41 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KEARSIPAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEARSIPAN
DI DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN TASIKMALAYA
Aneu Wahyuni
Program Pascasarjana Administrasi Negara
Sekola Tinggi Ilmu Administrasi YPPT Priatim Tasikmalaya email: [email protected]
ABSTRAK
Pengaturan penyelenggaraan kearsipan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyajian informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan penyelenggaraan kearsipan terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya.
Metode penetian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode asosiatif merupakan metode yang bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Responden penelitian ini yaitu pegawai di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, studi dokumentasi dan angket. Teknik analisis data dilakukan melalui uji regresi berganda yang dilanjutkan dengan uji analisis jalur (path analisys).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan besarnya pengaruh implementasi kebijakan tentang Penyelenggaraan Kearsipan terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya ditentukan oleh faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Hasil penujian data diketahui masing-masing faktor memiliki kontribusi yang berbeda terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya.
Kata kunci : Implementasi kebijakan, efektivitas dan pengelolaan kearsipan.
ABSTRACT
Arrangements for organizing archives are intended to provide legal certainty in presenting information on the administration of regional government, policy formulation, and decision making. This study aims to determine how much influence the implementation of archival policies on the effectiveness of archival management in the Office of Archives and Tasikmalaya District Library.
The determination method that will be used in this study is an associative method with a quantitative approach. Associative method is a method that intends to explain the causal relationship and influence between variables through hypothesis testing. Respondents of this study are employees in the Office of Archives and Tasikmalaya District Library. Data collection techniques were carried out through observation, documentation studies and
42 questionnaires. The data analysis technique is done through multiple regression tests followed by the path analysis test.
Based on the results of the study showed the magnitude of the influence of the implementation of policies on the Implementation of Archives on the effectiveness of archival management in the Office of Archives and Tasikmalaya District Library is determined by factors of communication, resources, disposition and bureaucratic structure. The results of examining the data are known that each factor has a different contribution to the effectiveness of the management of the archives in the Archives and Tasikmalaya Regency.
Keywords: Policy implementation, effectiveness and management of archives.
PENDAHULUAN
Pengaturan penyelenggaraan kearsipan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyajian informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan. Sebagai upaya tersebut Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya telah menetapkan peraturan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Kearsipan. Penyelenggaraan kearsipan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dalam peraturan tersebut meliputi : a. penetapan kebijakan; b. pembinaan kearsipan; dan c. pengelolaan arsip.
Arsip menurut peraturan tersebut di atas adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi kemasyarakatan dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Arsip merupakan aset yang sangat berharga, warisan nasional dari generasi ke generasi yang perlu dipelihara dan dilestarikan dengan baik.
Sistem kearsipan harus mencakup semua sub sistem dalam manajemen kearsipan. Sistem Kearsipan merupakan rangkaian sub sistem dalam manajemen kearsipan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan agar arsip tertata dalam unit-unit informasi siap pakai untuk kepentingan operasional, dengan azaz informasi yang tepat digunakan oleh orang yang tepat, untuk kepentingan tepat, pada waktu yang tepat, dengan biaya serendah mungkin. Sub sistem dalam sistem kearsipan mencakup Tata Naskah Dinas (form management), pengurusan surat (Correspondence management), penataan berkas (files management), tata kearsipan dinamis (records management), dan tata kearsipan statis (archives management).
Pengelolaan arsip yang baik sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan administrasi yang lebih lancar, termasuk pendataan. Begitu banyaknya permasalahan yang terjadi di lingkungan pemerintah daerah, di provinsi maupun kabupaten/kota karena lemahnya penanganan bidang kearsipan, antara lain; 1) Tidak sinkronnya data yang dihasilkan suatu kantor dengan kantor lainnya, perbedaan data antara suatu bidang dengan bidang yang lain; 1) Hilangnya beberapa arsip milik Negara; 3) Aset Negara yang berpolemik karena tidak didukung kepemilikan arsip; 4) Sulitnya menemukan kembali arsip dengan cepat pada saat dibutuhkan; 5) Penumpukan arsip disembarangan tempat; dan 6) Pengelolaan arsip yang tidak sesuai kaidah-kaidah kearsipan.
Kasus ketidak-akuratan data yang dihasillkan suatu kantor dalam beberapa kasus bisa disebabkan karena laporan yang disampaikan hanya untuk pemenuhan persyaratan setelah selesai melaksanakan kegiatan, tentunya di atas kertas data/angka bisa disetting agar terlihat pencapaian target kinerja yang bagus dengan trend yang semakin meningkat, atau kegiatan telah terlaksana tanpa kendala sewaktu melaksanakannya. Hal tersebut akan berakibat fatal jika menjadi indikator keberhasilan kinerja, karena target dan capaian sesuai indikator yang
43 ditetapkan pasti akan dievaluasi dalam periode 5 tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Kesalahan penempatan angka/data akan menyebabkan penilaian untuk poin hasil evaluasi kinerja yang lebih baik menjadi tidak bernilai atau nol. Pada kasus Aset Negara yang berpolemik karena tidak didukung kepemilikan arsip, untuk bisa dicatat sebagai kekayaan daerah tentunya hanya terhadap aset-aset yang sudah memiliki bukti kelengkapan administrasi berupa sertifikat yang sah dan berita acara serah terima kepemilikan. Terhadap aset-aset yang belum memiliki bukti kelengkapan administrasi berupa sertifikat yang sah, agar secepatnya diselesaikan untuk dapat diterbitkan sertifikat oleh pejabat yang berwenang.
Kasus terbanyak dan menjadi potret pada hampir seluruh instansi pemerintah yaitu penumpukan arsip disembarangan tempat, dimana masing-masing unit akan menghasilkan arsip dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan dalam setiap hari, bulan maupun dalam satu tahunnya, baik itu kertas kerja, persuratan, laporan, buku, peta, brosur, leaflet dan output kegiatan lainnya, dan karena sesuai persyaratan pencairan anggaran membutuhkan laporan dan dokumen pendukung dalam beberapa rangkap sehingga jumlah arsip yang dihasilkan akan semakin banyak, ditambah pula dengan berbagai jenis cetakan maupun dokumen lainnya.
Berbagai permasalahan tersebut di atas sangat menggangu pelaksanaan tugas, apalagi dengan tidak tersedianya gudang penyimpanan. Arsip dan dokumen menumpuk di antara meja kerja, sekat, teras atau lorong-lorong ruangan, yang sangat mengganggu pemandangan dan pelayanan kerja suatu instansi. Hal tersebut tentu akan mengganggu suasana kantor dan mengurangi kenyamanan pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaan maupun pandangan dari masyarakat terhadap kantor.
Fenomena di lapangan masih menunjukan pengelolaan arsip kurang mendapatkan perhatian serius, dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas program/kegiatan lainnya, termasuk dalam Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya. Sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan arsip daerah yang autentik, utuh dan terpercaya, sekaligus sebagai sumber informasi mengenai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, juga sebagai upaya pelayanan dalam menjamin perlindungan kepentingan Daerah dan hak-hak keperdataan masyarakat, perlu adanya penyelenggaraan kearsipan yang sesuai dengan prinsip, kaidah dan standar kearsipan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Kearsipan.
Maksud dari diterbitkannya peraturan tersebut yaitu memberikan kepastian hukum dalam penyajian informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan, dengan tujuannya yaitu a. menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah; b. menjamin terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang andal; c. menjamin perlindungan kepentingan Daerah dan hak-hak keperdataan masyarakat serta masyarakat adat melalui pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya; d. menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; e. menjamin keselamatan Aset Daerah; dan f. meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya.
LANDASAN TEORI
Kebijakan publik merupakan rangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah baik dalam bentuk peraturan perundang undangan atau dekrit-dekrit pemerintah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kebijakan pemerintah merupakan serangkaian keputusan yang diambil oleh aktor politik untuk tujuan yang telah dipilih dalam batas-batas kewenangannya, di mana
44 kebijakan publik harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh anggota masyarakat. Pengertian kebijakan publik (Winarno, 2002, hal. 101) dengan menyatakan bahwa :
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai faktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.
Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. Definisi implementasi kebijakan (Winarno, 2002, hal. 101) mengemukakan pendapatnya dnegan menyatakan:
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai faktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.
Kebijakan publik yang akan diimplementasikan oleh pemerintah dan telah memperoleh legitimasi dari lembaga perwakilan rakyat, memungkinkan pemerintah untuk bertindak dalam pelakanaan kebijakan tersebut. Dalam hal implementasi kebijakan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, bergantung pada proses perumusan kebijakan dimaksud. Selanjutnya (Nugroho, 2004, hal. 158) memberikan pengertian tentang implementasi kebijakan dengan menyatakan sebagai berikut :
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut adalah: (1) bahwa kebijakan negara itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan, (2) bahwa kebijaksanaan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah, (3) bahwa kebijaksanaan itu adalah merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud akan melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu, (4) bahwa kebijaksanaan negara itu bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif-dalam arti: merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, dan (5) bahwa kebijaksanaan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan-peraturan perundangan yang bersifat memaksa (otoritatif).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam implementasi kebijakan diperlukan berbagai perlengkapan demi terwujudnya tujuan dari kebijakan tersebut, diantaranya organisasi, prosedur atau tata kerja pelaksana kebijakan, teknik atau cara-cara dalam pelaksanaan kebijakan. Supaya kebijakan publik yang ditetapkan mampu mencapai tujuan yang diharapkan, maka kebijakan tersebut perlu diimplementasikan secara nyata dan bertangung jawab. Pelaksanaan kebijakan merupakan sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada sekedar pembuatan kebijakan. Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2006, hal. 196) memberikan pengertian tentang implementasi kebijakan dengan menyatakan : Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan-keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah-masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.
45 Agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik dan mampu mencapai tujuan organisasi, perlu memperhatikan faktor-faktor pelaksanaan kebijakan. Faktor-faktor pelaksanaan kebijakan menurut Edwars III (Widodo, 2010, hal. 98) adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi, yakni kejelasan yang harus disampaikan oleh pelaksana kebijakan 2. Sumber daya, yakni sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat mendukung dan
memperlancar pelaksanaan kebijakan;
3. Disposisi atau sikap pelaksanaan, yakni adanya keinginan atau kesepakatan di kalangan para pelaksana dalam menjalankan kebijakan
4. Struktur birokrasi, yakni tata kerja dalam organisasi untuk mempermudah/ memperlancar kebijakan.
Keempat faktor tersebut satu sama lain saling berhubungan dan saling berinteraksi yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi akan berpengaruh langsung pada implementasi kebijakan, di samping secara langsung mempengaruhi implementasi, faktor-faktor tersebut secara tidak langsung mempengaruhi implementasi kebijakan melalui dampak pada masing-masing faktor. Diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Kearsipan memiliki beberapa tujuan, dimana tujuan utamanya terjaminnya pengelolaan dan pemanfaatan arsip serta dapat memberikan pelayanan publik secara prima. Penyelenggara kearsipan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya, dimana dalam melaksanakan kebijakan tersebut harus dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Adapun Pengertian efektivitas organisasi sebagaimana dikemukakan oleh Ndraha (Makmur, 2008, hal. 124) menyatakan bahwa:
Efektivitas organisasi adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan organisasi (target) atau dengan rumus E = R/T. E: Efektivitas, R: Realisasi, T :Target. R adalah proses dalam hal ini proses produksi, dan setiap proses terdiri dari input, throughput dan output”. Berdasarkan pendapat di atas menunjukan bahwa efektivitas merupakan penilaian terhadap hubungan target yang direncanakan dengan realisasi yang dicapai. Realisasi merupakan sebuah proses yang terdiri dari input, throughput dan output. Umumnya teori efektivitas organisasi masih terkait dengan targetan dan tujuan organisasi, walaupun indikator penilaian pencapaian target tersebut berbeda-beda.
Sementara pengukuran efektivitas organisasi (Gibson, 1997, hal. 34) mengemukakan terdiri dari:
1. Produksi adalah merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.
2. Efesiensi adalah merupakan perbandingan (ratio) antara output dengan input. 3. Kepuasaan adalah merupakan ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
4. Keunggulan adalah tingkat dimana organisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.
5. Pengembangan adalah merupakan mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat.
Kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor ekternal organisasi (Sharma, 2002, hal. 314) mengemukakan hal tersebut meliputi antara lain :
1) Produktivitas organisasi atau output
2) Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dari perubahan-perubahan di dalam dan diluar organisasi
3) Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik di antara bagian-bagian organisasi.
46 Berdasarkan penjelasan di atas meyangkut tiga elemen yang membahas tentang produktivitas organisasi sebagai output, kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, dan bagaimana organisasi mengelola dan mengatasi konflik internal yang terjadi.
METODE PENELITIAN
Metode penetian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode asosiatif merupakan metode yang bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Responden penelitian ini yaitu pegawai di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya berjumlah 27 orang termasuk Kepala Dinas. Sumber data yang diperoleh yaitu hasil dari penyebaran angket kepada responden yang didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti. Alat pengumpulan data dilakukan melalui observasi, studi kepustakaan dan kuesioner.
Teknik analisis data dilakukan melalui uji regresi berganda yang dilanjutkan dengan uji analisis jalur (path analisys). Pengujian secara analisis jalur dilakukan untuk mengetahui besar masing-masing faktor dalam implementasi kebijakan penyelenggaraan kearsipan yang terdiri dari faktor komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap pelaksana dan struktur birokrasi terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya
PEMBAHASAN
Pengelolaan arsip merupakah salah satu tugas yang harus dilaksanakan dalam organisasi, baik Pemerintah maupun swasta. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam pengelolaan kearsipan telah menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kearsipan dengan salah satu pertimbangan yaitu untuk menjamin ketersediaan arsip daerah yang autentik, utuh dan terpercaya, sekaligus sebagai sumber informasi mengenai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, juga sebagai upaya pelayanan dalam menjamin perlindungan kepentingan Daerah dan hak-hak keperdataan masyarakat, perlu adanya penyelenggaraan kearsipan yang sesuai dengan prinsip, kaidah dan standar kearsipan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pengaturan penyelenggaraan kearsipan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyajian informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan. Penyelenggaraan kearsipan bertujuan untuk:
a. menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah; b. menjamin terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang andal;
c. menjamin perlindungan kepentingan Daerah dan hak-hak keperdataan masyarakat serta masyarakat adat melalui pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya; d. menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; e. menjamin keselamatan Aset Daerah; dan
f. meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya.
Ruang lingkup penyelenggaraan kearsipan dimaksud dalam peraturan di atas, meliputi: a) penetapan kebijakan kearsipan di Daerah; b) pembinaan kearsipan; c) pengelolaan arsip dinamis; d) penilaian jadwal retensi arsip dan pemusnahan arsip; e) pengelolaan arsip statis; dan d) pelayanan jasa dan publikasi kearsipan. Peraturan tentang pengelolaan kearsipan
47 tersebut tentu harus dapat diimplementasikan dengan baik agar dalam pengelolaan kearsipan dalam suatu organisasi dapat berjalan secara efektif. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya memiliki tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kearsipan dan bidang perpustakaan, yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dengan tugas memimpin dinas, menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis, membina, mengoordinasikan, mengorganisasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang kearsipan dan perpustakaan serta unit pelaksana teknis.
Berdasarkan hasil penelitian melalui pengumpulan angket dengan jumlah pernyataan yang diajukan tentang implementasi kebijakan penyelenggaraan kearsipan sebanyak 26 butir pernyataan, dan sebanyak 10 butir pernyataan tentang efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya kepada 26 responden, hasil pengolahan data secara statistik dengan menggunakan regresi berganda adalah sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan (output statistik) di atas menunjukan bahwa Rsqure diperoleh nilai sebesar 0.870 yaitu pengkuadratan dari nilai R (0.933 x 0.933), yang artinya sebesar 87% implementasi kebijakan tentang Penyelenggaraan Kearsipan berpengaruh terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya.
Selanjutnya dari tabel ANOVA (Analisys of Varians), diketahui nilai sig. Sebesar 0.000 jauh di bawah nilai nilai alfa (α = 0.05), artinya implementasi kebijakan tentang Penyelenggaraan Kearsipan berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya.
Untuk mengetahui besar pengaruh dari masing-masing faktor dalam implementasi kebijakan yang terdiri dari faktor komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap pelaksana dan struktur birokrasi terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan, dilakukan perhitungan melalui analisis jalur (path analisys) sebagai berikut :
48 Berdasarkan hasil perhitungan melalui analisis jalur diketahui besar pengaruh faktor komunikasi terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan sebesar 0.128 (12,8%), dan faktor sumber daya berpengaruh sebesar 0.377 (37,7%), sementara faktor disposisi atau sikap pelaksana mempunyai pengaruh sebesar 0.321 (32,1%) terhadap terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan, dan yang terakhir struktur birokrasi mempunyai pengaruh sebesar 0.043 (4,3%) terhadap terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya. Hasil tersebut menunjukan faktor sumber daya mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya, artinya sumber daya manusia dan sarana prasarana memiliki peran penting dalam mencapai efektivitas pengelolaan kearsipan,
49 disamping disposisi atau sikap para pegawai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh implementasi kebijakan tentang Penyelenggaraan Kearsipan terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya ditentukan oleh faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Dari keempat faktor tersebut faktor sumber daya memiliki pengaruh paling besar disamping faktor disposisi atau sikap para pelaksana kebijakan terhadap efektivitas pengelolaan kearsipan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tasikmalaya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, L. (2006). Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Gibson, D. (1997). Organisasi, Prilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.
Makmur, S. (2008). Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas. Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: Raja Grafindo.
Nugroho, R. (2004). Kebijakan Publik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sharma, R. (2002). Organizational Theory and Behaviour . New Delhi: Tata MC. Graw Hill publishing company Limited.
Widodo, J. (2010). Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayu Media.