• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK YPKK 3 SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK YPKK 3 SLEMAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MINAT

BELAJAR SISWA SMK YPKK 3 SLEMAN

THE EFFECTS OF FAMILIES’ SOCIAL AND ECONOMIC CONDITIONS ON THE LEARNING INTEREST OF STUDENTS OF SMK YPKK 3 SLEMAN

oleh:

wurdiyanti yuli astuti

fakultas ekonomi, universitas negeri yogyakarta wurdiyantiyulia@gmail.com

Pembimbing: Mustofa, M.Sc

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap minat belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan masuk dalam kategori ex post facto yang bersifat asosiatif kausal yaitu mencari pengaruh sebab akibat dari variabel yang diteliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda dengan menggunakan program SPSS Version 20 For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat pendidikan ayah tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa; 2) Tingkat pendidikan ibu berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa; 3) Pendapatan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa; 4) Kepemilikan aset rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa; 5) Tingkat pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa; 6) Kontribusi seluruh variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sebesar 68,06%. Sisanya sebesar 31,94% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

.

Kata kunci:Sosial Ekonomi Keluarga, Minat Belajar

Abstract

This study aims to find out the effects of the social and economic conditions on the learning interest of students of SMK YPKK 3 Sleman. This was a quantitative study of the ex post facto category which was causal and associative in nature to investigate the cause and effect of the variables under study.The data analysis in the study was multiple regression analysis using the program of SPSS Version 20 for Windows. The results of the study show that: 1) fathers’ educational levels do not affect students’ learning interest; 2) mothers’ educational levels positively and significantly affect students’ learning interest; 3) family incomes positively and significantly affect students’ learning interest; 4) family asset ownerships positively and significantly affect students’ learning interest; 5) levels of need fulfillments/family expenditures positively and significantly affect students’ learning interest; and 6) the contribution of all the independent variables to account for the dependent variable is 68.06%. The remaining 31.94% is explained by other variables outside the model.

Keywords: Families’ Social and Economic Conditions, Learning Interest PENDAHULUAN

Seiring dengan maju dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, kebutuhan manusia pun semakin banyak dan berkembang pula. Bahkan kini, pendidikan mulai menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Hal ini sesuai

dengan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1, yaitu “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” sehingga pemerintah wajib mengusahakan dan menyelenggarakan pendidikan nasional karena pendidikan merupakan tiang dan pondasi terpenting dalam

(2)

kehidupan guna mewujudkan masa depan bangsa yang cemerlang.

Tujuan pendidikan menurut Dwi Siswoyo (2011:26) merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan adalah suatu yang logis bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan tujuan yang diasumsikan sebagai nilai. Tanpa sadar tujuan, maka dalam praktik pendidikan tidak ada artinya. Dalam pasal 3 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional yaitu “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Dalam keseluruhan proses pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan formal, informal maupun non formal, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok guna mencapai tujuan pendidikan. Menurut Hilgard dan Bower (1975) dalam bukunya Theories of Learning, belajar sendiri berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dsb). Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Jadi, belajar bukanlah tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah

prosesnya yang terjadi secara internal didalam diri individu tersebut.

Proses perubahan tersebut dapat tercapai jika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri seseorang atau faktor individual dan faktor dari luar individu yang disebut faktor sosial. Faktor individual sendiri antara lain faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Yang dimaksud dengan keadaan keluarga sendiri adalah, ada keluarga yang miskin, ada pula yang kaya. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tentram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya. Ada keluarga yang terdiri ayah-ibu yang pelajar dan adapula yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar yang dialami dan dicapai oleh anak-anaknya. Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya atau tersedianya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula (Ngalim Purwanto, 2007).

Keluarga sendiri merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak. Keluarga bertanggung jawab menyediakan kebutuhan finansial untuk keperluan pendidikan anak. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi tidak akan mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan sekolah anaknya, berbeda dengan

(3)

orangtua/keluarga yang keadaan sosial ekonominya rendah. Selain keluarga, lembaga sosial lain yang berfungsi menanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya adalah sekolah. Padahal sekolah sendiri menampung siswa-siswi dari berbagai macam latar belakang atau kondisi sosial ekonomi yang heterogen atau berbeda-beda.

Keadaan yang demikian juga terjadi di SMK YPKK 3 Sleman, dimana sekolah ini menampung siswa-siswinya dari berbagai macam latar belakang ekonomi keluarga yang berbeda. Keadaan ekonomi keluarga tersebut berpengaruh pada kemampuan membiayai dan menyediakan fasilitas belajar kepada anak-anaknya sehingga keadaan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar pada anak.

SMK YPKK 3 Sleman merupakan sekolah menengah kejuruan dengan bidang keahlian bisnis dan manajemen, sekolah ini menampung siswa dan siswi yang berasal dari kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Keadaan sosial ekonomi keluarga sendiri bisa dicerminkan dari indikator tingkat pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, kepemilikan aset rumah

tangga, dan pemenuhan kebutuhan

keluarga/pengeluaran keluarga. Tingkat pendidikan atau jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1). Jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi. Di SMK YPKK 3 Sleman ini, tingkat pendidikan orang tua siswa bisa dikatakan masih rendah karena rata-rata adalah lulusan pendidikan menengah, dan hanya sebagian kecil saja yang tingkat pendidikan orang tuanya mencapai pendidikan tinggi. Hal tersebut diketahui dari buku induk siswa milik SMK YPKK 3 Sleman.

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan seluruh anggota keluarga baik yang diperoleh oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga yang lain selama kurun waktu tertentu dalam satuan rupiah. Tingkat pendapatan orang tua siswa SMK YPKK 3 Sleman mayoritas tergolong dalam pendapatan yang middle low atau menengah ke bawah, yaitu golongan pendapatan cukup tinggi dan golongan pendapatan rendah.

Kepemilikan aset rumah tangga adalah kepemilikan aset atau kekayaan dalam bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang ekonominya, aset yang dimiliki tersebut dapat dimanfaatkan guna menunjang pendidikan anak. Aset tersebut diantaranya adalah tempat tinggal, lahan berupa sawah/kebun, barang berharga lain seperti perhiasan, alat elektronik, dan kendaraan pribadi. Dilihat dari hal-hal tersebut, siswa SMK YPKK 3 Sleman memiliki aset rumah tangga yang dapat menunjang pendidikannya namun dalam taraf dan status yang berbeda-beda misalnya ada anak yang tinggal di rumah milik keluarganya sendiri, namun ada siswa yang menumpang di rumah milik saudaranya yang lain, ada anak yang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi ke sekolah dan ada juga anak yang menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi ke sekolah.

(4)

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, setiap orang harus melakukan konsumsi berupa pengeluaran. Pengeluaran satu keluarga dengan keluarga yang lain tidaklah sama, tergantung pada jumlah penghasilan, jumlah anggota keluarga, taraf pendidikan dan status sosial, serta lingkungan keluarga. Hal tersebut juga terjadi di SMK YPKK 3 Sleman pastinya, namun secara keseluruhan bisa dikatakan pemenuhan kebutuhan keluarga yang mendukung kegiatan belajar/pendidikan anak tergolong rendah. Hal ini bisa dilihat dengan rata-rata setiap siswa memiliki uang saku yang jumlahnya tidaklah banyak sehingga kebanyakan dari mereka membawa bekal makanan berupa nasi untuk makan siang dari rumah.

Kegiatan yang dilakukan di sekolah terdiri dari 2 macam kegiatan yaitu kegiatan intrakulikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Di SMK YPKK 3 Sleman, ada berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler diantaranya adalah paduan suara, voli, pramuka yang merupakan ekstrakurikuler wajib. Kegiatan siswa tersebut bisa dikatakan tetap berjalan, namun dalam pelaksanaannya banyak siswa yang seharusnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tetapi tidak berangkat atau membolos. Karena adanya siswa yang membolos tersebut akhirnya kegiatan tidak bisa berjalan dengan semestinya. Selain pada kegiatan ekstrakurikuler, siswa pun banyak yang membolos pada jam sekolah. Hal tersebut dikarenakan partisipasi atau pengawasan orang tua yang rendah terhadap kegiatan sekolah anak-anaknya.

Kegiatan belajar siswa dapat berjalan dengan seharusnya dan seperti yang diinginkan

jika kegiatan tersebut didukung oleh berbagai sarana dan fasilitas belajar yang mendukung, misalnya buku referensi, komputer/laptop, dan gadget lainnya. Fasilitas belajar tersebut turut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Namun yang terlihat di SMK YPKK 3 Sleman, tidak ada siswa yang memiliki buku referensi lain selain buku yang diberikan oleh sekolah yaitu berupa lembar kerja siswa (LKS) dan buku cetak milik perpustakaan. Selain itu, tidak terlihat juga siswa yang datang ke sekolah dengan membawa komputer jinjing atau laptop, padahal pada mata pelajaran tertentu keberadaan komputer sangatlah dibutuhkan oleh siswa. Selain itu, fasilitas pembelajaran yang disediakan sekolah pun sangat terbatas terbukti dengan belum adanya peralatan multimedia di kelas dan peralatan olahraga.

Salah satu indikator keberhasilan belajar siswa adalah ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang bagus. Semakin bagus hasil belajar siswa, bisa dikatakan kegiatan belajar siswa tersebut berhasil. Dalam laporan PPL UNY tahun 2015 di SMK YPKK 3 Sleman, dari 33 siswa, hanya 9 atau 27% siswa saja yang nilainya berada di atas KKM yaitu 70, sisanya di bawah KKM . Hal ini bisa dikatakan bahwa hasil belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman masih rendah.

Dari pengamatan sebelumnya, siswa-siswi di SMK YPKK 3 Sleman berasal dari kondisi sosial ekonomi keluarga yang berbeda, seperti tingkat pendidikan, kekayaan yang dimiliki, dan pemenuhan kebutuhan keluarga sehingga dalam penelitian ini, ingin diketahui apakah ada pengaruhnya kondisi sosial ekonomi orangtua terhadap minat belajar. Selain itu, sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan berupaya

(5)

membantu meningkatkan perkembangan baik perkembangan aspek spiritual, kognitif, dan juga psikomotorik siswa. Akan tetapi, minat belajar siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Salah satu faktor yang akan diteliti adalah faktor dari luar siswa yaitu faktor kondisi sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Dari buku induk siswa, diketahui tingkat

pendidikan orang tua siswa SMK YPKK 3 Sleman rata-rata adalah lulusan pendidikan menengah dan hanya sebagian kecil yang merupakan lulusan pendidikan tinggi.

2. Dari buku induk siwa, diketahui bahwa pendapatan keluarga siswa SMK YPKK 3 Sleman rata-rata masih tergolong dalam golongan menengah ke bawah.

3. Kepemilikan aset rumah tangga siswa SMK YPKK 3 Sleman ada dalam taraf dan status yang berbeda, ada siswa yang tinggal di rumah keluarganya sendiri namun ada juga yang menumpang di rumah saudaranya yang lain, ada siswa yang menggunakan sepeda ke sekolah, ada yang menggunakan sepeda motor, dan ada juga yang berjalan kaki ke sekolah.

4. Dari hasil pra observasi, diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan keluarga/pengeluaran keluarga siswa berupa pengeluaran kebutuhan pokok, pendidikan anak, kesehatan, listrik air dan telepon, dan pengeluaran kendaraan pribadi SMK YPKK 3 Sleman berbeda-beda dan cenderung rendah.

5. Partisipasi dan pengawasan orang tua dalam kegiatan sekolah siswa SMK YPKK 3 Sleman masih kurang dilihat dari masih banyaknya siswa yang membolos baik ketika jam pelajaran maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler .

6. Fasilitas belajar yang dimiliki siswa SMK YKK 3 Sleman masih sedikit, dan bahkan tidak ada siswa yang memiliki buku referensi lain selain buku yang disediakan sekolah. Selain itu sekolah tidak memiliki fasilitas pembelajaran seperti alat multimedia di kelas dan peralatan olahraga.

7. Dapat dilihat dari laporan PPL SMK YPKK 3 Sleman tahun 2015, hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X dari 33 siswa hanya 9 siswa atau 27% siswa saja yang lulus KKM.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif kausal, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap Y yang bersifat kausal. Menurut Sugiyono (2011: 11-12) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, apabila X maka Y.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK YPKK 3 Sleman tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah 130 orang tua siswa. Jumlah

(6)

sampel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 40 sampel.

Untuk menentukan ukuran sampel, digunakan teknik proporsional random sampling, yaitu pengambilan sampel bertingkat (berstrata) guna memperoleh jumlah sampel menurut masing-masing strata.

Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner atau angket. Angket akan diberikan kepada siswa-siswi dan orang tua siswa SMK YPKK 3 Sleman untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga. Jenis angket yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam angket yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan dan pengeluaran keluarga dalam satuan rupiah, sedangkan angket tertutup digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga dan minat belajar siswa.

Untuk mengetahui kesahihan butir (validitas) dan konsistensi (reliabilitas) instrumen, maka dilakukan uji coba instrumen. Uji validitas dilaksanakan dengan rumus Product Moment dan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach (Suharsimi 2010: 221).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif variabel, uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji Homosedasitas. Pengajuan hipotesis menggunakan persamaan

regresi linear berganda (multiple regresson) (Ali Muhson,2005).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh Tingkat Pendidikan Ayah terhadap Minat Belajar

Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan bahwa tingkat pendidikan formal tertinggi yang mampu diselesaikan ayah siswa SMK YPKK 3 Sleman sebagian besar (18 responden atau 45%) adalah sangat rendah yaitu pada tingkat sekolah dasar. Jadi bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan ayah siswa SMK YPKK 3 Sleman sangat rendah.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis pertama ditolak, yaitu tingkat pendidikan ayah tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien garis yang positif dan nilai signifikansi lebih dari 0,05.

Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu terhadap Minat Belajar

Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan bahwa tingkat pendidikan formal tertinggi yang mampu diselesaikan ibu siswa SMK YPKK 3 Sleman sebagian besar (15 responden atau 37,5%) adalah pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, kemudian disusul tingkat Sekolah Dasar yaitu sebesar 14 responden atau 35%, dilanjutkan tingkat Sekolah Menengah Pertama yaitu sebanyak 9 responden (22,5%) dan terakhir pada tingkat Sarjana yaitu 2 responden (5%).

Penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis kedua diterima, yaitu tingkat pendidikan ibu berpengaruh positif dan

(7)

signifikan terhadap minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien garis yang positif (0,269) dan nilai signifikansi (0,021) kurang dari 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka minat belajar siswa juga akan semakin tinggi. Jika seorang ibu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, maka ia akan memotivasi anaknya dan mendorong agar anaknya meningkatkan minat belajarnya.

Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Minat Belajar

Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan bahwa pendapatan keluarga siswa SMK YPKK 3 Sleman di kuartil bertama bernilai Rp 1.450.000,- kuartil kedua Rp 1.962.500,- dan kuartil ketiga Rp 3.225.000,-. Dari 35 responden (ayah yang memiliki pendapatan pokok), 18 diantaranya (51,42%) pendapatannya berada di atas UMP dan sisanya yaitu 17 responden (48,58%) pendapatannya berada di bawah UMP. Dari 20 responden (ayah yang memiliki pendapatan tambahan), semua pendapatannya berada di bawah UMP. Dari 27 responden (ibu yang memiliki pendapatan pokok), 9 diantaranya (33,33%) memiliki pendapatan di atas UMP dan sisanya yaitu 18 responden (66,67%) memiliki pendapatan di bawah UMP. Dari 16 responden (ibu yang memiliki pendapatan tambahan), semua pendapatannya berada di bawah UMP. Dari 40 responden, hanya 13 responden yang anggota keluarganya yang lain memiliki pendapatan, 8 diantaranya (61,53%) memiliki pendapatan di atas UMP dan sisanya yaitu 5 responden (38,47%) memiliki pendapatan di bawah UMP.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis kedua diterima, yaitu pendapatan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien garis yang positif (0,001) dan nilai signifikansi (0,005) kurang dari 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi pendapatan keluarga, maka minat belajar siswa juga akan semakin tinggi.

Pengaruh Kepemilikan Aset Rumah Tangga terhadap Minat Belajar

Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan bahwa kepemilikan aset rumah tangga siswa SMK YPKK 3 Sleman berdasarkan status rumahnya, semuanya menempati rumah milik sendiri. Berdasarkan jenis rumahnya sebagian besar atau 60% (24 dari 40 responden) memiliki rumah permanen.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis keempat diterima, yaitu kepemilikan aset rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien garis yang positif (1,327) dan nilai signifikansi (0,045) kurang dari 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi kepemilikan aset rumah tangga, maka minat belajar siswa juga akan semakin tinggi. Aset rumah tangga yang dimiliki dapat digunakan sebagai sarana pendidikan siswa seperti kondisi rumah yang baik sehingga karena sarana yang baik tersebut dapat meningkatkan minat belajar siswa.

(8)

Pengaruh Pemenuhan Kebutuhan/ Pengeluaran Keluarga terhadap Minat Belajar Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga siswa SMK YPKK 3 Sleman pada kuartil pertama bernilai Rp 1.465.000,- kuartil kedua bernilai Rp 2.025.000,- dan kuartil ketiga bernilai Rp 2.722.500,-. Dari 40 responden 20 diantaranya (50%) merupakan keluarga yang jumlah pendapatannya lebih besar daripada jumlah pengeluaran keluarganya atau bisa dikatakan termasuk keluarga surplus, dan sisanya yaitu sebanyak 20 responden (50%) merupakan keluarga yang jumlah pendapatannya lebih kecil daripada jumlah pengeluarannya atau bisa dikatakan termasuk keluarga yang defisit.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis kelima diterima, yaitu tingkat pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien garis yang positif (0,001) dan nilai signifikansi (0,011) kurang dari 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga maka minat belajar siswa juga akan semakin tinggi.

Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga secara bersama-sama (simultan) terhadap Minat Belajar Siswa.

Berdasarkan hasil penelitian ini diungkapkan bahwa sebagian besar minat belajar siswa termasuk dalam kategori tinggi dengan presentase 65,00%. Disusul pada kategori sedang dengan presentase 35,00 % dan kategori

rendah sebesar 00,00%. Jadi bisa dikatakan bahwa minat belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman ada pada kategori tinggi.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa hipotesis keenam diterima, yaitu terdapat pengaruh positif dan signifikan tingkat pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, kepemilikan aset rumah tangga, dan pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga secara bersama-sama terhadap minat belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R yang positif (0,825) dan nilai signifikansi (0,000) kurang dari 0,05.

Secara simultan kelima variabel bebas memiliki pengaruh positif dan signifikan dan pengaruhnya lebih dari 50% yaitu sebesar 68,06%, namun masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Total nilai variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yaitu 31,94%.

Berdasarkan analisis data juga diketahui sumbangan efektif dan sumbangan relatif masing-masing variabel bebas. Sumbangan efektif variabel tingkat pendidikan ayah sebesar 1,11%, sumbangan efektif variabel tingkat pendidikan ibu sebesar 15,63%, sumbangan efektif variabel pendapatan keluarga sebesar 20,84%, sumbangan efektif variabel kepemilikan aset rumah tangga sebesar 11,99% dan sumbangan efektif variabel pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga sebesar 18,48% terhadap minat belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman. Diketahui juga sumbangan relatif variabel tingkat pendidikan ayah sebesar 1,63%, sumbangan relatif variabel tingkat pendidikan ibu sebesar 22,97%,

(9)

sumbangan relatif variabel pendapatan keluarga sebesar 30,62%, sumbangan relatif variabel kepemilikan aset rumah tangga sebesar 17,62% dan sumbangan relatif variabel pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga sebesar 27,16% terhadap minat belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman. Hal ini membuktikan pendapatan keluarga memiliki pengaruh lebih besar terhadap minat belajar siswa dibandingkan dengan variabel tingkat pendidikan orangtua, kepemilikan aset

rumah tangga, dan pemenuhan

kebutuhan/pengeluaran.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Kondisi sosial ekonomi keluarga siswa SMK YPKK 3 Sleman dapat dideskripsikan dari aspek pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, kepemilikan aset rumah tangga, dan besarnya konsumsi atau pengeluaran. Dari aspek pendidikan, untuk pendidikan ayah presentase terbesar yaitu 45% ada pada tingkat sekolah dasar, sedangkan untuk tingkat pendidikan ibu presentase terbesar yaitu 37,5% ada pada tingkat sekolah menengah pertama. Dari aspek pendapatan, pada kuartil pertama bernilai Rp 1.450.000,- kuartil kedua bernilai Rp 1.962.500,- dan kuartil ketiga bernilai Rp 3.225.000,-. Dari aspek kepemilikan asset rumah tangga, 60% memiliki rumah permanen dan sisanya 40% memiliki rumah semi permanen. Dari aspek pengeluaran, pada kuartil pertama bernilai Rp 1.465.000,- kuartil kedua bernilai Rp

2.025.000,- dan kuartil ketiga bernilai Rp 2.722.500,-.

2. Kondisi minat belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman termasuk dalam kategori tinggi yaitu dengan presentase 65%.

3. Pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap minat belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman secara simultan atau bersama-sama menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa dengan nilai koefisien garis positif dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa Pendapatan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa. Kepemilikan aset rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa. Tingkat pemenuhan kebutuhan/pengeluaran keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat belajar siswa.

Saran

Berdasarkan pembahasan, kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga siswa SMK YPKK 3 Sleman tersebut, maka diharapkan keluarga siswa dapat mengatur keuangannya agar pengeluaran keluarga tidak melebihi pendapatan yang diterima dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak.

(10)

2. Cara meningkatkan minat belajar siswa yang dapat dilakukan oleh orang tua yaitu dengan memberikan reward setiap selesai ulangan atau setiap semester, karena anak akan lebih semagat dalam belajar untuk mendapatkan nilai yang baik agar diberi reward. Orang tua dapat juga mengarahkan dan membiarkan mereka bekerja keras untuk melihat potensi

dalam dirinya dan menentukan kekuatan dan kelemahan yang ia punya, serta memberikan perhatian dalam mengawasi anak demi peningkatan minat belajar siswa di sekolah. Hubungan yang harmonis juga harus dibangun antara orang tua dengan anak. Selain itu, jika perlu orang tua dapat mengikutkan anak pada AMT (Achievement Motivation Training) yaitu program

pengembangan diri khususnya dalam hal peningkatan minat dan motivasi belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhson. 2005. Aplikasi Komputer. Diktat. Universitas Negeri Yogyakarta.

Dwi Siswoyo. 2011. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian.

Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian.

Bandung : CV Alfabeta.

Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karbon tersimpan yang terdapat pada serasah dan nekromassa pada kawasan arboretum adalah 5.02 ton/ha dan pada hutan lindung

[r]

Kombinasi antara penggunaan Phragmites karka sebagai fitoremediator dengan eceng gondok sebagai bahan organik/pupuk organik diharapkan merupakan salah satu model yang dapat

Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang ( 1) wujud perlengkapan upacara Labuhan di Gunung Merapi, yang berupa sejumlah kain, rokok, ratus, dan seta, serta

[r]

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kemudahan, dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi dengan

Nilai persentase penutupan vegetasi pada penilaian kriteria penetapan klasifikasi DAS Cisadane Hulu dan Cianteun masih dalam satu kelas kualifikasi pemulihan DAS yang

[r]