembangan ilmu pemerintahan yang secara khusus membahas collaborative governance dan rujukan bagi penelitian berikutnya yang membahas smart city.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan atau masukan kepada pemerintah kota Palopo dalam meningkatkan partisipasi dalam mewujudkan program Smart City

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu politik pada khususnya dan tata perkotaan.

(20)

9

Collaborative merupakan respon terhadap perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran lingkungan kebijakan. Pergeseran-pergeseran ini bisa terjadi dalam bentuk jumlah aktor kebijakan yang meningkat, isu-isu semakin meluas atau sulit terdeteksi, kapasitas pemerintah terbatas sedangkan institusi-institusi di luar pemerintah meningkat sertapemikiran masyarakat yang semakin kritis. Ketika pergeseran tersebut terjadi, maka pemerintah harus mengikuti segera, menyelesaikan dan atau mengatasi apa yang tengah menjadi isu di dalamnya. Namun demikian pemerintah tetap harus menyesuaikan dan membuat dirinya tetap relevan dengan lingkungan sekitarnya. Dengan cara berkolaborasi dengan pihak swasta dan masyarakat yang berkepentingan dan terkena dampak kebijakan atau masalah publik yang ada Mutiarawati (2017).

Ansell dan Gash (dalam Qalbi 2018) mendefinisikan Collaborative governance yaitu pengaturan yang mengatur di mana satu atau lebih badan publik secara langsung melibatkan non-negara pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan kolektif yang formal, berorientasi konsensus, dan deliberatif dan yang bertujuan untuk membuat atau menerapkan kebijakan publik atau mengelola publik program atau aset.

Ansell dan Gash (dalam islamy 2018) berpendapat bahwa definisi dasar, dapat diambil bahwa Governance mengacu pada aturan dan bentuk

(21)

yang memandu pengambilan keputusan kolektif. Bahwa fokusnya adalah pada pengambilan keputusan dalam arti kolektif bahwa pemerintahan bukanlah tentang satu individu yang membuat keputusan melainkan tentang kelompok individu atau organisasi atau sistem organisasi yang membuat keputusan.

Collaborative governance merupakan cara pengelolaan pemerintahan yang melibatkan secara langsung stakeholder di luar negara, berorientasi pada konsensus dan musyawarah dalam proses pengambilan keputusan kolektif yang bertujuan untuk melaksanakan kebijakan publik dan program-program publik secara cepat, Rusmanto, N. U. P. (2018).

Menurut Robertson & Choi (dalam Syawal& Samuda2017). Chocollaborative governance merupakan sebuah proses kolektif dan egalitarian bagi setiap stakeholders yang terlibat, dengan otoritas substantif yang dimiliki dalam pengambilan keputusanserta memiliki kesempatan yang sama untuk merefleksikan aspirasi (kepentingan) dalam proses tersebut.

Sementara itu, Sink (dalam Udiani, N. 2016) menjelaskan kerjasama kolaboratif sebagai : Sebuah proses dimana organisasi organisasi yang memiliki suatu kepentingan terhadap satu masalah tertentu berusaha mencari solusi yang ditentukan secara bersama dalam rangka mencapai tujuan yang mereka tidak dapat mencapainya secara sendirisendiri”.

Strategi baru dari pemerintahan disebut sebagai pemerintahan kolaboratif atau collaborative governance.bentuk dari governance yang melibatkan sebagai stakeholders atau pemangku kepentingan secara

(22)

bersamaan di dalam sebuah forum dengan aparatur pemerintah untuk membuat keputusan bersama.Sejalan dengan pengertian di atas juga menjelaskan bahwa collaborative governance adalah suatu pengaturan pemerintahan dimana satu atau lebih lembaga publik secara langsung melibatkan para pemangku kepentingan non-pemerintah dalam proses pengambilan keputusan kolektif yang bersifat formal, berorientasi pada konsensus deliberatif yang bertujuan untuk membuat dan menerapkan kebijakan publik serta mengelola program ataupun aset publik ,Koomson dan Kwabena(dalam Irawan, 2016).

Deseve (dalam Mutiarawati, T. 2017), menyebutkan bahwa terdapat tiga item penting yang bisa dijadikan untuk mengukur keberhasilan sebuah kolaborasi dalam governance, yang meliputi:

1. Information sharing (berbagi informasi)

Yakni kemudahan akses bagi para anggota, perlindungan privacy (kerahasiaan identitas pribadi seseorang), dan keterbatasan akses bagi yang bukan anggota sepanjang bisa diterima oleh semua pihak. Kemudahan akses ini bisa mencakup sistem, software dan prosedur yang mudah dan aman untuk mengakses informasi.

2. Distributive accountability (pembagian akuntabilitas)

Yakni berbagi governance (penataan, pengelolaan, manajemen secara bersama-sama dengan stakeholder lainya) dan berbagi sejumlah pembuatan keputusan kepada seluruh anggota jaringan. dan dengan demikian berbagi tanggung jawab dalam mencapai hasil yang diinginkan. Jika para anggota

(23)

tidak terlibat dalam menentukan tujuan network dan tidak berkeinginan membawa sumberdaya dan otoritas ke dalam network, maka kemungkinan network ituakan gagal mencapai tujuan.

3. Trus among the participants (adanya saling percaya antara partispan) Trust among the participants didasarkan pada hubungan professional atau sosial, keyakinan bahwa para partisipan mempercayakan pada informasi informasiatau usaha-usaha dari stakeholder lainnya dalam suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Bagi lembaga-lembaga pemerintah, unsur ini sangat esensial karena harus yakin bahwa mereka memenuhi mandat legislatif atau regulatori dan bahwa mereka bisa “percaya” terhadap partner-partner (rekan kerja dalam jaringan) lainnya yang ada di dalam sebuah pemerintahan (bagianbagian,dinas-dinas, kantor-kantor, badan-badan dalam satu pemerintahan daerah, misalnya) dan partner-partner di luar pemerintah untuk menjalankan aktviitas aktivitas yang telah disetujuai bersama.

Alter dan Hage (dalam Islamy, H. 2018) menjelaskan kebutuhan untuk berkolaborasi timbul dari interdependensi (hubungan saling ketergantungan) antara aktor, yang disebabkan oleh masing-masing aktor memiliki berbagai jenis dan tingkat teknologi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas. Interdependensi menginduksi peningkatan frekuensi dan intensitas komunikasi antar organisasi tersebut, yang pada gilirannya memaksa keputusan yang harus dibuat bersama-sama dan tindakan yang akan dilakukan secara kolektif sampai tingkat tertentu.

(24)

Gray (dalam Yaqoub, A. M. 2012) menjelaskan tiga dimensi kolaborasi yang efektif yaitu pencapaian sasaran klien, meningkatkan hubungan-hubungan antar organisasi dan pengembangan organisasi. Tiga dimensi yang berbeda ini merefleksikan jenis-jenis sasaran organisasi yang tidak sama yang dicari dari kolaborasi antar organisasi.

1. Dimensi pertama, pencapaian sasaran klien menunjuk pada tujuan utama dari sebagian usaha sektor publik untuk meningkatkan kolaborasi, yaitu mendapatkan sumber daya yang akan meningkatkan pelayanan.

2. Kedua, hubungan antar organisasi ditingkatkan untuk menangkap kedua hal yakni manfaat kolektif dan potensi kolaborasi organisasi. Jika organisasi dalam kegiatan kolaboratif sama baiknya, hal ini dapat meningkatkan modal sosial pada masyarakat yang dilayani. Hubungan yang lebih baik antara organisasi bekerja untuk meningkatkan kesempatan memecahkan masalah dan membuka jalan bagi hubungan masa depan yang lebih baik.

3. Dimensi ketiga pengembangan organisasi sebagian besar langsung menguntungkan organisasi. Jika kolaborasi meningkatkan pengembangan organisasi, hal ini dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bersaing secara efektif atas kontrak masa depan dan dapat meningkatkan kemampuannya untuk mencapai misi dan tujuan. Kerangka proses kolaborasi menunjukkan bahwa kolaborasi terjadi dari waktu ke waktu sebagai interaksi organisasi baik secara formal

(25)

dan informal melalui rangkaian yang berulang dari negosiasi, pengembangan komitmen dan pelaksanaan komitmen tersebut.

Para ahli menggambarkan beberapa tahap proses kolaborasi. Pandangan Gray (dalam Yaqoub, A. M. 2012) menjelaskan tiga fase kerangka kolaborasi yakni masalah pengaturan, penetapan arah dan pelaksanaan. Himmelman (dalam Yaqoub, A. M. 2012) proses kolaborasi dilihat sebagai sebuah rangkaian strategi yang berkisar untuk mengubah masyarakat melalui “empowerment collaboration” atau kolaborasi pemberdayaan.

Menurut Ansell dan Gash (dalam Harmawan, B. N. 2016). model Collaborative governance memiliki empat variabel luas yaitu:

1. Kondisi awal

Mengatur dasar tingkat kepercayaan, konflik, dan modal sosial yang menjadi sumber daya atau kewajiban selama kolaborasi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai antara pihak yang berkolaborasi.

2. Desain institusional

Desain institusional di sini mengacu ke protokol dasar dan aturan dasar untuk kolaborasi, yang sangat penting untuk legitimasi prosedural dari proses kolaboratif. Akses ke proses kolaboratif itu sendiri mungkin merupakan masalah desain yang paling mendasar.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan secara luas dilihat sebagai unsur penting dalam membawa pihak ke meja dan untuk mengarahkan mereka melalui tambalan

(26)

kasar dari proses kolaboratifmeskipun negosiasi tanpa bantuan terkadang dimungkinkan, literaturnya sangat banyak menemukan bahwa kepemimpinan fasilitatif penting untuk menyatukan para pemangku kepentingan dan membuat mereka terlibat satu sama lain dalam semangat kolaboratif.

4. Kolaboratif proses

Model-model proses pemerintahan kolaboratif terkadang menggambarkan kolaborasi sebagai berkembangsecara bertahap. Dalam kolaboratif proses pihak yang menjalin kolaborasi harus membangun komunikasi, kepercayaan, komitmen, pemahaman dalam mencapai sebuah hasil. Proses adalah hal yang penting tahapan kolaborasi.

Thomson dan Perry (dalam Lestari, U. F. (2017). mendefinisikan kolaborasi adalah sebuahproses di mana para aktor otonom atau semi-otonom berinteraksi melalui negosiasi formal maupun informal, secara bersama menciptakan aturan dan struktur yang mengatur hubungan mereka dan cara-cara untuk bertindak atau memutuskan masalah bersama. Ini berarti suatu proses yang melibatkan norma-norma bersama dan interaksi yang saling menguntungkan. Berdasarkan definisi tersebut ada lima dimensi kunci kolaborasi yaitu:

1. Governance (kepemerintahan): Para pihak yang berkolaborasi harus memahami bagaimana cara untuk bersama-sama membuat keputusan tentang aturan-aturan yang akan mengatur perilaku dan hubungan bersama.

(27)

2. Administration (administrasi): Kolaborasi bukanlah usaha self administering. Organisasi berkolaborasi karena mereka berniat untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur administratif tersebut berbeda secara konseptual dari pemerintahan mereka karena kurang berfokus atas persediaan kelembagaan dan lebih pada implementasi dan manajemen apa yang dibutuhkan dalam mencapai suatu tujuan melalui sistem operasi yang efektif serta mendukung kejelasan peran dan saluran komunikasi yang efektif.

3. Organizational Autonomy (otonomi organisasi): Dimensi kolaborasi ini menjelaskan dua dinamika potensial dan kekecewaan yang tersirat dalam upaya kolaboratif. Para mitra pada kenyataan berbagi identitas ganda. Mereka mempertahankan identitas yang berbeda dan wewenang organisasi yang dipisahkan dari identitas kolaboratif. 4. Mutualisme (Kebersamaan): Kebersamaan berakar pada saling

ketergantungan. Organisasi yang berkolaborasi harus saling ketergantungan pada hubungan yang saling menguntungkan didasarkan atas perbedaan kepentingan atau kepentingan bersama. 5. Norms (norma): Timbal balik dan kepercayaan, terkait erat secara

konseptual

B. Konsep Smart City

Konsep smart city dapat diambil pemahamannya dengan cara melihat dan me-resume karakteristik yang tepat untuk sebuah kota cerdas yang cenderung umum dari beberapa sumber. Kota cerdas memanfaatkan

(28)

teknologi baru dan wawasan untuk mengubah sistem, operasi, dan pelayanan. Sebuah kota dapat dikatakan cerdas ketika memiliki manajemen sumber daya alam (SDA) yang bijaksana melalui tata pemerintahan yang partisipatif. Manajemen tersebut diterapkan pada investasi modal manusia dan sosial, transportasi dan infrastruktur komunikasi moderen melalui teknologi informasi dan komunikasi, serta pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan kualitas hidup yang tinggi. Aspek yang dikedepankan antara lain sumber daya alamnya, pemerintahan, sosial, transportasi, ekonomi, dan kualitas hidup. Kota yang cerdas juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pelayanan kotanya serta memperhatikan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan dengan menjaga sumber daya alam dan lingkungannya.

Smart city merupakan sebuah konsep dari keinginan masa depan untuk meningkatkan fleksibilitas, efisiensi dan subtainabilitas sistem jarinfan serta pelayanan terhadap masyarakat kota dengan memenfaatkan teknologi informasi, telekomunikasi dan digital yang ditujukan untuk kebaikan dan dan kesejatraan masyarakatnya menurut Mohanty et al. (dalam Hermana., 2019).

Namun di sisi lain, perlu diingat bahwa prinsip pembangunan sejatinya adalah ditunjukan untuk membangun manusianya, jadi bukan bukan sekedar membangun fasilitas dan infrastukturnya semata. Terwujudnya kota smart akan menjadi sebuah keniscayaan apabila pada saat

(29)

yang bersamaan didukung oleh masyarakat yang juga cerdas (smart citizen atau smart sosiety) menurut Hermana (2019).

Menurut Giffinger (dalam Christianto, dkk. 2016). menganggap kota cerdas adalah cerdas melakukan pembangunan kotanya dengan cara melihat ke depan. Pendekatan pembangunan kota yang melihat ke depan menuju kotacerdas mempertimbangkan isu-isu, seperti kontribusi, ketegasan diri,kemandirian, dan kesadaran. Terutama isu kesadaran, dimana potensitertentu hanya dapat dimobilisasi jika masyarakat, swasta, danpemerintahan menyadari posisi kota, yaitu mengetahui kota tidak hanyadari dalam tetapi juga sadar akan lingkungan sekitarnya. Pembangunan kota yang melihat ke depan dilakukan pada 6 karakteristik yaitu ekonomi,masyarakat kota, pemerintahan, mobilitas, lingkungan, dan kehidupan.

Boyd Cohen (dalam Christianto, dkk. 2016). berpendapat bahwa sementara beberapa orang terus mengambil pandangan sempit mengenai smart city denganmelihatnya sebagai kota yang melakukan pemanfaatan yang baikterhadap teknologi informasi dan komunikasi, Cohen sendiri lebih melihatsmart citysebagai pendekatan terpadu yang luas untuk meningkatkanefisiensi dari operasi kota, kualitas hidup warga kotanya, danmenumbuhkan ekonomi lokal.

Nijkamp (2009) menganggap sebuah kota dapat dikatakan cerdas ketika memiliki manajemen sumber daya alam (SDA) yang bijaksana melalui tata pemerintahan yang partisipatif. Manajemen tersebut diterapkan

(30)

pada investasi modal manusia dan sosial, transportasi dan infrastruktur komunikasi modern melalui teknologi informasi dankomunikasi, serta pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan kualitas hidup yangtinggi. Aspek yang dikedepankan antara lain sumber daya alamnya, pemerintahan, sosial,transportasi, ekonomi, dan kualitas hidup. Kota yang cerdas juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pelayanan kotanya serta memperhatikan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan dengan menjaga sumber daya alam dan lingkungannya.

Konsep kota cerdas ini memang membicarakan pemanfaatan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak hanya mengenai teknologi informasi dan komunikasi, tapi juga mengenai teknologi transportasi moderen. Selebihnya juga, berbagai macam aspek pada kehidupan di kota masih berhubungan dengan konsep kota cerdas,seperti keamanan, penghijauan, efisiensi dan keberlanjutan, energi, danlain-lain. Jadi, diupayakan teknologi informasi dan komunikasi tersebut dalam pemanfaatannya dapat mendukung manajemen sumber daya, meningkatkan pelayanan kepada masyarakatnya, dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat kotanya, dengan tetap memperhatikan aspek-aspek keamanan, penghijauan, dan keberlanjutan kotanya.

Soemardiono (2019) mengatakan bahwa konsep smart city yang memberikan manfaat bagi manusia sebagai pusat dari pembangunan yang berkelanjutan akan berjalan jika pemerintah dan warganya memiliki peranannya masing-masingnuntuk mengusahakan kepentingan berdama.

(31)

Amerika Serikat dan Eropa merupakan negara dan benua yangmenjadi pelopor smart city di dunia. IBM merupakan perusahaanenterprise dunia yang mewadahi berdirinya smart city. IBM membagismart city menjadi enam jenis pembagian. Giffinger menyatakanpembagian smart city ke dalam enam jenis sebagaimana yang dijelaskanoleh IBM. Keenam jenis pembagiansmart city tersebut meliputi SmartEconomy, Smart Mobility, Smart Governance, Smart People, Smart Living, dan Smart Environment.

Masyarakat kota secara langsung dapat berpartisipasi di dalam pengambilan kebijakan, manajemenkota,maupun memberikan informasi dan masukan koordinasi antara pemangku kebijakan dengan masyarakat dapat terjalin secara langsung dan real time. Seluruh data dari berbagai sumber dikompilasi dan diolah menjadi satu informasi besar (Batty, 2013). Hubungan dua arah yaitu top-downdan bottom-updiharapkan akan membentuk kesadaran masyarakat (intelectual capital) terhadap kota. Mereka memiliki rasa memiliki serta merasakan kondisi dan risiko bersama yang sangat diperlukan di dalam pembuatan sistem peringatan dini.

Prinsip utama smart city adalah menjadi jembatan antara kebijakan pemerintah yang bersifat top-down dengan partisipasi masyarakat yang bersifat bottom-up. Prinsip ini mendukung pencapaian intelectual capital masyarakat kota untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap kota. Prinsip ini juga berlaku dalam penyusunan sistem peringatan dini, yaitu untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana. Nilai nilai lokal berupa pengetahuan lokal masyarakat mengenai bencana dan sistem

(32)

peringatan dini berbasis komunitas perlu diakomodasi sebagai bentuk feedback yang bersifat bottom-up. Nilai pengetahuan lokal yang terbentuk melalui social ecological knowledged alam sistem peringatan dini menjadi embrio intelectual capitalmasyarakat yang terus dikembangkan dan bukan dihilangkan serta digantikan menggunakan sistem baru.

C. Kerangka Fikir

Smart City atau kota cerdas merupakan kota yang mampu menggunakan sumber daya manusia (SDM), modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.

Perkembangan smat city memiliki dinamika perubahan yang begitu cepat dikarenakan kota semakin dihadapi tantangan yang luar biasa besar dan komleks terkait dengan fasilitas yang diberikan kepada warganya. Adapun tujuan dari smart city itu sendiri adalah untuk membentuk suatu kota yang nyaman, aman, serta memperkuat daya saing dalam perekonomian. Kota menjadi identitas yang menarik perhatian banyak peneliti.

Ini kemudian yang menjadi fokus pada pemeritah daerah dengan pihak swata dalam mewujudkan smart city yang kemudian diangkat dalam penelitian terkait collaborative governace pemerintah kota Palopo dengan

(33)

PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut.

Bagan Kerangka Fikir

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian tentang collaborative governance pemerintah kota palopo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam membangun Smart City, menggunakan pendekatan Information sharing (berbagi informasi), Distributive accountability (pembagian akuntabilitas), Trus among the participants (adanya saling percaya antara parsitipan).

Colaborative Governance Pemerintah Kota Palopo Dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) Dalam Membangun

Smart City

Indikator dijadikan untuk mengukur keberhasilan sebuah collaborative governance menurut Deseve (dalam Mutiarawati, T. 2017)

1. Information sharing (berbagi informasi)

2. Distributive accountability (pembagian akuntabilitas)

3. Trus among the participants (adanya saling percaya antara partispan)

Faktor pendukung

Faktor penghambat

(34)

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraikan penulis, kemudian akan dideskripsikan seperti berikut:

1. Information sharing (berbagi informasi) Yakni kemudahan akses bagi para anggota, perlindungan privacy (kerahasiaan identitas pribadi seseorang), dan keterbatasan akses bagi yang bukan anggota sepanjang bisa diterima oleh semua pihak.

2. Distributive accountability (pembagian akuntabilitas) Yakni berbagi governance (penataan, pengelolaan, manajemen secara bersama-sama dengan stakeholder lainya) dan berbagi sejumlah pembuatan keputusan kepada seluruh anggota jaringan. dan dengan demikian berbagi tanggung jawab dalam mencapai hasil yang diinginkan.

3. Trust among the participants (adanya saling percaya antara partisippan) didasarkan pada hubungan professional atau sosial, keyakinan bahwa para partisipan mempercayakan pada informasi informasiatau usaha-usaha dari stakeholder lainnya dalam suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama.

(35)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Waktu dalam penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 2 bulan setelah seminar proposal. Lokasi penelitian bertempat di Kota Palopo tentang Collaborative Governance Pemerintah Kota Palopo dengan PT-Indonesia Coments Plus (ICON+) dalam mewujudkan Smart City.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai deangan kondisi objektif dilapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan, Sugiono (2012).

Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap narasaumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka. Untuk itu peneliti harus terjun dalam lapangan dalam waktu yang cukup lama.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskiptif yang dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap

(36)

baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian. Masalah yang akan diteliti terkait collaboratif governance pemerintah kota Palopo denganPT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam membangun smart city.

C. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana peneliti memperoleh data yang diperlukan selama melaksanakan penelitian. Adapun sumber data pada penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data utama yang di gunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji. Hal dilakukan melalui metode wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber dan pendukung yang dilakukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan. Data sekunder terutama diperoleh melalui dokumentasi.

D. Informan Penelitian

Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan purposive sampling atau sengaja memilih orang-orang yang di anggap dapat

(37)

memberikan informasi yang akurat sesuai maksud penelitian yaitu tentang, collaborative governance pemerintah kota Palopo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city.Adapun yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 1. Informan Penelitian

No. Nama Inisial Jenis

Kelamin

Jabatan

1. IlhamTahang S.STP IT L Kepala Bidang Infrastruktur dan Manajemen SistemInformasi

2. Ramlan, M.Kom RM L Kasi Pengembangan Sistem

Informatika Diskominfo Kota Palopo

3. Ahmad Rizal AR L PT. ICON(+)

4. Kiki Lestari S.Kom KL P PT. ICON(+)

5. Utta Saddiq US L Masyarakat

6. Ahmad Yurdiniawan AY L Masyarakat

7. Putri Handayani PH P Masyarakat

(Sumber: DiolahOlehPenulis)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan, penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yakni :

1. Teknik Observasi

Observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati dan mencatat seraca sisitematis terhadap masalah-masalah yang terkait dengan collaborative governance pemerintah kota Palopo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city. Kegiatan pengamatan

(38)

terhadap objek penelitian ini untuk memperoleh keterangan-keterangan data yang lebih akurat dan untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi dilapangan dalam hal collaborative governance pemerintah kota Palopo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city.

2. Wawancara

Wawancara ini dilakukan peneliti dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan dan mendalam terhadap beberapa informan yang diambil sebagai sampel baik dari pemerintah, pegawai swasta maupun masyarakat yang dianggap mampu memberikan informasi yang akurat terkait collaborative governance pemerintah kota Palopo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city.

3. Dokumentasi

Pada tahap dokumentasi penulis mendapatkan dokumen berupa kontarak kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta yang dibuktikan dengan nomor surat : 2. 1/PPK-SPK/DISKOMINFO/III/2019, dalam hal ini Dinas Kominfo dengan PT-Indonesia coments plus (ICON+) dalam mewujudkan smart city di Palopo sehingga menunjang kerelevan data. Metode dokumentasi digunakan untuk mengungkap serta melengkapi informasi yang erat kaitanya dengan pokok dari permasalahan.

(39)

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini di kemukakan oleh Miles dan Hurman memiliki tiga langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data Reducation)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok dan memfokuskan pada hal yang penting. Reduksi data juga berarti komponen pertama dalam analisis data yang memperpendek, mempertegas dan membuang hal yang dirasa tidak penting ataupun tidak berkaitan dengan fokus penelitian sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah bentuk rakitan data dalam uraian singkat. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu bersifat naratif. Hal ini di maksudkan untuk memahami apa yang terjadi secara lebih mudah.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing)

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang di rumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada dilapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebalumnya belum jelas menjadi jelas.

(40)

G. Pengabsahan Data

Menurut Sugiono (dalam Aswad 2018) uji keabsahan data meliputi uji kreadibilitas data, uji transferability, uji depenability dan uji comfirmability. Keabsahan data pada penelitian ini diperiksa menggunakan uji kreadibilitas data yang dilakukan denagn teknik triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan dengan berbagai cara, berbagai sumber, dan berbagai waktu. Denag demikian terdapat tiga triangulasi dalam keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. 1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan dikatakan pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen.

2. Tringulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk mengecek data yang diperoleh dengan teknik pengumpulan data sebelumnya.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Perubahan suatu proses dan dan perilaku manusia

(41)

mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Untuk mendapatlkan data yang sah melalui observasi pada penelitian ini akan diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja.

(42)

31 1. Kota Palopo

Kota Palopo ini dulunya bernama Ware yang dikenal dalam Epik La Galigo. Nama Palopo ini mulai digunakan sejak tahun 1604, bersamaan dengan pembangunan Masjid Jami' Tua.Kata Palopo ini diambil dari kata bahasa Bugis-Luwu. Artinya yang pertama adalah penganan yang terbuat dari ketan, gula merah, dan santan.Yang kedua berasal dari kata "Palopo'i", yang artinya tancapkan atau masukkan. Palopo'i adalah ungkapan yang diucapkan pada saat pemancangan tiang pertama pembangunan Masjid Tua. Dan arti yang ketiga adalah mengatasi.

Palopo dipilih untuk dikembangkan menjadi ibu kota Kesultanan Luwu menggantikan Amassangan di Malangke setelah Islam diterima di Luwu pada abad XVII. Perpindahan ibu kota tersebut diyakini berawal dari perang saudara yang melibatkan dua putera mahkota saat itu. Perang ini dikenal dengan Perang Utara-Selatan. Setelah terjadinya perdamaian, maka ibu kota dipindahkan ke daerahn di antara wilayah utara dan selatan Kesultanan Luwu.

Kota dilengkapi dengan alun-alun di depan istana, dan dibuka pula pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat. Lalebbata menjadi pusat kota kala itu. Dalam kajian M. Irfan Mahmud, pusat kota ini melingkar seluas kurang lebih 10 ha, yang meliputi kampung Amassangan dan Malimongan.

(43)

Dalam perkembangannya, maka perlahan-lahan Palopo meluaskan wilayahnya dengan terbukanya kluster kampung tingkat kedua, yakni Surutanga.Luasan wilayah kluster kedua ini sekitar 18 ha, dan diyakini dulunya menjadi pemukiman rakyat dengan aktivitas sosial-ekonomi yang intensif.Menurut penelitian, diduga bahwa Kampung Surutanga ini dihuni hampir semua golongan rakyat.Dengan lokasi yang dekat dengan pantai dan areal persawahan, maka sebagian besar masyarakat Surutanga saat itu bekerja sebagai nelayan dan petani.Pada kontek awal perkembangan Palopo ini, batas kota diyakini berada melingkar antara makam Jera’ Surutanga di selatan, makam Malimongan di sisi barat, dan makam raja Lokkoe di utara Sungai Boting.

Perkembangan Palopo kemudian dilanjutkan dengan tumbuhnya Kampung Benturu sebagai kluster tingkat ketiga seluas 5 ha.Pemukiman Benturu kala itu dilingkungi benteng pertahanan yang terbuat dari tanah menyerupai parit.Tinggi rata dinding benteng 2 meter dan lebar rata-rata 7 meter.Panjang benteng tidak kurang 5 kilometer menghadap pantai.Benteng ini disebut Benteng Tompotikka, yang bermakna tempat matahari terbit.Lokasi benteng ini diyakini berada di sekitar Kompleks Perumahan Beringin Jaya.Kala itu, dalam areal benteng ini terdapat jalan setapak sepanjang 1500 meter yang membujur timur-barat.Namun demikian, Kampung Benturu ini diyakini tidak sezaman dengan Surutanga dan Lalebbata.Benteng diperkirakan dibangun pada abad XIX untuk persiapan menghadapi Belanda.

(44)

Perkembangan Palopo mengalami pasangsurut akibat insiden 23 Januari 1946 dan pemberontakan DI/TII.Pembangunan kembali bergairah ketika Abdullah Suara menjabat Bupati Luwu kala itu. Beliau membangun banyak infrastruktur seperti Masjid Agung Luwu-Palopo, kantor Bupati Luwu, rumah jabatan Bupati (Saokotae), hingga Pesantren Modern Datok Sulaiman. Hal ini menjadikan Palopo sebagai ibu kota Kabupaten Luwu mulai menjadi mercusuar ekonomi di utara Sulawesi Selatan. Perlahan tetapi pasti, peningkatan status Kota Administratif (kotif) kemudian disandang di 4 Juli 1986 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 1986. Seiring dengan perkembangan zaman, tatkala gaung reformasi bergulir dan melahirkan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan PP Nomor 129 Tahun 2000, telah membuka peluang bagikota administratifdi seluruh Indonesia yang telah memenuhi sejumlah persyaratan untuk dapat ditingkatkan statusnya menjadi sebuah daerah otonom.

Ide peningkatan status Kotif Palopo menjadi daerah otonom bergulir melalui aspirasi masyarakat yang menginginkan peningkatan status kala itu, yang ditandai dengan lahirnya beberapa dukungan peningkatan status Kotif Palopo menjadi Daerah Otonom Kota Palopo dari beberapa unsur kelembagaan penguat seperti:

 Surat Bupati Luwu Nomor 135/09/TAPEM tanggal 9 Januari 2001 tentang Usul Peningkatan Status Kotif Palopo menjadi Kota Palopo;

(45)

 Keputusan DPRD Kabupaten Luwu Nomor 55 Tahun 2000 tanggal 7 September 2000 tentang Persetujuan Pemekaran/Peningkatan Status Kotip Palopo menjadi Kota Otonomi;

 Surat Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 135/922/OTODA tanggal 30 Maret 2001 tentang Usul Pembentukan Kotif Palopo menjadi Kota Palopo;

 Keputusan DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 41/III/2001 tanggal 29 Maret 2001 tentang Persetujuan Pembentukan Kotif Palopo menjadi Kota Palopo;

 Hasil Seminar Kota Administratif Palopo Menjadi Kota Palopo;

 Surat dan dukungan Organisasi Masyarakat, Organisasi Politik, Organisasi Pemuda, Organisasi Wanita, dan Organisasi Profesi;

 Disertai dengan Aksi Bersama LSM Kabupaten Luwu memperjuangkan Kotif Palopo menjadi Kota Palopo, kemudian dilanjutkan oleh Forum Peduli Kota.

Akhirnya, setelah Pemerintah Pusat melalui Depdagri meninjau kelengkapan administrasi serta melihat sisi potensi, kondisi wilayah, dan letak geografis Kotif Palopo yang berada pada Jalur Trans Sulawesi dan sebagai pusat pelayanan jasa perdagangan terhadap beberapa kabupaten yang meliputi Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Tana Toraja, dan Kabupaten Wajo serta didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, Kotif Palopo kemudian ditingkatkan statusnya menjadi Daerah Otonom Kota Palopo.

(46)

Tanggal 2 Juli 2002 merupakan salah satu tonggak sejarah perjuangan pembangunan Kota Palopo, dengan ditandatanganinya prasasti pengakuan atas daerah otonom Kota Palopo oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Palopo dan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Selatan, yang akhirnya menjadi sebuah daerah otonom, dengan bentuk dan model pemerintahan serta letak wilayah geografis tersendiri, berpisah dari induknya yakni Kabupaten Luwu.

Di awal terbentuknya sebagai daerah otonom, Kota Palopo hanya memiliki 4 wilayah Kecamatan yang meliputi 19 Kelurahan dan 9 Desa. Namun seiring dengan perkembangan dinamika Kota Palopo dalam segala bidang sehingga untuk mendekatkan pelayanan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat, maka pada tahun 2006 wilayah kecamatan di Kota Palopo kemudian dimekarkan menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan.

Tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Palopo mencapai 8,8 persen. Dengan pertumbuhan yang cukup tinggi ini, Palopo tetap menjadi harapan dari warganya atas kesejahteraan yang lebih baik.Harapan ini tentu bukanlah harapan kosong belaka.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Palopo tercatat sebagai yang terbaik ketiga di Sulawesi Selatan.Inilah doktrin wanua mappatuwo. Palopo dan Tana Luwu pada umumnya adalah kota tempat menggantungkan optimisme dan harapan.

(47)

2. Letak Geografis

Kota Palopo yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Provinsi Sulawesi Selatan terletak pada 02°53'15" - 03°04'08" LS dan 120°03'10" - 120°14'34" BT dengan batas administratif sebagai berikut:

 Utara : Kecamatan Walenrang, kabupaten Luwu

 Timur : Teluk Bone

 Selatan : Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu

 Barat : Kecamatan Bassessang Tempe, Kabupaten Luwu 3. Jumlah Kecamatan dan Penduduk

Tabel 2. Letak wilayah No. Kecamatan Jumlah

Penduduk

Luas Wilayah Jumlah Desa/Kelurahan Kepadatan Penduduk 1. Wara 32.026 11,49 6 2.787 2. Telluwanua 12.076 34,34 7 352 3. Wara Utara 19.628 10,58 6 1.855 4. Wara Barat 9.706 54,13 5 179 5. Wara Timur 31.998 12,08 7 2.649 6. Mungkajang 7.205 53,80 4 134 7. Sendana 5.915 37,09 4 159 8. Bara 23.701 23,35 5 1.015 9. Wara Selatan 10.448 10,66 4 980

(48)

Berdasarkan data dari jumlah penduduk berdasarkan kecamatan maka dapat disimpulkan jumlah penduduk Kota Palopo sebanyak 152.703 Jiwa yang tersebar di 9 kecamatan dan 48 Desa/Kelurahan.

4. Diskominfo Kota Palopo

Pada Awalnya Urusan Komunikasi dan Informatika di Kota Palopo hanya dilaksanakan oleh bidang Komunikasi dan Informatika pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor : 7 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Palopo.

Diakhir tahun 2016 tepatnya pada Desember 2016 berdasarkan peraturan daerah kota palopo nomor : 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah dalam Wilayah Kota Palopo, Urusan Komunikasi dan Informatika dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah berbentuk “Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palopo” dengan tipelogi “ C ”. selanjutnya diberikan tugas dan fungsi sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Walikota Palopo Nomor : 45 tahun 2016 tentang Dinas Komunikasi dan Informatika.

Visi Dinas Komunikasi Dan Informatika Kota Palopo, terwujudnya Kota Palopo yang PROAKTIF (Profesional, Akuntabel, dan Inovatif) berbasis Teknologi infomasi dan Komunikasi. Profesional sikap mental dalam bentuk komitmen dari para ASN lingkup Diskominfo untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang berbasi Teknologi Informasi dan Komunikasi.

(49)

Akuntabel merupakan bentuk pertanggung jawaban terhadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palopo.

Inovatif merupakan Kemapuan ASN pada Dinas Komunikasi dan Informatika dalam menghasilkan solusi dan gagasan tata kelola pemerintahan (e-Goverment) dalam peningkatan layanan publik berbasis TIK.

Misi Dinas Komunikasi Dan Informatika Kota Palopo adalah sebagai berikut:

a. Misi Pertama : Meningkatkan kapasitas layanan peyebaran informasi, memberdayakan potensi masyarakat serta kerjasama lembaga komunikasi dan informatika. Misi ini untuk mewudkan layanan informasi dan peberdayaan masyarakat serta lembaga komunikasi sosial yang diberdayakan melalui TIK di Kota Palopo. b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas Infrastruktur dan Sistem

Aplikasi layanan e-Goverment yang terintegrasi ke semua OPD Pemerintah Kota Palopo. Misi ini untuk mewujudkan pengembangan Infrastruktur TIK di daerah, apliksi dan integrasi layanan e-Goverment yang diterapkan dilingkungan OPD Pemerintah Kota Palopo dan adanya payung hukum/standarisasi dalam bidang urusan komunikasi dan informatika dalam rangka meningkatkan pelayanan publik di Kota Palopo.

(50)

c. Menigkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang TIK. Misi ini untuk Meningkatkan profesionalisme dan Kinerja Kelembagaan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palopo adalah upaya untuk mengatur dan menigkatkan fungsi dan peran perangkat kelembagaan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palopo berdasarkan kewenangan dan kondisi daerah dalam rangka peningkatan Kinerja Pemerintah Kota Palopo dan mengoptimalkan pendayagunaan teknologi informasi sekaligus sebagai upaya modernisasi system administrasi pemerintahan menuju terwujudnya Good Governmence.

d. Mewujudkan Palopo Smart City, Misi ini bertujuan bagaimana memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bagi setiap aspek kota, baik fisik maupun non-fisik secara saling bersinergi untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat serta peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat umum.

Penandatangan perjanjian pengadaan jaringan internet utama pendukung dc dan jaringan komunikasi data pendukung administrasi perkantoran antara Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Palopo dan PT Indonesia Comnets Plus (Icon +) merupakan langkah yang sangat strategis dalam mewujudkan proses kerja yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel dalam mendukung kualitas pelayanan publik dan pelayanan administrasi pemerintah di lingkungan pemerintah Kota Palopo.

(51)

Dengan adanya kerjasama yang dilakukan pemerintah Kota Palopo lebih mengarah kepada persiapan Palopo menjadi kota smart.

5. PT-Indonesia Comnets Plus (ICON+)

Tujuan awal lahirnya ICON+ adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur jaringan kelistrikan untuk telekomunikasi yang semula hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan layanan jaringan telekomunikasi bagi operasi ketenaglistrikan.Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi yang dimiliki, kini ICON+ beroperasi sebagai penyedia layanan utama jaringan telekomunikasi baik bagi PLN maupun publik. ICON+ mendukung perkembangan telekomunikasi dan teknologi informasi di Indonesia dengan memanfaatkan Right of Way (ROW) jaringan kelistrikan PLN untuk menyediakan layanan jasa dan jaringan telekomunikasi berbasis fiber optic, baik untuk PLN maupun pelanggan Corporate lainnya. Dalam hal ini ICON+ menyediakan jaringan fiber optic sepanjang 891.000 KM yang terbentang di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.

Sejak tahun 1995, PLN telah mengoperasikan jaringan fiber opticterutama di Jawa untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi internal PLN. Pada tahun 2000 ICON+ telah memperluas jaringan dan pasarnya dengan melayani kebutuhan telekomunikasi pelanggan eksternal yang mendapat dukungan sepenuhnya dari PT PLN (Persero). Selain itu, ICON+ juga menjadi enabler layanan teknologi informasi untuk mendukung proses bisnis penyediaan layanan kelistrikan. Kini ICON+ menawarkan berbagai

(52)

pilihan jaringan telekomunikasi yaitu Clear Channel Network, IP VPN, Metronet dan IP VSTAT.

PT Indonesia Comnets Plus (ICON+) adalah perusahaan nasional yang bergerak dibidang penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi.ICON+ merupakan anak perusahaan PT PLN (Persero) yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 2000.

Misi dari PT Indonesia Comnets Plus (ICON+) adalah sebagai berikut:

a. Memberikan layanan TIK yang terbaik di kelasnya kepada pelanggan guna meningkatkan nilai Perusahaan.

b. Memenuhi kebutuhan dan harapan PLN secara proaktif dengan menyediakan solusi-solusi TIK yang inovatif dan memberikan nilai tambah.

c. Membangun organisasi pembelajar yang berkinerja tinggi untuk mendorong perusahaan mencapai bisnis yang unggul dan menjadi pilihan bagi talenta-talenta terbaik.

d. Memberi kontribusi terhadap perkembangan telekomunikasi nasional. Bidang usaha utama perusahaan meliputi penyediaan jaringan telekomunikasi, penyediaan peralatan dan atau jasa telekomunikasi, penyediaan konten telekomunikasi, penyediaan piranti lunak, piranti keras, dan atau jasa teknologi informasi serta penyediaan manajemen dan pengoperasian sistem komputer dan atau fasilitas pengolahan data serta kegiatan professional layanan dan kegiatan terkait teknologi informasi yang

(53)

berhubungan dengan bidang sumber daya manusia, bidang keuangan, akuntansi dan bidang pelayanan pelanggan, penyediaan layanan lainnya yang berkaitan dengan telekomunikasi dan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan usaha bidang ketenagalistrikan.

Perancangan sistem dibagi menjadi beberapa tahap yaitu rancangan layar aplikasi instant messaging pada jaringan lokal PT Indonesia Comnets Plus, melakukan instalasi framework websocket dan Node.js, lalu konfigurasi Clientdan Server aplikasi instant messaging pada perangkat di kantor PT Indonesia Comnets Plus Gedung.

B. Penerapan Prinsip Collaborative Governance Pemerintah Kota Palopo Dengan PT-Indonesia Comnts Plus (ICON+) Dalam Mewujudkan Smart City

Collaborative Governance secara lebih luas yaitu sebagai proses dan struktur dan manajemen dan pengambilan keputusan kebijakan publik yang mengikutsertakan masyarakat secara konstruktif melewati batas-batas dari para agen publik, tingkat pemerintah, privat dan kewenangan yang bertujuan untuk mencapai tujuan publik yang tidak dapat dicapai dengan cara lain.

Kolaborasi dalam konteks ini merupakan cara merespon terhadap perubahan sehingga pemerintah tetap aktif dan tetap efektif dalam suatu lingkungan dengan tetap melibatkan para institusi lain yang relefan dengan tujuan yang diinginkan. Dengan demikian stakeholder mana saja yang dilibatkan dalam kolaborasi, dalam bentuk proses kolaborasi akan

(54)

berbeda-beda. Adapun bentuk kontribusi antara dua lembaga yang berkolaborasi yakni :

a. PPK mempunyai hak dan kewajiban untuk :

Hak

1) Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia;

2) Meminta laporan-laporan secara periodic mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia;

3) Mendapatkan pemberitahuan tertulis terkait dengan pekerjaan terencana yang akan dilakukan oleh penyedia 3 (tiga) hari sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Kewajiban

1) Memberikan fasilitas berupa sarana dan prassarana yang dibutuhkan oleh penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;

2) Membayar pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam SSUK dan SSKK.

b. Penyedia mempunyai hak dan kewajiban untuk :

Hak

1) Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaaan sesuai dengan

(55)

2) Meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari

PPK untukkelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak.

Kewajiban

1) Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara priodik kepda PKK; 2) Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal

pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

3) Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat, dan penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak;

4) Memberikan informasi kepada PPK mengenai jadwal pelaksanaan pekerjaan terencana 3 (tiga) hari sebelum pekerjaan tersebut dilakukan;

5) Memberikan keterengan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksa pelaksanaan yang dilakukan PPK;

6) Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontarak;

7) Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan tempat kerja, membatasi perusakan dan gangguan kepada masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.

Gambar

Tabel 1. Informan Penelitian
Tabel 2. Letak wilayah
Tabel 3. Bentuk pengaduan di aplikasi Lapor SP4N No Jenis Pengaduan Instansi yang

Referensi

Dokumen terkait

pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen, subjek penelitian adalah mahasiswa semester II kelas C yang menempuh mata kuliah konsep dasar sains 1

c) Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/ sumber data. Dalam penelitian ini teknik wawancara dipergunakan untuk mengadakan

Berdasarkan karakteristik penurunan muka air tanah akibat pemompaan sumur di bantaran sungai, imbuhan air tanah dominan berasal dari Sungai Cihideung dengan kurva muka

F Saya tebang pilih wooo ini setuju ini, waaa, sehingga itu sudah rekan kesepakatan di rapat anggota tahunan gitu kan ya, sesuai tujuan anggota infaq diberikan setara

Grafik Persentase Rasio Kuat Tekan Mortar Variasi terhadap Mortar Normal Grafik (Gambar 7) menunjukkan peningkatan kuat tekan mortar variasi terbesar terjadi pada

Tutupan rendah dan radiasi matahari memiliki nilai korelasi -0,57 sedangkan untuk tutupan awan tinggi dan radiasi matahari memiliki nilai korelasi -0,3 yang artinya

Kode Barang Asal-usul Cara Nomor Bahan Nomor Register Merk / Type Ukuran /cc Nama Barang /.

Kode Barang Asal-usul Cara Nomor Bahan Nomor Register Merk / Type Ukuran /cc Nama Barang /.