• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PENGGUNAAN BEBERAPA PUPUK ORGANIK TERHADAP KETERSEDIAAN UNSUR HARA PADA PERTANAMAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L) oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENTINGNYA PENGGUNAAN BEBERAPA PUPUK ORGANIK TERHADAP KETERSEDIAAN UNSUR HARA PADA PERTANAMAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L) oleh"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BBPPTP Surabaya

1 PENTINGNYA PENGGUNAAN BEBERAPA PUPUK ORGANIK TERHADAP

KETERSEDIAAN UNSUR HARA PADA

PERTANAMAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L)

oleh

Diana Kustantini, AMd (PBT Ahli Pertama)

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya

A. Pendahuluan

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah salah satu anggota familia rumput-rumputan (Garmineae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Tanaman tebu telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh bangsa Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa yang memanfaatkan sebagai bahan pangan bernilai tinggi dianggap sebagai emas putih, yang secara berangsur mulai bergeser kedudukan sebagai bahan pemanis alami seperti madu (Anonim1, 2012).

Indonesia merupakan produsen gula pasir sebagai komoditas strategis, sehingga pemerintah berkewajiban menyediakan dalam jumlah yang cukup pada tingkat harga yang terjangkau di masyarakat. Saat ini produksi gula dalam negeri belum mampu mencukupi konsumsi, baik konsumsi langsunng maupun konsumsi tidak langsung. Kekurangan gula untuk mencukupi kebutuhan konsumsi tersebut masih harus disediakan melalui impor. Sehingga sektor pertanian merupakan bagian terpenting dari perekonomian negara Indonesia yang mampu menyumbang devisa. Hal tersebut didukung dengan pembangunan pertanian yang sangat erat kaitannya dalam menunjang terwujudnya sistem ketahanan pangan yang kokoh khususnya peningkatan gula atau tebu (M. Khadafi Prawiro, 2011). Salah satu komponen intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi nasional adalah penyediaan bibit tebu yang memenuhi 6 (enam) tepat yaitu: tepat waktu, tepat mutu, tepat varietas, tepat jumlah, tepat harga dan tepat cara. Penyediaan bibit tebi yang memenuhi 6 tepat dapat dicapai jika kesuburan tanah tempat tumbuhnya tanaman kembali meningkat. Penggunaan alat berat untuk mengangkut hasil panen tebu, penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara terus menerus tanpa diiimbangi

(2)

BBPPTP Surabaya

2

penggunaan pupuk organik telah membuat tanah pertanian menjadi padat dan keras sehingga sirkulasi udara dan mikoroorganisme pengurai bahan organik unsur hara dalam tanah semakin berkurang yang mempengaruhi tingkat ketersediaan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Penggunaan beberapa pupuk organik pada pertanaman bibit tebu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan produksi bibit tebu yang akan dihasilkan melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga kesuburan tanah kembali meningkat(Isnaini M, 2006).

B. Kebutuhan Unsur Hara Tanaman Tebu

1. C (Carbon), dibutuhkan tanaman dalam bentuk CO2 untuk proses fotosintesa,

kekurangan unsur ini metabolisme tanaman terhambat sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal.

2. H (Hidrogen), dibutuhkan tanaman dalam bentuk H2O untuk proses fotosintesa

kekurangan unsur ini metabolisme tanaman terhambat sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal.

3. kekurangan unsur ini metabolisme tanaman terlambat sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal (S.N.Rochmah et al, 2009).

4. Unsur Nitrogen (N)  Fungsi N:

a. Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. b. Pembentukan protein.

 Nitrogen dalam tanah terdapat dalam bentuk: a. Protein (bahan organik)

b. Senyawa-senyawa amino c. Amonium (NH4+)

d. Nitrat (NO3-)

Perubahan-perubahan bentuk nitrogen dalam tanah dari bahan organik melalui beberapa macam proses:

Aminisasi: Pembentukan senyawa amino dari bahan organik (protein) oleh bermacam-macam (hetetogenus) mikroorganisme.

(3)

BBPPTP Surabaya

3

Aminisasi dibagi menjadi dua proses yaitu:

a. Amonifikasi: Pembentukan amonium dari senyawa amino oleh mikroorganisme.

b. Nitrifikasi: Perubahan dari amonium (NH4+) menjadi nitrit (oleh bakteri

Nitrobakter).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses nitrifikasi yaitu: a. Tata udara

Proses nitrifikasi berjalan baik jika tata udara tanah baik b. pH tanah

pH tanah normal 6,0-7,0 c. Suhu

Jika suhu terlalu dingin proses nitrifikasi lambat. (Buckman and Brady, 1982)

Nitrogen merupakan salah satu unsur utama yang sangat diperlukan oleh tanaman tebu. Dosisnya tergantung pada tingkat kesuburan tanah, bahan organik, kandungan liat dan pasir, KTK serta jumlah biomasa yang dihasilkan oleh tanaman tebu.

Defisiensi N sering terjadi pada tanaman tebu yang ditanam pada tanah-tanah berpasir. Aplikasi pupuk N secara bertahap selama musim pertumbuhan tanaman tebu diperlukan untuk mencapai produksi tebu yang baik pada tanah-tanah berpasir yang kandungan bahan organik tanah-tanahnya rendah. Kegagalan mensuplai cukup N pada fase pertumbuhan kritis mengakibatkan tanaman kerdil, pemasakan premature, dab hasil biomasa serta hasil gula menurun (Soemarno, 2011).

Zat lemas atau nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+..

Protoplasma yang hidup terdiri dari kira-kira 25% bahan kering dengan komposisi 50% zat putih telur dan 5-10% lipoiden dan persenyawaan lainnya yang mengandung N, kadar zat lemas dari protoplasma kira-kira antara 2-2,5%. Dengan adanya pemungutan hasil tanaman secara besar-besaran maka banyak sekali zat lemas yang hilang. Pada perusahaan tebu sering kali didapat penghasilan sebanyak 1000-1500 qt/ha tebu. Bila kadar airnya dihitung 70 % maka bahan keringnya berjumlah 300-450 qt/ha pada tiap panennya (Anonim2,

(4)

BBPPTP Surabaya 4 5. Unsur Fosfor (P)  Fungsi P yaitu: a. Pembelahan sel b. Pembentukan albumin c. Pembentukan buah dan biji d. Mempercepat pematangan

e. Memperkuat batang tidak mudah roboh f. Perkembangan akar

g. Memperbaiki kualitas tanaman

h. Meningkatkan ketahanan terhadap HPT (hama dan penyakit tanaman) i. Metabolisme karbohidrat

j. Menyimpan dan memindahkan energi (ATP dan ADP).  Unsur P dalam tanah berasal dari:

a. Bahan organik b. Pupuk buatan

c. Mineral-mineral didalam tanah (Buckman and Brady, 1982).  Fosfor dalam tanah terdapat dalam bentuk ion H2PO4-2 dan H2PO4..

 Defisiensi fosfor pada tanaman antara lain: a. Daun tua menggulung

b. Ada bercak-bercak c. Tepi daun hangus

d. Tumbuhan mudah roboh

e. Pertumbuhan lambat (Anonim3, 2012).

6. Unsur Kalium (K)  Fungsi K yaitu:

a. Mempengaruhi kualitas (rasa, warna dan bobot) buah serta bunga b. Pembentukan pati

c. Mengaktifkan enzim d. Pembukaan stomata

e. Proses fisiologis dalam tanaman f. Proses metabolisme dalam sel

g. Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain

(5)

BBPPTP Surabaya

5

i. Perkembangan akar (Buckman and Brady, 1982).

Kalium diserap dalam bentuk K+. Pucuk tebu yang muda mengandung 60-70%

K2O. Kalium terdapat dalam sel-sel yaitu sebagai ion-ion didalam cairan sel dan

sebagai persenyawaan adsorbtif didalam zat putih telur dari sitoplasma. Inti sel tidak mengandung kalium. Sebagai ion didalam cairan sel, kalium berperan dalam menjaga turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis. Ion kalium mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Bila tanaman tidak sama sekali diberi kalium. Maka asimilasi akan terhenti. Oleh sebab itu pada tanaman yang banyak mengahsilkan hasil asimilasi seperti kentng, ubi kayu, tebu, nenas akan banyak memerlukan kalium (K2O). Kalium berfungsi pula pada pembelahan

sel pada sintesa putih telur. Pada saat terjadi pembentukan bunga atau buah maka kalium akan cepat ditarik karena kalium mudah bergerak (mobil). Fungsi lain dari kalium adalah pada pembentukan jaringan penguat pada tangkai daun dan buah yang kurang baik sering menyebabkan lekas jatuhnya daun dan buah. Daun pada teh dan tangkai buah kelapa bila kekurangan kalium akan terkulai dan buahnya lekas jatuh. Tanaman yang kekurangan kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar lengasnya yang lebih rendah. Menurut penelitian kalium berpengaruh baik terhadap pembentukan serat-serat seperti rosela, kapas dan rami, dinding sel lebih baik keadaannya dan lebih baik kandungan airnya, sel-sel ini tumbuh lebih baik, lebih kuat dan lebih panjang. Sumber unsur K yaitu KCL (K 60%), Kaliumsulfat atau ZK ( K 49-52%) dan KNO3.

Sekedar informasi bahwa dalam penggunaan pupuk KCL kita harus lebih hati-hati, ini dikarenakan KCL mengandung klor (CL) yang cukup tinggi, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap tanaman yang peka terhadap clor. Tanda-tanda kekurangan kalium daun mengerut atau mengeriting terutama pada daun tua, daun akan berwarna ungu lalu mengering dan mati (Anonim2, 2012).

Hasil tebu yang optimum dapat dicapai apabila ketersediaan hara makro primer (N, P, K), hara makro sekunder (Ca, Mg, S) dan hara mikro (si, Cu, Zn) dalam tanah lebih tinggi dari batas kritisnya (Anonim3, 2012).

C. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Pada Pertanaman Tebu

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Tanaman tebu biasanya tumbuh baik pada daerah

(6)

BBPPTP Surabaya

6

yang beriklim panas dengan kelembaban untuk pertumbuhan adalah > 70%. Suhu udara berkisar antara 280-340 C. Tanah yang terbaik adalah tanah subur

dan cukup air tetapi tidak tergenag. Tanaman tebu toleran pada kisaran kemasaman tanah (pH) 5-8. Jika ph tanah kurang 4,5 maka kemasaman tanah menjadi faktor penbatas pertumbuhan tanaman, yang dalam beberapa kasus disebabkan oleh pengaruh toksik unsur alumunium (Al) bebas (Anonim3, 2012).

Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan dan teru-menerus adalah salah satu penyebab menurunnya kesuburan tanah pada pertanaman bibit tebu. Penggunaan bahan kimia tersebut telah menyebabkan struktur tanah menjadi rusak, sulit diolah, tanah menjadi keras dan retak-retak jika kering, berkurangnya daya menahan air, meningkatnya larutan garam dalam tanah, menurunnya KTK dan pH tanah, berkurangnya bahan organik dan mikroorganisme (Isnaini M, 2006).

Proses penyerapan unsur hara oleh akar larutan tanah sangat dipenagruhi atau derajat kemasaman tanah. Secara umum ketersediaan unsur hara dalam tanah adalah pada pH 6 sampai 7. Pada pH yang rendah ketersediaan unsur N, P, K, S, Ca, Mg dan Mo sangat rendah. Sedangkan pada pH yang tinggi unsur P, K, S, B dan Mo tersedia cukup banyak.

Pupuk organik memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil pupuk organik juga mengandung senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Pupuk organik ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Pupuk organik memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mengembalikan kesuburan tanah, menggemburkan tanah dan tanah masam menjadi lebih netral (Anonim, 2009). Dengan meningkatnya pH tanah maka unsur hara yang ada dalam tanah lebih tersedia bagi tanaman. Seperti dijelaskan oleh Buckman and Brady (1982), bahwa pada pH rendah maka unsur P akan banyak difiksasi oleh unsur Al dan Fe yang bersifat racun bagi tanaman jika tersedia dalam jumlah banyak. Begitupula dengan meningkatnya kembali mikroorganisme dalam tanah sebagai pengurai unsur hara dalam tanah maka akan semakin banyak unsur hara yang dapat diserap oleh tumbuhan. Sifat fisik dan kimia tanah yang kembali baik maka kan mempengaruhi tingkat sirkulasi udara, porositas tanah dan KTK tanah yang mempengaruhi pula pada tingkat ketersediaan dan penyerapan unsur hara oleh tanaman.

(7)

BBPPTP Surabaya

7

D. Berbagai Pupuk Organik yang Dipergunakan Pada Pertanaman Bibit Tebu

Tabel 1. Kandungan N. P, K Pada Berbagai Pupuk Organik

PUPUK ORGANIK N (%) P (%) K (%) KERBAU 0,7 2,5 0,4 SAPI 1,6 2 0,5 KUDA 1,7 - 4,0 AYAM 2,1 3,9 0,4 AZOLLA 4 10 3 JERAMI 0,8 1,5 - LIMBAH TAPIOKA 0,9 0,2 - LIMBAH TAHU 4,2 - - BLOTONG 0,2 - 1,5 DAUN LAMTORO 4,3 4,0 4,0

Dosis penggunaan pupuk kandang untuk tanaman 40-60 ton/ha sedangkan untuk blotong adalah 5-10 ton/ha (S.N. Rochmah et.al, 2009).

Blotong dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanah. Untuk memperkaya unsur N blotong dikompos dengan ampas tebu dan abu ketel (KABAK). Pemberian ke tanaman tebu sebanayak 100 ton blotong atau komposnya per hektar dapat mennigkatkan bobot dan rendemen tebu secara signifikan. Kandungan hara kompos ampas tebu (KAT), blotong dan kompos dari ampas tebu, blotong dab abu ketel (KABAK) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis kimia KAT, blotong dan KABAK

ANALISIS KAT BLOTONG KABAK

pH 7.32 7.53 6.85 Karbon (C), % 16.63 26.51 26.51 Nitrogen (N), % 1.04 1.04 1.38 Nisbah C/N 16.04 25.62 15.54 Fosfat (P2O5), % 0.421 6.142 3.020 Kalium (K2O), % 0.193 0.485 0.543

(8)

BBPPTP Surabaya 8 Kalsium (Ca), % 2.085 5.785 4.871 Magnesium (Mg), % 0.379 0.419 0.394 Besi (Fe), % 0.251 0.191 0.180 Mangan (Mn), % 0.066 0.115 0.090 (Anonim4, 2012). E. Kesimpulan

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Dalam penyediaan benih yang memenuhi enam tepat untuk meningkatkan produktivitas tebu dalam rangka memenuhi konsumsi masyarakat maka kesuburan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus diperbaiki. Penggunaan pupk organik merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kembali kesuburan tanah melalui peningkatan kembali sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Beberapa pupuk organik yang dapat dipergunakan antara lain: pupuk kandang sapi, Kambing, ayam, limbah tahu, blotong, dll. Dosis penggunaan pupuk kandang untuk tanaman 40-60 ton/ha sedangkan blotong adalah 5-10 ton/ha.

F. Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Biology fertility (Micribiology). Jakarta. Anonim1. 2012. Tebu. P3GI. Akses tanggal 25 Maret 2013.

Anonim2. 2012. Unsur HaraTanah dan tanaman. Akses tanggal 26 Maret 2013.

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/II/pengaruhpertumbuhan

tanaman.

Anonim3. 2012. BAB II TINJAUAN PUSTAKA TEBU (Saccharum officinarum L).

Akses tanggal 26 Maret 2013. http://perpustakaan

cyber.blogspot.com/2012/II/pengaruh pertumbuhan tanaman.

Buckman, H.O. and Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof. Dr. Sorgiman. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi Warna. Yogyakarta.

M. Kadafi Prawiro. 2011. Usaha Tani Tebu (Saccharum officinarum L). Antara Sistem Bongkar Ratoon Dengan Sistem Rawat Ratoon Di Wilayah Kecamatan Prambon.

(9)

BBPPTP Surabaya

9

Rochmah S.N., Sri Widayati, Mazrikatul Niah. 2009. Biologi SMA dan MA Kelas XII. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. P. 282.

Jombang, Juli 2014 Mengetahui

Kepala Bidang Perbenihan BBPPTP Surabaya

Ardi Praptono, SP Nip. 19740913 199903 1 001

(10)

BBPPTP Surabaya

10 Penggunaan limbah peternakan yang Beberapa Pupuk Organik Yang Digunakan Pada Produksi benih Kakao:

1. Pupuk kompos dari seresah daun gliricida dan kulit buah kakao

Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan dan kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg per ha per tahun daun gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium 9,1 kg per ha. Kulit buah kakao sebagai zat organik sebanyak 900 kg per ha memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserit(Anonim.,2012).

Teknik pembuatan pupuk kompos:

Serasah sisa pemangkasan dan kulit buah kakao yang ada ditimbun pada tempat yang teduh kemudian dibuat berlapis dengan ketebalan 30 cm. Setiap lapisan seresah sisa pemangkasan dan kulit buah kakao ditaburi pupuk kandang sapi atau kambing, dedak dan serbuk gergaji dan kemudian disemprot larutan EM-4 atau mol (mikroorganisme lokal) hingga rata kemudian ditutup dengan lapisan seresah berikutnya. Tahapan ini dilakukan hingga bahan seresah sisa pemangkasan dan kulit buah kakao habis. Setelah itu ditutup dengan terpal dan untuk memberikan sirkulasi udara pada proses dekomposisi 2-3 hari sekali penutup terpal dibuka. Pengkomposan dilakukan 1-2 minggu (Anonim, 2009)

2. Pupuk Kotoran Hewan

a. Kotoran ayam

Kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang lain. b. Kotoran kambing

Mengandung N dan K masing-masing dua kali lebih besar daripada kotoran sapi. c. Kotoran babi

Mengandung P dua kali lebih banyak daripada kotoran sapi. d. Kotoran sapi

Mengandung 0,29 N, 0,17 P2O5, 0,35 K2O (Buckman and Brady. 1982).

Teknik pembuatan bokasi (bahan organik kaya nutrisi) dari kotoran hewan yaitu:

Kotoran hewan yang ada diaduk hingga berbutir kecil kemudian ditimbun pada tempat yang teduh dan dibuat lapisan pertama kotoran hewan dengan ketebalan 30 cm kemudian disemprot dengan larutan EM-4 atau Mol (Mikroorganisme lokal) hingga

(11)

BBPPTP Surabaya

11

rata dan kemudian ditutup dengan seresah daun atau jerami dengan ketebalan 5 cm untuk memberikan aerasi pada proses dekomposisi, selanjutnya dilanjutkan tahapan ini hingga kotoran hewan yang ada habis kemudian ditutup dengan terpal dan dibiarkan selama 1-2 minggu (Anonim, 2009).

G. Dosis Dan Teknik Pemberian Pupuk Organik Pada Produksi Benih Kakao

 Hasil penelitian pemberian kompos sampah kota, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton/ha setara dengan 6,2 kg/tan memberikan pengaruh yang baik bagi peningkatan pertumbuhan tanaman kakao. Dari kesimpulan tersebut dapat disarankan agar dalam pembudidayaan tanaman kakao

menggunakan pupuk kandang sapi, karena tersedia dalam jumlah yang banyak dan biaya pembuatannya lebih murah dibandingkan dengan perlakuan

lainnya(Anonim3, 2010).

 Pemupukan pupuk organik dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan. Pemupukan pada tanaman kakao yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara menaburkan pupuk organik secara merata dengan jarak 15 cm – 50 cm (untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 cm – 75 cm (untuk umur 14 – 20 bulan) dari batang utama. Untuk tanaman yang telah menghasilkan, penaburan pupuk organik dilakukan pada jarak 50 cm – 75 cm dri batang utama. Penaburan pupuk organik dilakukan dalam alur sedalam 10 cm. Banyaknya pupuk yang dibutuhkan setiap tahun untuk lahan seluas 1 ha adalah 10 ton/ha (Anonim/bud.tan, 2012).

H. Penutup

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan – bahan organik baik dari tumbuhan atau kotoran hewan. Penggunaan pupuk organik pada produksi benih kakao sangat penting disamping untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah juga memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga kesuburan tanah pada kebun sumber benih kembali meningkat yang sangat berpengaruh pada tingkat produksi benih kakao.

I. Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Materi Sekolah Lapang SRI. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut. Jawa Barat.

(12)

BBPPTP Surabaya

12

Anonim1. 2010. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu hasil Kakao Nasonal. Puslitkoka Indonesia. Jember.

Anonim2. 2010. Teknologi Sambung Samping Kakao. http://bercocok-tanam-kakao.blogspot.com/2010/02/teknologi-sambung-saping-kakao.html. Akses pada tanggal 4 Desember 2011.

Anonim3. 2010. PDF (Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kompos Hasil Dekomposisi Trichoderma Harzianum Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao).

http://repository.unand.ac.id/6108/25 November.2010. Akses pada tanggal 11 Maret 2013.

Anonim4. 2010. Kakao. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat. http://www.disbun. Jabarprov.go.id/assets/data/arsip/budidaya. Akses tanggal 21 Maret 2013

Anonim. 2012. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao. http://www.ideelek.com/budidaya-tanaman/kakao/syarat-tumbuh-tanaman-kakao. Akses pada tanggal 11 Maret 2013.

Buckman, H.O. dan Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof.Dr. Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Engelstat, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Terjemahan Dr.Ir. Didiek Hadjar Goenadi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi Warna. Yogyakarta.

Jermia Limbongan etc. 2010. Teknologi Sambung Samping(Side-Cleft Grafting) pada Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan. BPTP Prop. Sulsel.

Riyo Sumekto. 2008. Pemupukan. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta

Ridwan, MS. 2006. Kotoran Ternak Sebagai Pupuk dan Sumber Energi. Harian Independen Singgalang. Sumatera Barat

Sri Setyati Haryadi. (1979). Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tohary Yusuf. 2009. Kandungan Hara Pupuk Kandang dalam Pertanian Blog: 23-25 Mei

2010. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Kandungan N. P, K Pada Berbagai Pupuk Organik

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan di sini bahwa, Hukum Islam melarang praktik pengangkatan anak yang memiliki implikasi yuridis seperti pengangkatan anak yang dikenal oleh hukum

Kedua isolat ini memiliki kemampuan dalam melarutkan fosfat berdasarkan hasil perhitungan efisiensi pelarut fosfat sehingga dapat dijadikan sebagai biofertilizer

1) Pada kegiatan awal yaitu menyiapkan kondisi kelas sudah tercapai, dan pada kegiatan yang lain ada beberapa deskriptor yang belum tercapai. 2) Pada kegiatan inti

memperketat alur pembiayaan agar barang yang diperjualbelikan dapat dipastikan telah menjadi milik bank baik secara langsung maupun secara prinsip sebelum

Penelitian sebelumnya yang menggunakan parameter hormon kortisol, jumlah limfosit, IgG dengan sampel mencit Balb/c menunjukkan peningkatan kadar kortisol

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada biji kemiri terhadap rendemen dan sifat minyak kemiri hasil ekstraksi dengan pelarut organik, serta untuk

Kesimpulan : Terdapat perbedaan pada jumlah eosinofil sputum maupun VEP 1 % yang bermakna, dan neutrofil sputum yang tidak bermakna sebelum dan sesudah pemberian

Sistem penghantaran obat tertahan di lambung merupakan sebuah sistem yang dirancang agar sediaan dapat tertahan di lambung dalam waktu yang lama dan melepaskan