• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

68 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Binangun 01 Kecamatan Bandar pada kelas 5 yang berjumlah 18 siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut. 4.1.1 Kondisi Sebelum Tindakan

Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada kelas 5 SD Negeri Binangun 01 dengan jumlah 18 siswa pada mata pelajaran IPA belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada mata pelajaran IPA yang telah dilaksanakan sebelumnya. Bahwa hasil ulangan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70, sehingga diperoleh data hasil pembelajaran yang telah dilakukan yang selanjutnya disederhanakan pada tabel 4.1. Menurut Sugiyono (2014: 36-37) data tersebut dapat disederhanakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus berikut :

Kelas interval = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 18 = 1 + 4,1

= 5,1 (dibulatkan menjadi 5 kelas) Range = Max – Min

= 90-40 = 50 Interval =

(2)

= = 10

dibawah ini merupakan data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yang sudah disederhanakan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian IPA

Kelas 5 SD Negeri Binangun 01 kec. Bandar kab. Batang Sebelum Tindakan

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1 84 - 90 2 11,2 2 73 - 83 1 5,6 3 62 - 72 3 16,6 4 51 - 61 3 16,6 5 40 - 50 9 50 Jumlah 18 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diuraikan bahwa hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pada mata pelajaran IPA dapat diperoleh 9 siswa berada pada interval 40 – 50 (50%), 3 siswa berada pada interval 51 - 61 (16,6 %), 3 siswa berada pada interval 62 - 72 (16,6), 1 siswa berada pada interval 73 - 83 (5,6%), 1 siswa pada interval 84 - 90 (11,2%). Dengan adanya nilai yang tertinggi adalah 90. Sedangkan nilai yang terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya data frekuensi ulangan harian dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada gambar 4.1 berikut ini:

(3)

Gambar 4.1

Diagram Hasil Ulangan Harian IPA

Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01 Sebelum Tindakan

Selain diperoleh hasil frekuensi hasil ulangan harian siswa didapatkan juga data ketuntasan belajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan data ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yang sudah disederhanakan kedalam sebuah tabel distribusi ketuntasan belajar.

Tabel 4.2

Distribusi Ketuntasan Belajar

Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01 Sebelum Tindakan

No Ketuntasan Jumlah Presentase

(%) 1 Tuntas ( ≥ KKM 70) 6 33,3 2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 70) 12 66,7 Rata – rata 57,8 Skor Maksimal 90 Skor Minimum 40

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat adanya perbandingan siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 6 siswa (33,3%) sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 84 - 90 73 - 83 62 - 72 51 - 61 40 - 50 Jumlah

Hasil Ulangan Harian

Frekuensi

2 1 3 3

(4)

sebanyak 12 siswa (66,7%). Dengan nilai tertinggi adalah 90 sedangakn nilai terendah adalah 40.

Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pada Tabel 4.2 dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2

Diagram Ketuntasan Belajar

Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01 Sebelum Tindakan

Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata masih terdapat 12 siswa yang belum tuntas KKM. Sehingga siswa masih memilki kekurangan dalam pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena guru masih menggunakan pembelajaran dengan menggunakan metode satu arah sehingga siswa menjadi kurang tertarik saat mengikuti pelajaran berlangsung. Selain itu, pembelajaran masih menekankan pada materi mata pelajaran saja, sehingga menyebabkan siswa menjadi kurang antusias terhadap proses pembelajaran. Beberapa hal yang yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah pendekatan, metode maupun model. Jika pembelajaran tidak menggunakan pendekatan, metode dan model pembelajaran yang menarik

Tuntas Belum Tuntas 33,3% 66,7% Sebelum Tindakan

(5)

bagi siswa maka siswa cenderung kurang antusias pada saat mengikuti pelajaran sehingga berdampak pada hasil pembelajaran.

Berdasarkan data hasil belajar siswa setelah dipaparkan terlihat hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Binangun 01 masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seseuai dengan rancangan penelitian yang akan diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan, peneliti menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media Mind Mapping yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Binangun 01 dengan menggunakan dua siklus pembelajaran.

4.1.2 Deskripsi Siklus 1

Pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1 menggunakan Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dan Kompetensi Dasar 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Penelitian siklus 1 ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Selasa tanggal 23 Mei 2017, pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 24 Mei 2017 dan pertemuan ketiga pada hari Jumat tanggal 26 Mei 2017. Tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada siklus 1 adalah sebagai berikut.

4.1.2.1 Perencanaan

Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah, dilanjutkan dengan meminta izin kepada guru kelas 5 dimana subjek penelitian merupakan siswa kelas 5 untuk dilaksanakannya penelitian pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.

(6)

Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah dan guru kelas 5 untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran IPA, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan guru kelas 5 untuk mendapatkan informasi mengenai subjek penelitian yang akan digunakan peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah itu, peneliti bersama guru berdiskusi tentang materi yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah mendapatkan materi pembelajaran peneliti melajutkkan tahap selanjutnya dengan melakukan observasi terhadap proses pembelajaran berlangsung. Selain melakukan observasi peneliti juga megumpulkan informasi mengenai kendala-kendala yang dialami pada saat proses pembelajaran dan minta hasil ulangan harian pada materi sebelumnya.

Berdasarkan permasalahan yang dijumpai pada saat observasi dan wawancara peneliti menyiapkan model pembelajaran untuk memperbaiki hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Binangun 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah dengan pihak yang bersangkutan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Penyusuanan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta media, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada mata pelajaran IPA kelas 5 .

3. Penyusunan instrumen observasi yang digunakan sebagai penduan peneliti dalam mengamati pencapaian pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunaakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada mata pelajaran IPA. 4. Penyusunan alat penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil belajar

(7)

Sebelum dilakuakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peniliti melakukan konsultasi mengenai rencana pelasanakana pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping untuk digunakan dalam peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas. Selanjutnya peneliti melakukan uji coba intrumen untuk digunakan dalam

pretest dan posttest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilakukan penelitian dan hasil belajar sesudah dilakukan penelitian. Uji Instrumen soal dilakukan di kelas 6 SD Negeri Binangun 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang. Uji instrumen ini dilakukan untuk mengetahui soal yang digunakan valid dan layak dipakai untuk soal posttest atau tidak, sedangkan reliabel digunakan untuk mengukur keajegan soal jika digunakan secara berulang-ulang.

4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi

Tahap pelaksanaan dan observasi pada siklus 1 dilakukan setiap pertemuan, dimana setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Selasa tanggal 23 Mei 2017 dengan alokasi waktu 70 menit dengan materi pembelajaran IPA tentang Peristiwa alam dan penyebab terjadinya peristiwa alam. Dalam melakukan penelitian peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran IPA sedangkan guru kelas 5 berperan sebagai obsever. Tahap observasi dilakukan pada pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sintak pada pembelajaran yang digunakan dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media

Mind Mapping. Observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

Kegiatan pendahuluan mempunyai alokasi waktu kurang lebih 10 menit diawali dengan guru memberikan salam, guru mengkondisikan siswa siap melaksanakan pembelajaran dengan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa dari jumlah 18 siswa semuanya hadir, guru mengecek kesiapan siswa

(8)

dalam melakukan pembelajaran seperti alat tulis dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan bertanya kepada siswa 1. Guru bertanya kepada siswa apakah kalian pernah melihat terjadinya tanah longsor?, 2. Mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi?,Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran berkaitan dengan pemecahan masalah dengan kompetensi 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan.

Kegiatan inti dilakukan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 50. Pada tahap pertama adalah eksplorasi dimana guru membagi siswa kedalam 4 kelompok dimana guru membagi siswa kedalam 4 kelompok dengan cara berhitung, setelah selesai berhitung maka masing-masing siswa berkumpul dengan kelompoknya sesuai dengan angka yang telah disebutkan, Selanjutnya, guru membagikan lembar Mind Mapping kepada masing-masing siswa sebagai alat untuk siswa mencatat informasi baru yang didapatkan dalam pembelajaran. Kegiatan selanjutnya guru mengajak siswa untuk mengamati video tentang peristiwa alam yang di putar selama 8 menit. Siswa dalam mengamati video pembelajaran sangat berantusias dalam mengamati video tersebut. Tetapi dalam kegiatan mengamati video ini masih ada beberapa siswa yang belum fokus dalam mengamati video tersebut. Setelah mengamati video siswa menggunakan mind mapping untuk mencatat informasi baru yang siswa dapatkan dari pembelajaran. Kemudian guru memberikan masalah kepada siswa tentang peristiwa alam dan penyebab terjadinya peristiwa alam. Setelah mendapatkan masalah siswa bersama kelompok berdiskusi untuk mencari informasi tentang peristiwa alam dan penyebab terjadinya peristiwa alam yang ada di Indonesia sebanyak-banyaknya. Dalam tahap diskusi untuk mencari informasi tentang peristiwa alam dan penyebabnya berjalan dengan lancar, seluruh siswa melakukan diskusi dengan baik. Tahap yang kedua adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini

(9)

guru membantu siswa untuk menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran agar relevan dengan pemecahan masalah penyebab terjadinya peristiwa alam di Indonesia. Selanjutnya siswa bersama bersama kelompok melakukan eksperimen untuk mendapat informasi pemecahan masalah pada tahap ini masing-masing kelompok mendiskusikan jenis-jenis peristiwa alam dan penyebab terjadinya peristiwa alam berdasarkan apa yang diketahui oleh masing-masing siswa. Guru menerangkan secara singkat tentang peristiwa alam berdasarkan diskusi yang kelompok lakukan. Dalam menjelaskan materi ada beberapa siswa yang masih pasif dalam pembelajaran sehingga guru akan memperbaikinya pada siklus 2. Guru menerangkan tentang kegiatan belajar pada pertemuan selanjutnya yaitu menyususun laporan hasil pemecahan masalah. Guru berdiskusi untuk meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan kepada siswa. Pada tahap ketiga adalah konfirmasi, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dengan cara memberikan lembar kerja kepada masing-masing siswa. Pada kegaiatan penutup guru melakukan refleksi bersama siswa tentang berlangsungnya pembelajaran dan ditutup dengan berdoa

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 Mei 2017 dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertemuan yang lalu. Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi waktu 10 menit diawali dengan guru mengawali pembelajaran dengan memberikan salam disusul dengan mengkondisikan siswa siap melaksanakan pembelajaran dengan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, pada pertemuan kedua seluruh siswa hadir dalam pelajaran. Selanjutnya guru mengecek kesiapan siswa dalam melakukan pembelajaran sehingga seluruh siswa siap dalam mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan mengulang materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

(10)

Pada pertemuan kedua ini diawali dengan kegiatan inti yang dilakukan dalam alokasi waktu 50 menit. Pada tahap eksplorasi yang pertama siswa duduk bersama kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru membimbing siswa satu persatu untuk membaca lembar

Mind Mapping yang sudah dibagikan pada pertemuan sebelumnya. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang sudah dipelajari dipertemuan sebelumnya. Pada kegiatan tanya jawab ini masih ada siswa yang pasif dalam pembelajaran sehingga guru merangsang siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat siswa aktif. Kemudian pada tahap yang kedua yaitu elaborasi guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya, uru membimbing siswa dalam perencanaan penulisan laporan hasil kerja kelompok tentang penyebab peristiwa alam. Kegiatan berikutnya siswa bersama kelompok menyusun laporan kerja kelompok tentang peristiwa alam. Guru membimbing siswa dalam perencanaan penyajian laporan hasil kerja kelompok tentang penyebab peristiwa alam. Tahap ketiga merupakan konfirmasi dimana guru berdiskusi dengan siswa tentang laporan yang di kerjakan oleh masing-masing kelompok. Selanjutnya, Guru dan siswa bertanya jawab tentang pembuatan laporan yang belum dipahami oleh siswa.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 31 Mei 2017 dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertemuan yang lalu. Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi waktu 10 menit diawali dengan guru memberikan salam serta mengkondisikan siswa siap melaksanakan pembelajaran dengan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa dalam melakukan pembelajaran hingga siswa benar-benar siap dalam mengikuti pelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran pertemuan ketiga ini.

Kegiatan inti dilakukan dalam alokasi waktu 50 menit, Tahap pertama merupakan tahap eksplorasi yang pertama siswa duduk sesuai dengan

(11)

kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru mengecek kesiapan masing-masing kelompok tentang penyusunan laporan yang sudah dikerjakan dan seluruh siswa sudah siap untuk melakukan presentasi tentang pemecahan masalah yang sudah didiskusikam . Kemudian pada tahap yang kedua yaitu elaborasi masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, kelompok lain diwajibkan untuk menanggapi paparan yang dipresentasikan oleh kelompok yang sedang presentasi. Pada kegiatan presentasi seluruh kelompok berpartisipasi aktif dalam penyampaian hasil diskusi kelompok lain, sehingga kelas menjadi hidup Pada tahap konfirmasi Guru dan siswa melakukan refleksi tentang hasil kerja yang telah dilakukan. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi apa yang belum dipahami oleh siswa, dan masih ada siswa yang belum sepenuhnya menguasai materi tersebut sehigga guru meluruskan kesalah pahaman dan memberikan penguatan kepada siswa. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dengan cara masing- masing siswa mengerjakan lembar kerja yang sudah diberikan oleh guru, siswa menyimpulkan secara tertulis tentang materi yang sudah dipelajari selama siklus 1 dalam lembar kerja tersebut. Siswa mengerjakan soal tes sebanyak 20 butir soal untuk menguji kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Pada kegiatan penutup guru melakukan refleksi selama proses pembelajaran. Guru dan siswa menutup pelajaran dengan berdoa.

4.1.2.3 Hasil Belajar Peserta Didik

Pada siklus 1 sebelum mendapatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping, peneliti menguji kemampuan awal siswa dengan memberikan soal pretest sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping. Setelah melakukan pengujian

(12)

dengan pretest, kemudian peneliti menguji kemampuan siswa dengan memberikan posttest setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran pada akhir pertemuan pelaksanaan siklus 1. Hail dari posttest tersebut merupakan ukuran dari keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Binangun 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas 5 semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Kemudian hasil evaluasi yang diperoleh selanjutnya dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 materi memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥70.

Hasil belajar yang telah dianalis masih ada beberapa siswa kelas 5 yang belum mencapai KKM yang sudah ditentukan sehingga hasilnya kurang memuaskan.

Kemampuan awal setelah mengerjakan soal pretest siswa kelas 5 pada mata pelajara IPA dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01 Siklus 1

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 66 - 70 3 16,7 2 57 - 65 2 11,1 3 48 - 56 9 50 4 39 - 47 3 16,7 5 30 - 38 1 5.5 Jumlah 18 100

(13)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diurakan bahwa hasil pretest siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA diperoleh 1 siswa berada pada interval 30 - 38 (5,5%), 3 siswa berada pada interval 39 - 47 (16,7%), 9 siswa berada pada interval 48 - 56 (50%), 2 siswa berada pada interval 57 - 65 (11,1%), 3 siswa berada pada interval 66 - 70 (16,7%). Dengan nilai tertinggi adalah 70 sedangakan nilai terendah adalah 30. Untuk lebih jelasnya data distribusi frekuensi hasil pretest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar 4.3

Gambar 4.3

Diagram Frekuensi Hasil Pretest Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01

Siklus 1

Sedangkan hasil belajar dari soal posttest yang telah dikerjakan oleh siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA dapat dilihat pada tabel yang disajikan berikut ini: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 66 - 70 57 - 65 48 - 56 39 - 47 30 - 38 1 2 3 4 5

Hasil

Pretest

Siklus 1

Frekuensi 3 3 2 9 1

(14)

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Hasil Posttest

Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01 Siklus 1

N o

Interval Frekuensi Presentase (%)

1 88 - 95 3 16,7 2 76 - 87 5 27,8 3 64 - 75 6 33,3 4 52 - 63 1 5,5 5 40 - 51 3 16,7 Jumlah 18 100

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diuraikan bahwa hasil posttest siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA diperoleh 3 siswa berada pada interval 40 - 51 (16,6%), 1 siswa berada pada interval 51 - 63 (5,5%), 6 siswa berada pada interval 64 - 75 (33,3%), 5 siswa berada pada interval 76 - 87 (27,8%), 3 siswa berada pada interval 88 - 95 (16,7%). Dengan nilai tertinggi adalah 95 sedangkan nilai terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya data distribusi frekuensi hasil posttest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar 4.3

(15)

]

Gambar 4.4

Diargam Frekuensi Hasil Posttest Siswa Kelas 5 Semester 3 SD Negeri Binangun 01

Siklus 1

Selain diperoleh hasil frekuensi hasil posttest siswa didapatkan juga data ketuntasan belajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan data ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yang sudah disederhanakan kedalam sebuah tabel distribusi ketuntasan belajar.

Tabel 4.5

Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest

Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01 Siklus 1

No Ketuntasan Jumlah Presentase(%)

1 Tuntas ( ≥ KKM 70) 14 77,8 2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 70) 4 22,2 Rata – rata 72,7 Skor Maksimal 95 Skor Minimum 40

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat perbandingan siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 14 siswa (77,8%) sedangkan

0 1 2 3 4 5 6 88 - 95 76 - 87 64 - 75 52 - 63 40 - 51

Hasil

Posttest

Siklus 1

Frekuensi Jum lah S iswa Interval 3 5 6 1 3

(16)

siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak 4 siswa (22,2%). Dengan nilai tertinggi adalah 95 sedangkan nilai terendah adalah 40.

Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan belajar pada posttest siswa siklus 1 pada tabel 4.5 dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada gambar 4.5 berikut ini:

Gambar 4.5

Diagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01

Siklus 1

4.1.2.4 Tahap Observasi Siklus 1

Pada tahap observasi ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media Mind Mapping dalam pembelajaran IPA. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind

14;77,8% 4; 22,2%

Posttest

Siklus 1

(17)

Mapping pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan sintak yang telah disusun. Pengamatan tidak hanya di tujukkan pada aktivitas siswa atau proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada tindakan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping.

Lembar observasi pada aktivitas guru siklus 1 pertemuan 1 terdapat 7 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi 7 penilaian kegiatan mengajar sudah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan lembar observasi dan seluruhnya sudah dilakukan dengan sangat baik. Pada pertemuan pertama ini guru membimbing siswa pada setiap pembelajaran dengan baik, guru selalu membantu dan mengarahkan siswa ketika siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran.

Lembar observasi siswa dalam pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media

Mind Mapping dapat dilihat sebagai berikut: Lembar observasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada Tabel 4.7 terdapat 8 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran seluruh pembalajaran terlaksana dengan baik. Tetapi, pada pertemuan pertama ini respon siswa masih kurang. Siswa masih cenderung pasif dalam pembelajaran, masih banyak siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa belum berani berpartisipasi dalam mengemukakan pendapatnya dalam kelompok. Selain itu, siswa belum fokus dalam mengikuti pelajaran sehingga guru mengambil tindakan untuk memberikan tugas menyimpulkan hasil pembelajaran pada akhir pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi guru dan siswa masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi. Dalam pelaksanaan diskusi siswa belum berani untuk mengemukakan pendapat dengan teman sekelompoknya. Selain itu, masih banyak siswa yang belum bisa fokus dalam mengikuti pembelajaran.

(18)

Pada pertemuan pertama ini guru juga masih kurang dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selanjutnya, lembar observasi pada pertemuan kedua terdapat 5 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi 5 penilaian kegiatan mengajar sudah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan lembar observasi dan seluruhnya sudah dilakukan dengan baik. Pada pertemuan kedua ini guru membimbing siswa pada setiap pembelajaran dengan baik, tetapi dalam mengarahkan siswa dalam menyusun laporan kelompok guru menjelaskan cara penyususnan kurang jelas sehingga banyak siswa yang belum paham tentang cara penyusunan laporan tersebut sehingga guru menulang kembali tentang penjelasan penyusuna laporan sampai siswa benar-benar paham dalam menyusun laporan.

Lembar observasi siswa dalam pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media

Mind Mapping pertemuan kedua dapat dilihat sebagai berikut: Lembar observasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada Tabel 4.7 terdapat 5 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran seluruh pembalajaran terlaksana dengan baik. Tetapi, pada pertemuan kedua masih banyak siswa yang belum paham dalam penyususnan laporan diskusi kelompok, sehingga guru menjelaskan kembali tentang cara penyusunan kelompok sampai siswa benar-benar paham. Pada pertemuan kedua ini kegiatan siswa secara keseluruhan merupakan kegiatan berkelompok, dalam melakukan diskusi kelompok terdapat beberapa siswa ketika melakukan diskusi mencari kesibukan sendiri diluar kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi guru dan siswa pada pertemuan kedua ini masih kurangnya penjelasan guru tentang penyusunan laporan diskusi kelompok sehingga siswa kurang paham dam menyusun laporan. Pertemuan ketiga disajikan sebagai berikut.

(19)

Lembar observasi aktivitas guru pada pertemuan ketiga terdapat 6 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi 6 penilaian kegiatan mengajar sudah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan lembar observasi dan seluruhnya sudah dilakukan dengan sangat baik. Pada pertemuan ketiga ini guru membimbing siswa pada setiap pembelajaran dengan baik, guru selalu membantu dan mengarahkan siswa ketika siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran.

Lembar observasi siswa dalam pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media

Mind Mapping dapat dilihat sebagai berikut: Lembar observasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pada pertemuan ketiga dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada Tabel 4.11 terdapat 6 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran seluruh pembalajaran terlaksana dengan baik. Seluruh siswa melakukan presentasi hasil diskusi dengan baik tetapi siswa yang tidak presentasi masih pasif dalam menaggapi hasil yang disampaikan oleh kelompok yang sedang presentasi, siswa masih ragu-ragu dalam bertanya. Dalam kegiatan refeksi pembelajaran masih terdapat siswa yang beberapa materi belum dikuasai. Sehingga guru pada pembelajaran selajutnya selalu melakukan refleksi dalam setiap langkah pembelajaran.

4.1.2.5 Refleksi

Tahap refleksi ini digunakan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat yang terapat pda siklus 1, agar nantinya tidak terulang kembali pada siklus 2. Beberapa permasalahan yaag ada pada siklus 1 adalah :

1. Siswa masih cenderung mencari kesibukan sendiri dan mengobrol hal-hal diluar materi

2. Beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran 3. Siswa masih pasif dalam kegiatan pembelajaraan

(20)

Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada pada siklusi 1 dapat dilihat bahwa siswa kelas 5 SD Negeri Binangun 1 kecamatan Bandar Kabupaten Batang terdapat beberapa permasalahan dalam kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa siklus 1 yang masih belum memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan evaluasi hasil belajar secara keseluruhan dimana terdapat 4 siswa dari 18 siswa masih berada di bawah KKM , sedangkan 14 siswa lainnya telah mencapai KKM telah dinyatakan tuntas. Untuk mengatasi masalah siswa yang cenderung masih mencari kesibukan sendiri dan mengobrol hal-hal diluar materi dan beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran dengan cara guru membimbing siswa untuk selalu fokus dalam pembelajaran karena dalam setiap akhir pembelajaran guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Selanjutnya, untuk mengatasi siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran guru selalu memberikan rangasangan berupa pertanyaan kepada siswa sehingga siswa dapat merespon rangsangan yang diberikan oleh guru sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk mengatasi siswa yang lambat dalam menerima materi guru memberikan perlakuan khusus kepada siswa tersebut seperti menanyakan materi yang belum di pahami. Namun disisi lain, pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping membuat suasana kelas menjadi lebih hidup karena pembelajaran berpusat kepada siswa.

Berdasarkan refleksi ini perlu adanya tindakan lebih lanjut terhadap permasalahan yang dialami pada siklus 1 sehingga tidak terulangi pada siklus 2 agar hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas 5 dapat meningkat lebih baik. Dengan demikian diperlukan siklus 2 untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kegiatan siklus 2 diharapkan dapat mengatasi kekurangan dan masalah yang dihadapi pada siklus 1. Sehingga pada siklus 2 ini diharapkan dapat tercapai keberhasilan dan peningkatan hasil belajar.

(21)

4.1.3 Deskripsi Siklus 2

Pelaksanaan Siklus 2 sama dengan pelaksanaan siklus 1 dilakukan selama tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Mei 2017, pertemuan kedua pada hari Selasa tanggal 30 Mei 2017 dan pertemuan ketiga pada hari Rabu 31 April 2017. Praktek mengajar pada siklus 2 ini dilaksanakan dengan Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dan Kompetensi Dasar 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus 2 sebagai berikut.

4.1.3.1. Perencanaan

Perencanaan pada siklus 2 ini dimulai dengan memperhatikan kekurangan atau permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1, sehingga pada siklus 2 ini kekurangan-kekurangan tersebut dapat menjadi dasar untuk pelaksanaan siklus 2 agar menjadi lebik baik.

Berdasarkan permasalahan yang dijumpai tersebut maka peneliti maka menyiapkan teknik untuk memperbaiki hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Binangun 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang. Persiapan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah pada siklus 1 berdasarkan hasil rencana mencari pemecahan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran siklus 1 sehingga pada siklus 2 mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Penyusuanan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta media, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus 2 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada mata pelajaran IPA.

(22)

3. Penyususnan instrumen observasi yang digunakan sebagai panduan peneliti dalam mengamati pencapaian pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada mata pelajaran IPA.

4. Penyusunan alat penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa yang berupa tes dan lembar kerja siswa.

5. Peneliti melakukan pertemuan dengan guru mata pelajaran IPA untuk mendiskusikan tentang kegiatan yang akan dilakukan antara peneliti dan guru saat melakukan penelitian tindakan kelas. Tetapi sebelum penelitian tindakan dilakukan peneliti mendiskusikan permasalahan permasalahan pada siklus 1 untuk diperbaiki dan diberi masukan pada siklus 2 sehingga tidak terulang kembali. Kemudian peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus 2 ini ada lebih baik dari siklus 1.

4.1.3.2 Pelaksanaan dan Observasi

Tahap pelaksanaan dan observasi pada siklus 2 dilakukan setiap pertemuan, setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin tanggal 29 Mei 2017 dengan alokasi waktu 70 menit dengan materi pembelajaran IPA tentang dampak dan cara menanggulangi peristiwa alam. Dalam melakukan penelitian peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran IPA sedangkan guru kelas 5 berperan sebagai obsever. Tahap observasi dilakukan pada pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sintak pada pembelajaran yang digunakan dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media

Mind Mapping. Observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

(23)

Kegiatan pendahuluan mempunyai alokasi waktu kurang lebih 10 menit diawali dengan guru memberikan salam dan mengkondisikan siswa siap melaksanakan pembelajaran dengan berdoa. Guru mengabsen kehadiran siswa dan seluruh siswa hadir dalam pelajaran, guru mengecek kesiapan siswa dalam melakukan pembelajaran dan semua siswa siap untuk menerima pelajaran, guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan mengajak siswa untuk mengamati video tentang dampak dan cara penanggulangan peristiwa, guru menyampaikan tujuan pembelajaran berkaitan dengan pemecahan masalah dengan kompetensi 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan.

Kegiatan inti dilakukan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 50 menit. Pada tahap pertama adalah eksplorasi, guru membagi siswa kedalam 4 kelompok dengan cara berhitung, setelah selesai berhitung maka masing-masing siswa berkumpul dengan kelompoknya sesuai dengan angka yang disebutkan. Selanjutnya, guru membagikan lembar Mind Mapping

kepada masing-masing siswa dimana Mind Mapping berfungsi untuk mencatat informasi baru yang siswa dapatkan dari pembelajaran. Kemudian memberikan masalah kepada siswa tentang dampak dan cara penanggulangan terjadinya peristiwa alam. Setelah mendapatkan masalah siswa bersama kelompok berdiskusi untuk mencari informasi tentang peristiwa alam dan penyebab terjadinya peristiwa alam yang ada di Indonesia sebanyak-banyaknya. Dalam tahap diskusi untuk mencari informasi tentang dampak dan cara penanggulangan bencana alam berjalan dengan lancar, seluruh siswa melakukan diskusi dengan baik. Tahap yang kedua adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini guru membantu siswa untuk menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran agar relevan dengan pemecahan masalah dampak dan cara penanggulangan bencana alam. Selanjutnya siswa bersama bersama kelompok melakukan eksperimen untuk mendapat informasi pemecahan masalah pada tahap ini masing-masing kelompok mendiskusikan

(24)

jenis-jenis peristiwa alam dan penyebab terjadinya peristiwa alam berdasarkan apa yang diketahui oleh masing-masing siswa. Guru menerangkan secara singkat tentang peristiwa alam berdasarkan diskusi yang kelompok lakukan. Guru menerangkan tentang kegiatan belajar pada pertemuan selanjutnya yaitu menyususun laporan hasil pemecahan masalah. Guru berdiskusi untuk meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan kepada siswa. Pada tahap ketiga adalah konfirmasi, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dengan cara memberikan lembar kerja kepada masing-masing siswa. Seluruh siswa menulis hasil kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari. Pada kegaiatan penutup guru melakukan refleksi bersama siswa tentang berlangsungnya pembelajaran dan ditutup dengan berdoa

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Mei 2017 dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertemuan yang lalu. Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi waktu 10 menit diawali dengan guru mengawali pembelajaran dengan memberikan salam disusul dengan mengkondisikan siswa siap melaksanakan pembelajaran dengan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, pada pertemuan kedua seluruh siswa hadir dalam pelajaran. Selanjutnya guru mengecek kesiapan siswa dalam melakukan pembelajaran sehingga seluruh siswa siap dalam mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan mengulang materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada pertemuan kedua ini diawali dengan kegiatan inti yang dilakukan dalam alokasi waktu 50 menit. Pada tahap eksplorasi yang pertama Siswa duduk bersama kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, Guru membimbing siswa satu persatu untuk membaca lembar

Mind Mapping yang sudah dibagikan pada pertemuan sebelumnya. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang sudah dipelajari dipertemuan sebelumnya. Pada kegiatan tanya jawab ini masih ada beberapa siswa yang

(25)

pasif dalam pembelajaran sehingga guru merangsang siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat siswa aktif. Kemudian pada tahap yang kedua yaitu elaborasi guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam perencanaan penulisan laporan hasil kerja kelompok tentang penyebab peristiwa alam. Kegiatan berikutnya siswa bersama kelompok menyusun laporan kerja kelompok tentang dampak dan cara penanggulangan bencana alam. Guru membimbing siswa dalam perencanaan penyajian laporan hasil kerja kelompok tentang penyebab peristiwa alam. Tahap ketiga merupakan konfirmasi dimana guru berdiskusi dengan siswa tentang laporan yang di kerjakan oleh masing-masing kelompok. Selanjutnya, guru dan siswa bertanya jawab tentang pembuatan laporan yang belum dipahami oleh siswa.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 31 Mei 2017 dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertemuan yang lalu. Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi waktu 10 menit diawali dengan guru memberikan salam serta mengkondisikan siswa siap melaksanakan pembelajaran dengan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa dalam melakukan pembelajaran hingga siswa benar-benar siap dalam mengikuti pelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran pertemuan ketiga ini.

Kegiatan inti dilakukan dalam alokasi waktu 50 menit, tahap pertama merupakan tahap eksplorasi yang pertama siswa duduk sesuai dengan kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru mengecek kesiapan masing-masing kelompok tentang penyusunan laporan yang sudah dikerjakan dan seluruh siswa sudah siap untuk melakukan presentasi tentang pemecahan masalah yang sudah didiskusikam . Kemudian pada tahap yang kedua yaitu elaborasi masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, kelompok lain diwajibkan untuk menanggapi paparan yang dipresentasikan oleh kelompok yang sedang

(26)

presentasi. Pada kegiatan presentasi seluruh kelompok berpartisipasi aktif dalam penyampaian hasil diskusi kelompok lain, sehingga kelas menjadi hidup. Pada tahap konfirmasi guru dan siswa melakukan refleksi tentang hasil kerja yang telah dilakukan. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi apa yang belum dipahami oleh siswa, dan masih ada siswa yang belum sepenuhnya menguasai materi tersebut sehigga guru meluruskan kesalah pahaman dan memberikan penguatan kepada siswa. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dengan cara masing- masing siswa mengerjakan lembar kerja yang sudah diberikan oleh guru, siswa menyimpulkan secara tertulis tentang materi yang sudah dipelajari selama siklus 2 dalam lembar kerja tersebut. Siswa mengerjakan soal tes sebanyak 20 butir soal untuk menguji kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Pada kegiatan penutup guru melakukan refleksi selama proses pembelajaran. Guru dan siswa menutup pelajaran dengan berdoa.

Pada siklus 2 pertemuan 1, 2 dan 3 hasil observasi guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaaan sintaks yang terdiri dari beberapa kegiatan guru dan siswa, peneliti mengamati proses pembelajaran dengan sintaks dapat terlaksana dengan baik.

4.1.3.3 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 2

Pada siklus 2 ini sebelum mendapatkan hasil belajar setelah menguji kemampuan siswa berupa posttest, peneliti sebelumnya menguji kemampuan awal siswa dengan melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media Mind Mapping. Setelah melakukan kegiatan kegiatan proses pembelajaran, guru memberikan posttest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media Mind Mapping pada siklus 2. Hasil posttest digunakan untuk mengetahui hasil pencapaian belajar siswa setelah menggunakan model

(27)

pembelajaran dengan model Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping kelas 5 SD Negeri Binangun 01. Hasil evaluasi yang berupa posttest

kemudian dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan sisswa setelah mengikuti pembelajaran dengan mneggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70.

Hasil belajar siswa setelah dianalisa oleh peneliti menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar mencapai hasil yang memuaskan karena 16 dari 18 siswa kelas 5 telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.

Kemampuan awal setelah mengerjakan siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA setelah di uji dengan pretest dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01 Siklus 2

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 76 - 80 3 16,7 2 67 - 75 4 22,2 3 58 - 66 8 44,4 4 49 - 57 2 11,1 5 40 – 48 1 5.6 Jumlah 18 100

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diurakan bahwa hasil pretest siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA diperoleh 1 siswa berada pada interval 40 - 48

(5,6%), 2 siswa berada pada interval 49 - 57 (11,1%), 8 siswa berada pada interval 58 - 66 (44,4%), 4 siswa berada pada interval 67 - 75 (22,2%), 3 siswa berada pada interval 76 - 80 (16,7%). Dengan nilai yang tertinggi adalah 80 dan nilai yang terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya dapat

(28)

dilihat melalui data distribusi frekuensi nilai pretest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 4.6

Diargam Frekuensi Hasil Pretest Siswa Kelas 5 Semester 1 SD Negeri Binangun 01

Siklus 2

Sedangkan hasil belajar dari soal posttest yang telah dikerjakan siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA dapat di lihat pada tabel yang disajikan berikut ini. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 76 - 80 67 - 75 58 - 66 49 - 57 40 – 48

Hasil

Pretest Siklus 2

Frekuensi Frekuensi Ju m lah Si swa 3 4 8 2 1

(29)

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Hasil Posttest

Siswa Kelas 5 Semester 2 SD Negeri Binangun 01 Siklus 2

No. Interval Frekuensi Presentase (%)

1 96 - 100 1 5,6 2 87 - 95 6 33,3 3 78 - 86 7 38,9 4 69 - 77 2 11,1 5 60 - 68 2 11,1 Jumlah 18 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diurakan bahwa hasil posttest siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA diperoleh 2 siswa berada pada interval 60 – 68 (11,1%), 2 siswa berada pada interval 69 - 77 (11,1%),7 siswa berada pada interval 78 - 86 (38,9%), 6 siswa berada pada interval 87 - 95 (33,3%), 1 siswa berada pada interval 96 - 100 (5,6%). Dengan nilai yang tertinggi adalah 100 dan nilai yang terendah adalah 60. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui data distribusi frekuensi nilai posttest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar 4.7 berikut ini:

(30)

Gambar 4.7

Diagram Frekuensi Hasil Posttest

Kelas 5 Semester 2 SD Binangun 01 Siklus 2

Selain didapatkan frekuensi hasil posttest siklus 2 kelas 5 SD Binangun 01 didapatkan data ketuntasan belajar dari siswa yang disederhanakan dalam tabel distribusi ketuntasan belajar sebagai berikut:

Tabel 4.8

Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest

Siswa Kelas 5 SD Negeri Binangun 01 Siklus 2

No Ketuntasan Jumlah Presentase

1 Tuntas ( ≥ KKM 70) 16 88,9%

2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 70) 2 11,1%

Rata – rata 82,7

Skor Maksimal 100

Skor Minimum 60

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa semua siswa kelas 5 mata pelajaran IPA SD Negeri Bianangun 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang dengan jumlah siswa 16 siswa telah mencapai batas kriteria ketuntasan minimal dengan skor tertinggi adalah 100 dan skor terendah 60.

0 1 2 3 4 5 6 7 96 - 100 87 - 95 78 - 86 69 - 77 60 - 68

Hasil

Posttest

Siklus 2

Frekuensi 1 6 7 2 2 Jum lah S iswa

(31)

Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan belajar yang diperoleh melalui posttest siswa kelas 5 SD Negeri Bianangun 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang siklus 2 pada tabel 4.8 ditunjukkan pada diagram 4.8 berikut ini:

Gambar 4.8

Diagram Ketuntasan Belajar pada Posttest Siswa Kelas 5 SD Negeri Binangun 01

Siklus 2

4.1.3.4 Tahap Observasi Siklus 2

Pada tahap observasi ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media Mind Mapping dalam pembelajaran IPA. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan sintak yang telah disusun. Pengamatan tidak hanya di tujukkan pada aktivitas siswa atau

16; 88,90% 2; 11,10%

Hasil

Posttest Siklus 2

(32)

proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada tindakan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping. Lembar observasi guru pada pertemuan pertama disajikan sebagai berikut.

Lembar observasi pada pertemuan terdapat 7 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi 7 penilaian kegiatan mengajar sudah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan lembar observasi dan seluruhnya sudah dilakukan dengan sangat baik. Pada pertemuan pertama ini guru membimbing siswa pada setiap pembelajaran dengan baik, guru selalu memberikan tugas menyimpulkan pada setiap akhir pembelajaran, guru juga selalu menanyakan materi yang belum dipahami siswa dan geru menjelaskan kembali meteri tersebut sehingga siswa benar-benar paham.

Lembar observasi siswa dalam pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media

Mind Mapping dapat dilihat sebagai berikut: Lembar observasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada pertemuan pertama terdapat 8 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran seluruh pembalajaran terlaksana dengan baik dan lancar. Selanjutnya, lembar observasi guru pada pertemuan kedua sebagai berikut.

Lembar observasi guru pada pertemuan pertama terdapat 5 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi 5 penilaian kegiatan mengajar sudah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan lembar observasi dan seluruhnya sudah dilakukan dengan baik. Pada pertemuan kedua ini guru selalu merangsang siswa berupa pertanyaan-pertanyaan sehingga siswa merspon pertanyaan guru dan siswa menjadi lebih aktif

Lembar observasi siswa dalam pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media

(33)

Mind Mapping pertemuan kedua dapat dilihat sebagai berikut. Lembar observasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping pada pertemuan kedua terdapat 5 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran seluruh pembalajaran terlaksana dengan baik. Pada pertemuan kedua ini siswa mulai paham cara penyusunan laporan. Berdasarkan hasil observasi guru dan siswa pada pertemuan kedua ini siswa mulai paham dengan penyususnan laporan, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Pertemuan ketiga sebagai berikut.

Lembar observasi guru pada pertemuan ketiga terdapat 6 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi 6 penilaian kegiatan mengajar sudah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan lembar observasi dan seluruhnya sudah dilakukan dengan sangat baik. Pada pertemuan ketiga ini guru membimbing siswa pada setiap pembelajaran dengan baik, guru selalu membantu dan mengarahkan siswa ketika siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran. Guru selalu merangsang siswa untuk akti dalam pembelajaran

Lembar observasi siswa dalam pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media

Mind Mapping dapat dilihat pada Tabel 4.20 sebagai berikut: Lembar observasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pada pertemuan ketiga dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media

Mind Mapping pada Tabel 4.20 terdapat 6 indikator penilaian. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran seluruh pembalajaran terlaksana dengan baik. Seluruh siswa melakukan presentasi hasil diskusi dengan baik, siswa yang lain menjadi aktif dengan menanggapi hasil penyampaian oleh kelompok yang presentasi. Tetapi dalam pembelajaran siklus 2 ini masih terdapat siswa yang lambat dalam menerima pelajaran.

(34)

4.1.3.5 Refleksi

Pada siklus 2 ini pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping sudah meningkat secara keseluruhan sudah baik karena dalam proses pembelajaran guru mampu menguasai pembelajaran dengan mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada siklus 1. Pada pembelajaran siklus 2 ini guru sudah membuat siswa fokus dalam pembelajaran dengan memberikan tugas kepada masing-masing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan dengan cara memberikan lembar kerja kepada masing-masing siswa dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara tertulis, dengan demikian siswa benar-benar paham dengan materi yang sudah dipelajari. Selanjutnya, guru selalu memberikan rangsangan kepada siswa berupa pertanyaan-pertanyan sesuai materi yang dipelajari sehingga terjadinya kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran guru selalu menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum dipahami oleh siswa sehingga seluruh siswa benar-benar paham tentang materi yang dipelajari. Dengan mengatasi masalah pada siklus 1 yang diterapkan pada siklus 2 pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping membuat hasil belajar siswa meningkat pada siklus 2 dibandingkan siklus 1. Karena dapat dilihat dari siklus 2 bahwa 16 siswa kelas 5 SD Negeri Binangun 01 telah mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan yaitu KKM ≥70. Sedangkan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan. Tetapi pada siklus 2 ini mengalami kenaikan walaupun pelaksanaan pada siklus kedua sudah baik tetapi masih beberapa masalah yang mengganggu diantaranya masih ada beberapa siswa yang pasif dalam proses pembelajaran.

(35)

4.2 Rekaptulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2 Hasil belajar siswa siswa kelas 5 SD Negeri Binangun 01 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping dapat dilihat dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat bahwa siswa mengalami perubahan yang signifikan. Hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa menunjukkan menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Pada kondisi awal 12 dari 18 siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70 yang ditentukan, pada siklus 1 terdapat 14 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal tetapi pada siklus 2 hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus sebelumnya yang berjumlah 16 siswa mampu mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70. Berikut ini merupakan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA pada kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 yang disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Perbandingan Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi awal, Posttest siklus 1, dan Posttest Siklus 2.

No Nilai

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

F Persen (%) Posttest Posttest F Persen (%) f Persen (%) 1 Tuntas 6 33,3% 14 77,8% 16 88,9% 2 Belum Tuntas 12 66,7% 4 22,2% 2 11,1% Jumlah 18 100% 18 100% 18 100%

Berdasarkan tabel perbandingan rekaptulasi ketuntasan hasil belajar IPA dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari jumlah sebanyak 18 siswa pada mata pelajaran IPA. Peningkatan siswa yang tuntas tersebut terbukti dengan kondisi awal masih banyak siswa yang belum tuntas setelah dilakukan tindakan di siklus 1 jumlah siswa yang meningkat

(36)

adalah adalah sebanyak 14 siswa yang terlihat dari hasil posttest siklus 1. Kemudian pada siklus 2 juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 16 siswa dari 18 siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media Mind Mapping membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dalam bentuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Gambar 4.9 Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal,

Posttest Siklus 1, Posttest Siklus 2

Berdasarkan diagram rekaptulasi ketuntasan hasil belajar IPA kondisi awal, posttest siklus 1, dan posttest siklus 2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan dari 33,3 % menjadi 77,8%, kemudian dari siklus 1 terjadi peningkatan pada siklus 2 yaitu 77,8% menjadi 88,9%.

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Komparasi Ketuntasan Belajar Siswa dalam pembelajaran IPA Menggunakan model PBL

Tuntas Tidak Tuntas

(37)

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan media Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Binangun 01. Sebelum diadakan tindakan siklus I dan siklus II, pada kondisi awal (pra siklus) hasil belajar siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa yang mendapat nilai tidak tuntas sebanyak 12 siswa dengan presentase 66.7% dan siswa yang mendapat nilai tuntas sebanyak 6 siswa dengan presentase 33,3%. Hasil nilai rata-rata yang diperoleh secara keseluruhan yaitu 57,7.

Kemudian dilakukan tindakan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan media Mind Mapping. Pada siklus I hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa yang mendapat nilai tidak tuntas sebanyak 4 siswa dengan presentase 22,2% dan siswa yang mendapat nilai tuntas sebanyak 14 siswa dengan presentase 77,8%. Hasil nilai rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 72,7. Kemudian pada tindakan siklus II juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai tuntas sebanyak 16 siswa dengan presentase 88,9%. Nilai rata-rata klasikal siswa pada siklus II meningkat lagi menjadi 82,7.

Pada penelitian ini tidak hanya hasil belajar saja yang meningkat, akan tetapi sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran juga meningkat. Sebelum dilakukan penelitian selama mengikuti pembelajaran siswa kurang aktif, kurang berani mengungkapkan pendapat, dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, dalam menyampaikan materi guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Akan tetapi setelah dilaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan

(38)

media Mind Mapping ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena model pembelajaran ini siswa dituntut aktif untuk memecahkan yang dihadapi, memiliki sikap disiplin dan kegiatan bekerjasama menyatukan pikiran sehingga semua siswa paham dengan materi yang dipelajari. Sehingga akan melatih siswa untuk aktif, melatih siswa untuk berpikir kritis, berani mengemukakan pendapatnya maupun idenya, dan memiliki sikap tanggung jawab terhadap tugasnya. Hal ini juga berdampak pada hasil belajar siswa karena siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan oleh guru. Selain itu, guru juga hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator karena guru bukan satu-satunya sumber ilmu dan pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan diatas, maka model pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan media

Mind Mapping memberikan pengaruh pada peningkatan kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan aliran kognitif yang mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari (Darsono dalam Hamdani, 2010:23).

Peningkatan hasil belajar dan perubahan sikap belajar yang dialami siswa merupakan kelebihan dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan media Mind Mapping. Selain mempunyai kelebihan, tentu juga mempunyai kekurangan dalam penerapannya. Kekurangan tersebut dialami pada proses pembelajaran karena masih adanya siswa yang masih cenderung mencari kesibukan sendiri dan mengobrol hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi saat berlangsungnya kegiatan belajar, Beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran, siswa masih pasif dalam kegiatan pembelajaraan, ada beberapa siswa yang lambat dalam menerima materi. Namun, kekurangan tersebut dapat diatasi oleh guru pada kegiatan belajar pada siklus 2 sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V dengan materi peristiwa alam. Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: langkah pertama yaitu orientasi siswa kepada masalah, guru menjelaskan tujuan

(39)

pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Langkah kedua, mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Langkah ketiga, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah. Langkah keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya. Langkah kelima, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan. Pada penelitian ini peran media Mind Mapping juga sangat berpengaruh pada pembelajaran, karena Mind Mapping merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran dengan teknik mencatat yang dapat memetakan pikiran yang kreatif dan efektif. Dengan menggunakan media Mind Mapping siswa lebih mudah dalam belajar karena informasi-informasi yang didapatkan dicatat dengan berdasarkan pemetaan pikiran-pikiran sehingga siswa lebih mudah dalam mempelajari kembali materi yang sudah dapatkan. Pada penggunaan media Mind Mapping siswa harus sekreatif mungkin dalam mencatat informasi yang baru didapatkan. Penulisan dengan Mind Mapping pemetaan-pemetaan pikiran harus jelas dan menarik, semakin jelas dalam memetakan pikiran maka semakin mudah untuk dipahami, maka dari itu siswa lebih mudah untuk memahami sehingga siswa paham dengan materi baru yang disampaikan, hal itu berdampak pada hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

Pada peningkatan siklus 2 masih terdapat 2 siswa yang belum lulus KKM, hal itu disebabkan karena kedua siswa itu lambat dalam menerima materi belajar sehingga kedua siswa tersebut perlu adanya bimbingan khusus dalam

(40)

memberikan materi pembelajaran. Solusi untuk mengatasi siswa yang lambat dalam menerima pelajaran adalah: guru selalu bertanya tentang materi yang belum dipahami siswa dalam setiap langkah pembelajaran, memberikan perlakuan khusus kepada siswa tersebut, siswa yang lambat dalam menerima pelajaran dikumpulkan menjadi satu deret tempat duduk. Dengan seperti itu setiap akhir penyampaian materi guru menjelaskan kembali pada siswa-siswa yang lambat dalam menerima materi yang sudah tergabung menjadi satu. Guru juga mudah dalam mengontrol siswa yang belum benar-benar paham dengan materi tersebut.

Penelitian yang telah dilakukan ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ralita Ayu Trisnaningsih (2014), Wiwik Utaminingsih (2014), Rusmanto (2013), dalam penelitiannya terbukti bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Perbedaan penelitian yang dilakukan antara peneliti sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian sebelumnya hanya menggunakan langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning saja. Pada penelitian kali ini, peneliti juga menggunakan media Mind Mapping dan memodifikasi kedalam langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, kelas menjadi lebih hidup karena model pembelajaran ini berbasis masalah sehingga siswa akan berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut. Selain penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning penelitian ini juga menggunakan media pembelajaran Mind Mapping, dimana siswa memeiliki teknik mencatat dengan memetakan pikiran-pikiran, sehingga siswa lebih mudah dalam mempelajari kembali materi yang didapatkan sebelumnya. Pada penelitian ini hasil yang diperoleh memiliki presentase 88,9% ketuntasan. Hasil nilai ketuntasan yang diperoleh Ralita Ayu Trisnaningsih (2014) mencapai presentase ketuntasan 90%, Wiwik Utaminingsih (2014) mencapai presentase ketuntasan 100%, Rusmanto

(41)

(2013) mencapai presentase ketuntasan 100%. Hal ini terbukti bahwa model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Gambar

Gambar 4.9 Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal,   Posttest Siklus 1, Posttest Siklus 2

Referensi

Dokumen terkait

Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Keuangan dan Perekonomian Daerah di Provinsi Bengkulu: Suatu Pendekatan Ekonometrika.. Bogor: Institut Pertanian

Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan atau dapat dikatakan bahwa struktur modal, capital

2.5.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Good Governance terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah

Pelaksanaanpraktik mengajar, mahasiswa mendapat kesempatan mengajar mata pelajaran Pembuatan hiasan, pembuatan pola , pembuatan busana costum made dan Dasar

Berdasarkan hasil pengukuran untuk lampu TL 18 W dapat dianalisis bahwa pada tegangan 220 volt, konsumsi arus dengan ballast konvensional tanpa kapasitor

pesan.. Peneliti terdahulu yang berkaitan yaitu Muhammad Aras dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Awal Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada

Hari kedua Minggu tanggal 30 Juli 2017 kegiatan pengabdian dimulai pukul 09.00 pagi kegiatan dimulai dengan menentukan masalah dan membuat judul yang dilakukan oleh semua

Metode synergetic teaching adalah metode yang menggabungkan dua cara belajar yang berbeda. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil