• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN SERBUK DAUN PEPAYA TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS DI BPM NY. HANIK DASIYEM, Amd.Keb DI KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN SERBUK DAUN PEPAYA TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS DI BPM NY. HANIK DASIYEM, Amd.Keb DI KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 DI KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Lilin Turlina*, Rindy Wijayanti**

Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

…………...……….…… …… . .….ABSTRAK …… … ...………. …… …… . .…. Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2010 hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49%. Alasan tidak memberikan ASI eksklusif selain air susu yang tidak keluar yaitu ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar. Daun Pepaya merupakan salah satu cara untuk memperlancar ASI pada ibu nifas. Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Minuman Daun Pepaya terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas di BPM Ny.Hanik Dasiyem, Amd.Keb di Kedungpring-Lamongan. Desain penelitian Eksperiment dengan pendekatan Pra-Eksperimen (Static-Group-Compariso). Sampel sebanyak 14 ibu post partum untuk kelompok kontrol dan 14 ibu post partum untuk kelompok perlakuan dengan teknik Simple Random Sampling pada Bulan Juni-Juli 2014. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui pengeluaran ASI lancar atau tidak pada kelompok kontrol dan pemberian minuman daun pepaya selama 3 hari. Setelah di tabulasi data di analisis menggunakan uji statistic Chi Square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar atau 57,14 % pada kelompok kontrol pengeluaran ASI 3 hari setelah persalinan, dan sebagian besar atau 71,4 % pada kelompok perlakuan pengeluaran ASI pada hari ke 2. Dari uji statistik diperoleh hasil terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemberian minuman daun pepaya terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas dengan nilai p = 0,004 (p<0,05).

Melihat hasil penelitian ini maka dianjurkan pada ibu nifas untuk sering mengkonsumsi minuman daun pepaya untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI pada ibu post partum.

Kata kunci : Daun pepaya, Kelancaran ASI PENDAHULUAN. … … . …

Nifas merupakan proses alamiah yang dialami oleh wanita setelah persalinan yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu Perubahan fisik, Involusi uterus dan pengeluaran lochea, Perubahan psikis, Laktasi/pengeluaran ASI (Air Susu Ibu). Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar (Wiknjosastro, 2009). Namun, banyak ibu nifas di pedesaan yang pengeluaran ASInya kurang lancar dikarenakan kurangnya asupan nutrisi yang seimbang (buah-buahan, sayur-sayuran), pengetahuan yang kurang, ekonomi

keluarga serta psikologis ibu yang kurang percaya diri ketika memberikan ASI kepada bayinya.

Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatriks menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. ASI adalah asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, diare, alergi, sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia, rohani, perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding

(2)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 intervensi kesehatan masyarakat lainnya

(Roesli, 2008).

Dari survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13% (Entin, 2002).

Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2010 hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49% (Pusdiknakes-WHO, 2010).

Alasan tidak memberikan ASI eksklusif selain air susu yang tidak keluar yaitu ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya.

Hasil dari survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November- Desember pada tahun 2013 di BPM Ny.Hanik Dasiyem, Amd.Keb di Kedungpring Kabupaten Lamongan. Diperoleh data dari jumlah responden ibu nifas sebanyak 20 orang diantaranya 15 (15%) ibu nifas keluar ASI pada hari ke-2 dan 5 (5%) ibu nifas keluar ASI segera setelah persalinan. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa masih tingginya angka kesukaran dalam pengeluaran ASI pada ibu nifas.

Keluarnya ASI sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utama yang mempengaruhinya adalah faktor hormonal, yaitu :

Hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI dan oksitosin yang berperan

merangsang keluarnya ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar–kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Wiknjosastro, 2009).

Hormon Oksitosin dapat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut ”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran.

Nutrisi Ibu, Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur (Sulistyawati, 2009).

Asupan Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan seta= 40 hari post partum. Minum kapsul Vit A (200.000 unit).

Frekuensi bayi menyusui secara langsung maupun dengan memerah ASI mempengaruhi produksi dan kelancaran keluarnya ASI (Roesli, 2008).

Peran masyarakat dan pemerintah : Keberhasilan laktasi merupakan proses belajar-mengajar. Diperlukan kelompok dalam masyarakat di luar petugas kesehatan yang secara sukarela memberikan bimbingan untuk peningkatan penggunaan ASI. Kelompok ini dapat diberi nama Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI), yang dapat

(3)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 memanfaatkan kegiatan posyandu dengan

membuat semacam pojok ASI.

Dampak yang terjadi apabila ASI tidak keluar dengan lancar yaitu Saluran ASI tersumbat (obstructed duct). Sering kali ibu mengeluh, di dalam payudaranya terdapat benjolan atau bahkan bayi kurang suka menyusu akibat aliran ASI yang kurang lancar. Biasanya karena saluran ASI tersumbat. Jika air susu jarang dikeluarkan, maka air susu akan mengental sehingga menyumbat lumen saluran (Sulistyawati, 2009).

Produksi ASI dapat dilancarkan dengan mengkomsumsi daun katuk, beberapa kapsul/obat yang memperlancar ASI dari ekstrak daun katuk, dan susu bubuk/cair khusus untuk ibu menyusui. Ironisnya di pedesaan keberadaan daun katuk susah didapat, apalagi kapsul/obat pelancar ASI, sedangkan susu khusus ibu menyusui harganya terlalu mahal bagi warga desa, dan tidak semua ibu-ibu mau/menyukai susu.

Beberapa penelitian telah dilakukan oleh Entin (2002) yang membuktikan bahwa daun katuk, daun pare, dan daun pepaya merupakan suplemen yang merupakan tanaman tradisional dan memiliki potensi meningkatkan produksi susu. Ternyata daun pepaya memiliki khasiat tertinggi dibandingkan daun katuk dan daun pare.

Minuman dari daun pepaya biasanya dibuat dengan cara digiling halus lalu disaring dan diambil sarinya untuk diminum. Pembuatan minuman ini memerlukan waktu yang lama, dan rasanya pahit. Sehingga, dibuat jika akan dikonsumsi saja. Bagi ibu-ibu yang memiliki aktifitas padat, terlebih lagi bagi ibu menyusui, kegiatan membuat minuman dengan cara tersebut sangat menyita waktu. Sedangkan minuman serbuk instan dari berbagai produk seperti jahe, kunyit, kopi, dan sebagainya sudah banyak ditemukan. Hal ini merupakan daya tarik ibu-ibu Nifas untuk mengkonsumsinya. Melalui proses pengolahan tertentu, minuman serbuk instan manis tidak akan mempengaruhi khasiat yang terkandung dalam bahan tersebut, sehingga baik untuk kesehatan badan.

Daun Pepaya yang merupakan bahan baku dalam ini mengandung vitamin A 1850 SI; vitamin BI 0,15 mg; vitamin C 140 mg; kalori 79 kalori; protein 8,0 gram; lemak 2 gram; hidrat arang 11,9 gram; kalsium 353

mg; fosfor 63 mg; besi 0,8 mg; air 75,4 gram; carposide; papayotin; karpai; kausyuk; karposit; dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dan kesehatan ibu, sehingga dapat menjadi sumber gizi yang sangat potensial. Kandungan protein tinggi, lemak tinggi, vitamin, kalsium (Ca), dan zat besi (Fe) dalam daun pepaya berfungsi untuk pembentukan hemoglobin dalam darah meningkat, diharapkan O2 dalam darah meningkat, metabolisme juga meningkat sehingga sel otak berfungsi dengan baik dan kecerdasan meningkat. Selain itu, daun Pepaya juga mengandung Enzim Papain dan kalium, fungsi enzim berguna untuk memecah protein yang dimakan sedangkan kalium berguna untuk memenuhi kebutuhan kalium dimasa menyusui.karena jika kekurangan kalium maka badan akan terasa lelah, dan kekurangan kalium juga menyebabkan perubahan suasana hati menjadi depresi, sementara saat menyusui ibu harus berfikir positif dan bahagia (Wiknjosastro, 2009).

Setelah mempelajari uraian diatas faktor yang mempengaruhi Kelancaran ASI, maka peneliti hanya memfokuskan pada konsumsi serbuk daun papaya.

METODE PENELITIAN.… … Desain penelitian yang digunakan adalah Eksperiment dengan pendekatan Pra-Eksperimen (Static-Group-Comparison) yaitu memberikan suatu tindakan pada kelompok subjek yang mendapat perlakuan, kemudian dibandingkan dengan kelompok subjek yang tidak mendapatkan perlakuan (Nursalam, 2003).

HASIL .PENELITIAN … 1. Data Umum

1) Karakteristik Responden (1) Umur

Tabel 1. Distribusi Responden Kelompok Kontrol Berdasarkan Umur Ibu Post Partum Tahun 2014.

No. Umur Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. < 20 tahun 20-30 tahun >30 tahun 2 12 0 14,2 85,8 0 Total 14 100

(4)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari

responden ibu post partum kelompok kontrol sebagian besar atau 85,8 % berusia 20-30 tahun dan sebagian kecil atau 14,2% berusia ≤ 20 tahun.

Tabel 2 Distribusi Responden Kelompok Perlakuan Berdasarkan Umur Ibu Post Partum Tahun 2014.

No. Umur Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. < 20 tahun 20-30 tahun >30 tahun 4 10 0 28,6 71,4 0 Total 14 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari responden ibu post partum kelompok perlakuan sebagian besar atau 71,4 % berusia 20-30 tahun dan hampir setengah atau 28,6% berusia < 20 tahun.

(2) Pendidikan

Tabel 3 Distribusi Responden Kelompok Kontrol Berdasarkan Pendidikan Ibu Post Partum Tahun 2014. No. Pendidikan Frekuensi Persentase

(%) 1. 2. 3. 4. Diploma/PT SMU SMP SD 1 11 2 0 7,1 78,6 14,3 0 Total 14 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari responden ibu post partum kelompok kontrol hampir seluruhnya atau 78,6 % pendidikannya SMU dan sebagian kecil atau 7,1% pendidikannya PT.

Tabel 4 Distribusi Responden Kelompok Perlakuan Berdasarkan Pendidikan Ibu Post Partum Tahun 2014.

No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Diploma/PT SMU SMP SD 1 9 4 0 7,1 64,3 28,6 0 Total 14 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari responden ibu post partum kelompok perlakuan sebagian besar atau 64,3 % pendidikannya SMU dan sebagian kecil atau 7,1% pendidikannya PT.

(3) Pekerjaan

Tabel 5 Distribusi Responden Kelompok Kontrol Berdasarkan Pekerjaan Ibu Post Partum Tahun 2014.

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. PNS/TNI/POLRI Swasta Tani Ibu Rumah Tangga 0 2 0 12 0 14,2 0 85,8 Total 14 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari responden ibu post partum kelompok kontrol hampir seluruhnya atau 85,8 % tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan sebagian kecil atau 14,2 % bekerja sebagai Swasta.

Tabel 6 Distribusi Responden Kelompok Perlakuan Berdasarkan Pekerjaan Ibu Post Partum Tahun 2014. No. Pekerjaan Frekuensi Persentase

(%) 1. 2. 3. 4. PNS/TNI/POLRI Swasta Tani Ibu Rumah Tangga 0 3 0 11 0 21,4 0 78,6 Total 14 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari responden ibu post partum kelompok perlakuan hampir seluruhnya atau 78,6 % bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil atau 21,4 % bekerja sebagai Swasta.

(4) Perawatan Payudara Kehamilan

Tabel 7 Distribusi Responden Kelompok Kontrol Berdasarkan Perawatan Payudara Ibu Post Partum Tahun 2014 No. Perawatan Payudara Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Ya Tidak 6 8 42,9 57,142 Total 14 100

(5)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 Tabel 7 menunjukkan bahwa dari

responden ibu post partum kelompok kontrol sebagian besar atau 57,142 % melakukan perawatan payudara dan hampir setengah atau 42,9 % tidak melakukan perawatan payudara.

Tabel 8 Distribusi Responden Kelompok Perlakuan Berdasarkan Perawatan Payudara Ibu Post Partum Tahun 2014 No. Perawatan Payudara Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Ya Tidak 5 9 35,8 64,2 Total 14 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari responden ibu post partum kelompok perlakuan sebagian besar atau 64,2% tidak melakukan perawatan payudara dan hampir setengah atau 35,8 % melakukan perawatan payudara.

2. Data Khusus

Data ini menunjukkan proses pengeluaran ASI pada ibu post partum di BPM Ny. Hanik Dasiyem, Amd.Keb Di Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2014.

1) Waktu Pengeluaran ASI

Tabel 9 Distribusi Responden Kelompok Kontrol Berdasarkan Pengeluaran ASI Ibu Post Partum Tahun 2014.

No. Pengeluaran ASI Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Segera Setelah Persalinan (hari 0) 1 Hari Setelah Persalinan 2 Hari Setelah Persalinan 3 Hari Setelah Persalinan >3 Hari Setelah Persalinan 2 1 1 8 2 14,28 7,14 7,14 57,14 14,3 Total 14 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari responden ibu post partum kelompok kontrol sebagian besar atau 57,14 % pengeluaran ASI 3 hari setelah persalinan dan sebagian kecil atau 7,14 % pengeluaran ASI pada hari 2 dan 3 setelah persalinan.

Tabel 10 Distribusi Responden Kelompok Perlakuan Berdasarkan Pengeluaran ASI Ibu Post Partum Tahun 2014.

No. Pengeluaran ASI Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Segera Setelah Persalinan (hari 0) 1 Hari Setelah Persalinan 2 Hari Setelah Persalinan 3 Hari Setelah Persalinan >3 Hari Setelah Persalinan 0 0 10 3 1 0 0 71,4 21,4 7,14 Total 14 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa dari responden ibu post partum kelompok perlakuan sebagian besar atau 71,4 % pengeluaran ASI pada hari ke 2 dan sebagian kecil atau 7,1% pengeluaran ASI >3 hari setelah persalinan.

2) Pengeluaran ASI pada Kelompok Kontrol

Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran ASI Pada Kelompok Kontrol Ibu Post Partum Tahun 2014.

No. Kategori Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Lancar Tidak Lancar 5 9 35,7 64,3 Total 14 100

Tabel 11 diatas dapat dijelaskan bahwa responden ibu post partum pada kelompok kontrol sebagian besar atau 64,3% pengeluaran ASI tidak lancar dan hampir setengah atau 35,7% pengeluaran ASI lancar. 3) Pengeluaran ASI pada Kelompok

Perlakuan

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran ASI pada Kelompok Perlakuan Ibu Post Partum Tahun 2014.

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

(6)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 1. 2. Lancar Tidak Lancar 11 3 78,6 21,4 Total 14 100

Tabel 12 diatas dapat dijelaskan bahwa responden ibu post partum pada kelompok perlakuan hampir seluruhnya atau 78,6% pengeluaran ASInya lancar dan sebagian kecil atau 21,4% pengeluaran ASI tidak lancar.

4) Pengaruh Pemberian Minuman Daun Pepaya Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Di BPM Ny.Hanik Dasiyem, Amd.Keb di Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2014.

Tabel 13 Pengaruh Pemberian Minuman Daun Pepaya Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Tahun 2014.

No. Kelompok

Pengeluaran ASI

Total Lancar Tidak Lancar

∑ % ∑ % ∑ %

1. Kontrol 5 35,7 9 64,3 14 100

2. Perlakuan 11 78,6 3 21,4 14 100

Total 16 57,1 12 42,9 28 100

X2 = 15.527 p = .004

Dari table 13 diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar atau 64,3% responden ibu post partum pada kelompok kontrol pengeluaran ASI lancar dan hampir setengah atau 35,7% pengeluaran ASI tidak lancar. Sedangkan pada responden ibu post partum kelompok perlakuan hampir seluruhnya atau 78,6% pengeluaran ASI lancar dan sebagian kecil atau 21,4% pengeluaran ASI tidak lancar.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square pada SPSS dengan versi 16 diperoleh hasil X2 = 15.527 dan p = .004 dimana p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh pemberian minuman daun pepaya terhadap kelancaran ASI pada ibu postpartum.

PEMBAHASAN .… .… 1) Pengeluaran ASI pada Kelompok Kontrol yang Tidak Diberikan Minuman Daun Pepaya

Dari tabel 13 menunjukkan bahwa pada responden ibu post partum kelompok kontrol sebagian besar atau 64,3% pengeluaran ASI

tidak lancar. Artinya bahwa para ibu lebih dari sebagian tidak mengeluarkan ASI, mengetahui keadaan tersebut bagi para bidan harus tetap berjuang untuk membimbing ibu tetap memberikan ASI pada anaknya. Sehingga ibu post partum terpengaruh kepada kita agar tidak menggunakan susu formula. Hal itu dikarenakan pada kelompok kontrol tidak mengkonsumsi minuman daun pepaya untuk pengeluaran ASI, meskipun ibu sudah mengkonsumsi momilan 2. Dari table 7 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol sebagian besar atau 57,14 % responden ibu post partum dengan pengeluaran ASI segera setelah persalinan. Tetapi pengeluaran ASI tidak hanya dipengaruhi oleh faktor perawatan payudara saja, melainkan masih banyak faktor lain yang juga berpengaruh dalam pengeluaran ASI seperti nutrisi ibu, keadaan psikis dan lain sebagainya. Menurut Entin (2002), menyatakan bahwa Seorang ibu yang tengah melahirkan banyak mengonsumsi daun pepaya dikarenakan untuk meningkatkan produksi Air Susu Ibu (ASI). Daun pepaya sangatlah bagus dikonsumsi untuk ibu yang tengah menyusui karena mengandung berbagai zat, antara lain vitamin A, B1, kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi dan air.

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol sebagian besar atau 85,8 % responden ibu post partum berusia 20-30 tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Pada masa ini diharapkan telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti.

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol hampir seluruhnya atau 78,6% responden ibu post partum pendidikannya SMU dan sebagian kecil atau 7,1% pendidikannya Diploma/PT. Menurut Notoatmodjo (2002), menyatakan bahwa pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Orang yang pengetahuaannya kurang akan mudah dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan sekitar.

(7)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 Dari tabel 5 menunjukkan bahwa pada

kelompok kontrol hampir seluruhnya atau 85,8 % responden ibu post partum ibu rumah tangga, dalam hal ini sering berada dirumah sehingga ibu kurang mendapatkan informasi dari dunia luar. Faktor ekonomi berkaitan erat dengan konsumsi makanan atau dalam penyajian makanan keluarga khususnya dalam pemberian ASI.

2) Pengeluaran ASI pada Kelompok Perlakuan yang di berikan Minuman Daun Pepaya

Dari tabel 13 menunjukkan bahwa pada responden ibu post partum kelompok perlakuan sebagian besar atau 71,4% pengeluaran ASI Lancar. Hal itu dikarenakan pada kelompok perlakuan diberikan minuman daun pepaya. Menurut Ayuni (2012) Daun pepaya adalah tumbuhan yang banyak di tanam di seluruh daerah tropis yang mempunyai kandungan sebagai pelancar ASI. Daun pepaya diketahui mengandung 35 mg/100 mg, Tocophenol. Sementara itu, daun pepaya muda juga diketahui banyak mengandung zat bernama alkaloid juga enzim papain. Enzim ini identik dengan getah berwarna putih kental. Fungsi dari enzim ini sendiri adalah untuk memecah protein sebab ia bersifat proteolitik. Sementara itu, pada daun pepaya yang sudah tua, senyawa yang dominan justru Fenolik. Seorang ahli bernama Suhartono, secara umum menyimpulkan bahwa, daun pepaya mengandung 3 varian enzim yakni papain sebanyak 10%, Khimoprotein sebanyak 45% dan juga Lisozim sebanyak 20% per 100%. Enzim khimoprotein sendiri berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi hidrolisis antara protein dengan poplipetida. Sementara itu enzim lisozim berperan sebagai anti-bakteri dan bekerja dengan cara memecah dinding sel pada bakteri. Rasa pahit pada daun pepaya disebabkan oleh kandungan senyawa alkaloid karpainnya (C14H25NO2). Zat ini sangat ampuh digunakan sebagai penurun deman, mereduksi tekanan darah dan membunuh mikroba seperti amuba.

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan sebagian besar atau 64,3% responden ibu post partum pendidikannya SMU. Pengetahuan sangatlah penting dalam terbentuknya suatu sikap, baik itu sikap positif atau negatif. Sama halnya dengan ASI Eksklusif, jika pengetahuan ibu

tentang ASI Eksklusif sudah cukup diharapkan dapat tercipta sikap yang positif tentang ASI Eksklusif yang akan diikuti dengan tindakan pemberian ASI Eksklusif. Dari tabel 6 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan hampir seluruhnya atau 78,6 % responden ibu post partum bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini pengetahuan yang dimaksud adalah tentang bagaimana merawat payudara masa kehamilan untuk mencegah ketidaklancaran pengeluaran ASI dan komplikasi yang lain.

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan sebagian besar atau 71,4% responden ibu post partum pengeluaran ASI < 3 hari. Sesuai pendapat Notoatmodjo (2007), bahwa sikap dipengaruhi oleh kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri dengan bercermin pada orang lain. Ibu yang baru pertama kali melahirkan kemungkinan masih takut dan canggung dalam melakukan perawatan payudara.

Pada kelompok perlakuan masih ada 3 ibu post partum yang ASInya tidak lancar karena keadaan fisik ibunya yang belum menerima kehadiran anaknya (Baby Blues). Selain itu juga kebanyakan ibu post partum tarak makan, sehingga nutrisi kurang.

3) Pengaruh Pemberian Minuman Daun Pepaya Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Nifas

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square pada SPSS dengan versi 16 diperoleh hasil X2 = 15.527 dan p = .004 dimana p < 0,05, menunjukkan bahwa ada perbedaan komposisi pengeluaran ASI secara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan hampir seluruhnya atau 78,6% responden ibu post partum pengeluaran ASI Lancar yaitu ASI keluar ≤ 3 hari, rata-rata ASI keluar pada hari ke 2-3 dengan keadaan payudara bersih, keluar ASI. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Entin (2002), menyatakan bahwa pengeluaran ASI dengan mengkonsumsi minuman daun pepaya akan mempercepat kelancaran ASI, karena daun pepaya digunakan untuk Menambah Nafsu Makan : Jika daun pepaya dikonsumsi tentunya akan mengobati rasa lapar tapi selain itu, daun pepaya juga dapat menambah nafsu makan.

(8)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 Seorang ibu yang tengah melahirkan banyak

mengonsumsi daun pepaya dikarenakan untuk meningkatkan produksi Air Susu Ibu (ASI). Daun pepaya sangatlah bagus dikonsumsi untuk ibu yang tengah menyusui. Daun pepaya mengandung berbagai zat, antara lain vitamin A, B1, kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi dan air. Selain itu, daun pepaya juga mengandung Enzim Papain dan kalium, fungsi enzim berguna untuk memecah protein yang dimakan sedangkan kalium berguna untuk memenuhi kebutuhan kalium dimasa menyusui. Jika kekurangan kalium maka badan akan terasa lelah, dan kekurangan kalium juga menyebabkan perubahan suasana hati menjadi depresi, sementara saat menyusui ibu harus berfikir positif dan bahagia (Ayuni, 2012). Daun pepaya juga diperkaya dengan hormon pengencang serta vitamin A yang merangsang pengeluaran hormon wanita dan merangsang indung telur mengeluarkan hormone betina. Dari hormon tersebut kelenjar susu akan lancar dan bentuk payudara semakin ideal.

Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar atau 64,3% responden ibu post partum pengeluaran ASI tidak lancar yaitu pengeluaran ASI > 3 hari, rata-rata ASI keluar pada 3- >3 hari dengan keadaan ASI bersih, keluar susu. Menurut Entin (2002) ibu menyusui memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil, salah satunya adalah dengan cara mengkomsumsi bahan makanan yang mampu merangsang produksi ASI. KESIMPULAN DAN SARAN. … 1. Kesimpulan

Setelah peneliti menganalisa data dan melihat hasil analisa data maka peneliti mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 1) Lebih dari sebagian ibu post partum

kelompok kontrol di BPM Ny. Hanik Dasiyem, Amd.Keb Tahun 2014 mengalami pengeluaran ASI Tidak Lancar.

2) Hampir seluruhnya ibu post partum pada kelompok perlakuan di BPM Ny. Hanik Dasiyem, Amd.Keb Tahun 2014 mengalami pengeluaran ASI Lancar. 3) Terdapat pengaruh pemberian minuman

daun pepaya terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas di BPM Ny.Hanik Dasiyem, Amd.Keb Tahun 2014.

2. Saran 1) Bagi BPM

Dengan adanya hasil penelitian tersebut, diharapkan bidan memberikan penyuluhan pada ibu post partum tentang manfaat minuman daun pepaya yang dapat melancarkan ASI.

2) Bagi Profesi Kebidanan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk mengembangkan rencana asuhan kebidanan pada ibu post partum terutama dalam hal perawatan payudara.

3) Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman cara perawatan payudara dan manfaat minuman daun pepaya, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lain yang ada hubungannya pada pengaruh pemberian minuman daun pepaya terhadap kelancaran ASI, serta diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam mempelajari pengaruh pemberian minuman daun pepaya terhadap kelancaran ASI.

. . .DAFTAR PUSTAKA . . . Ayuni, Renata, 2012, Khasiat Selangit

Daun-Daun Ajaib Tumpas Beragam Penyakit, Yogjakarta

Entin, W., 2002. Kinetika Fermentabilitas Daun Pepaya (Caricia pepaya L), Skripsi, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institusi Pertanian Bogor. Bogor Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO (2010). Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta

Roesli, U., 2008. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jogjakarta: Andi Offset

(9)

SURYA Vol 07,No.01, April 2015 Wiknjosastro, Hanifa (2009). Ilmu Kebidanan

Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Gambar

Tabel 1.  Distribusi  Responden  Kelompok  Kontrol  Berdasarkan  Umur  Ibu  Post Partum Tahun 2014
Tabel 12  diatas dapat dijelaskan bahwa  responden  ibu  post  partum  pada  kelompok  perlakuan  hampir  seluruhnya  atau  78,6%

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan perusahaan kelapa sawit adalah baik dengan angka index sebesar 78,47 persen, yang meliputi aktifitas

Merupakan bentuk komunikasi nonpersonal tentang produk yang dihasilkan oleh perusahaan, baik barang maupun jasa. Perusahaan pada umumnya mengeluarkan biaya yang

Dari hasil uji regresi nilai koefisien yang ditunjukkan sebesar 16.526 yang berarti memiliki arah hubungan yang positif dengan nilai probabilitas sebesar 0.0018 &lt; 0.05

Winarno (2002, 27) menyebutkan, dalam pembuatan kebijakan publik, tahap-tahap yang dilaluinya adalah : 1).Tahap penyusunan agenda. Masalah- masalah akan berkompetisi dahulu

(1) Apabila Wajib Retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat

Secara eksplisit implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika mendasarkan pada : (1) pengetahuan matematika pada berbagai dimensinya, yang meliputi

Dalam forum ini kita akan melihat gambaran seperti apa keterbukaan informsi di Kalimantan Timur, diketahui komitmen dari pemerintah Kalimantan Timur sendiri sudah cukup

Dengan tingkat keandalan dari kinerja jaringan distribusi air bersih oleh PDAM Tirta Meulaboh hanya sebesar 58,59%, dan dengan lamanya sistem berada pada kondisi