• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTEK KESEHATAN, MORBIDITAS, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN BALITA STUNTING DAN NORMAL NOVIANY CIPTA DEWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRAKTEK KESEHATAN, MORBIDITAS, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN BALITA STUNTING DAN NORMAL NOVIANY CIPTA DEWI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTEK KESEHATAN, MORBIDITAS, STIMULASI

PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN BALITA STUNTING

DAN NORMAL

NOVIANY CIPTA DEWI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Praktek Kesehatan, Morbiditas, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Balita Stunting dan Normal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Noviany Cipta Dewi

(4)

ABSTRAK

NOVIANY CIPTA DEWI. Praktek Kesehatan, Morbiditas, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Balita Stunting dan Normal. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI dan NETI HERNAWATI.

Retardasi pertumbuhan linier (stunting) memberikan dampak negatif pada masa perkembangan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis praktek kesehatan, morbiditas, stimulasi psikososial dan perkembangan balita

stunting dan normal. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study. Contoh pada penelitian ini berjumlah 46 balita stunting dan 46

balita normal di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan (p<0.05) perkembangan sosial pada balita stunting dan normal, namun tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0.05) perkembangan motorik pada balita stunting dan normal. Uji korelasi pearson menunjukan terdapat hubungan signifikan antara status gizi (TB/U) dengan perkembangan motorik dan sosial.

Kata kunci: perkembangan balita, praktek kesehatan, morbiditas, stimulasi psikososial, stunting

ABSTRACK

NOVIANY CIPTA DEWI. Health Practice, Morbidity, Psychosocial

Stimulation, and Development in Stunting and Normal Under Five Children. Supervised by CESILIA METI DWIRIANI and NETI HERNAWATI.

Linear growth retardation (stunting) give negative impact on children development. The purpose of this study were analyzing health practice, morbidity, psychosocial stimulation and child development in stunting and normal under five children. Design used in this study was cross-sectional study. Samples in this study were 46 stunting and 46 normal children in Cibungbulang Sub-district, Bogor. The result showed that there was a significant difference in social development between stunting and normal under five children (p<0.05), but not significant difference in motoric development (p<0.05). Correlation test result is significant positive relation between nutritional status (TB/U) and motoric development, also nutritional status (TB/U) and social development.

Keywords: child development, health practice, morbidity, psychosocial

(5)

LELIYANA NURSANTI. Praktek Pemberian Makan, Konsumsi Pangan, Stimulasi Psikososial, Perkembangan Anak Balita Stunting dan Normal. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI dan NETI HERNAWATI.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengukur praktek pemberian makan, konsumsi pangan, stimulasi psikososial dan perkembangan anak pada balita stunting dan normal. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan balita stunting dan normal; (2) Mengidentifikasi pengetahuan gizi dan kesehatan, praktek pemberian makan, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, stimulasi psikososial, perkembangan kognitif dan bahasa pada balita stunting dan normal; (3) Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dengan pengetahuan ibu tentang gizi, kesehatan dan tumbuh kembang; (4) Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pola asuh makan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh serta status gizi contoh (TB/U); (5) Menganalisis hubungan karakteristik balita, pengetahuan tumbuh kembang anak dengan skor stimulasi psikososial dan status gizi (TB/U) dengan perkembangan anak.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei dengan desain penelitian cross-sectional study. Penelitian dilakukan di desa Cibatok Dua Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Contoh pada penelitian ini adalah anak balita 36-60 bulan yang memiliki status gizi pendek (stunting) atau sangat pendek (severe stunting) sebanyak 46 orang dan status gizi normal berdasarkan indeks TB/U (WHO Child Growth 2005) sebanyak 46 orang. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer diperoleh melalui wawancara, pengamatan dan pengukuran. Data yang dikumpulkan melalui wawancara terstruktur meliputi karakteristik anak, karakteristik keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi kesehatan dan tumbuh kembang anak, konsumsi pangan yaitu food

recall 2x24 jam. Data yang dikumpulkan melalui pengukuran adalah data

antropometri yaitu tinggi badan menggunakan alat microtoise. Sedangkan data yang dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap ibu dan anak balita meliputi stimulasi psikososial dan perkembangan anak, aspek perkembangan anak yang di amati adalah perkembangan kognitif dan bahasa.

Contoh dalam penelitian ini adalah anak balita usia 36-60 bulan. Jumlah contoh yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 46.7% dan contoh berjenis kelamin perempuan sebesar 53.3%. Sebagian besar (63%) kelompok anak stunting termasuk kategori keluarga miskin dan pada kelompok anak normal proporsi keluarga miskin sebesar 54.3%. Rata-rata z-skor pada kelompok anak stunting adalah -2.77 ± 0.56 sementara pada anak normal sebesar -1.05 ± 0.69. Sebanyak 47.8% kelompok stunting memiliki tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 52.2% kelompok normal memiliki tingkat pengetahuan yang baik. berdasarkan uji

independent t-test menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05)

pengetahuan gizi dan kesehatan antara pengetahuan ibu balita stunting dengan balita normal.

Pada kedua kelompok contoh masing-masing berada pada tingkat praktek pemberian makan yang sedang, sebanyak (45.7%) untuk kelompok anak stunting

(6)

asupan protein sebesar 27 ± 6 gram. Tingkat kecukupan energi dengan kategori normal lebih tinggi terdapat pada anak balita normal yaitu sebesar 47.5 % dibanding dengan anak balita stunting. Berdasarkan uji independent t-test terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada tingkat kecukupan energi dan protein antara anak balita stunting dan normal.

Tingkat kecukupan kalsium dan zat besi pada kategori kurang lebih tinggi dibandingkan dengan balita normal. Pada tingkat kecukupan vitamin C, pada kedua kelompok sebagian besar memiliki tingkat asupan yang kurang (<80%) tetapi proporsi balita stunting lebih tinggi dibanding balita normal (95.7%) . Sedangkan tingkat kecukupan vitamin A dengan kategori kurang lebih banyak ditemukan pada anak balita normal yaitu sebesar 17.4 %. Berdasarkan uji

independent t-test terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) tingkat kecukupan

vitamin C antara anak balita stunting dan normal.

Tidak terdapat perbedaan signifikan skor stimulasi psikososial (>0.05) antara anak balita stunting dan normal. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor pencapaian perkembangan kognitif (p>0.05) antara balita stunting dan normal. Terdapat perbedaan yang signifikan pada skor perkembangan bahasa (p<0.05) antara balita stunting dan normal.

Beberapa variabel yang tidak berhubungan signifikan (p>0.05) adalah pengetahuan gizi dan kesehatan dengan asupan energi dan protein, pengetahuan gizi dan kesehatan dengan praktek pemberian makan, praktek pemberian makan dengan asupan energi dan protein, berat badan lahir dengan status gizi (TB/U) dan stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif dan bahasa.

Beberapa variabel yang saling berhubungan (p<0.05) diantaranya adalah pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan pengetahuan gizi, kesehatan, dan

tumbuh kembang, asupan energi dan protein dengan status gizi, pengetahuan tumbuh kembang dengan stimulasi psikososial, sub skala stimulasi belajar dan stimulasi bahasa dengan perkembangan kognitif, sub skala stimulasi akademik dan stimulasi bahasa dengan perkembangan bahasa dan status gizi (TB/U) dengan perkembangan kognitif dan bahasa.

(7)

Stimulasi Psikososial dan Perkembangan Balita Stunting dan Normal. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI dan NETI HERNAWATI.

Prevalensi balita pendek/stunting di Indonesia masih sebesar 35.6% dan menjadi permasalahan gizi Indonesia. Dampak dari kekurangan gizi kronis pada anak dapat menyebabkan menurunnya perkembangan otak yang dapat berdampak pada rendahnya kecerdasan, kemampuan belajar anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis praktek pemberian makan, konsumsi pangan, stimulasi psikososial dan perkembangan kognitif dan bahasa pada balita stunting dan normal. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossectional study. Contoh pada penelitian ini berjumlah 92 anak balita usia 36-60 bulan di Desa Cibatok Dua. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) konsumsi pangan dan perkembangan bahasa pada balita stunting dan normal (p<0.05). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsumsi pangan dengan status gizi (TB/U) juga antara status gizi (TB/U) dengan perkembangan (p<0.05).

Kata kunci : stunting, praktek pemberian makan, konsumsi pangan, perkembangan anak.

ABSTRACT

Feeding Practices, Food Consumption, Psychosocial Stimulation and Child Development in Stunting and Normal Under Five Children. Supervised by

CESILIA METI DWIRIANI dan NETI HERNAWATI.

Stunting it’s a nutrition problem in Indonesia, prevalence of stunting in Indonesia is 35.6%. The impact of chronic under nutrition in children can decreased brain development that can result in low intelligence, learning ability in children. The purpose of this study was to identify feeding practices, food consumption and psychosocial stimulation and it’s relation to child development in stunting and normal under five children. Design used in this study was a cross-sectional study. Subjects in this study were 92 children under the age of 36-60 months in the village Cibatok Dua. The result showed, there was significant differences in food consumption and language development between stunting and normal under five children (p<0.05). Correlation test result is significant positive relation between food consumption and nutritional status (HAZ), nutritional status (HAZ) and cognitive development, and nutritional status (HAZ) and language development (p<0.05).

(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

PRAKTEK KESEHATAN, MORBIDITAS, STIMULASI

PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN BALITA STUNTING

DAN NORMAL

NOVIANY CIPTA DEWI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(9)
(10)

NRP : 114114017

Disetujui oleh

Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc Neti Hemawati, SP, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

(11)

Judul : Praktek Kesehatan, Morbiditas, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Balita Stunting dan Normal

Nama : Noviany Cipta Dewi NRP : I14114017

Disetujui oleh

Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc Pembimbing I

Neti Hernawati, SP, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Ketua Departemen Gizi Masyarakat

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Praktek Kesehatan, Morbiditas, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Balita Stunting dan Normal ini dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing I, Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen pembimbing II dan Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberi saran. Disamping itu terima kasih kepada kepala Puskesmas Cibungbulang, Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin penelitian di Posyandu daerah setempat dan para kader Posyandu yang telah berkenan mendampingi serta membantu selama penelitian. Pertama, saya persembahkan hasil tugas akhir saya ini kepada Almarhum Ayahanda tercinta, semoga dengan hasil yang saya dapatkan ini dapat membuat beliau bangga dan bahagia di alam sana. Kedua, kepada ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat, serta doa yang tiada hentinya kepada saya. Ketiga, kepada adik, kakak, dan seluruh keluarga yang juga memberikan semangat dan juga doa. Selanjutnya, terima kasih kepada teman-teman dari alih jenis angkatan 5 (mba Lely, Erna, Ama, Nia, Imas, kak Fitria, kak Silmi, mba Sofy, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu) yang telah memberikan semangat dan membantu selama pengumpulan data sampai terselesaikannya karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Hipotesis 3 Manfaat 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE PENELITIAN 6

Desain, Waktu, dan Tempat 6

Jumlah dan Cara Pengumpulan Data 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 9

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Keadaan Umum Wilayah 12

Karakteristik Keluarga 12

Karakteristik Balita 14

Pengetahuan Gizi, Kesehatan, dan Tumbuh Kembang 15

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 18

Praktek Kesehatan 19 Morbiditas 22 Stimulasi Psikososial 23 Perkembangan Balita 29 Perkembangan Motorik 29 Perkembangan Sosial 32

Hubungan antar Variabel 35

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 36

(14)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 9

2 klasifikasi status gizi balita berdasarkan indikator tb/u 11 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga balita stunting dan

normal 12

4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik balita stunting dan normal 14 5 Persentase ibu menjawab benar pertanyaan pengetahuan gizi dan

kesehatan balita stunting dan normal 15

6 Persentase ibu menjawab benar pertanyaan pengetahuan tumbuh

kembang balita stunting dan normal 16

7 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan ibu balita stunting

dan normal 17

8 Rata-rata asupan energi dan zat gizi pada balita stunting dan normal 17 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada

balita stunting dan normal 18

10 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi praktek kesehatan balita stunting

dan normal 19

11 Rata-rata frekuensi konsumsi sayur dan buah balita stunting dan normal 20 12 Sebaran contoh berdasarkan praktek kesehatan balita stunting dan

normal 20

13 Sebaran contoh berdasarkan kategori praktek kesehatan balita stunting

dan normal 21

14 Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit balita stunting dan normal 22 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis penyakit balita stunting dan normal 22 16 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan lamanya sakit balita stunting

dan normal 23

17 Sebaran contoh berdasarkan stimulasi belajar pada balita stunting dan

normal 24

18 Sebaran contoh berdasarkan stimulasi bahasa pada balita stunting dan

normal 24

19 Sebaran contoh berdasarkan lingkungan fisik pada balita stunting dan

normal 25

20 Sebaran contoh berdasarkan kehangatan dan penerimaan pada balita

stunting dan normal 25

21 Sebaran contoh berdasarkan stimulasi akademik pada balita stunting

dan normal 26

22 Sebaran contoh berdasarkan modeling pada balita stunting dan normal 26 23 Sebaran contoh berdasarkan variasi pengalaman pada balita stunting

dan normal 27

24 sebaran contoh berdasarkan penerimaan pada balita stunting dan normal 27 25 Sebaran contoh berdasarkan kategori stimulasi psikososial balita

stunting dan normal 28

26 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian perkembangan motorik kasar balita stunting dan normal pada kelompok usia 36-48 bulan 29

(15)

27 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian perkembangan motorik kasar balita stunting dan normal pada kelompok usia 48-60 bulan 30 28 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian perkembangan motorik halus

balita stunting dan normal pada kelompok usia 36-48 bulan 30 29 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian perkembangan motorik halus

balita stunting dan normal pada kelompok usia 48-60 bulan 31 30 Rata-rata pencapaian perkembangan motorik balita stunting dan normal 31 31 Sebaran contoh berdasarkan kategori perkembangan motorik balita

stunting dan normal 32

32 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian perkembangan menolong diri sendiri balita stunting dan normal pada kelompok usia 36-48 bulan 33 33 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian perkembangan menolong diri

sendiri balita stunting dan normal pada kelompok usia 48-60 bulan 33 34 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian perkembangan tingkah laku

sosial balita stunting dan normal pada kelompok usia 36-48 bulan 33 35 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian perkembangan tingkah laku

sosial balita stunting dan normal pada kelompok usia 48-60 bulan 34 36 Rata-rata pencapaian perkembangan sosial balita stunting dan normal 34 37 Sebaran contoh berdasarkan kategori perkembangan sosial balita

stunting dan normal 35

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 5

2 Cara pengambilan contoh berdasarkan masing-masing posyandu 7 3 Rata-rata pencapaian skor stimulasi psikososial balita stunting dan

normal 28

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mencapai sasaran peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM). Pencapaian tersebut ditentukan oleh terkendalinya pertumbuhan penduduk, meningkatnya usia harapan hidup, meningkatnya kesejahteraan serta kualitas hidup anak dan perempuan (Kemenkes 2010).

Anak-anak merupakan masa depan bangsa yang sangat penting dalam pembangunan SDM yang berkualitas. Masalah anak sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dalam keluarga ataupun masyarakat. Bukti empiris menunjukkan bahwa kualitas anak sangat ditentukan terutama oleh status gizi, apabila kekurangan gizi terus terjadi maka dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional yang secara perlahan akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita serta rendahnya umur harapan hidup (BAPPENAS 2011).

Salah satu yang menjadi persoalan masalah gizi di Indonesia adalah permasalahan stunting (Kemenkes 2010). Stunting disebabkan oleh akumulasi episode stres yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch-up growth (kejar tumbuh) yang ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan linier dengan defisit dalam panjang atau tinggi badan sebesar kurang dari -2 SD Z-score menurut baku rujukan WHO (ACC/SCN 2000).

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi balita pendek/stunting (tinggi badan menurut umur) pada balita adalah 35,6 %, dengan distribusi sebesar 18,5 % untuk prevalensi balita sangat pendek dan 17,1 % untuk prevalensi balita pendek. Berdasarkan prevalensi stunting tersebut, maka kejadian stunting di Indonesia termasuk sebagai permasalahan gizi karena prevalensinya diatas prevalensi yang ditetapkan WHO yang hanya sebesar 20% (Kemenkes 2010).

Balita stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab, penelitian Kalimbera et al (2006) menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan gizi pada anak adalah kurangnya akses untuk mendapatkan pangan, pola asuh yang tidak tepat, sanitasi yang buruk dan kurangnya pelayanan kesehatan sedangkan Aditianti (2010) yang meneliti faktor-faktor determinan

stunting pada anak balita juga menemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh

signifikan terhadap stunting adalah tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, umur, tempat tinggal, status sosial ekonomi, pendidikan ibu, penyakit infeksi, personal hygiene dan sanitasi lingkungan. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit di perbaiki. Anak yang menderita kurang gizi (stunting) berat mempunyai rata-rata IQ 11 point lebih rendah dibanding rata-rata anak yang tidak stunting (UNICEF 2001). Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan yang kuat antara gizi buruk pada balita dengan berkurangnya tingkat kecerdasan anak. Walker et al (2005) menyatakan bahwa stunting pada balita berkaitan erat dengan

(17)

kurangnya kemampuan kognitif dan bahasa. Hasil penelitian Hanum (2012) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perkembangan kognitif dan bahasa balita stunting dengan normal, skor perkembangan kognitif dan bahasa balita stunting lebih rendah dibanding dengan balita normal.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada anak

stunting adalah stimulasi. Pada penelitian Watanabe et al (2005) menemukan

bahwa ada pengaruh yang signifikan dari intervensi gizi dan stimulasi pada peningkatan skor kognitif anak yang stunting, hal ini juga sejalan dengan penelitian Walker et al (2005) yang menemukan hasil bahwa anak stunting yang distimulasi memiliki skor tes kognitif dan belajar yang lebih tinggi dibanding dengan anak stunting yang tidak distimulasi. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut maka penulis tertarik meneliti hubungan praktek pemberian makan, konsumsi pangan serta stimulasi psikososial terhadap perkembangan kognitif dan bahasa pada balita stunting dan normal. Penelitian-penelitian dengan topik tersebut sebenarnya sudah banyak dilakukan di negara berkembang seperti Meksiko, Guatemala dan Jamaika namun di Indonesia belum banyak dilakukan penelitian mengenai dampak stunting terhadap perkembangan anak.

Tujuan Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktek pemberian makan, konsumsi pangan, stimulasi psikososial serta perkembangan kognitif dan bahasa pada balita stunting dan normal

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan balita stunting dan normal. 2. Mengidentifikasi pengetahuan gizi, kesehatan dan tumbuh kembang,

praktek pemberian makan, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, stimulasi psikososial, perkembangan kognitif dan bahasa antara balita stunting dan normal.

3. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dengan pengetahuan ibu tentang gizi, kesehatan dan tumbuh kembang. Menganalisis hubungan antara karakteristik balita dengan status gizi. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan praktek pemberian makan dan kecukupan zat gizi contoh dan praktek pemberian makan dengan tingkat kecukupan zat gizi contoh serta menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi contoh dengan status gizi contoh (TB/U).

4. Menganalisis pengetahuan tumbuh kembang anak dengan skor stimulasi psikososial. Menganalisis hubungan antara stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif dan bahasa contoh. Menganalisis hubungan antara status gizi (TB/U) dengan perkembangan kognitif dan bahasa contoh.

(18)

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan karakteristik keluarga dan balita, pengetahuan gizi dan tumbuh kembang, praktek pemberian makan, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, stimulasi psikososial serta perkembangan kognitif dan bahasa balita stunting dan normal.

2. Terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan gizi, kesehatan dan tumbuh kembang. Terdapat hubungan pengetahuan gizi dengan praktek pemberian makan, terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi. Terdapat hubungan antara pengetahuan tumbuh kembang dengan stimulasi psikososial. Stimulasi psikososial, status gizi dengan perkembangan kognitif dan bahasa.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi bahwa masalah stunting pada balita sebaiknya menjadi perhatian khusus baik dikalangan pemerintah selaku pembuat kebijakan, pihak swasta dan masyarakat. Gambaran dari penelitian juga untuk menginformasikan kepada orang tua agar lebih sadar akan pentingnya menerapkan pengetahuan gizi menjadi suatu perilaku makan kaitannya dengan status gizi serta stimulasi terhadap perkembangan anak

stunting terutama pada aspek kognitif dan bahasa. Hal tersebut guna menciptakan

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sebagai generasi penerus yang berkualitas dimasa mendatang.

(19)

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak-anak merupakan masa depan bangsa yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi anak sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dalam keluarga ataupun masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak yaitu yang memberikan pengaruh secara langsung, tidak langsung dan penyebab dasar.

Faktor yang memberikan pengaruh secara langsung terhadap terjadinya kurang gizi pada anak adalah tingkat konsumsi atau intik pangan serta ada tidaknya infeksi yang diderita anak, sedangkan faktor tidak langsung yang memberikan pengaruh adalah pengetahuan gizi yang dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas pengasuhan seperti praktek pemberian makan dan faktor sosial ekonomi yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan dan besar keluarga. Masing-masing faktor saling berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak yang pada akhirnya ketersediaan zat gizi pada tingkat seluler rendah yang dapat mengakibatkan pertumbuhan terganggu.

Salah satu dampak kekurangan gizi adalah gangguan pertumbuhan linier

(stunting) yang mengakibatkan anak tidak mampu mencapai pertumbuhan

optimal. Stunting menggambarkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein pada masa lalu. Gangguan pertumbuhan linier (stunting) dapat menyebabkan perkembangan anak terganggu salah satunya perkembangan kognitif dan bahasa anak karena anak-anak yang bertumbuh pendek (stunting) dapat menurunkan, kemampuan belajar, kreativitas dan produktivitas anak dan menyebabkan rendahnya kecerdasan

Selain status gizi, faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan bahasa anak adalah stimulasi psikososial. Stimulasi psikososial adalah stimulasi pendidikan dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif, dan bahasa anak. Stimulasi ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak selain itu juga dari kualitas stimulasi itu sendiri yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi dengan kasih sayang, sehingga dapat mendukung perkembangan anak dengan optimal.

(20)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Keterangan:

= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan antar variabel

= hubungan antara variabel yang tidak diteliti

Stimulasi Psikososial Karakteristik Keluarga:

Pendapatan Orang Tua Pendidikan Terakhir Orang Tua

Pekerjaan Orang Tua Besar Keluarga

Karakteristik Anak: Umur

Jenis Kelamin Berat Badan Lahir

Pengetahuan tumbuh kembang anak Perkembangan Kognitif dan Bahasa STATUS GIZI TB/U Keadaan Kesehatan Praktek Pemberian Makan Tingkat Kecukupan Energi dan zat gizi Pengetahuan Gizi dan

Kesehatan

Stimulasi Psikososial Karakteristik Keluarga:

Pendapatan Orang Tua Pendidikan Terakhir Orang Tua

Pekerjaan Orang Tua Besar Keluarga

Karakteristik Anak: Umur

Jenis Kelamin Berat Badan Lahir

Pengetahuan tumbuh kembang anak

(21)

METODE

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei dengan desain penelitian cross-sectional study yaitu meneliti variabel-variabel yang diduga berpengaruh pada waktu yang bersamaan. Penelitan ini dilakukan di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

purposive dengan pertimbangan prevalensi status gizi (BB/U) dengan kategori

kurang dan sangat kurang di Kecamatan Cibungbulang cukup tinggi yaitu 14,98% dibanding dengan prevalensi Kabupaten Bogor yang hanya 8.31% (Dinkes 2012), menurut King dan Ann (1993) diketahui jika anak sangat pendek maka berat badannya akan berada dibawah 3rd pada grafik pertumbuhan, sehingga berat badan rendah dapat merefleksikan tinggi badan yang juga rendah. Pengumpulan data dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2013.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Contoh pada penelitian ini adalah anak balita 36-60 bulan yang memiliki status gizi pendek (stunting) atau sangat pendek (severe stunting) dan status gizi normal berdasarkan indeks TB/U (WHO Child Growth 2005) dengan responden dan contoh masing-masing adalah ibu dan balita. Penentuan usia balita disesuaikan dengan instrumen stimulasi psikososial dan perkembangan yang digunakan. Contoh diambil berdasarkan data posyandu yang paling lengkap data balita berdasarkan tinggi badan dan umur pada bulan Februari 2013 yang diperoleh dari Puskesmas Cibungbulang, kemudian setelah dihitung staus gizi berdasarkan TB/U kemudian dipilih posyandu yang jumlah balita stuntingnya mencukupi. Jumlah contoh ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut:

= 46 balita stunting dan 46 balita normal Keterangan: n = besar sampel = tingkat kepercayaan (1.96) = kekuatan uji (1.28) p = (p1+p2) /2 q = 1-p

p1 = proporsi kelompok stunting di provinsi Jawa Barat (33.6 %) q1 = 1-p1

p2 = proporsi kelompok normal (66.4 %) q2 =1-p

(22)

Alur cara penarikan contoh adalah sebagai berikut :

Gambar 2 Alur dan cara penarikan contoh

Kecamatan Cibungbulang (15 Desa)

Data posyandu paling lengkap (tinggi badan dan umur)

Desa Cibatok 2 (11 Posyandu)

Pertimbangan pemilihan posyandu

Berdasarkan jumlah balita stunting di wilayah posyandu yang paling mencukupi

• Letak rumah saling berdekatan

Posyandu Idaman Posyandu Bunda

Teladan I dan II

Inklusi

1. Anak balita berumur 36 sampai 60 bulan

2. Anak balita tinggal dan diasuh dengan keluarga kandung 3. Ibu balita bersedia menjadi responden dalam penelitian 4. Ibu balita bersedia anaknya diukur perkembangannya

5. Anak dapat bekerjasama dalam pengukuran perkembangan kognitif dan bahasanya

Ekslusi :

1. Anak menderita sakit kronis berdasarkan informasi dari puskesmas

2. Anak menderita keterbelakangan mental

Posyandu Idaman Jumlah contoh : 25 Stunting : 10 balita Normal : 15 balita Posyandu Mulyasari I dan II

Posyandu Bunda Teladan Jumlah contoh : 28 Stunting : 16 balita Normal : 12 balita Posyandu Mulyasari Jumlah contoh : 39 Stunting : 20 balita Normal : 19 balita

(23)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer antara lain adalah karakteristik anak yaitu tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan lahir diperoleh berdasarkan pada surat keterangan lahir contoh (bila ada) atau berdasarkan ingatan ibu, riwayat MP-ASI dengan berbagai pendekatan awal pemberian MP-ASI sehingga diketahui yang ASI eksklusif (pemberian ASI saja selama 6 bulan) dan non ASI eksklusif (tidak pemberian ASI saja selama 6 bulan), tinggi badan dan berat badan, karakteristik keluarga yaitu umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan besar keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, kesehatan yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan topik sebagai berikut : fungsi zat gizi (3 pertanyaan), sumber zat gizi (3 pertanyaan), akibat defisiensi zat gizi (3 pertanyaan), gizi seimbang (3 pertanyaan), ASI ekslusif (2 pertanyaan), hygiene dan sanitasi personal (4 pertanyaan), pelayanan kesehatan (2 pertanyaan) dan pengetahuan tumbuh kembang yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan topik periode emas tumbuh kembang anak (1 pertanyaan), bentuk pertumbuhan dan perkembangan anak (3 pertanyaan), faktor yang mempengaruhi perkembangan anak (4 pertanyaan), tahap perkembangan (2 pertanyaan).

Praktek pemberian makan yang meliputi 14 pertanyaan terbuka dengan topik pemberian kolustrum, kebiasaan frekuensi makan, susunan hidangan saat makan, usia diberhentikan ASI, menghabiskan makanan atau tidak, kesulitan makan atau tidak, yang menyiapkan makanan, alas an pemilihan bahan makanan, yang dilakukan ibu saat anak tidak mau makan, penentuan jadwal makan, kebiasaan memberikan camilan dan memberikan pangan hewani. Konsumsi pangan dan tingkat kecukupan konsumsi pangan meliputi energi, protein, kalsium, zat besi,vitamin A dan vitamin C, diperoleh melalui food recall 2x 24 jam dan food frequency. Stimulasi psikososial dengan menggunakan instrumen

Home of Observational Measurement of the Environment (HOME) 3 sampai 6

tahun yang terdiri dari delapan subskala dan 55 pertanyaan yaitu stimulasi belajar (11 item), stimulasi bahasa (7 item), lingkungan fisik (7 item), kehangatan dan penerimaan (7 item), stimulasi akademik (5 item), modeling (5 item), variasi pengalaman (9 item) dan penerimaan (4 item), perkembangan kognitif dan bahasa anak menggunakan instrument BKB yang terdiri dari 2 kelompok umur 36 sampai 48 bulan dan 48 sampai 60 bulan dan terbagi menjadi bagian kecerdasan, komunikasi aktif dan pasif, sedangkan data sekunder yang diambil adalah luas wilayah, batas-batas wilayah dan jumlah penduduk.

Data yang dikumpulkan melalui wawancara terstruktur meliputi karakteristik anak, karakteristik keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi kesehatan dan tumbuh kembang anak, praktek pemberian makan, konsumsi pangan yaitu

food recall 2x24 jam dan food frequency questionnaire. Data yang dikumpulkan

melalui pengukuran adalah data antropometri yaitu tinggi badan menggunakan alat microtoise dan berat badan dengan menggunakan timbangan injak, data yang dikumpulkan melalui pengukuran dan pengamatan adalah perkembangan anak yaitu kognitif dan bahasa, sedangkan data yang dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap ibu dan anak balita yaitu stimulasi psikososial.

(24)

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Cara Pengambilan Data Jenis Data

1 Karakteristik anak Wawancara menggunakan

kuesioner

Primer 2 Karakteristik keluarga Wawancara menggunakan

kuesioner

Primer 3 Pengetahuan ibu tentang gizi,

kesehatan dan tumbuh kembang

Wawancara menggunakan kuesioner

Primer 4 Praktek pemberian makan Wawancara menggunakan

kuesioner

Primer

5 Status gizi anak Pengukuran antropometri

tinggi badan dan berat badan

Primer

6 Stimulasi psikososial Wawancara menggunakan

menggunakan instrumen Home of Observational Measurement of the Environment (HOME) 3-6 tahun yang terdiri dari delapan subskala

Primer

7 Perkembangan anak Wawancara dan pengamatan

langsung menggunakan instrumen Bina Keluarga Balita (BKB) , perkembangan anak yang diamati terbagi menjadi tiga aspek yaitu komunikasi pasif, komunikasi aktif dan kecerdasan

Primer

8 Konsumsi zat gizi contoh Wawancara menggunakan food recall dan food frekuensi

Primer 9 Gambaran umum wilayah

penelitian

Data dari instansi terkait Sekunder

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah secara statistik deskriptif dan inferensia statistik. Analisis statistik yang digunakan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan sebaran variabel yang diteliti dalam kuesioner berdasarkan persen dan rataan yang disajikan dalam tabel, sedangkan analisis inferensia yang digunakan adalah uji independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan balita stunting dan normal baik karakteristik, pengetahuan ibu, tingkat kecukupan, praktek pemberian makan, status gizi, perbedaan tingkat kecukupan zat gizi serta perkembangan kognitif dan bahasa. Uji korelasi pearson untuk uji hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan, pengetahuan dengan praktek pemberian makan dan asupan zat gizi, praktek pemberian makan dengan status gizi dan status gizi dengan TB/U, TB/U dengan perkembangan kognitif dan bahasa serta stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif dan bahasa. Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan cleaning data.

Karakteristik anak. Data karakteristik anak meliputi tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat MP-ASI dan tinggi badan

(25)

dan berat badan. Usia dikelompokan menjadi 2 yaitu 36-48 bulan dan 48-60 bulan Data berat badan lahir dikelompokan menjadi dua yaitu <2.5 kg (BBLR) dan ≥2.5 kg (normal). Data riwayat pemberian MP-ASI yaitu ASI Ekslusif dan non ASI eksklusif. Status gizi BB/U diklasifikasikan menjadi gizi buruk (z-skor <-3.0 SD), gizi kurang (z-skor ≥-3.0 s/d -2.0 SD), gizi baik (z-skor ≥-2.0 s/d 2.0 SD) dan gizi lebih (z-skor >2.0 SD). Status gizi berdasarkan BB/TB diklasifikasikan menjadi sangat kurus (z-skor <-3.0 SD), kurus (z-skor ≥-3.0 s/d -2.0 SD), normal (z-skor ≥-2.0 s/d 2.0 SD) dan gemuk (z-skor >2.0 SD).

Karakteristik Keluarga. Data karakteristik keluarga meliputi pendapatan orang tua, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua dan besar keluarga. Data pendapatan perkapita perkeluarga dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan provinsi Jawa Barat tahun 2013 yaitu miskin (<Rp 252.496) dan tidak miskin (>Rp 252.496). Data tingkat pendidikan orang tua dikelompokan berdasarkan lama pendidikan, yaitu tidak tamat SD (<6 tahun), SD (6 tahun), SMP (9 Tahun), SMA (12 Tahun) dan Perguruan Tinggi (≥15 tahun). Data pekerjaan orang tua dikelompokan menjadi wiraswasta, buruh, petani, supir/ojek, karyawan, guru dan ibu rumah tangga (hanya pada variabel ibu). Menurut BKKBN (1998) data besar keluarga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu keluarga kecil (≤4 orang), sedang (5 sampai 6 orang) dan besar (≥7 orang).

Pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak. Data pengetahuan tumbuh kembang anak diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan kemudian jawaban yang benar diberi poin 1 dan jawaban salah 0 kemudian di jumlah dan dipersentasekan, selanjutnya bila >80 % dikategorikan baik, bila 60-80 % dikategorikan cukup dan bila <60 % dikategorikan kurang (Khomsan 2000).

Pengetahuan gizi dan kesehatan. Data pengetahuan gizi dan kesehatan anak diukur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan, selanjutnya untuk pertanyaan benar di beri poin 1 sedangkan salah diberi poin 0, kemudian di jumlah dan di persentasekan apabila >80 % dikategorikan baik, bila 60-80 % dikategorikan cukup dan bila <60 % dikategorikan kurang (Khomsan 2000).

Praktek pemberian makan. Data praktek pemberian makan meliputi 14 pertanyaan terbuka mengenai praktek pemberian makan pada anak balita, kemudian jawaban tersebut diberikan skor paling tinggi 2 dan paling rendah 1, apabila jawaban terdiri dari 2 kategori maka nilainya 2 dan 0, sedangkan apabila jawaban terdiri dari 3 kategori maka nilainya 2, 1 dan 0. Penilaian terhadap praktek pemberian makan dibagi menjadi tiga kategori yaitu >80% dikategorikan baik, 66-80% dikategorikan sedang dan ≤65% di kategorikan kurang (Astari 2006).

Konsumsi zat gizi contoh. Data jumlah dan jenis pangan aktual yang dikonsumsi contoh diperoleh melalui recall konsumsi pangan 2 x 24 jam. Kandungan zat gizi dalam pangan yang dikonsumsi oleh contoh dihitung dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan. Identifikasi terhadap masalah konsumsi diamati melalui tingkat konsumsi yang merupakan persentase konsumsi aktual contoh dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2004.

Tingkat Kecukupan Zat Gizi. Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes (1996), yaitu defisit tingkat berat (<70% dari AKG 2004), defisit tingkat sedang (70-79% dari AKG 2004), defisit tingkat

(26)

ringan (80-89% dari AKG 2004), normal (90-119% dari AKG 2004) dan lebih (≥120% dari AKG 2004). Tingkat kecukupan mineral dikategorikan menjadi kurang (<77% dari AKG 2004) dan cukup (≥77% dari AKG 2004) (Gibson, 2005).

Konversi kandungan energi dan zat gizi makanan yang konsumsi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kgij= ((BJ/100) x Gij x ((BDD/100)) Keterangan:

Kgij = Kandungan zat gizi-I dalam bahan makanan-j Bj = Berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Menurut Supariasa et al (2002), tingkat kecukupan gizi contoh dihitung dengan rumus sebagai berikut:

TKGI = (Ki/AKGI) x 100 % Keterangan:

TKGI = Tingkat kecukupan energi atau zat gizi contoh Ki = Konsumsi energi atau zat gizi contoh

AKGI = Angka kecukupan energi atau zat gizi contoh

Status Gizi. Data status gizi berdasarkan TB/U menggunakan pengukuran tinggi badan yang diukur secara antropometri menurut Standar WHO Child

Growth 2005.

Tabel 2 Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator TB/U

No Nilai Z-skor Status Gizi

1 < -3,0 SD Sangat pendek

2 ≥ -3,0 SD s/d < -2,0 SD Pendek

3 ≥ -2,0 SD Normal

Sumber : Kemenkes 2010

Stimulasi Psikososial. Data stimulasi psikososial menggunakan instrumen HOME inventory usia 3-5 tahun yang terdiri dari 55 item pertanyaan (delapan subskala). Nilai skor 1 bila jawaban „ya‟ dan skor 0 jika jawaban „tidak‟, kemudian nilai skornya dijumlahkan dan diklasifikasi menjadi tiga kategori yaitu kategori rendah (<31), kategori sedang 31-45, kategori tinggi (>45) (Hastuti 2006).

Perkembangan Kognitif dan Bahasa. Data perkembangan anak diukur menggunakan instrumen BKB (Bina Keluarga Balita). Aspek perkembangan anak yang diukur adalah perkembangan kognitif dan bahasa yang terdiri dari komunikasi pasif, komunikasi aktif dan kecerdasan. Data perkembangan anak diberi nilai 1 untuk jenis perkembangan yang berhasil ditempuh balita dan nilai 0

(27)

untuk yang tidak berhasil. Perkembangan kognitif dan bahasa diklasifikasikan menjadi tinggi apabila nilai persen lebih dari atau sama dengan 80, sedang apabila nilai persen berada pada rentang 60-79 dan rendah apabila nilai persen kurang dari 60 (Oktarina et al 2012).

Definisi Operasional

Stunting adalah status keadaan fisik anak usia 36-60 bulan yang memiliki z skor

TB/U < -2 SD dari referensi WHO/NCHS (WHO 2005).

Praktek pemberian makan adalah cara yang dilakukan keluarga contoh dalam praktek pemberian makan contoh meliputi pemberian ASI dan kolostrum, frekuensi pemberian makanan utama, pemberian makanan selingan, komposisi makanan dalam sekali makan, penentuan waktu makan, penggunaan alat makan, usaha ibu dalam memberikan makanan pada anak, pemilihan jenis makanan, pengenalan makanan baru, penyiapan dan penyajian makanan, pantangan makan dan kesulitan anak makan.

Konsumsi zat gizi contoh adalah semua makanan dan minuman yang dimakan oleh contoh, baik yang berasal dari membeli atau dibuat di rumah berdasarkan hasil wawancara dengan metode recall 2x24 jam yang dinyatakan dalam bentuk satuan energi, protein, vitamin A, Vitamin C, kalsium, dan besi.

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah persentase jumlah zat gizi yang dikonsumsi contoh terhadap angka kecukupan gizi 2004. Untuk zat gizi makro terdapat 5 kategori yaitu defisit tingkat berat, defisit tingkat sedang, defisit tingkat ringan, normal dan berlebih dan zat gizi mikro 2 kategori yaitu kurang dan cukup.

Stimulasi psikososial adalah rangsangan yang bermanfaat bagi pengoptimalan tumbuh kembang anak yang berasal dari lingkungan luar anak, diukur dengan skala interval melalui wawancara dan pengamatan menggunakan kuesioner Home Observation Measurement for Environment (HOME Inventory) untuk anak usia 3-5 tahun kuesioner terdiri dari 55 pertanyaan. Perkembangan anak adalah perkembangan anak yang meliputi perkembangan

kognitif dan bahasa. Perkembangan kognitif adalah tingkat pencapaian kemampuan anak yang menyangkut aspek persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah (Soetjiningsih 1995) yang diukur dengan skala interval melalui pengukuran dan pengamatan menggunakan kuesioner perkembangan kognitif sesuai usia anak dari BKB kemudian dikelompokan menjadi tinggi, sedang, rendah sedangkan perkembangan bahasa adalah tingkat pencapaian kemampuan contoh dalam berbicara spontan, mengikuti perintah, dan berespon terhadap suara (Soetjiningsih 1995) yang diukur dengan skala interval melalui pengukuran dan pengamatan menggunakan kuesioner perkembangan bahasa sesuai usia anak dari BKB yang terdiri dari bagian komunikasi aktif dan komunikasi pasif kemudian dikelompokan menjadi tinggi, sedang dan rendah.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Desa Cibatok Dua berada dalam wilayah kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Desa Cibatok Dua terdiri dari 10 RW dan 31 RT. Secara geografis batas-batas wilayah, di sebelah utara berbatasan dengan desa Cibatok Satu, sebelah timur dengan desa Ciareteun Udik, sebelah Barat dengan desa Situ Ilir dan sebelah selatan dengan desa Cimayang. Luas wilayah desa Cibatok Dua adalah seluas 177.168 ha. Jumlah penduduk desa Cibatok Dua pada tahun 2013 adalah 6970 jiwa dengan 1739 KK. Jumlah posyandu di desa Cibatok Dua adalah 11 posyandu.

Karakteristik Keluarga

Perkembangan anak memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, salah satunya adalah keadaan sosial ekonomi antara lain umur, pekerjaan, pendidikan dan besar keluarga. Tabel 3 menyajikan data sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh balita stunting dan normal. Pada tabel 3, diketahui bahwa rata-rata umur bapak pada kedua kelompok contoh adalah 36 tahun. Pada kedua kelompok sebesar 75.6% di kelompok stunting dan sebesar 65.2% kelompok anak normal, usia ayah masuk pada kelompok usia 30 – 43 tahun. Sementara rata-rata umur ibu pada kedua kelompok contoh adalah 32 tahun. Sebagian besar umur ibu pada kedua kelompok masuk kedalam kelompok usia 25 – 38 tahun.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga anak balita stunting dan normal

Karakteristik keluarga Stunting Normal Total

n % n % n % Usia Ayah <30 tahun 30-43 tahun >43 tahun 5 34 6 11.1 75.6 13.3 10 30 6 21.7 65.2 13.0 15 64 12 16.5 70.3 13.2 rata-rata±SD 37 ± 6.7 35.9 ± 7.0 36.1 ± 7.5 Usia Ibu <25 tahun 25-38 tahun >38 tahun 7 32 7 15.2 69.6 15.2 9 31 6 19.6 67.4 13.0 16 63 13 17.4 68.5 14.1 rata-rata±SD 32.5 ± 6.5 30.6 ± 6.4 31.3 ± 6.9 Pendapatan Miskin (< Rp 252.496) Tidak miskin (≥ Rp 252.496) 29 17 63 37 21 25 45.7 54.3 50 42 54.3 45.7 rata-rata±SD* 244.833±148.962 379.152±319.296 311.993±256.803 *berbeda signifikan (p<0.05)

(29)

Rata-rata pendapatan perkapita perbulan pada kedua kelompok contoh adalah Rp. 311.993. Berdasarkan batas garis kemiskinan di Provinsi Jawa Barat menurut BPS (2013) maka pada kelompok anak balita stunting, sebagian besar (63%) termasuk kategori keluarga miskin dan pada kelompok anak normal proporsi keluarga miskin sebesar 54.3%. Pendapatan keluarga pada kelompok anak stunting dan kelompok anak normal secara statistik berbeda bermakna (p=0.032). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari (2006) yaitu pendapatan keluarga pada kelompok anak normal lebih tinggi secara nyata (p<0.05) dibandingkan dengan pendapatan keluarga pada kelompok anak

stunting. Pada Tabel 4 dibawah ini menyajikan data mengenai karakteristik

keluarga yang meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan besar keluarga.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga anak balita stunting dan normal

Karakteristik keluarga Stunting Normal Total

n % n % n % Pendidikan Ayah Tidak Tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi 4 16 12 12 1 8.9 35.6 26.7 26.7 2.2 1 13 14 18 0 2.2 28.3 30.4 39.1 0 5 29 26 30 1 5.5 31.9 28.6 33.0 1.1 Pendidikan ibu Tidak Tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi 2 29 5 10 0 4.3 63.0 10.9 21.7 0 3 17 17 8 1 6.5 37 37 17.4 2.2 5 46 22 18 1 5.4 50.0 23.9 19.6 1.1 Pekerjaan ayah Wiraswasta Buruh Petani Supir/ ojek Karyawan Guru 13 16 1 7 7 1 28.9 35.6 2.2 15.6 15.6 2.2 18 14 1 5 6 2 39.1 30.4 2.2 10.9 13.0 4.3 31 30 2 12 13 3 34.1 33 2.2 13.2 14.3 3.3 Pekerjaan ibu

Ibu Rumah Tangga Karyawan Guru Buruh Wiraswasta 37 1 1 3 4 80.4 2.2 2.2 6.5 8.7 39 0 2.2 4.3 8.7 84.8 0 2.2 4.3 8.7 76 1 2 5 8 82.6 1.1 2.2 5.4 8.7 Besar keluarga

Keluarga kecil (≤4 orang) Keluarga sedang (5-6 orang) Keluarga besar (≥7 orang)

21 20 5 45.7 43.5 10.9 22 17 7 47.8 37.0 15.2 43 37 12 46.7 40.2 13.0 rata-rata ± SD 5 ± 2 5 ± 2 5 ± 2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah pada kelompok anak stunting terbanyak (35.6%) adalah pada pendidikan SD sedangkan pada kelompok anak normal terbanyak (39.1%) adalah pada pendidikan SMA.

(30)

Sementara pada tingkat pendidikan ibu pada kelompok anak stunting diketahui sebagian besar (63%) adalah pendidikan SD sedangkan pada kelompok anak normal terbanyak ada pada pendidikan ibu adalah SD dan SMP masing-masing sebesar 37%.

Pada umumnya pekerjaan ibu pada kedua kelompok contoh adalah ibu rumah tangga, sedangkan pekerjaan bapak terbanyak pada kelompok anak

stunting adalah buruh (35.6%) dan pada kelompok anak normal yang terbanyak

adalah wiraswasta (34.1%). Rata-rata besar keluarga pada kedua kelompok adalah 5 orang, sebesar 45.7% kelompok anak stunting masuk ke dalam kategori keluarga kecil (≤ 4 orang) begitu pula dengan kelompok anak normal yang terbanyak (47.8%) adalah keluarga kecil (≤ 4 orang).

Karakteristik Anak

Anak balita yang dijadikan contoh dalam penelitian ini adalah anak dengan usia 36-60 bulan. Tabel 5 menyajikan karakteristik anak balita yang menjadi contoh yang meliputi antara lain usia anak, jenis kelamin, berat badan lahir dan riwayat pemberian ASI.

Tabel 5 menunjukkan bahwa umur contoh terbagi menjadi 2 yaitu usia 36-48 bulan dan 36-48-60 bulan, dengan proporsi antara keduanya hampir sama. Separuh dari jumlah contoh adalah berjenis kelamin perempuan dengan proporsi 46.7% laki-laki dan 53.3% perempuan. Berat badan lahir contoh dibagi menjadi dua kategori yaitu rendah (<2.5 kg) dan normal (≥2.5 kg), sebagian besar (93.5%) contoh termasuk dalam kategori berat badan lahir normal, berdasarkan uji

independent t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

(p>0.05) berat badan lahir antara balita stunting dengan balita normal.

ASI Eksklusif menurut PP no 33 tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Sebagian besar contoh berada pada kategori non ASI eksklusif yaitu sebesar 95.7 %. Kemungkinan dikarenakan masyarakat di wilayah penelitian mengikuti adat istiadat dan kebiasaan di daerah tersebut, yaitu bayi yang baru lahir biasa diberikan madu dengan harapan supaya ia akan mudah menyusu karena sudah terbiasa dikenalkan dengan rasa manis. Pemberian ASI eksklusif selama kurang dari lima bulan (<5 bulan) dapat menjadi salah satu faktor penyebab tingkat konsumsi balita yang masih rendah karena kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. Bayi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI ekslusif (Gabriel 2008), tetapi apabila tradisi masyarakat tersebut kita hilangkan dan kita anggap bayi masih mendapatkan ASI ekslusif maka bayi yang ASI ekslusif meningkat menjadi 29.3 %.

Rata-rata z-skor TB/U pada kelompok anak stunting adalah -2.77±0.56 sementara pada anak normal sebesar -1.05±0.69. Pada status gizi menurut BB/U, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat balita stunting pada kategori gizi buruk (17.4%) sedangkan pada balita normal tidak terdapat balita dengan kategori gizi buruk. Pada status gizi kurang balita stunting lebih banyak (28.3%) dibandingkan balita normal (6.5%). Hasil status gizi berdasarkan BB/TB juga menunjukkan adanya kecenderungan balita stunting lebih tinggi pada kategori kurus (13%) dibandingkan balita normal (4.2%). Berdasarkan uji t-test terdapat

(31)

perbedaan yang signifikan (p<0.05) status gizi berdasarkan BB/U antara balita

stunting dan normal, diketahui bahwa rata-rata berat badan balita stunting lebih

ringan, hal ini dapat dilihat dari nilai z-skor BB/U yang lebih kecil yaitu -1.98 ± 0.99, dibandingkan pada balita normal (-0.56±0.97) dan terdapat perbedaan signifikan (p<0.05) status gizi berdasarkan BB/TB, diketahui bahwa rata-rata nilai z-skor BB/TB balita stunting lebih rendah (-0.47±1.3) dibanding balita normal (0.06 ± 1.18). Beberapa studi menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara stunting dengan berat badan menurut tinggi badan, penelitian tersebut menganalisis hubungan antara perubahan berat badan dan pertumbuhan linier pada tingkat individu.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak balita stunting dan normal

Karakteristik Balita Stunting Normal Total

n % n % n % Kelompok usia 36-48 bulan 48-60 bulan 24 22 52.2 47.8 26 20 56.5 43.5 50 42 54.3 45.3 rata-rata±SD 47 ± 8 47 ± 7 47 ± 7 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 20 26 43.5 56.5 23 23 50.0 50.0 43 49 46.7 53.3 Berat badan lahir

Rendah (<2500 gram) Normal (≥2500 gram) 2 44 4.3 95.7 4 42 8.7 91.3 6 86 6.5 93.5 rata-rata±SD 3198 ± 474 3207 ± 527 3202 ± 499

Riwayat Pemberian ASI Non ASI eksklusif

ASI ekslusif 44 2 95.7 4.3 44 2 95.7 4.3 88 4 95.7 4.3 Status gizi (BB/U)

Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih 8 13 25 0 17.4 28.3 54.3 0.0 0 3 42 1 0.0 6.5 91.3 2.2 8 16 67 1 8.7 17.4 72.8 1.1 rata-rata±SD* -1.98 ± 0.99 -0.56 ± 0.97 -1.27 ± 1.21 Status gizi (BB/TB) Sangat kurus Kurus Normal Gemuk 1 6 39 0 2.2 13.0 84.8 0 0 2 40 4 0.0 4.3 87.0 8.7 1 8 79 4 1.1 8.7 85.9 4.3 rata-rata±SD* -0.47 ± 1.3 0.06 ± 1.18 -0.21 ± 1.27 *berbeda signifikan (p<0.05)

Penelitian Walker et al (2005) menemukan bahwa pada anak yang kekurangan gizi dibutuhkan setidaknya 85% persentil dari berat badan menurut tinggi badan supaya pertumbuhan linier bisa terkejar pada usia pertumbuhan. Penelitian tersebut menemukan bahwa terjadi perubahan berat badan terhadap tinggi badan pada pertumbuhan linier dalam populasi anak stunted di Jamaika yang diberikan suplementasi, peningkatan 1 poin berat badan menurut tinggi badan selama interval 6 bulan pemberian suplementasi dapat mempengaruhi perbedaan tinggi badan hingga 0.49 cm (95 % CI : 0,04-0,95) dan meningkat

(32)

menjadi 1,09 cm ( 95 % CI : 0,73-1,44) tingginya selama interval selanjutnya, sedangkan Richard (2012) menemukan peningkatan yang simultan terhadap perubahan BB/U dan BB/TB apabila pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi anak diawasi, penelitian tersebut menemukan bahwa berat awal menurut tinggi badan dan berat badan menurut umur berkorelasi dengan tinggi badan pada anak-anak selama tahun pertama kehidupan mereka ( r = 0,15-0,36, P<0,01 ).

Pengetahuan Gizi, Kesehatan dan Tumbuh Kembang

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Gambar 3 Persentase ibu contoh yang menjawab benar soal pengetahuan gizi dan kesehatan pada kelompok ibu balita stunting dan ibu balita normal

Gambar 3 merupakan sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pada masing-masing pertanyaan. Pertanyaan dibagi menjadi dua yaitu pertanyaan pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan dan pertanyaan mengenai tumbuh kembang. Diketahui bahwa pada pertanyaan pengetahuan tentang gizi dan

(33)

kesehatan, pertanyaan yang paling banyak di jawab benar adalah pertanyaan tentang pengertian zat gizi, sebesar 98.9% responden menjawab dengan benar, sedangkan pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan mengenai zat gizi untuk pertumbuhan, hanya sebesar 28.3% responden yang menjawab dengan benar.

Pada pertanyaan tentang pengetahuan gizi dan kesehatan dari 20 pertanyaan yang diberikan terdapat 11 pertanyaan yang cenderung kelompok responden stunting memiliki skor lebih rendah dibandingkan dengan kelompok responden normal tetapi pada beberapa pertanyaan, seperti pertanyaan sumber protein hewani, masalah gizi di Indonesia dan usia pengenalan makanan keluarga, kelompok responden stunting memiliki skor yang lebih tinggi dibanding normal.

Pada pertanyaan pengetahuan tentang tumbuh kembang anak di Gambar 4, diketahui bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan tentang pentingnya mengajak anak berbicara sejak bayi, sebesar 77.2% responden menjawab dengan benar dan pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan mengenai minimal berat bayi lahir, hanya 30.4% responden yang menjawab dengan benar. Dari 10 pertanyaan tentang pengetahuan tumbuh kembang, diketahui bahwa sebanyak 7 pertanyaan, responden stunting memiliki skor yang lebih rendah dibandingkan dengan responden normal.

Gambar 4 Persentase ibu contoh yang menjawab benar soal pengetahuan tumbuh kembang anak pada kelompok ibu balita stunting dan ibu balita normal Pengetahuan gizi seseorang menentukan perilaku gizinya kelak, pengetahuan tentang gizi dan makanan merupakan faktor penentu kesehatan seseorang. Pertanyaan pengetahuan tentang gizi, kesehatan dan tumbuh kembang anak dibagi menurut tiga kategori yaitu kurang, sedang dan baik. Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan ibu balita stunting dan normal mengenai gizi, kesehatan dan tumbuh kembang. Pada Tabel 6, diketahui untuk pengetahuan gizi dan kesehatan, sebanyak 47.8% kelompok stunting memiliki tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 52.2% kelompok normal memiliki tingkat pengetahuan yang baik. berdasarkan uji independent t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang

(34)

signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi kesehatan ibu balita stunting dengan balita normal. Konsisten dengan hasil penelitian Sabaruddin (2012) bahwa pengetahuan gizi ibu antara kelompok anak stunted berbeda secara signifikan (p<0.05), itu berarti bahwa pengetahuan gizi ibu balita normal lebih tinggi dibanding dengan ibu balita stunting. Hal tersebut diduga berkaitan dengan keadaan status sosial ekonomi responden yaitu pendapatan keluarga, kelompok anak normal memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok anak stunting, hal ini dapat menyebabkan akses untuk mencari informasi untuk menambah pengetahuan gizi dan kesehatan lebih luas. Pada pengetahuan tentang tumbuh kembang diketahui bahwa sebesar 56.5% ibu balita stunting dan sebesar 52.2% ibu balita normal memiliki tingkat pengetahuan sedang tetapi pada kategori baik hanya sebanyak 8.7% ibu balita normal yang memiliki pengetahuan tumbuh kembang yang baik sedangkan pada kelompok ibu balita stunting tidak ada yang memiliki pengetahuan tumbuh kembang yang baik, tetapi hasil ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara pengetahuan tumbuh kembang ibu balita stunting dan normal.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan ibu balita stunting dan normal

Pengetahuan Ibu Stunting Normal Total

n % n % n %

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kurang Sedang Baik Total 6 22 18 46 13.0 47.8 39.1 100 2 20 24 46 4.3 43.5 52.2 100 8 42 42 92 8.7 45.7 45.7 100 Pengetahuan Tumbuh Kembang

Kurang Sedang Baik Total 20 26 0 46 43.5 56.5 0 100 18 24 4 46 39.1 52.2 8.7 100 38 50 4 93 41.3 54.3 4.3 100 Skor pengetahuan gizi dan kesehatan

(rata-rata ± SD)* 77.5 ± 13.5 82.6 ± 12.1 79.8 ± 13

Skor pengetahuan tumbuh kembang

(rata-rata ± SD) 55.7 ± 14.4 57 ± 18

56.3 ± 16.3 *berbeda signifikan (p<0.05)

Praktek Pemberian Makan

Praktek pemberian makan meliputi siapa orang yang menyiapkan makan, disuapi atau tidak, pengawasan ibu ketika tidak disuapi, penentu jadwal makan, ketetapan jadwal makan. Selain itu praktek pemberian makan juga diukur melalui cara menghidangkan makanan, situasi makan, cara memberi makan, memperkenalkan makanan baru, respon jika anak menolak makanan baru, dan apakah anak menghabiskan makanan. Pemberian makanan keluarga pada masa transisi dari makanan bayi ke makanan keluarga cukup penting dalam menentukan pola makan selanjutnya (Khomsan et al 2013).

(35)

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan praktek pemberian makanan anak balita

stunting dan normal

Praktek pemberian makan Stunting Normal Total

n % n % n % Pemberian kolostrum a. Ya b. Tidak 42 4 91.3 8.7 41 5 89.1 10.9 83 9 90.2 9.8 Frekuensi makan sehari

a. >= 3x/hari b. 2x/hari c. 1x/hari 24 20 2 52.2 43.5 4.3 29 14 3 63.0 30.4 6.5 53 34 5 57.6 37 5.4 Susunan jenis hidangan saat makan

a. ≥ 3 jenis pangan b. < 3 jenis pangan 11 35 23.9 76.1 16 30 34.8 65.2 27 65 29.3 70.7 Usia diberhentikan ASI

a. >= 24 bulan b. <24 bulan 23 23 50 50 16 30 34.8 63.2 39 53 42.4 57.6 Anak selalu menghabiskan makanan

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak 24 18 4 52.3 39.1 8.7 30 12 4 65.2 26.1 8.7 54 30 8 58.7 32.6 8.7 Anak mengalami kesulitan makan

a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 25 7 14 54.3 15.2 30.4 28 4 14 60.9 8.7 30.4 53 11 28 57.6 12 30.4 Orang yang menyiapkan makanan

untuk anak a. Ibu b. Nenek/pengasuh 43 3 93.5 6.5 42 4 91.3 8.7 85 7 92.4 7.6 Alasan pemilihan bahan makanan

a. Kesukaan dan kandungan gizi b. Kandungan gizi c. Kesukaan anak 12 6 28 26.3 13.0 60.7 15 10 21 32.6 21.7 45.7 27 16 49 29.3 17.4 53.3 Yang dilakukan ibu saat anak tdk mau

makan a. Dibujuk b. Dipaksa c. Dibiarkan 32 8 6 69.6 17.4 13 27 9 10 58.7 19.6 21.7 59 17 16 64.1 18.5 17.4 Menentukan jam makan anak

a. Ibu/pengasuh b. Anak 23 23 50 50 26 20 56.5 43.5 49 43 53.3 46.7 Kebiasaan ibu memberikan pangan

hewani saat makan a. Iya b. Kadang-kadang 38 8 82.6 17.4 43 3 93.5 6.5 81 11 88 22 Kebiasaan memberikan camilan

a. Iya b. Tidak 46 0 100 0 46 0 100 0 92 0 100 0

Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh diberikan kolostrum (>85%) saat baru lahir selanjutnya diketahui bahwa sebagian besar contoh diberhentikan ASI saat usianya kurang dari 24 bulan (57.6%) dan sisanya (42.4%) diberhentikan ASI saat usianya sudah 24 bulan atau lebih dengan rata-rata umur saat diberhentikan ASI adalah 17.85 bulan. Dari

(36)

beberapa pertanyaan praktek pemberian makan, kelompok anak stunting memiliki proporsi yang lebih rendah dibanding anak normal pada pertanyaan frekuensi pemberian makan, susunan jenis hidangan hidangan, anak selalu menghabiskan makanan, anak tidak mengalami kesulitan makan dan alasan pemilihan bahan makanan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengasuhan dalam hal pengaturan waktu makan oleh responden pada kelompok anak normal lebih tinggi (56.5%) dibandingkan dengan kelompok stunting (50%). Pada kedua kelompok contoh, sebagian dari contoh tidak mengalami kesulitan makan tetapi proporsinya lebih tinggi pada anak normal yaitu sebesar (60.9%) dan anak stunting (54.3%).

Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan frekuensi pemberian makan ≥3 kali pada kedua kelompok cenderung lebih tinggi pada kelompok anak normal (63%) dibanding anak stunting (52.2%) walaupun perbedaannya tidak bermakna (p>0.05), menurut Bridge et al (2006) pemberian makanan pada anak kurang dari tiga kali sehari memiliki hubungan secara signifikan terhadap kejadian stunting. Susunan makanan yang diberikan saat makan sebagian besar dari contoh (70.7%) adalah kurang dari tiga jenis pangan, sedangkan sebesar 29.3% terdiri lebih dari tiga jenis pangan, pada kelompok anak normal proporsinya lebih tinggi dibanding anak stunting yaitu sebesar 34.8%. Selain makanan utama, semua contoh juga diberikan makanan selingan, tetapi sebagian besar (78.3%) diberikan selingan berupa biskuit/wafer dan sebanyak 64.1% contoh diberikan selingan berupa makanan ringan.

Sebanyak 29.3% ibu contoh menyatakan bahwa dasar pemilihan bahan makanan untuk diberikan kepada anak karena kesukaan anak dengan proporsi lebih tinggi pada anak normal (32.6%) dibanding anak stunting (26.3%). Cara pemberian makan juga merupakan salah satu bentuk pengasuhan ibu yang dapat mempengaruhi anak. Apabila anak kesulitan makan sebagian besar (64.1%) responden akan membujuk anaknya untuk makan, sisanya akan memaksa dan membiarkan saja dan lebih dari 90% responden dari kedua kelompok contoh memasak makanan untuk anaknya sendiri. Kategori dalam praktek pemberian makan terbagi menjadi tiga kategori yaitu baik (>85%), sedang (65-85%) dan kurang (<65%). Kategori pemberian makanan yang baik apabila responden memberikan perhatian dan keterlibatan yang baik dalam memberikan makan anak.

Praktek makan yang kurang baik merupakan penyebab utama terjadinya kurang gizi pada anak-anak. Anak-anak yang tidak mendapat ASI rentan terkena infeksi, tumbuh kurang baik, dan hampir enam kali lebih mungkin meninggal pada usia satu bulan dibanding anak-anak yang menerima ASI walaupun tidak secara ekslusif. Dari usia enam bulan dan seterusnya, ketika ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi semua kebutuhan gizi, bayi memasuki masa pemberian makanan pendamping ASI, di mana pada masa ini mereka secara bertahap diperkenalkan pada makanan pendamping ASI dari makanan lumat ke makanan keluarga biasa. Apabila pada masa pemberian makanan pendamping ASI tersebut tidak berjalan dengan baik sesuai dengan tahapannya, kemungkinan insiden kekurangan gizi meningkat tajam selama periode umur 6 sampai 18 bulan dan defisit akibat kekurangan gizi pada usia tersebut akan sulit untuk dikejar nanti di usia balita (Daelmans 2003).

Berdasarkan skor kumulatif pada praktek pemberian makan seperti tertera pada Tabel 8 dibawah ini diketahui bahwa pada kedua kelompok contoh masing-masing berada pada tingkat praktek pemberian makan yang sedang yaitu sebanyak

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Alur dan cara penarikan contoh
Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga anak balita stunting dan  normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Penyusunan kurikulum inti untuk setiap program studi pada program sarjana, program Pascasarjana, dan program diploma berpedoman pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Pilih DUA aplikasi polimer yang disenaraikan dalam (i-iv), cadangkan polimer kejuruteraan yang sesuai bagi setiap aplikasi yang dipilih dengan mengambilkira perkaitan di

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem informasi menggunakan layanan sistem SMS guna menghasilkan informasi yang lebih cepat dan efisien bagi guru Playgroup

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas VIIA MTsN Nogosari yang berjumlah 22 siswa.

Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata perputaran total asset atau aktiva yang dimiliki oleh hotel bintang empat selama periode tahun 2010 – 2013 dalam

Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi semacam tanya jawab secara langsung antara penyelidik dengan subjek berupa percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi

Suatu polimer adalah rantai berul berulang ang dari dari atom atom yang panjang, terbentuk dari yang panjang, terbentuk dari   pengikat yang berupa molekul identik

dianalisa dari hasil data yang didapat, sampel dengan persalinan preterm tanpa disertai ketuban pecah dini yang gagal diterapi konservatif memiliki rata-rata usia