Tim Peneliti
Dr. I Gusti Ayu Putri Kartika, SH.,MH. (Ketua)
Prof Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, SH.,MS. (Anggota) Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH.,MHum.(Anggota) Ni Made Lidia Lestari Karlina Dewi (Mahasiswa S2) Ni Made Lidia Lestari Karlina Dewi (Mahasiswa S2) Made Dandy Pranajaya,S.Sos (Sekretariat Peneliti)
Latar belakang Masalah
Daerah Kabupaten Karangasem yang terdiri dari
daratan dan perairan banyak mengandung berbagai jenis mineral membawa keuntungan sehingga
jenis mineral membawa keuntungan sehingga
merupakan wilayah yang kaya sumber daya alam jenis mineral namun belum berkorelasi dg kesejahtraan.
Pengertian
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di
alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas dan membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas dan padu.
Batuan adalah mineral selain mineral radioaktif, mineral logam dan mineral bukan logam.
Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, diluar panas bumi, minyak, gas bumi, serta air tanah.
kegiatan usaha pertambangan dari segi ekonomi memang sangat menguntungkan karena memiliki nilai jual yang sangat tinggi namun dilain fihak juga dapat menimbulkan hal yang buruk terhadap lingkungan hidup.
I Ketut Wage Saputra sebagai Asisten Tata Praja Pemerintah
Daerah Kabupaten Karangasem melalui media harian Bali Post Daerah Kabupaten Karangasem melalui media harian Bali Post mengatakan bahwa ada 60 perusahaan yang beroperasi
mengeruk pasir ditiga kecamatan yaitu Selat, Rendang dan Bebandem yang sampai saat ini ada puluhan pengusaha yang melakukan kegiatan pertambangan batuan tanpa izin.
Bupati Karangasem I Wayan Geredeg juga mengakui belum bisa untuk melakukan penegakan hukum melalui Peraturan Daerah (Perda) untuk menertibkan sejumlah penambang galian C tanpa izin.
Terjadi inkoherensi pengaturan penegakan hukum
lingkungan terhadap pertambangan batuan di Kabupaten Karangasem.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengawasan dalam bidang
pertambangan batuan di Kabupaten Karangasem? Bagaimanakah penegakan hukum lingkungan
administratif dan kepidanaan di bidang administratif dan kepidanaan di bidang
Dasar hukum
1. UUD NRI Tahun 1945
2. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batubara
3. UU no. 32 tahun 2004 ttg Pemerintahan Daerah sebagaimana
3. UU no. 32 tahun 2004 ttg Pemerintahan Daerah sebagaimana dirubah dg UU No. 12 tahun 2008 ttg Perubahan ke dua atas UU no. 32 tahun 2004 ttg Pemerintahan Daerah
4. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
lanjutan
5. PP No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
6. PP no 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan usaha Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
7. PP No 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang.
8. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Karangasem No. 13 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Usaha
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum pertambangan mempunyai keterkaitan dengan hukum lingkungan karena setiap usaha pertambangan khususnya pertambangan batuan diwajibkan untuk memelihara kelangsungan daya diwajibkan untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Salim HS, mengemukakan bahwa: “ Hukum
pertambangan adalah keseluruhan kaidah hukum yang mengatur kewenangan Negara dalam
pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan Negara dengan orang dan atau badan
hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian”
Hukum pertambangan menempatkan aspek
lingkungan merupakan aspek yang penting karena adanya perubahan sifat dan fisik dari lingkungan sehingga perlakuan khusus terhadap lingkungan sehingga perlakuan khusus terhadap lingkungan sangat diperlukan dalam rangka lingkungan yang dikelola akibat pertambangan senantiasa memiliki fungsi dan daya lingkungan hidup yang terjaga dan dimungkinkan untuk ada peningkatan.
Pengelolaan lingkungan merupakan mata rantai
terakhir dalam siklus pengaturan (Regulatory chain) yang meliputi : legislation (perundang-undangan) , standard setting (penentuan standar), licensing ( standard setting (penentuan standar), licensing ( pemberian izin), implementation (penerapan), and enforcement (penegakan hukum)
Izin lingkungan wajib dimiliki oleh setiap perusahaan sehingga izin itu sifatnya umum dan mutlak.
Kewajiban tersebut dilatarbelakangi, karena Negara atau pemerintah berkeinginan agar setiap perusahaan untuk sungguh-sungguh memperhatikan lingkungan untuk sungguh-sungguh memperhatikan lingkungan hidup supaya dapat dicegah dan diminimalkan
terjadinya kerusakan lingkungan. Kedudukan izin
lingkungan merupakan dasar untuk memperoleh izin usaha perusahaan sebagaimana diatur berdasarkan Pasal 40 Ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 yaitu: “Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk
Penegakan hukum lingkungan sebagaimana
dikemukakan oleh Siti Sundari Rangkuti berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum, yaitu administratif, pidana dan perdata,
Dari uraian sebagaimana tersebut diatas, bagaimana kita menarik sinergisitas antara aspek hukum
lingkungan dengan aktivitas pertambangan sehingga integrasi yang holistik diantara aspek-aspek tersebut integrasi yang holistik diantara aspek-aspek tersebut menghasilkan perpaduan yang ideal sehingga tercipta suatu tatanan norma yang mengarah kepada
Peran aparatur negara
Peran aparatur negara sebagai pemegang kewenangan aktif memiliki peran penting dalam proses penegakan hukum. Aparatur negara yang berkompeten dan
memiliki integritas yang tinggi terhadap penegakan hukum diharapkan menjadi sarana penggerak aktif hukum diharapkan menjadi sarana penggerak aktif
yang bersenjatakan norma perundang-undangan yang berlaku sehingga dikemudian hari kelak sistem
pengelolaan lingkungan di bidang pertambangan khususnya pertambangan batuan dapat diterapkan secara konsekuen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
Tujuan Penelitian
menjelaskan instrument hukum lingkungan di bidang pertambangan batuan di Kabupaten Karangasem
Mengkaji dan menganalisis untuk menentukan Mengkaji dan menganalisis untuk menentukan penegakan hukum lingkungan terhadap
Manfaat Penelitian
Bagi peneliti diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan bobot keilmuan yang dapat disampaikan kepada peserta didik serta menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait dengan topik penelitian ini.
Bagi Praktisi melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang bagaimana menerapkan hukum yang tepat apabila dihadapkan pada suatu kasus yang konkrit sama sebagaimana dibahas dalam penelitian ini.
hukum yang tepat apabila dihadapkan pada suatu kasus yang konkrit sama sebagaimana dibahas dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat
keilmuan mengenai penegakan hukum lingkungan terhadap
pertambangan batuan sehingga berguna bagi pemerintah daerah khususnya daerah Kabupaten Karangasem dalam pembuatan
kebijakan dan pengambilan keputusan. Luaran Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat keilmuan untuk menghasilkan Publikasi Ilmiah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
undang-undang (statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach). Hasil yang dicapai konsep (conceptual approach). Hasil yang dicapai adalah memberikan preskripsi mengenai apa yang seharusnya atas isu hukum yang diajukan.
Sumber Bahan Hukum.
Karakteristik utama penelitian ilmu hukum normatif salah satunya adalah sumber utamanya yaitu bahan hukum bukan data atau fakta sosial,
hukum bukan data atau fakta sosial,
Bahan-bahan hukum tersebut adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Bahan hukum primer yang dimaksud adalah peraturan perundang-undangan Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku
ilmu hukum, hasil-hasil penelitian ilmu hukum, jurnal ilmiah ilmu hukum dan artikel ilmiah hukum
Teknik Pengumpulan Bahan
Hukum.
Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan
(library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau
doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dari
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan telaah penelitian terdahulu yang berhubungan dengan telaah penelitian ini. Dilakukan prosedur identifikasi serta
inventarisasi bahan-bahan hukum primer dan sekunder secara cermat. Atas bahan-bahan yang terkumpul
dilakukan klasifikasi secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Klasifikasi
dimaksudkan untuk melakukan penilaian bahan hukum berdasar tema-tema analisis yang relevan dengan
Analisis terhadap bahan hukum dilakukan melalui proses penalaran hukum (legal reasoning) yang logis sistematis. Penalaran hukum juga bertumpu pada aturan berfikir yang dikenal dalam logika. Namun aturan berfikir yang dikenal dalam logika. Namun demikian penggunaan logika dalam ilmu hukum
mengandung ciri khas yang berkenaan dengan hakikat hukum (the nature of law), sumber hukum (the