• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI SMA

NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG

Oleh

Fajar Indah Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Manfaat Penelitian ...7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...8

II TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1 Tinjauan Pustaka ...9

2.2 Landasan Teori ...11

2.2.1 Pembelajaran Menggunakan Metode Demonstrasi ...13

a). Kelebihan Metode Demonstrasi ...15

b). Kelemahan Metode Demonstrasi ...15

c). Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi ...17

2.2.2 Pembelajaran ...18

2.2.3 Seni Tari...18

2.2.4 Tari Piring Dua Belas ...21

1. Sejarah ...21

2. Jenis dan Fungsi ...22

3. Ragam Gerak Tari Piring Dua Belas ...23

2.2.5 Ekstrakurikuler ...24

(3)

3.2 Sumber Data ...27

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...28

3.3.1 Observasi ...28

3.3.2 Wawancara ...29

3.3.3 Catatan Lapangan ...29

3.3.4 Dokumentasi ...30

3.3.5 Non Tes ...30

3.3.6 Tes Praktik ...35

3.4 Teknik Analisis Data ...37

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...39

4.1 Hasil Penelitian ...39

4.1.1 Pertemuan Pertama ...39

4.1.2 Pertemuan Kedua ...46

4.1.3 Pertemuan Ketiga ...62

4.1.4 Pertemuan Keempat ...72

4.1.5 Pertemuan Kelima ...79

4.1.6 Pertemuan Keenam...83

4.2 Penggunaan Metode Demonstrasi...90

4.3 Penyajian Data ...92

1. Pengamatan Aktivitas Siswa ...92

2. Pengamatan Tes Praktik ...96

4.4 Pembahasan ...99

V KESIMPULAN DAN SARAN ...104

5.1 Kesimpulan ...104

5.2 Saran ...106 DAFTAR PUSTAKA

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Lembar Penilaian Aktivitas Siswa ...30

3.2 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ...33

3.3 Instrumen Penilaian Efektifitas Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Tari Piring Dua Belas ...35

3.4 Tolak Ukur Penilaian ...38

4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Pertama ...46

4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kedua...62

4.3 Hasil Pengamatan Proses Siswa Pada Pertemuan Kedua ...62

4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Ketiga ...71

4.5 Hasil Pengamatan Proses Siswa Pada Pertemuan Ketiga ...72

4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Keempat ...78

4.7 Hasil Pengamatan Proses Siswa Pada Pertemuan Keempat ...79

4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kelima ...82

4.9 Hasil Pengamatan Proses Siswa Pada Pertemuan Kelima ...82

4.10 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Pertemuan Keenam ...88

4.11 Proses Pembelajaran Aktivitas Guru dan Siswa ...89

4.12 Pengamatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Aspek Visual Activities...93

4.13 Pengamatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Aspek Listening Activities ...94

4.14 Pengamatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Aspek Motor Activities ...95

4.15 Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Bentuk Gerak...96

4.16 Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Hafalan Ragam Gerak ...97

4.17 Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Ekspresi Saat Menari...98

4.18 Hasil Akumulasi Lembar Pengamatan Proses Siswa ...100

4.19 Hasil Akumulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ...101

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian integral dan persoalan yang sangat penting dalam

pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu

tak dapat dipisahkan dengan upaya yang dilakukan, yaitu dilihat dari segi

pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa

yang akan datang (UU R.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1).

Dengan usaha sadar dimaksudkan, bahwa pendidikan diselenggarakan

berdasarkan rencana yang matang, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan

pemikiran rasional-objektif. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin

dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan

dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara permanen dalam

kehidupan masyarakat.

Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik yang merujuk pada proses

(6)

yang nyata. Penyiapan ini dikaitkan dengan kedudukan peserta didik sebagai

calon warga negara yang baik, serta mengemban tugas dan pekerjaan kelak di

kemudian hari. Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem

pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi

manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Hamalik,

2011: 7).

Pendidikan Nasional merupakan usaha pembangunan manusia Indonesia menjadi

manusia budaya yang bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa dengan

mengusahakan perkembangan spiritual, sikap dan nilai hidup, pengetahuan,

keterampilan, pengembangan daya estetik, serta perkembangan jasmani sehingga

manusia dapat mengembangkan dirinya, bersama dengan sesama manusia

membangun masyarakat, serta membudayakan alam sekitarnya.

Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik bergantung pada

dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta

didik sejak lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh

dan berkembang. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, secara sistematis

merencanakan lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum,

yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem

pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga

(7)

dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah karena

diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling

berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.

Pembelajaran seni tari di intrakurikuler sekolah yang pada umumnya hanya secara

materi, dirasakan belum mampu untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam

mengeksplor pengetahuan mereka tentang seni tari. Dengan adanya kegiatan

ekstrakurikuler seni tari di sekolah, siswa diberi kesempatan untuk lebih

mendalami minat mereka untuk mempelajari seni tari secara mendalam.

Ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah

kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah

atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran

dalam kurikulum (Suryosubroto, 1997: 271).

Ekstrakurikuler yang ada di sekolah pada umumnya memiliki fungsi untuk

mengasah bakat-bakat yang ada pada diri siswa untuk dapat lebih berkembang

secara spesifik sesuai dengan minat para siswa. Dalam kegiatan ekstrakurikuler

siswa diharapkan mampu mengarahkan bakat positif yang ada pada dirinya

dengan kegiatan yang berguna bagi lingkungan sekitarnya. Ekstrakurikuler seni

merupakan salah satu kegiatan pengembangan bakat siswa yang secara langsung

dapat dikatakan membantu proses pembelajaran seni budaya di kelas.

Seni budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah. Dalam

mata pelajaran seni budaya siswa dapat mempelajari tentang cabang-cabang seni

(8)

satu bidang seni yang secara langsung menggunakan tubuh manusia sebagai

media, yang merupakan ungkapan nilai keindahan dan nilai keluhuran, lewat

gerak dan sikap tubuh, dengan penghayatan seni.

Bangsa Indonesia memiliki banyak tari tradisional yang hampir seluruhnya

merupakan warisan generasi terdahulu, setiap provinsi memiliki tarian tradisional

yang mempunyai keunikan masing-masing. Salah satu tarian yang dimiliki, yaitu

tari piring dua belas yang berasal dari Sekala Brak Kecamatan Belalau Lampung

Barat. Tari piring dua belas adalah tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir

yang beradat saibatin. Masyarakat Lampung Pesisir merupakan masyarakat

Lampung yang tinggal di pinggiran pantai. Tari piring dua belas merupakan tarian

tunggal yang dimiliki masyarakat Lampung yang erat kaitannya dengan gawi adat

orang Lampung yang beradat saibatin (Tim Taman Budaya, 2008).

Pembelajaran tari piring dua belas pada awal belajar tidaklah mudah karena tarian

ini belum banyak dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, untuk bisa

mengenalkan dan melestarikan tari piring dua belas, tarian ini diajarkan kepada

siswa di sekolah. Siswa diharapkan dapat ikut berperan aktif tidak hanya secara

teori melainkan siswa harus memperagakan gerak tari yang diajarkan dengan baik

dan benar. Diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk menanamkan kesadaran

terhadap gerak tubuh dan proses pemahaman ekspresi tubuh. Kesadaran

melakukan gerak dan memahami ekspresi tubuh sangatlah penting agar siswa bisa

melakukan gerak dengan teknik gerak tari yang baik dan benar. Dengan demikian

(9)

Penguasaan teknik tari dan penghafalan sangat penting karena dengan

pelaksanaan proses yang baik dan benar akan menuju suatu penjiwaan tari yang

akan disajikan. Seorang penari yang sudah dianggap mampu menguasai teknik

gerak akan mudah mengolah gerak-gerak tari secara sederhana.

Gerakan pokok yang digunakan dalam tari piring dua belas adalah gerak sembah,

gerak ngaka kelap, gerak ngahilok, gerak sebatang masuk, gerak sebatang keluar,

gerak laga puyuh, dan gerak nokoh. Ragam gerak inilah yang dapat

dikembangkan menjadi beberapa gerakan yang terdapat dalam tari piring dua

belas.

Hasil observasi di lapangan, pembelajaran seni tari di ekstrakurikuler seni SMA

Negeri 4 Bandar Lampung dapat digambarkan sebagai berikut: a) siswa yang

tergabung dalam ekstrakurikuler dibagi menjadi dua kategori, yaitu tari tradisional

dan modern, b) siswa terdiri atas kelas X dan XI yang memiliki karakter dan skill

yang berbeda-beda, dan c) kegiatan ekstrakurikuler tari dilakukan secara rutin di

sekolah.

Pembagian dua kategori dalam ekstrakurikuler seni tari di maksudkan agar siswa

lebih fokus dalam mengembangkan bakat pada salah satu jenis tari saja. Pelatih

tari tradisional dan modern berbeda, sesuai dengan keahliannya masing-masing.

Kemampuan awal siswa yang tidak sama mengharuskan pelatih untuk dapat

memperhatikan masing-masing siswa dalam setiap proses pembelajaran. Kegiatan

ekstrakurikuler yang diadakan secara rutin member kesempatan siswa untuk

(10)

Agar proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik, dalam proses

pembelajaran pelatih harus memilih teknik pembelajaran yang efektif. Pelatih

dituntut untuk memiliki kemampuan tentang materi yang akan diajarkan serta

teknik penyampaiannya kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih

maksimal. Penilaian pun akan dilakukan secara objektif karena hasil pembelajaran

yang maksimal akan menimbulkan standar penilaian sesuai dengan kemampuan

anak. Untuk mencapai tujuan tersebut setiap guru memilih metode manakah yang

paling tepat untuk mata pelajarannya (N.K, 1998: 76).

Metode Demonstrasi digunakan bila ingin memperlihatkan bagaimana sesuatu

harus terjadi dengan cara yang paling baik (N.K, 1998: 76). Metode demonstrasi

dipilih untuk dapat merangsang daya pikir siswa dalam menangkap materi gerak

secara langsung yang diberikan oleh pelatih. Dengan mencontohkan secara

langsung teknik gerak dalam tari, hasil belajar diharapkan maksimal sehingga

tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik serta materi mampu dapat

dipahami dengan baik oleh siswa. Seorang pelatih harus membangun suasana

yang menyenangkan agar siswa memiliki keberanian untuk bergerak sesuai

dengan imajinasinya. Proses pembelajaran akan efektif dengan adanya interaksi

antara pelatih ekstrakurikuler dan siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dilakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Tari Piring Dua Belas Dengan

Menggunakan Metode Demonstrasi Di SMA Negeri 4 Bandar Lampung”.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi Nurmalasari

tentang “Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Tari

(11)

kesimpulan yang didapat dari penggunaan model kooperatif tipe STAD dan hasil

belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo

Lampung Tengah adalah baik. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa

penelitian Nurmalasari menjadi acuan yang dapat melengkapi materi dalam

penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana proses

dan hasil pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode

demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang proses dan hasil pembelajaran tari

piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan

ekstrakurikuler seni di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berkaitan dengan hal-hal

sebagai berikut.

a. Bagi guru pelatih ekstrakurikuler SMA Negeri 4 Bandar Lampung dalam

meningkatkan kualitas kinerja dan kreativitas dalam proses pembelajaran yang

berkualitas, bervariasi untuk mencapai hasil belajar atau kemampuan

(12)

b. Dengan pembelajaran mengenai tari piring dua belas siswa termotivasi untuk

mengenal tari tradisional yang ada di daerah Lampung serta menambah

kecintaan mereka terhadap kebudayaan Lampung;

c. Sebagai bahan apresiasi dan tambahan wawasan bagi mahasiswa Program Studi

Pendidikan Seni Tari mengenai metode demonstrasi yang baik untuk digunakan

dalam pembelajaran tari piring dua belas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal di bawah ini:

1. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari piring dua belas di SMA

Negeri 4 Bandar Lampung;

2. Subjek dalam penelitian ini adalah 8 siswa yang tergabung dalam kegiatan

ekstrakurikuler seni di SMA Negeri 4 Bandar Lampung tahun pelajaran

2013-2014;

3. Tempat penelitian ini adalah di halaman kelas yang ada di SMA Negeri 4

Bandar Lampung;

4. Waktu dalam penelitian ini adalah bulan Januari Tahun Pelajaran 2014/2015.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini masih orisinil apabila diamati dari buku-buku serta hasil penelitian

yang telah ada. Buku-buku penelitian yang didapatkan tentang pembelajaran tari

piring dua belas, dan metode demonstrasi belum ada yang mencatat tentang

pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di

SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Mesin

pengajaran adalah metode yang digunakan untuk membuat pelajar segera

mendapatkan informasi yang akurat dari suatu respon. Metode demonstrasi

memiliki keuntungan yang besar dibanding prosedur pendidikan lainnya dalam

hal kemampuannya mendemonstrasikan materi secara langsung kepada pelajar.

Pelajar atau peserta didik adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya

terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang.

Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan

berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya.

Pendidikan atau pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ketingkat

perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan

(14)

Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari cenderung bersifat

permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatan

informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi kognitif.

Selanjutnya, keterampilan tersebut diwujudkan secara praktis pada keaktifan

siswa dalam merespons dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi

pada diri siswa ataupun lingkungannya (Thobroni, 2011:19).

Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran akan membantu pengajar dalam

menyampaikan isi materi kepada siswa. Metode adalah suatu cara untuk

menyampaikan materi atau bahan ajar dari seorang pengajar kepada siswa

sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Dengan

menggunakan metode dalam proses belajar mengajar memiliki keuntungan antara

lain, yaitu pembelajaran yang akan diberikan oleh guru akan lebih menumbuhkan

motivasi yang tinggi dan adanya minat belajar yang tumbuh dalam diri siswa.

Metode demonstrasi adalah salah satu cara yang biasa digunakan oleh seorang

pengajar dalam menyampaikan materi atau bahan ajar kepada para peserta didik.

Penyampaian materi dalam metode demonstrasi dilakukan pengajar dengan

menjelaskan, menginstruksikan serta mencontohkan secara langsung materi

sehingga siswa dapat lebih memahami dan dapat menguasai materi yang

disampaikan dengan baik. Pemanfaatan metode demonstrasi dapat membuat

pembelajaran abstrak menjadi konkret.

Jenis metode pengajaran yang akan dilakukan antara lain, memotivasi siswa untuk

menumbuhkan minat dan imajinasi para siswa, menjelaskan dengan benar dan

(15)

Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran seni tari akan lebih

membantu siswa karna siswa tidak hanya dijelaskan atau diinstruksikan

gerakannya saja, akan tetapi siswa bisa melihat gerakan atau tariannya langsung

dengan menyaksikan peragaan dari guru. Oleh karna itu, pemanfaatan metode

demonstrasi dalam belajar tari piring dua belas sangat membantu agar tujuan dari

proses belajar mengajar dapat tercapai dengan baik.

Tari piring dua belas adalah tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang

beradat saibatin. Piring dua belas berarti penari menari bersama piring yang

sudah disiapkan di bawah berjajar sebanyak dua belas piring ditambah dua piring

yang akan dibawa penari. Para penari menggunakan cincin di jari telunjuk saat

menari, sehingga dalam permainan/melempar piring terdengar bunyi yang

menambah suasana lebih semarak. Tari piring dua belas dipentaskan pada waktu

Nayuh (pesta perkawinan) dan penyambutan tamu agung dari Penyimbang Adat

Lampung Saibatin (Tim Taman Budaya, 2008).

2.2 Landasan Teori

Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan,

menjelaskan, dan memprediksikan fenomena. Teori belajar adalah teori yang

mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan

kapan proses belajar tersebut berlangsung. Setelah masalah penelitian

dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian adalah mencari

teori-teori yang dijadikan sebagai landasan teori-teoritis untuk pelaksanaan penelitian.

Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang berkaitan dengan judul pada

(16)

demonstrasi. Teori mempunyai dasar empiris. Suatu teori dapat memandang

gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya dapat dengan

menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan menginterpretasi secara

kritis.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya, mendudukkan

orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Seorang dianggap telah belajar

sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan prilakunya. Menurut teori ini,

dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang

berupa respon. Proses yang dapat diamati adalah stimulus dan respons. Oleh

karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh

pembelajar (respons) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan

pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat

terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut (Thobroni, 2011:64).

Proses pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks. Proses itu sendiri sulit

diamati, namun perbuatan atau tindakan belajar dapat diamati berdasarkan

perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh tindakan belajar tersebut. Setiap

tindakan belajar mengandung beberapa unsur yang sifatnya dinamis, karena dapat

berubah-ubah, dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau menjadi lemah.

Unsur-unsur yang terkait dalam proses pembelajaran terdiri dari motivasi siswa, bahan

belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek yang belajar.

Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis dan dapat mempengaruhi proses belajar

(17)

Mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, tetapi terdapat hubungan

yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh-mempengaruhi dan

saling menunjang satu sama lain. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan

kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Implikasi dalam

rumusan ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya;

2. Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan;

3. Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan;

4. Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan (Hamalik, 2008: 60).

Dengan demikian penelitian ini dapat dikatakan masih orisinil.

2.2.1 Pembelajaran Menggunakan Metode Demonstrasi

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Artinya bagaimana

seorang pendidik dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan

efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat

memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan

hasil praktik yang diulang-ulang.

Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,

mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu

(18)

Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal

sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang

dilakukan dapat diamati indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati

dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sitematis artinya proses yang

digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat

logis (Sugiyono, 2012:2).

Demonstrasi adalah salah satu metode dalam pendidikan yang sangat sering

digunakan dalam bidang praktikum. Metode demonstrasi adalah salah satu cara

yang biasa digunakan oleh seorang pengajar dalam menyampaikan materi atau

bahan ajar kepada para peserta didik. Penyampaian materi dalam metode

demonstrasi dilakukan pengajar dengan menjelaskan, menginstruksikan serta

mencontohkan secara langsung materi sehingga siswa dapat lebih memahami dan

dapat menguasai materi yang disampaikan dengan baik. Metode demonstrasi tidak

seharusnya digunakan dalam setiap situasi, namun hendaknya disesuaikan dengan

situasi. Demonstrasi dapat berhasil jika digunakan : (1) pada pengajaran

manipulatif dan keterampilan; (2) pada pengembangan pengertian; (3) untuk

menunjukkan bagaimana melakukan praktik-praktik baru; dan (4) untuk

memperkuat penerimaan terhadap sesuatu yang baru, dan memperbaiki cara

melakukan sesuatu.

Metode demonstrasi digunakan bila ingin memperlihatkan bagaimana sesuatu

(19)

a). Kelebihan Metode Demonstrasi

N.K dalam bukunya yang berjudul ‘Didaktik Metodik’ menjelaskan bahwa

kelebihan dari metode demonstrasi adalah:

1. Membantu siswa untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan

penuh perhatian sebab menarik;

2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab penggunaan bahasa dapat lebih

terbatas;

3. Menghindari verbalisme; dan

4. Memberikan keterampilan tertentu.

Dengan demikian, siswa akan lebih aktif berinteraksi secara langsung. Tidak

hanya menguasai materi tapi bisa mencontohkan secara langsung. Materi akan di

ingat lebih lama karena siswa memahami sendiri materi yang diberikan oleh guru.

b). Kelemahan Metode Demonstrasi

Selain memiliki kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki

kemungkinan-kemungkinan kurang efektif yang dapat terjadi dalam proses pembelajaran,

diantaranya adalah:

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan materi yang matang dan telah diuji

terlebih dahulu oleh guru, karena jika tidak, proses belajar dengan

menggunakan metode ini bisa saja kurang efektif. Guru dituntut untuk

menguasai materi sebelum materi disampaikan kepada siswa.

(20)

3. Diperlukan waktu yang lebih untuk mendemonstrasikan materi dengan jumlah

siswa yang banyak, guru membutuhkan waktu yang cukup untuk memastikan

materi dapt dipahami secara merata oleh siswa.

4. Tempat yang digunakan bisa saja membutuhkan ruangan yang luas, bahkan bila

dibutuhkan metode demonstrasi menggunakan properti sesuai dengan materi

yang dipelajari.

5. Demonstrasi membutuhkan tenaga ahli sesuai dengan bidangnya, agar materi

yang diberikan kepada siswa secara optimal dapat mencapai hasil yang

maksimal.

Agar metode demonstrasi berjalan dengan maksimal, kemungkinan-kemungkina

yang menyebabkan kurang efektif dapat diatasi dengan cara:

1. Guru telah cukup menyiapkan alat-alat atau properti yang dibutuhkan serta

menguji atau mempraktekan materi secara berulang-ulang sebelum materi

disampaikan kepada siswa, dengan demikian guru diharapkan dapat

meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang dapat menyebabkan materi

tidak dimengerti oleh siswa.

2. Guru memberikan pengertian tetang metode demonstrasi kepada siswa, agar

siswa dapat mengerti apa yang ingin diberikan oleh guru.

3. Menjaga situasi dan kondisi agar tetap menarik dan nyaman bagi siswa agar

kegiatan belajar mengajar menggunakan metode demonstrasi tidak

(21)

4. Waktunya cukup dengan pertimbangan ada kesempatan pada siswa untuk

mengajukan pertanyaan dan membuat catatan.

c). Langkah-langkah penerapan Metode Demonstrasi

Secara umum, ada dua jenis metode demonstrasi, yaitu metode demonstrasi cara

dan demonstrasi hasil. Kedua jenis demonstrasi itu biasanya digunakan secara

terpisah dengan subjek yang sangat berbeda, tetapi dalam beberapa hal dapat

dikombinasikan.

Penelitian ini menggunakan metode demonstrasi cara pada setiap pertemuan,

karena demonstrasi cara menunjukkan bagaimana mengerjakan sesuatu. Hal ini

termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan yang sedang diajarkan,

memperlihatkan apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, serta

menjelaskan setiap langkah pengerjaannya. Metode demonstrasi cara biasanya

dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak memerlukan banyak

biaya.

Dalam menyusun langkah-langkah metode demonstrasi cara antara lain: (1)

merencanakan, (2) mempersiapkan demonstrator, (3) mempersiapkan pengamat,

(4) melaksanakan, dan (5) menganalisis hasil demonstrasi cara.

Demonstrasi cara dapat digunakan dalam pengajaran yang dilakukan oleh guru

dengan penjelasan yang benar dan memperagakannya dengan cara yang baik

sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada tahap ini pengajar melakukan

demonstrasi dengan instruksi yang benar dan tidak tergesa-gesa dalam mengajar

serta memperhatikan rincian instruksinya. Selanjutnya pengajar meminta siswa

(22)

lancar dan benar. Hasil dari metode demonstrasi cara, siswa dapat mempelajari

materi sekaligus praktiknya secara detil karena pengajar memperhatikan tiap

proses pembelajaran. Memudahkan pengajar memberi materi gerak pada siswa

karena langsung mencontohkan bagaimana cara bergerak dengan baik.

2.2.2 Pembelajaran

Kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Proses belajar baik di

sekolah maupun di luar sekolah menghasilkan tiga pembentukkan kemampuan

yang dikenal sebagai taxonomi bloom. Kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan

dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan afektif berisi

perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat,

sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Kemampuan psikomotor merupakan

kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh

saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan tersebut terjadi karena kerja saraf

yang sistematis.

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa pembelajaran adalah suatu

perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang

diulang-ulang.

2.2.3 Seni Tari

Seni adalah segala perbuatan manusia yang muncul dari imajinasinya yang

memiliki unsur keindahan dan nilai estetis hingga dapat menggerakkan jiwa

(23)

musik dan ekspresi disaat mendemonstrasikan. Seni tari merupakan gerak tubuh

manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi

manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan

ekspresi (Mustika, 2012: 22). Sehingga pembelajaran seni tari merupakan salah

satu upaya untuk membelajarkan siswa terhadap bentuk gerak yang indah disertai

dengan musik dan ekspresi yang baik pada saat mendemonstrasikannya. Jenis

kesenian yang ada masing-masing memiliki struktur atau unsur yang terkandung

didalamnya dan sangat erat hubungannya antara satu dengan yang lain. Contoh

struktur seni dalam bidang seni tari adalah wiraga, wirama, dan wirasa.

a. Wiraga

Wiraga bisa diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk berekspresi melalui

gerakan-gerakan yang indah dan bermakna. Wiraga tertuju pada keterampilan

memvisualisasikan setiap gerakan secara baik dan benar, dan hal ini berkaitan

dengan daya ingat (hafal).

Gerak yang dihasilkan bukanlah gerak keseharian biasa, melainkan gerak yang

telah diperindah dan diperhalus melalui nilai-nilai estetis yang terkandung dalam

tari. Gerakan bisa berupa kelenturan, penguasaan teknik gerak tari, penguasaan

ruang dan ungkapan gerak yang jelas dan bersih. Gerak tari tidak terlepas dari

unsur tenaga, ruang dan waktu. Tenaga merupakan kekuatan dalam mengawali,

mengendalikan dan menghentikan gerak. Ruang gerak adalah ruang yang

diciptakan penari dalam melakukan gerak dan ruang yang dimanfaatkan oleh

penari dalam melakukan gerak. Waktu yang berkaitan erat dengan ketepatan

(24)

Ada dua jenis tari yang dibedakan berdasarkan bentuknya, yaitu tari

representasional yaitu tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas, dan tari

yang non representasional yaitu tari yang tidak menggambarkan sesuatu secara

simbolis. Aspek wiraga yang diambil dalam menilai kemampuan

mendemonstrasikan tari piring dua belas yakni hafalan atau urutan gerak dan

teknik gerak tari piring dua belas.

b. Wirama

Wirama adalah pengaturan tempo dan ritme yang penting, yang erat sekali

hubungannya dengan irama. Tempo berarti kecepatan dari gerak tubuh yang dapat

dilihat dari panjang pendeknya waktu yang diperlukan. Ritme dalam gerak tari

menunjukkan ukuran waktu dari setiap perubahan detail gerak.

Irama yang digunakan dalam iringan tari maupun irama bagi penari sangatlah

penting untuk difahami dan dikuasai oleh seorang penari. Penari yang baik sudah

seharusnya memiliki pemahaman yang baik tentang ketukan irama atau ritme

dalam iringan tari. Penari bisa dikatakan tidak baik jika ia bergerak

(mendemonstrasikan) di luar irama tari dan iringannya. Hal ini dapat dijadikan

penilaian dalam aspek wirama. Yaitu ketepatan irama dan ritme dalam menarikan

(mendemonstrasikan) tari piring dua belas.

c. Wirasa

Wirasa adalah aspek yang mendukung secara keseluruhan ekspresi pada tarian

yang dibawakan. Dalam wirasa bagi penari yang baik, wajib memiliki kepekaan

yang tinggi terhadap daya imajinasi, daya fikir, rasa dan ekspresi. Kemampuan

(25)

Penilaian terhadap aspek wirasa dapat berupa ekspresi penari dalam menarikan

(mendemonstrasikan) tari piring dua belas.

2.2.4 Tari Piring Dua Belas

Tari piring dua belas merupakan tari tunggal dari Provinsi Lampung yang

menggunakan piring sebagai properti dalam mendemonstrasikan. Tari ini

merupakan tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang beradat saibatin.

1. Sejarah

Tari piring dua belas berasal dari Sekala Brak kecamatan Belalau Lampung Barat.

Masuknya tari piring dua belas di Kecamatan Kota Agung wilayah Teluk

Semangka dibawa oleh masyarakat Lampung Pesisir dari Belalau yang berpindah

mencari daerah penghidupan baru pada abad XV. Tari piring dua belas dahulunya

adalah tarian sang Ratu yang digunakan untuk menyambut kedatangan hulu balak

(pengawal) dari perang (Tim Taman Budaya, 2008).

Ratu berasal dari paksi Marga Benawang yang mana asal mula berasal dari Sekala

Brak Gunung Pesagi yang turun ke Teluk Semangka namanya Raja Baniting

kemudian turun gelar lagi menjadi Raja Semaka, dari Raja Semaka membuat

sebuah kerajaan kecil menjadi Paksi Marga Benawang. Sang Ratu memberikan

suguhan kepada para pengawal karena luapan rasa gembira ketika pulang dari

perang.

Tari piring dua belas berarti penari mendemonstrasikan piring yang sudah

disiapkan dibawah berjajar sebanyak dua belas piring ditambah dua piring yang

(26)

perkawinan) dan menyambut tamu agung dari penyimbang adat Lampung

Saibatin yang dibawakan oleh muli mekhanai (bujang gadis).

Simbol menggunakan dua belas piring dalam mendemonstrasikan tari piring dua

belas karena paksi Marga Benawang mempunyai dua belas bandar, dan tiap

bandar memiliki pengawal, dan setiap pengawal memiliki pasukan perang. Nama

ke 12 bandar, yakni bandar Raja Basa, bandar Sanggi, bandar Ngaghip, bandar

Telagening, bandar Maja, bandar Muakhas, bandar Telunggu, bandar Buway

Nyata, bandar Batu Regah, bandar Limau, bandar Putih dan bandar Tulung Buya.

Tari piring dua belas juga menggunakan dua piring kecil dalam

mendemonstrasikan yang melambangkan bahwa dalam segala sesuatu itu ada dua,

ada kalah ada menang, ada baik ada buruk, dan ada susah ada pula senang (Tim

Taman Budaya, 2008).

2. Jenis dan Fungsi

Tari piring dua belas merupakan tari tunggal masyarakat Lampung. Tarian ini

merupakan tari hiburan pada acara pesta adat yaitu dapat dipertunjukan dalam

acara :

1. Pesta perkawinan

2. Pesta penetapan gelar

3. Pesta penyambutan tamu agung

4. Pesta pada hari-hari besar Nasional.

Tempat penyelenggaraan dilakukan di tempat balai adat, dapat juga di panggung,

lapangan terbuka, dan gedung-gedung apabila sudah mendapat izin berdasarkan

(27)

3. Ragam Gerak Tari Piring Dua Belas

Tari piring dua belas terdiri dari tujuh dasar gerak tangan dan tiga gerak dasar

gerakan kaki. Akan tetapi, ketiga ragam gerakan kaki hanyalah langkah-langkah

biasa tidak memiliki nama, arti dan maksud tertentu.

1. Sembah

Hitungan 1-4 menunduk dan pandangan mengarah pada telapak tangan yang

tertutup di atas paha dengan posisi sejajar

Hitungan 5-8 posisi badan proses tegap mengikuti proses tangan menghadap ke

atas dengan pandangan ke depan.

2. Ngaka kelap

Pada awal gerak kedua telapak tangan menyilang sejajar dengan paha, posisi

badan dan arah pandangan mengikuti gerak tangan. Gerak dilakukan ke tiga

arah yakni, arah depan, kanan, dan kiri.

3. Ngahilok

Pada awal gerak kedua telapak tangan sejajar memegang properti piring, posisi

badan lurus ke depan dan arah pandang mengikuti piring sambil tersenyum.

4. Sebatang Masuk

Kedua tangan ditekuk ke arah samping pinggang sambil memegang properti

(28)

5. Sebatang Keluar

Kedua tangan lurus kedepan dengan telapak tangan ke arah luar sambil

memegang properti piring, posisi badan tegap dengan pandangan lurus ke

depan.

6. Laga Puyuh

Pada awal gerak kedua tangan ditekuk di depan dada sambil memegang piring,

hitungan 1-2 kedua pergelangan tangan diputar kesamping kanan bawah,

hitungan 3-4 terus mengalir kesamping kiri atas, setiap ganti arah badan, badan

diliukkan menyesuaikan gerakan tangan.

7. Nokoh

Melempar atau menukar piring secara bergantian yaitu piring dari tangan

kanan dipindahkan ke tangan kiri, begitu pula sebaliknya. Setiap lemparan

piring/pindahan piring dihitung 1 dan seterusnya (Tim Taman Budaya, 2008).

2.2.5 Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program dilaksanakan

di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk

mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok

siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan

kepramukaan yang diselenggarakan di sekolah (Suryosubroto, 1997: 270).

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut Dikertorat

(29)

1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa

beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi

menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.

3. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu

pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal pada kegiatan yang

dapat menunjang serta dapat mendukung program intrakurikuler dan program

kokurikuler.

2.3 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting dalam interaksi belajar

mengajar. Dalam aktivitas belajar mengajar ada beberapa prinsip yang

berorientasi pada pandangan ilmu jiiwa lama dan ilmu jiwa modern. Untuk

aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi antara lain: visual

activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities,

motor activities, mental activities, dan emotional activities (Sardiman, 2012: 101).

Jenis aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut (Sardiman, 2012: 101).

1. Visual Activities, yaitu memperhatikan,

2. Listening Activities, yaitu mendengarkan,

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu pembelajaran tari piring dua belas dengan

menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung, maka

metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode kualitatif

adalah metode penelitian yang melandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti

adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012: 9).

Dipilihnya desain deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini menjabarkan

tentang segala informasi dan hasil dari pengamatan secara apa adanya. Penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan proses pembelajaran

siswa SMA Negeri 4 Bandar Lampung dalam mendemonstrasikan tari piring dua

belas.

3.2 Sumber Data

Tari piring dua belas merupakan salah satu materi ajar yang ada pada

ekstrakurikuler di SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Penerapan pembelajaran pada

(31)

siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler seni atas rekomendasi guru seni

sekaligus pelatih ekstrakurikuler SMA Negeri 4 Bandar Lampung yakni Ibu Ishe

karena antusias dan minat belajar siswa yang cukup besar dalam belajar tari piring

dua belas. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru atau pelatih dan siswa

yang tergabung dalam ekstrakurikuler seni tari berjumlah 8 siswa perempuan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2012: 224). Dalam penelitian ini ada lima teknik pengumpulan data

yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, lembar pengamatan

siswa, guru, dan tes praktik.

3.3.1 Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Unsur-unsur-unsur yang

nampak itu disebut dengan data atau informasi yang harus diamati dan dicatat

secara benar dan lengkap. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati

secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang

lebih luas tentang permasalahan yang diteliti (Widoyoko, 2012: 46).

Peneliti bertindak sebagai pengamat dalam kelas ekstrakurikuler di SMA Negeri 4

Bandar Lampung yang pesertanya berjumlah 8 orang siswa perempuan. Bertujuan

untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap

pembelajaran seni tari di SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Dalam proses

(32)

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono, 2012: 137).

Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan secara langsung menggunakan

wawancara terstruktur untuk mendapatkan informasi tentang strategi

pembelajaran apa yang digunakan oleh pelatih atau guru ekstrakurikuler yakni Ibu

Ishe kepada siswa untuk mengetahui proses belajar-mengajar, jadwal

ekstrakurikuler serta kemampuan tentang pembelajaran seni tari di ekstrakurikuler

SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Instrumen pertanyaan dari wawancara

terstruktur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tentang materi tari

piring dua belas, metode demonstrasi, dan pendapat siswa tentang penyampaian

materi tari piring dua belas.

Untuk menunjang keberhasilan wawancara, peneliti harus memiliki: (1)

kemampuan berkomunikasi yang baik, (2) kemampuan berbahasa yang baik, (3)

kemampuan memberikan kesan yang baik kepada para responden, (4) pemahaman

tentang maksud dan tujuan penelitian, dan (5) kemampuan membuat catatan yang

lengkap dan jelas (Widoyoko, 2012: 44).

3.3.3 Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tentang hal-hal yang terjadi pada saat

penelitian, pencatatan bisa secara garis besar saja agar tidak hilang dari ingatan

(33)

didengar, dan apa yang dialami dicatat dalam rangka membantu pengumpulan

data dalam refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

3.3.4 Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2012: 240).

Dalam penelitian ini menggunakan dokumen berbentuk catatan lapangan dan

foto-foto serta video selama proses pembelajaran seni tari berlangsung, yaitu pada

setiap pertemuan. Alat yang digunakan adalah camera digital dan camera

handphone. Digunakannya teknik dokumentasi secara khusus untuk mengetahui

informasi tentang sekolah, guru, siswa, dan proses pembelajaran seni tari yang ada

di ekstrakurikuler seni di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

3.3.5 Non Tes

Teknik non tes digunakan dalam memperoleh data penelitian tentang aktivitas

siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas dalam kegiatan ekstrakurikuler di

SMA Negeri 4 Bandar Lampung dan aktivitas guru dalam mengajar dengan

penggunaan metode demonstrasi yang diamati pada lembar pengamatan aktivitas

siswa dan aktivitas guru, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2 di

bawah ini.

Tabel 3.1 Lembar Penilaian Aktivitas Siswa

No. Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria

1. Visual

Activities a) Seluruh siswa memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan kemudian siswa mampu

menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan sesuai dengan 5

(34)

apa yang telah dicontohkan oleh guru

b) Dari 8 siswa terdapat 1 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan sehingga siswa tidak mampu menggerakkan atau ikut mendemonstrasikan bersama temannya

4 Baik

c) Dari 8 siswa terdapat 2-4 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan dengan baik sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru

3 Cukup

d) Dari 8 siswa terdapat 5-7 siswa yang tidak memperhatikan pada saat guru mendemonstrasikan sehingga siswa tidak mampu menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru

2 Kurang Baik

e) Seluruh siswa tidak

memperhatikan pada saat guru mendemonstrasikan sehingga seluruh siswa tidak dapat menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru

1 Kurang Sangat

2. Listening

Activities a) Seluruh siswa mendengarkan materi ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan seluruh siswa mampu

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru

5 Sekali Baik

b) Dari 8 siswa terdapat 1 siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru tentang materi ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik, sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan

4 Baik

(35)

yang tidak mendengarkan materi ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru

3 Cukup

d) Dari 8 siswa terdapat 5-7 siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru tentang materi ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik, sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan

2 Kurang

Baik

e) Seluruh siswa tidak mendengarkan guru pada saat guru menjelaskan materi tentang ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru

1 Sangat

Kurang

3. Motor

Activities a) Seluruh siswa mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas dengan baik sesuai dengan gerakan yang dijarkan oleh guru

5 Baik

Sekali

b) Dari 8 siswa terdapat 1 siswa yang tidak mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas sesuai dengan yang telah dipelajari

4 Baik

c) Dari 8 siswa terdapat 2-4 siswa yang tidak mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas sesuai dengan yang telah dipelajari

3 Cukup

d) Dari 8 siswa terdapat 5-7 siswa yang tidak mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas sesuai dengan yang telah dipelajari

2 Kurang

Baik

e) Seluruh siswa tidak

mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas dengan baik sesuai dengan gerakan yang dijarkan oleh guru

1 Sangat

Kurang

Total Skor 15

Perhitungan dilakukan setelah skor aktivitas siswa didapat untuk mengetahui nilai

(36)

siswa yaitu visual activities, listening activities, dan motor activities pada saat

proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada

tabel yaitu lembar penilaian aktivitas siswa yang memiliki skor maksimum 15.

Setelah skor aktivitas siswa diperoleh, selanjutnya diolah menjadi nilai dengan

rumus berikut.

Nilai Siswa =

x 100%

Untuk melihat kegiatan guru di dalam kelas digunakan lembar pengamatan

aktivitas guru. Pada pembelajaran tari piring dua belas guru berperan aktif dalam

menggunakan metode demonstrasi.

Tabel 3.2 Lembar Pengamatan Aktifitas Guru

No. Instrumen Kegiatan Guru P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6

1. Memberi apersepsi dan motivasi

2. Memberitahukan KD dalam pembelajaran hari ini 3. Memberitahukan

indikator/tujuan pembelajaran 4. Menjelaskan kegiatan/tugas

yang harus dilakukan peserta didik

5. Menggunakan metode demonstrasi

6. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dengan guru, dan atau peserta didik dengan sumber belajar 7. Melibatkan peserta didik secara

aktif dalam pembelajaran 8. Memfasilitasi peserta didik

untuk berfikir kritis,

menganalisis, memecahkan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut

9. Memfasilitasi peserta didik berkompetensi untuk

(37)

10. Memberi konfirmasi melalui berbagai sumber terhadap hasil pembelajaran menggunakan metode demonstrasi

11. Berperan sebagai narasumber dan fasilitator dalam

menjawabpertanyaan peserta didik yang mengalami kesulitan, dengan bahasa yang baik dan santun

12. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil pembelajaran menggunakan metode

demonstrasi

13. Memberi motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif 14. Guru mengajukan pertanyaan

untuk mengecek ketercapaian tujuan pendidikan

15. Menyimpulkan hasil belajar

16. Memberi tugas untuk pertemuan guru berikutnya

(Sumber: Instrumen Supervisi Akademik Sertifikasi Guru)

Keterangan:

P.1 = Pertemuan pertama P.4 = Pertemuan keempat

P.2 = Pertemuan kedua P.5 = Pertemuan kelima

P.3 = Pertemuan ketiga P.6 = Pertemuan keenam

Aktivitas yang dilakukan guru pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran

berlangsung tiap pertemuan diamati dengan menggunakan instrumen pengamatan

aktivitas guru. Sebagai penanda apabila telah dilakukan maka kolom-kolom akan

(38)

3.3.6 Tes Praktik

Jenis tes yang digunakan yaitu tes kemampuan siswa dalam bersikap terhadap

siswa lain, kemampuan siswa mempelajari, dan mendemonstrasikan tari piring

dua belas. Data tes yang digunakan adalah data kemampuan tes praktik siswa

yang dinilai dengan pedoman penskoran dengan menggunakan panduan indikator

penilaian yang ada, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Efektifitas Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Tari Piring Dua Belas

No Aspek Indikator Deskriptor Penilaian Skor Kualitatif

1 Wiraga

Urutan gerak

Siswa mampu mempraktikkan urutan gerak dari awal hingga

akhir tanpa lupa 5

Baik sekali

Siswa mampu mempraktikkan gerak dengan tingkat kesalahan

1-2 kali urutan gerak 4 Baik

Siswa mampu mempraktikkan gerak dengan tingkat kesalahan

3-4 kali urutan gerak 3 Cukup

Siswa mampu mempraktikkan gerak dengan tingkat kesalahan

5-6 kali urutan gerak 2 Kurang

Siswa mampu mempraktikkan gerak dengan tingkat kesalahan lebih dari 6 kali urutan gerak 1 semua ragam gerak sesuai

dengan teknik gerak 5

Baik sekali

Siswa mampu mempraktikkan enam ragam gerak sesuai

dengan teknik gerak 4 Baik

Siswa mampu mempraktikkan lima ragam gerak sesuai dengan

teknik gerak 3 Cukup

Siswa mampu mempraktikkan empat ragam gerak sesuai

dengan teknik gerak 2 Kurang

Siswa mampu mempraktikkan satu hingga tiga ragam gerak

sesuai dengan teknik gerak 1

Sangat kurang

(39)

2 Wirama Ketepatan gerak dengan musik

gerakan tari mengikuti ketukan

gerak, dan tempo iringan musik 5 sekali Baik Siswa mempraktikkan gerakan

1-2 kali terlambat atau

mendahulukan ketukan gerak,

dan tempo iringan musik 4 Baik

Siswa mempraktikkan gerakan 3-4 kali terlambat atau

mendahulukan ketukan gerak,

dan tempo iringan musik 3 Cukup

Siswa mempraktikkan gerakan 5-6 kali terlambat atau

mendahulukan ketukan gerak,

dan tempo iringan musik 2 Kurang

Siswa mempraktikkan gerakan lebih dari 6 kali terlambat atau mendahulukan ketukan gerak, dan tempo iringan musik

1 Sangat kurang

3 Wirasa Ekspresi

Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tersenyum dan pandangan ke depan

5 Sangat baik

Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tersenyum tapi terkadang lupa dan pandangan ke depan

4 Baik

Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tersenyum tapi terkadang lupa dan pandangan masih terlihat menghafal

3 Cukup

Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tidak tersenyum dan pandangan ke depan

2 Kurang

Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tidak tersenyum dan pandangan masih menunduk

1 Sangat kurang

Jumlah Skor Maksimum 20

Kriteria Penilaian =

1= Sangat Kurang, 2= Kurang, 3= Cukup, 4= Baik, 5= Sangat Baik

Setelah Instrumen Penilaian Pengamatan Tes Praktik dinilai maka dilakukan

(40)

dan pemberian skor yang telah ditentukan pada tabel 3.3, yang memiliki skor

maksimal 15. Setelah skor didapat maka diolah menjadi nilai dengan rumus:

Skor

N = x Skor Ideal % Skor Maksimum

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau

interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau

katagori. Data pada awal penelitian dan berlanjut terus sepanjang penelitian dalam

penelitian ini, data-data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif

kualitatif. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan penggunaan metode

demonstrasi pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4 Bandar

Lampung.

Data yang didapat dianalisis dengan cara sebagai berikut:

1. Mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran tari piring dua

belas dengan menggunakan metode demonstrasi;

2. Menganalisis hasil tes tari piring dua belas dengan menggunakan metode

demonstrasi yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik

dengan baik dan benar;

3. Memberi nilai hasil tes praktik siswa, dengan menggunakan rumus presentase

sebagai berikut.

Skor Siswa

(41)

4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil

belajar siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas menggunakan tolok

ukur sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian untuk Skala

Interval Tingkat Kemampuan Keterangan

85 - 100 Baik sekali

75 – 84 Baik

60 - 74 Cukup

40 – 59 Kurang

0 - 39 Sangat kurang

( Nurgiantoro, 2001 :36).

5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal

yang pokok yang sesuai untuk dianalisis;

6. Membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data-data pada

saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, aktivitas siswa dan guru, serta

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif dan pembahasan

dapat disimpulkan bahwa proses dan hasil pembelajaran tari piring dua belas

dengan menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung

adalah sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode

demonstrasi memiliki peran penting yaitu menjadi media terjalinnya interaksi

antara guru dan siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi dijabarkan sebagai berikut:

a. Merencanakan materi pembelajaran, yakni mengenai sejarah dan ragam

gerak dasar tari piring dua belas.

b. Mempersiapkan demonstrator, ragam gerak yang akan didemonstrasikan

adalah ragam gerak sembah, ngaka kelap, ngahilok, sebatang masuk,

sebatang keluar, laga puyuh, dan nokoh. Demonstrator berperan

memberikan contoh ragam gerak yang akan dipelajari. Terdapat 8 siswa

yang mengikuti pembelajaran tari piring dua belas.

c. Mempersiapkan pengamat, guru berperan sebagai pengamat terhadap

(43)

d. Pelaksanaan demonstrasi, demonstrator memberikan demonstrasi gerak

tari piring dua belas, siswa memperhatikan sebelum mencoba

memperagakan gerak.

e. Menganalisis hasil demonstrasi, demonstrator dan pengamat menganalisis

mengenai jalannya proses demonstrasi dan memberikan penilaian kepada

siswa.

Penggunaan metode demonstrasi dapat membantu guru dalam proses

pembelajaran karena guru dapat mengajarkan materi gerak secara detil mulai

dari proses pemberian ragam gerak, menilai kemampuan menari siswa, hingga

evaluasi. Siswa dapat mempelajari tari dengan cara yang paling baik yaitu

dengan memperhatikan apa yang dipraktikan oleh guru, mencoba bergerak

sesuai dengan yang telah diajarkan dan menyesuaikan tarian dengan musik.

Dalam seluruh proses pembelajaran tari piring dua belas guru terlebih dahulu

mendemonstrasikan ragam gerak tari di depan siswa kemudian siswa

memperhatikan guru dengan baik sebelum siswa mempraktikkan apa yang

sudah diajarkan. Kelemahan dalam penggunaan metode ini hampir tidak

terlihat, hanya saja memerlukan kesabaran yang lebih pada saat guru

menemukan siswa yang melakukan kesalahan dan guru harus mengulang

kembali mendemonstrasikan ragam gerak secara berulang-ulang sampai siswa

memahami apa yang dimaksud oleh guru.

2. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas untuk

(44)

a. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4

Bandar Lampung berdasarkan aspek bentuk gerak termasuk dalam kategori

baik (62,5%);

b. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4

Bandar Lampung berdasarkan aspek hafalan ragam gerak termasuk dalam

kategori baik sekali (50%);

c. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4

Bandar Lampung berdasarkan aspek ekspresi saat menari termasuk dalam

kategori baik sekali (50%).

Berdasarkan hasil di atas maka kesimpulan yang didapat dari proses dan hasil

pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di

SMA Negeri 4 Bandar Lampung adalah baik.

5.2 Saran

Dengan melihat kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tentang

pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di

SMA Negeri 4 Bandar Lampung, dapat disarankan:

1. Bagi guru seni budaya dan peneliti selanjutnya agar dapat

mengoptimalkan penggunaan metode demonstrasi di SMA Negeri 4

Bandar Lampung sebagai metode pembelajaran seni tari karena metode ini

merupakan metode yang paling efektif untuk mempraktekan ragam gerak

(45)

2. Dalam proses pembelajaran tari hendaknya siswa memiliki kepercayaan

diri untuk mencoba ragam gerak apapun yang diberikan oleh guru, dan

tetap mempertahankan kedisiplinan.

3. Untuk sekolah supaya membangun ruangan khusus untuk dijadikan tempat

berlatih oleh ekstrakurikuler tari sehingga siswa dapat bergerak dengan

nyaman dan tidak terganggu konsentrasinya oleh siswa lain yang berada

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Mustika, I Wayan. 2012. Tari Muli Siger. Lampung: Anugrah Utama Raharja

N.K, Roestiyah. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta: Bumi Aksara

Nurmalasari, Devi. 2013. Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Tari Piring Dua Belas Di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung

Tengah. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Thobroni, Muhammad. 2011. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Tim Taman Budaya. 2008. “Deskripsi Tari Piring Dua Belas”. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

Gambar

Tabel 3.1 Lembar Penilaian Aktivitas Siswa
Tabel 3.2 Lembar Pengamatan Aktifitas Guru
Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian untuk Skala

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan

Perlu diberikan batasan-batasan parkir yang jelas seperti memberi garis berupa batas petak parkir pada area parkir Fakultas Pertanian dan Gedung Serba Guna (GSG) sehingga

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi, yang penulis beri judul ”

dikandung, maka abu boiler ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur K,. mnggantikan pupuk MOP (KCl) yang harganya relatif

[r]

In addition, the existing laws has no strict punishment to the business operators, resulting the business operators still has intention to put the unfair provision in the contract,

 Pendataan pedagang pasar dan inventarisasi produk yang dijual harus dilakukan oleh fasilitator program pasar aman dari bahan berbahaya atau petugas yang berwenang

Bekasi, Telusurnews.com – Perusahaan pembuang limbah PT Millenium Laundry yang berlokasi di Pangkalan 3, Narogong Kecamatan Rawalumbu di segel Pemerintah Kota

Pembelajaran tari muli siger dengan menggunakan metode drill dapat mempermudah siswa dalam pembelajaran tari, khususnya dalam hal menirukan ragam gerak tari dengan

Dari 28 siswa terdapat terdapat 8-14 siswa yang tidak dapat menirukan ragam gerak tari melinting pada saat proses pembelajaran menggunakan metode drill berlangsung.. Dari 28