• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengapa Nichiren Shonin Memilih Buddha Sakyamuni, Sebagai Honzon Yang Paling Agung?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengapa Nichiren Shonin Memilih Buddha Sakyamuni, Sebagai Honzon Yang Paling Agung?"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia

Mengapa Nichiren Shonin Memilih Buddha

Sakyamuni, Sebagai Honzon Yang Paling Agung?

Oleh: YM.Bhiksu Chiko Ichikawa (Kuil Ikegami, Tokyo - Jepang)

Gagasan mengenai masa Mappo (Masa Akhir Dharma) adalah hal yang wajar dan dapat diterima oleh semua sekte Agama Buddha, dan dalam kepercayaan dari aliran Jodo (Tanah Suci), dimana kita akan dapat diselamatkan setelah kehidupan kita dengan penyebutan nama Buddha Amitabha di dalam hidup ini, kepercayaan seperti sangat popular

bagi kebanyakan orang pada saat ini. Pemujaan terhadap beberapa dewa pelindung seperti Acala di sekte Shingon Shu, dan para Bodhisattva seperti Kannon Sebelas Wajah (Avalokitesvara) serta Nyoirin Kannon juga sangat popular. Kuil Seicho-ji di mana tempat Nichiren Shonin belajar, Bodhisattva Akasagarbha sebagai altar pemujaan

utama dan juga memuja para dewa pelindung dan bodhisattva seperti Acala. Nichiren Shonin nama masa kanak-kanak adalah Yakuomaro. Yakuomaro melihat begitu banyak Buddha, Boddhisattva dan Para dewa pelindung yang dipuja oleh orang. Pertanyaan-pertanyaan mengenai begitu banyak objek pemujaan itu membuat suatu tekanan yang kuat

(2)

kepada Yakuomaro untuk mencari jawaban religius mengenai hal yang sesungguhnya, akhirnya Ia memutuskan untuk menjadi seorang Bhiksu untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu. Ia berdoa kepada Bodhisattva Akasagarbha di Kuil Seicho-ji untuk menjadi orang yang paling bijaksana di Jepang dan dengan ini, Ia diberkati didalam usaha dan pembelajarannya.

Salah satu usaha kerja kerasNya adalah menyalin ulang Sutra Suci Shingon Shu “Juketsu Entaragishu” (Buku ini secara hati-hati terus dijaga di Perpustakaan Kanazawa). Yakuomaro yang kemudian melanjutkan pembelajaran-Nya dengan belajar tentang Jodo Shu dan Zen Shu di kota Kamakura, dan di Gunung Hiei, Kyoto yang menjadi Universitas Buddhis yang terkenal pada waktu itu. Gunung Hiei adalah sebuah Kuil yang didirikan oleh Dengyo Daishi Saicho sebagai kuil pusat dari Tendai Shu, yang menjadi pusat ajaran Buddha dan bersaing dengan Kuil Todai-ji Nara, Kuil Kofuku-ji dan Kuil yakushi-ji. Terletak disebelah utara Gunung Hiei, daerah Yokawa, terkenal karena iklimnya yang buruk, dengan membawa keyakinan dan keinginan yang besar, maka Nichiren Shonin memilih untuk belajar disini, yang mana Jikaku Daishi Ennin yang telah mendirikan kembali Kuil Seicho-ji. Nichiren belajar dan membandingkan semua Kuil di Kyoto dan semua sekte Buddha di Nara dan Gunung Koya, pada akhirnya Ia mendapat sebuah kesimpulan. Meskipun begitu banyak Buddha, Bodhisattva, para dewa pelindung seperti Dainichi Buddha, Yakushi Buddha, dan Amitabha Buddha dipuja orang, para Buddha ini semua mendiami dunia lain selain dunia Saha ini dimana kita tinggal. Sejak Sakyamuni Buddha lahir ke dunia Saha dimana kita tinggal ini, maka apa yang kita lakukan adalah secara alami mengikuti pengajaran

dari Buddha Sakyamuni. Saddharma Pundarika Sutra adalah Sutra yang mengajarkan mengenai hal ini, juga menjelaskan bahwa Buddha Sakyamuni membabarkan tentang ajaran bersifat “Abadi” sejak asal muasal.

“Triloka ini adalah milikKu, semua mahluk hidup di tempat ini adalah anak-anakKu, ada banyak penderitaan di dunia ini. Hanya Aku yang dapat menyelamatkan semua mahluk hidup,” Saddharma Pundarika Sutra Bab.III Cerita perumpamaan “MilikKu” adalah kebajikan dari Majikan, “Anak-anakKu” adalah kebajikan dari orang tua, dan “Menyelamatkan semua mahluk” adalah kebajikan dari guru. Satu-satunya Buddha yang mencakupi ke Tiga Aspek Kebajikan Para Buddha adalah Buddha Sakyamuni. Buddha Amitabha adalah Buddha Tanah Suci disebelah Barat, dan Yakushi Buddha adalah Buddha Tanah Suci sebelah Timur. Kedua Buddha yakni Amitabha dan Yakushi tidak mencakupi kebajikan dari Majikan dan Kebajikan dari Orangtua.

Didalam Bab.XVI, Jangka Waktu Sang Tathagata, Saddharma Pundarika Sutra, Beliau berkata: “Aku telah menjadi seorang Buddha sejak masa lampau yang tak terhingga, hidupKu adalah juga tak terbatas, Aku selalu ada di dunia dan tidak pernah moksha. Juga dari sejak masa lampau yang tak terbatas, Aku sudah hidup di dunia Saha ini, membabarkan dan membimbing semua mahluk hidup. Selama keberadaanKu dari masa lampau yang tak terbatas, aku menyatakan segala hal ini seperti Dipankara Buddha.”

Dengan cara ini Buddha Sakyamuni menjelaskan bagaimana Ia sedang mengajarkan di dunia Saha ini dari masa lampau, dan selama waktu itu, Ia telah mewujudkan Dipankara Buddha atau Buddha

lainnya sebagai para guru sementara, sebagai jawaban terhadap kebutuhan dan keinginan mahluk hidup. Seperti itulah, Buddha Sakyamuni meng-ungkapkan jati dirinya yang sesungguhnya.

Nichiren Shonin mendapat-kan tujuan dan jawaban atas pertanyaannya mengenai “Buddha” yang sesungguhnya dan menunjukkan melalui pelaksanaanNya kepada kita tentang kebenaran itu. Ada beberapa sekte yang menginkari dan membantah bahwa Buddha Sakyamuni adalah Buddha pokok atau asal muasal. Mereka mengatakan bahwa hal ini adalah omong kosong dan bahwa kita harus memuja Nichiren Shonin, tetapi ini adalah suatu ajaran yang keliru dan tidak benar. Nichiren Shonin menerima tugas hidupnya untuk menyebarkan ajaran agung Saddharma Pundarika Sutra dari Buddha Sakyamuni kepada umat manusia. Marilah kita memahami hati dari Nichiren Shonin dan bekerja keras untuk memenuhi keinginanNya. Selesai.

Tambahan Redaksi:

Berdasarkan pembabaran dalam Saddharma Pundarika Sutra, Buddha Sakyamuni, yang ada didalam Stupa Prabhutaratna Tathagata, memberikan tugas penyebaran Dharma kepada Bodhisattva Visistacaritra (Jogyo Bosatsu). Nikko Shonin (Salah Satu dari Enam Murid Utama Nichiren) percaya bahwa Nichiren Shonin adalah kelahiran kembali dari Jogyo Bosatsu, demikian juga pengikutnya Nishizon (1265-1345).Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa dokumen yang dibuat oleh Nikko, salah satunya dalam “Ryuzo mondo sho”, dikatakan bahwa, “ Saya percaya yang diajarkan dalam Hokekyo (Saddharmapundarika-stura) bahwa dengan hormat Nichiren Daishonin adalah Bodhisatva Jogyo, utusan dari Sang Buddha Sakyamuni, Buddha dari Triloka, Ayah dan Ibu dari semua makluk.”

(3)

Writing of Nichiren Shonin

Doctrine 2

Edited by George Tanabe,Jr

Compiled by Kyotsu Hori

Diterjemahkan oleh Sidin Ekaputra, SE

TOKI- DONO GO-HENJI

(Surat Balasan Kepada Tuan Toki)

Pengenalan

“Toki-dono Go-henji,” ditulis di Ichinosawa, Pulau Sado pada tanggal 10 bulan ke-empat tahun Bun-ei ke-sembilan (1272). Naskah asli surat ini terbagi atas dua bagian kertas dan masih tersimpan dengan baik di Kuil Hokekyoji, Nakayama, Propinsi Chiba. Ini adalah surat pertama yang ditulis Nichiren di Ichinosawa setelah dipindahkan dari ruang meditasi di Tsukahara, dari mana ia menjalani hukum pembuangannya.

Pada awal surat ini, Nichiren menunjukkan rasa terima kasih yang mendalam atas sumbangan dari Toki Jonin. Beliau kemudian mengatakan kepadanya agar dengan seksama dan teliti melihat ulasan suratnya yang telah dikirimkan kepada Shijo Kingo (Kaimoku-sho; Membuka Mata kepada ajaran Saddharma Pundarika Sutra) sebab Ia menjelaskan tentang ajarannya secara lengkap disana.

Beliau berusaha memberikan bukti bahwa Ia adalah pelaksana dari Saddharma Pundarika Sutra yang sejati, Nichiren Shonin menjawab pertanyaan kenapa Ia tidak mendapatkan perlindungan dari para dewa-dewi. Beliau menuliskan beberapa alasan mengenai hal ini; pertama, para dewa-dewi telah meninggalkan negeri yang kacau ini; kedua, para dewa-dewi tidak mempunyai kekuatan lagi; ketiga, kekuatan para dewa-dewi telah diambil oleh tiga musuh kuat dalam

pikiran dan dikendalikan oleh mereka, sehingga dewa-dewi seperti Raja Surga Brahma dan Indra pun tidak dapat berbuat apa-apa. Terakhir, Beliau menyatakan tujuan dari hidupNya adalah sebagai pelaksana Saddharma Pundarika Sutra sampai hidupnya berakhir.

Isi Gosho

Saya telah menerima sumbangan sejumlah uang dari kamu sebagaimana yang disebutkan dalam surat kamu. Saya tidak tahu bagaimana menyatakan rasa terima kasih kepada kamu.

Saya sedikit menulis tentang ajaran Buddha dan telah memberikannya kepada utusan dari Tuan Shijo Kingo baru-baru ini. Harap membacanya dengan seksama. Setelah mempelajari begitu banyak sutra Buddha, saya tidak mempunyai keraguan sedikitpun bahwa saya, Nichiren, adalah seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Bagaimanapun, dapat dilihat terdapat tiga alasan kenapa saya tidak mendapatkan dukungan dari langit. Pertama, para dewa-dewi telah meninggalkan negara yang kacau ini sebab negara ini dipenuhi oleh orang-orang yang tidak mempunyai kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra. Kedua, sebagai seorang dewa-dewi tidak pernah lagi mendengarkan suara dari Saddharma Pundarika Sutra untuk waktu yang begitu lama, sehingga kekuatan

mereka telah berkurang. Ketiga, kekuatan dari para dewa-dewi telah diambil oleh pikiran tiga jenis musuh kuat dari Saddharma Pundarika Sutra dan dikendalikan oleh mereka, jadi dewa seperti Raja Surga Brahma dan Indra tidak dapat berbuat banyak. Nanti, Saya akan menulis lebih terperinci satu persatu dari alasan tersebut dan sutra-sutra yang mendukung tentang hal ini.

Mengenai kehidupan saya, saya tidak akan menyerah. Tidak masalah penganiayaan seperti apa yang menimpa diriku, saya tidak akan pernah berubah pikiran, saya tidak akan mempunyai dendam apapun juga. Banyak orang jahat seperti “teman baik”. Mengunakan jalan yang lunak atau agresif untuk menyebarluaskan ajaran Buddha tergantung pada situasi dan waktu. Ini adalah ajaran Buddha, bukanlah pikiran saya sendiri. Saya akan melihat kamu di Tanah Suci Grhdrakuta.

Hormat saya,

Nichiren (tanda tangan) Hari kesepuluh bulan keempat

Catatan: saya tidak meragukan bahwa saya berada diujung kematian. Saya harap kamu juga tidak akan sedih, jika saya harus dipenggal, (menyumbangkan dan menyucikan diri saya sendiri kepada Saddharma Pundarika Sutra). Ini bagaikan sebuah racun yang kuat dirampok oleh seorang penjahat dan sebagai pertukaran dengan barang berharga.

(4)

Pertanyaan :

Apakah di Nichiren Shu terdapat doa seperti a bracha di Judaism atau blessing di agama Kristen sebelum makan ?

Jawaban:

Ya, secara nyata kami melakukan itu. Kami percaya bahwa sebagai seorang Buddhis sangat penting dapat menghargai siapa pun dan apa pun disekeliling kita, kami melakukan doa tersebut dengan

YM.Bhiksu Shoryo Tarabini

(Kepala Kuil Nichiren Buddhist London,

47 Wentworth Avenue West Finchley -London, Inggris. Tel. 020 8349 1433)

GASSHO [ ANJALI ]

Oleh: YM.Bhiksu. R.Matsuda, (Kuil San Jose Myokakuji Betsuin)

sunguh hati sebelum kami makan . Kami menyebut doa tersebut Jikiho atau secara sederhana digambarkan sebagai kita meletakkan kedua tangan dalam sikap Gassho ( Anjali; kedua tangan ditelungkupkan di dada ) dan menyebut Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo” sebanyak tiga kali dan menyebut Itadakimasu sebelum makan. Itadakimasu dalam bahasa Jepang berarti “kami menerima.” Daripada kita berkata “hargai ! “ atau “nikmati makanan mu”, kami lebih suka menunjukkan rasa penghargaan

kami pada makanan dengan menerima dan menyebut Odaimoku. Setelah semua itu, kita harus berterima kasih pada makanan yang mana telah memberikan nutrisi (vitamin) dan menopang hidup kita dimana kita dapat menjadi lebih menikmati hidup. Setelah selesai makan, kami meletakkan tangan kami bersama (Gassho) dan sekali lagi mengucapkan doa dan menyebut

Odaimoku sebanyak tiga kali, dan

berkata Gochiso-sama deshita (terima kasih pada makanan kami).

DOA SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN

adalah gassho, suatu ungkapan dari rasa hormat yang terdalam, dimana salam ini berasal dari India dan masih berlaku sampai sekarang. Orang In-dia pada masa lalu percaya bahwa tangan kanan mewakili kemurnian / kesucian dan tangan kiri mewakili kekotoran. Ketika kedua telapak tangan disatukan secara bersama-sama, kamu akan menemukan bahwa sifat alami manusia itu adalah suatu kombinasi kemurnian dan kekotoran. Ketika kita melakukan pemujaan kepada buddha dengan sikap gassho, diri kita yang tidak murni dan tidak sempurna akan bersatu dengan Buddha yang sempurna dan murni.Di dalam Nichiren Buddhism, dalam Saddharma Pundarika Sutra terdapat pengulangan kata gassho itu sebanyak 57 kali. Disini kita dapat melihat betapa pentingnya sikap gassho itu.

Seorang Buddhis ketika menyambut orang lain dengan melakukan gassho. Ini berarti bahwa kamu memberikan rasa hormat yang

mendalam kepada orang lain karena dalam dirinya terdapat Jiwa Buddha yang sejati.

Bagaimana cara melakukan gassho:

1.Membersihkan semua pikiran tentang diri sendiri kecuali bahwa Buddha didepanmu.

2.Buatlah bahu kamu sesantai mungkin untuk menghilangkan semua ketegangan.

3.Katupkan kedua teelapak bersama-sama dengan ujung jari masing-masing saling menyentuh.

4.Ujung jari berada dibawah kerongkongan.

5.Ujung jari menunjuk arah 45 derajat dari badan dan pergelangan tangan menyentuh atau dekat dengan dada. 6.Siku dalam posisi santai. Tekanan tangan harus lembut dan ringan seperti terdapat sebuah telur disana tanpa memecahkannya.

Ketika kamu telah melakukan ungkapan gassho ini dengan sempurna, kamu telah bersatu secara sempurna dengan Sang Buddha !

Gassho adalah sebuah bentuk ungkapan yang paling utama di dalam pelaksanaan seorang buddhis. Ketika kamu bertemu seorang teman di dunia barat, kamu berjabatan tangan untuk menunjukkan ketulusan atau menghormatinya. Di Asia sikap ini

(5)

Upacara O’Eshiki Hoyo adalah sebuah upacara keagamaan yang sangat penting bagi umat Nichiren Shu. O’Eshiki Hoyo adalah untuk memperingati hari meninggalnya Nichiren Shonin pada tanggal 13 Oktober 1282 dalam usia 60 tahun. Perjuangan beliau yang luar biasa untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra, sudah selayaknya kita hormati dan kita hargai dengan sepenuh hati dengan berusaha sebaik mungkin menjadi seorang murid yang sejati. Hari ini, tanggal 13 Oktober 2004, Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia melaksanakan Upacara O’Eshiki Hoyo di Kuil Myoho San Renge Ji, Sunter – Jakarta Utara. Pelaksanaan upacara ini adalah untuk kedua kalinya setelah berdirinya Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia pada 28 April 2003.

Acara kali ini dimulai dengan uraian cerita mengenai detik-detik meninggalnya Nichiren Shonin yang diambil dari Buku “Nichiren Shonin di Pertapaan Gunung Minobu,” karangan YM.Bhiksu Nichiyu Iwama. Cerita dan narasi ini dibawakan oleh Sdr.Sidin Ekaputra.

UPACARA O’ESHIKI HOYO

13 Oktober 2004 di Kuil Myoho

San Renge Ji, Sunter – Jakarta,

Indonesia.

Setelah itu Upacara O’Eshiki Hoyo pun dimulai pada pukul 19:30 dan dipimpin oleh Sdr.Sidin Ekaputra. Upacara ini diikuti oleh lebih dari 20 orang anggota Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia. Pembacaan sutra yang dimulai dengan Bab.2, Bab.16 dan Bab.21 Saddharma Pundarika Sutra dilakukan dengan penuh hikmat, yang dilanjutkan dengan O’daimoku. Selama O’daimoku berlangsung, satu persatu anggota melaksanakan persembahan bunga dan dupa (shoko). Sebagai wujud dari penghargaan kita kepada guru kita , Nichiren Shonin maka kita mempersembahkan buah-buahan, bunga, lilin, tea, makanan dan membaca sutra. Ini adalah sebuah kesempatan bagi kita untuk mengenang welas asih dari Nichiren Shonin sebagai guru kita dan pemimpin dari umat manusia masa akhir dharma. Ini juga adalah saat yang tepat untuk menghargai, dan m e l a k s a n a k a n ajaran dari Beliau

mengenai Saddharma Pundarika Sutra.

Setelah upacara selesai dilaksanakan, maka dilaksanakan sebuah upacara khusus berupa sebuah renungan untuk mengenang semua jasa-jasa dan welas asih dari Nichiren Shonin. Setiap anggota dibekali dengan sebuah lilin kecil dan suasana yang tenang diciptakan untuk merenungkan dalam hati masing-masing segala perjuangan, welas asih, dan pelaksanaan dari Nichiren Shonin yang luar biasa. Selama perenungan berlangsung, Sdr.Sidin Ekaputra membacakan kata-kata renungan berupa sajak, kata-kata motivasi sebagai bahan perenungan. Acara ini berlangsung kurang lebih setengah jam.

Pada upacara kali ini juga dilengkapi dengan persembahan bunga-bunga sakura hasil karya dari sdri.Eravin. Bunga-bunga sakura kecil ini dibuat sebagai bahan persembahan bagi semua anggota, yang mana setiap anggota memberikan sumbangan bagi setiap bunga tersebut. Sekian.

Upacara O’Eshiki Hoyo

(6)

PERINGATAN 90 TAHUN

Nichiren Shu Betsuin,

Los Angeles - USA

Nichiren Shu Betsuin, Los Angeles - Amerika Serikat melaksanakan peringatan ulang tahun ke-90 dengan melaksanakan berbagai kegiatan di bulan Agustus. Dimulai dengan upacara khusus pada tanggal 22 Agustus, yang dibuat untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa para Bhiksu, anggota dan para pendukung lainnya selama 90 tahun ini. Upacara ini dipimpin oleh YM.Bhiksu Shokai Kanai dan dibantu oleh YM.Bhiksu Shoryo Tarabini (Kepala Bhiksu Kuil Nichiren Buddhist London, Inggris).

Sebuah pejamuan khusus diadakan di Quiet Canyon pada sore hari tanggal 28 Agustus untuk merayakan ulang tahun ke-90. 150 orang dari Jepang, Kanada, Negara

Bagian lainnya dan California ikut hadir dalam acara i n i . S e l a m a acara ini berlangsung, t e r d a p a t sepuluh tamu k e h o r m a t a n seperti; Koichi Tom dan “The Toyo Nerio C h a r i t a b l e Remainder, yang mendukung dibangunnya bangunan Nerio; Keluarga Lily Endo untuk pengertian dan dukungannya selama lebih dari empat generasi; M r . K i k u o Nishihara yang telah ikut b e r p a r t i s i p a s i selama bertahun-tahun; Ketua dan Bendahara Kuil; M r s . Ts u n e k o Yamada dan M r s . T a n e k o Honda yang juga merayakan ulang tahun ke-90 dan atas dukungan

mereka selama ini; Mr.John Villalobos, yang telah membuatkan website untuk kuil ini dan buku sembahyang dan buku lainnya dalam bahasa Inggris dan Jepang; Mrs.Hina Ciesla dan Mrs.Edna Kawata yang turut mendukung kuil ini dan menjadi Ketua dan Bendahara dari Kelompok Wanita selama beberapa tahun; Mrs.Seiko Horiuchi atas kerja kerasnya sebagai Ketua Nichiren Bud-dhist Fujinkai; Mr.Don Gillow

Kuil Nichiren Buddhist, Los Angeles - Amerika Serikat

untuk dedikasinya sebagai Ketua Kuil Nichiren Buddhist.

Pada hari minggu, 29 Agustus, sebuah upacara khusus untuk perayaan Peringatan Ulang Tahun ke-90 Kuil ini dimulai pada jam 11:00 pagi dan dipimpin oleh Kepala Bhiksu YM.Tansei Iwama, Kepala Administrasi Nichiren Shu, YM.Bhiksu Nisshu Hayami, YM. Bhiksu Kenjo Igarashi dan YM.Bhiksu Ryusho Matsuda.

YM.Bhiksu Shokai Kanai menetap di Kuil ini pada tahun 1994 dan Beliau menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra dan ajaran Nichiren Shonin dalam bahasa Inggris dan Jepang selama lebih dari

40 tahun. Beliau juga menerbitkan Buletin “Lotus” dan penyebaran melalui media Internet.

Perayaan ini juga dimeriahkan oleh Grup Wasan dari beberapa anggota kuil ini. Grup ini dapat terbentuk sejak tiga tahun lalu Mrs.Seiko Horiuchi dan Mrs.Kumiko Kanai pergi ke Jepang untuk belajar Wasan. Mereka menemui Guru Wasan, YM.Bhiksu Tabata.

Perayaan kali ini juga dibantu oleh YM.Bhiksu Shoryo Tarabini. Ia juga membantu menerjemahkan ceramah dari YM.Tansei Iwama. Setelah ini Ia akan berkunjung kerumah orang tuanya, di Utara California dan kembali ke London- Inggris. Sekian.

Para Umat Nichiren Buddhist, Los Angeles

(7)

SEPUTAR O’ESHIKI 13

OKTOBER 2004, Ikegami

-Jepang

Catatan: Nichiren Shonin meninggal dunia di Kediaman Tuan Ikegami Munenaka, dimana sekarang berdiri Kuil Daibo Hongyo-Ji, Ikegami, To-kyo, pada tanggal 13 Oktober (kalender bulan; pertengahan bulan nopember dengan konversi tanggalan matahari), 1282 pada usis 60 tahun. kami, para pengikut Nichiren Shonin menyelenggarakan upacara untuk mengenang hari itu, yang dikenal sebagai O’Eshiki, pada tanggal 13 Oktober, dimulai dengan berbagai fes-tival beberapa hari sebelumnya, seperti perayaan 10.000 lentera “Mando”. Berikut ini cerita yang ditulis oleh YM.Bhiksu Gyokai Sekido dan YM.Bhiksu.Hoyu Maruyama.

Berbunganya Pohon Sakura O’Eshiki

Tanpa diduga-duga pohon sakura yang terdapat di taman dari kediaman Ikegami Muneka berbunga, mengiringi Nichiren Shonin pada saat akhir hidupNya. Bunga Sakura berbunga bagaikan memberikan persembahan kepada Nichiren ketika meninggal sama seperti yang

Pohon Sakura, di Halaman Kuil Hongyo-Ji, Ikegami Yang selalu berbunga ketika O’Eshiki

dilakukan oleh para muridnya. Bahkan hingga saat sekarang, Bunga Sakura di Kuil Hongyo-ji, Ikegami, Tokyo berbunga pada musim gugur. Upacara Peringatan Untuk Nichiren dikenal dengan “O’Eshiki, yang dilaksanakan oleh seluruh kuil Buddhist Nichiren diseluruh Jepang dari bulan

Oktober sampai Nopember. Setelah Bunga Sakura yang berbunga ketika Nichiren Shonin meninggal, sekarang telah menjadi hiasan di ruang utama di kuil seluruh Jepang.

Ceramah Terakhir

N i c h i r e n memberikan sebuah ceramah tentang “Rissho Ankoku-Ron” sebelum Ia meninggal dunia. Tiang tempat Ia bersandar untuk memberikan ceramah, sampai saat ini dijaga dengan baik di Kuil Hongyo-Ji. Rissho Ankoku-Ron sendiri telah disalin oleh Nichiren Shonin berkali-kali.

Dan seperti kita ketahui bahwa Ia memberikan ceramah tentang ini berkali-kali kepada para murid dan pengikutnya. “Ichidai goji keizu” adalah sebuah urutan tahap kehidupan dari ajaran Sang Buddha dibuat oleh Nichiren. Ia mengunakan ini chart ini untuk ceramahnya. Beberapa Chart yang dibuat oleh Nichiren masih ada sampai saat ini.

Rupang Nichiren (Upacara Peringatan 7 Tahun)

Sebuah rupang Nichiren telah dibuat untuk peringatan 7 tahun meninggalnya Nichiren atas saran dari dua murid utama (Nichiji dan Nichijo) dan para penganut. Ini adalah

rupang kayu yang terdapat di Kuil Ikegami Hommonji. Sebuah kotak tembaga berisi abu Nichiren dimasukkan dalam rupang tersebut berdasarkan penyelidikan yang dilakukan pada tahun 1925. Ini memberikan kepada kita informasi kapan rupang ini dibuat dan siapa yang melaksanakan proyek ini. Rupang ini mempunyai sebuah hossu (sebuah tongkat rambut para bhiksu) dimana dikatakan bahwa itu dibuat dari rambuh Ibu dari Nichiren ditangan kanan rupang dan satu roll sutra di tangan kiri. Rupang ini telah dilindungi dan menjadi aset pemerintah. Sekian.

Tiang kayu tempat Nichiren bersandar ketika memberikan ceramah sebelum meninggal di Kuil Hongyo-Ji, Ikegami - Tokyo

(8)

Catatan Penulis: Cerita ini akan dibuat dalam berberapa kali pemuatan (Bersambung), sumber bahan dari berbagai buku, dan artikel.

Masa Pendidikan

Nichiren dilahirkan di Kominato, sebuah desa nelayan di propinsi Awa (Chiba-ken), pada tanggal 16 Februari, 1222. Beliau diberi nama Zennichiro oleh orangtuaNya. Ayah dari Nichiren adalah salah seorang pegawai rendah dari penguasa daerah setempat dimana desa Kominato berada. Penguasa daerah ini adalah seorang wanita bangsawan, dengan siapa keluarga Nichiren mempunyai hubungan yang baik. Toki Tsunenobu (1216-1299), seorang samurai di propinsi Shimousa (Chiba-Ken) juga

Riwayat Hidup Nichiren Shonin

Oleh: Sidin Ekaputra,SE

mempunyai hubungan dengan Keluarga Nichiren. Di tahun 1233, wanita bangsawan tersebut mengirim Zennichimaro ke Kiyosumidera (Seichôji), sebuah kuil aliran Tendai, sebagai pelayan dari pendeta kepala Dôzen. Pada waktu itu kuil ini merupakan pusat pendidikan yg terbesar di daerah itu. Di tahun 1237 Zennichimaro naik tingkat menjadi pendeta Buddhis pemula dibawah Dôzen. Beliau diberi nama pendeta Buddhis, Renchô.

Renchô menyadari bahwa perpustakaan kuil itu terlalu kecil untuk memuaskan keinginan belajarNya. Di tahun 1241 beliau pergi ke kota Kamakura dan belajar di perpustakaan kuil Hachimangûji. Waktu itu kota Kamakura adalah pusat pemerintahan resmi Jepang, yang dikepalai oleh Hôjô Yasutoki, yang nama jabatannya adalah Shikken atau Wali. Tugas dari Shikken ini adalah untuk bekerja dibawah Shôgun Fujiwara-no-Yoritsune, yang waktu itu masih berumur sangat muda dan hanyalah penguasa boneka semata. Pemerintahan Kamakura pertama didirikan oleh Minamoto-no-Yoritomo di tahun 1192. Minamoto-no-Yoritomo adalah samurai pertama yg menjadi Shôgun dalam sejarah Jepang. Dia sengaja mendirikan pemerintahan samurai (militer) diluar Kyoto, dimana Keluarga Kekaisaran dan

bangsawan2 lainnya memonopoli pemerintahan Jepang selama 4 abad sebelumnya. Namun tanah2 yg ditempati oleh Keluarga Kekaisaran dan bangsawan2 lainnya, tanah kuil2 dan kuil masih dikuasai oleh Keluarga Kerajaan. Setelah Shôgun Minamoto yang terakhir, Sanetomo, terbunuh pada tahun 1219, Keluarga Kekaisaran mencoba untuk menggulingkan pemerintahan Kamakura yg dipimpin oleh Hôjô Yoshitoki, yang telah melayani Shôgun Sanetomo sebagai Wali. Walaupun dia mengalahkan pasukan kekaisaran pada tahun 1221, Hôjô Yoshitoki menyadari bahwa pasukan samurai pemerintahan Shogun yg dipimpinnya terlalu lemah untuk menguasai seluruh Jepang. Hôjô Yoshitoki menjadikan seorang anak keluarga bangsawan dari Kyoto sebagai Shôgun, dan memanipulasi kekuasaan dibawahnya sebagai Shikken (Wali).

Kuil Hachimangûji adalah nama Buddhis dari Kuil Shinto Hachimangû. Jaman itu, Hachimangû Kuil Shinto dihiasi seluruhnya dengan peralatan dan perabotan Buddhist. Kuil Hachimangûji mempunyai hubungan/afiliasi dengan Kuil Onjôji di propinsi Omi (Shiga-ken). Sebaliknya, Kuil Onjôji, juga berkiblat pada Kuil Enryakuji di Hieizan (Gunung Hiei) di propinsi yg sama, tapi Kuil Onjôji mendeklarasikan idependensi dari Enryakuji pada tahun 993, dan mengganti nama menjadi Kuil Pusat Tendai Shû Jimon Ha.

Di tahun 1241 Renchô pergi ke Kuil Enryakuji untuk melanjutkan pendidikannya. Kuil Enryakuji adalah kuil pusat sekte Tendai di Jepang.

(9)

Sekte Tendai didirikan oleh Tendai Daishi (538-597) di China dan kemudian disebarkan di Jepang oleh Saichô (Dengyô Daishi, 767-822). Sekte ini juga dikenal sebagai Hokke Shû atau sekte Hokke (Saddharma Pundarika Sutra) karena Saddharma Pundarika Sutra adalah Sutra dasar dari sekte ini. Semenjak penyebaran Buddhisme, Saddharma Pundarika Sutra adalah salah satu Sutra paling popular di Jepang. Shôtoku Taishi (Pangeran Mahkota Shôtoku 574-622) telah menulis catatan komentar atas sutra ini. Kaisar Shômu (701-756) mendirikan kuil untuk Bhikku dan kuil untuk Bhikkuni disetiap propinsi, dan memerintahkan para Bhikku untuk mengucapkan Konkômyôkyô, dan para Bhikkuni diperintahkan untuk menyebutkan Hokekyô. Isi dari Konkômyôkyô sangatlah mirip dengan Hokekyô. Saddharma Pundarika Sutra adalah sutra yang paling sering dibaca dan dibabarkan dalam Masa Heian. Pembabaran mengenai delapan roll dari Saddharma Pundarika Sutra juga cukup sering dilaksanakan di Istana Kekaisaran. Apa yang secara popu-lar disebut sbg shakyô atau penyalinan sutra hampir bisa diartikan sebagai penyalinan Saddharma Pundarika Sutra dan bukan sutra2 lainnya.

Namun, tidak lama setelah sepeninggalan Saichô, Sekte Tendai di Jepang mulai memperkenalkan unsur2 Buddhism lainnya. Ennin (Jikaku Daishi, 794-864) memperkenalkan Esoteric Buddhism dan Buddhism Tanah Suci dari China dan mendirikan Taimitsu atau Sekolah Tendai Esoteric dan Tendai Jôdo Kyô atau Sekolah Tendai Tanah Suci di Hieizan. Buddha Sâkyamuni di Saddharma Pundarika Sutra diidentifikasikan dengan Buddha Amitâbha, dan pembacaan Nembutsu juga didorong untuk dibacakan bersama Saddharma Pundarika Sutra.

Selain kecendrungan singkretisme dari Sekte Tendai ini, gunung suci Hieizan juga mengalami gejala sekularisme. Dari awal abad kesepuluh, pengorganisasian bhikku2 kedalam sebuah pasukan mulai dilakukan dengan tujuan untuk memerangi pasukan bhikku lainnya untuk tujuan2 politik. Peperangan antara pasukan bhikku semakin meningkat setelah Kuil Onjôji memisahkan diri dari Kuil Enryakuji. Di tahun 1081, pasukan bhikku dari Hieizan membakar Kuil Onjôji. Kuil ini sempat dibangun kembali namun pada tahun 1121 dibakar kembali oleh pasukan yang sama.

Sebaliknya, Kuil Enryakuji juga dibakar oleh pasukan dari Kuil Onjôji pada tahun yg sama. Pada tahun2 1140, 1163 dan 1214 Kuil Onjôji kembali dibakar terus menerus. Semua pendiri banyak sekte2 baru di Masa Kamakura pernah belajar di Kuil Hieizan, tapi mereka meninggalkan kuil tsb setelah kecewa dengan situasi disana. Eisai pergi meninggalkan Hieizan di tahun 1160; Hônen di tahun 1175, Shinran di tahun 1201, dan Dôgen di tahun 1213.

Renchô tetap tinggal di Hieizan selama sebelas tahun hingga tahun 1253. Apa yg dia temukan disana yg menjadi penyesalannya yg paling dalam adalah penolakan Sekte Tanah Suci yg dipimpin oleh Hônen untuk mempercayai Saddharma Pundarika Sutra. Menurut mereka Saddharma Pundarika Sutra terlampau sulit untuk dipelajari bagi manusia di Masa Akhir Dharma; dan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan mereka adalah dengan menyebutkan mantera Nembutsu. Renchô berkeinginan untuk menggantikan penyebutan Nembutsu dengan Daimoku untuk mengembalikan kejayaan dari Saddharma Pundarika Sutra dan Sâkyamuni Buddha.

Daimoku

Renchô pergi meninggalkan Gunung Hiei (Hieizan) diawal tahun 1252 dan kembali ke Kiyosumi-dera, ke kuil pertama beliau. Pada pagi hari tanggal 28 April beliau berdiri diatas bukit Senkôzan yg terletak didalam tanah Kuil Kiyosumi-dera Temple, dan untuk pertama kalinya menyebutkan Daimoku dihadapan matahari yang sedang terbit. Disana dia memproklamasikan hati kepercayaannya yang baru, dan beliau kemudian merubah namanya menjadi Nichiren. Dalam ceramahnya yg pertama, yang disampaikan di kuil pada hari yg sama, Nichiren mengkritik praktek2 dari sekte Nembutsu. Gubernur Tôjô Kagenobu, salah satu pendukung kuat sekte Nembuts, berada diantara yg hadir dalam ceramah tsb dan menjadi marah ketika mendengar kritikan Nichiren atas sekte Nembutsu.

Nichiren kemudian pergi ke Kamakura dan tinggal di Matsubagayatsu, di distrik pusat kota tsb. Selama kepergiannya dari Kamakura untuk sebelas tahun telah terjadi tiga peristiwa penting di kota itu. Yang pertama, pembangunan patung Buddha Agung selesai pada tahun 1252. Ide untuk pembangunan patung Buddha Agung ini pertamakali mulai dicetuskan oleh Minamoto-no-Yoritomo, yang berniat untuk menghias ibukota Jepang yang baru dengan patung Buddha agung yg sama dengan yg dapat ditemukan di Nara, ibukota Jepang yg tertua. Dapat disebutkan disini bahwa patung Buddha Agung di Kamakura adalah patung Amitâbha Buddha sedangkan patung yg terdapat di Nara adalah patung Buddha Vairocana.

Peristiwa penting kedua adalah kunjungan dari bhikku Dôryû ke Kamakura di tahun 1246. Dôryû (Tao-lung, 1213-1278) adalah bhikku sekte Rinzai Zen, yang datang dari

(10)

China bagian tengah. Pada waktu itu, China bagian utara dikuasai oleh kerajaan Monggol. Dan pemerintahan Dinasti Sung, yg pernah menguasai seluruh China dari ibukota Pien di China utara, terusir ke China bagian tengah pada tahun 1127. Dôryû disambut hangat oleh Hôjô Tokiyori. Pada tahun 1200 Eisai sudah mulai menyebarkan Sekte Zen Rinzai di Kamakura. Pada saat yg bersamaan, pemerintahan Kamakura mengalami kekosongan tampuk kepemimpinan, dan kekuasaan pemerintahan dikendalikan oleh Masako, janda dari Minamoto-no-Yoritomo. Dia membangun Kuil Jufukuji Temple untuk Eisai, tapi dia juga tidak menijinkan Eisai untuk menggunakan kuil tsb khusus untuk pembabaran ajaran Zen. Masako minta agar Eisai juga membabarkan ajaran2 sekte2 Tendai dan Shingon bersama dengan ajaran2 Zen. Kuil Jôrakuji, kuil Zen lainnya, yg dibangun oleh Gyôyû dibawah lindungan Shikken Hôjô Yasutoki pada tahun 1237, juga merupakan sebuah kuil dimana ajaran2 Zen, Tendai dan Shingon dipelajari.

Namun, praktek peng-gabungan ini terhenti sejak Kuil Kenchôji selesai dibangun untuk Darya di tahun 1253. Alasan yang paling mungkin untuk penghilangan ini adalah rasa hormat dari rakyat Jepang untuk bhikku-bhikku dari China. Ketika Dôryû datang ke Kamakura, Shikken Hôjô Tokiyori menawarkan Jôrakuji sebagai tempat tinggalnya untuk sementara, dan mulai membangun kuil baru untuk dia. Pembangunan kuil ini selesai di tahun 1253, dan kuil ini diberi nama Kenchôji, sama dengan nama tahun tsb.

Peristiwa penting ketiga adalah pendirian pemerintahan Kekaisaran Shogun yang telah lama diidamkan oleh pemerintah Kamukara dgn tujuan untuk

menguasai Jepang secara lebih leluasa. Pada tanggal 19 Maret, 1252, Pangeran Munetaka, putra pertama Kaisar Gosaga, mulai menempati istana Omiya di Kamakura, dengan diiringi arak-arakan yg meriah.

Nichiren mendorong setiap orang yg ditemui untuk mulai menyebut Daimoku dan beliau juga terus mengkritik sekte Nembutsu, yang mana menyebabkan tekanan terhadap beliau. Namun, dalam perjalanan waktu, jumlah pengikut beliau semakin meningkat. Kebanyakan dari pengikut beliau adalah orang-orang kota. Para samu-rai yg juga jadi pengikut beliau bukanlah pegawai pemerintahan tingkat tinggi, tapi pejabat-pejabat lokal berbagai propinsi yg datang ke ibukota dalam rangka tugas.

Tidak lama setelah Nichiren datang ke Kamakura, seorang bhikku dari sekte Tendai datang berkunjung dan menjadi murid beliau. Namanya dari bhikku ini adalah Jôben, seorang teman kelas dari Nichiren di Hieizan. Nichiren menamakan dia Nisshô (1221-1323). berusia satu tahun lebih tua dari Nichiren. Dilahirkan dari keluarga samurai di propinsi Shimousa (Chiba-ken), sewaktu Nisshô berada di Hieizan dia diadopsi sebagai yûshi (putra angkat tanpa hak waris) oleh Konoye Kanetsune, kepala keluarga Konoye ketiga dari kalangan bangsawan Kyoto. Pada tahun 1254, Kichijômaro, keponakan dari Nisshô juga ikut menjadi murid dari Nichiren. Dia diberi nama Nichirô (1245-1320).

>> BERSAMBUNG >>

Live Now

Roda kehidupan tidak

pernah berhenti... Berputar

dan berputar...

Sekarang adalah Masa

Depan, Masa Depan

adalah Sekarang

Masa Lalu adalah

Kenangan. Kenangan, ada

untuk mereka yang mati..

Kenangan, ada untuk

mereka yang menyerah.

Hidup dalam kenangan

seperti sebuah benda yang

tidak digunakan. Mati, diam

dan tidak bergerak. Mereka

yang tidak bersemangat,

tinggal diam dalam

kenangan. Sedih, gembira,

suka, duka, pahit dan manis

semua hanya kenangan

Tinggalkan semua

kenangan, dan masa lalu.

Pikirkan masa sekarang, dan

masa mendatang. Hidup

adalah untuk masa depan.

(11)

Bimbingan Oleh:

YM.Bhiksuni Myosho Obata

(Bhiksu Pembimbing Indonesia)

Pada suatu masa di India terdapat seorang ibu dan putrinya. Sang putri itu akan melaksanakan pernikahan beberapa hari mendatang. Sang ibu mengajarkan kepada sang putri apa saja yang harus ia lakukan dalam kehidupan rumah tangganya. Sang Ibu berkata tentang tiga hal penting.

Pertama, Memakai baju yang indah setiap hari; Kedua, Memakan makan yang enak setiap hari; Ketiga, Selalu melihat cermin setiap waktu.

Terdapat seorang lelaki yang berdiri didalam ruangan dimana sang ibu sedang memberitahukan ketiga hal itu kepada anak perempuannya. Lelaki itu adalah Ayah dari mempelai pria, dan ia mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibu itu kepada anaknya. Ayah dari mempelai pria adalah seorang menteri dalam kabinet pemerintah. Beliau menjadi khuatir terhadap apa yang didengarnya dari pembicaraaan antara menantu perempuannya dengan ibunya. Setiap orang pasti akan khuatir dan cemas jika istri anaknya ingin memakain baju baru dan indah setiap hari, makan makanan yang enak setiap hari dan selalu bercermin setiap waktu. Jika aku menikah dengan seorang perempuan seperti itu, pada akhirnya aku akan mengalami kewalahan melayaninya. Meskipun Ayah dari mempelai pria adalah seorang menteri kabinet dan seorang yang kaya,

PAKAIAN, MAKANAN, DAN CERMIN

Beliau sungguh cemas mengenai hal ini.

Bagaimanapun, beberapa hari lagi akan berlangsung Acara Pernikahan, dan sudah terlambat untuk dibatalkan. Acara pernikahan berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Kemudian, setelah acara pernikahan selesai, mertua lelaki itu terus memasang mata secara hati-hati mengamati menantu perempuannya. Namun, sekalipun menantu perempuannya tidak mengunakan baju yang indah dan tidak boros dalam makanan. Dia juga tidak terlihat berada didepan cermin setiap waktu. Sang mertua bingung terhadap apa yang sedang terjadi.

Kemudian, Beliau berkata kepada sang menantu tentang apa yang ia dengar dari pembicaraan antara sang menantu dan ibunya ketika malam sebelum acara pernikahan. Ia bertanya, “mengapa dia tidak menuruti apa yang ibunya katakan. Sang menantu menjawab…Saya telah melakukan sebuah hal yang ibu saya katakan kepada saya.”

Selanjutnya, Sang mertua bertanya kembali, “ Ibu kamu mengajarkanmu untuk mengunakan baju yang indah setiap hari, tetapi kamu tidak melakukannya ?” Sang menantu menjawab, “Ayah, baju indah yang ibu saya katakan tidak hanya semata-mata tentang sebuah

baju yang indah dan mahal tetapi selalu mencuci dan menjaga baju dengan baik. Jadi, saya selalu menjaga dan memelihara baju saya dengan rapi dan baik.” Sang mertua bertanya lagi, “Bagaimana tentang memakan makanan yang lezat setiap hari?”. Sang menantu menjawab, “Makanan enak yang ibu saya katakan itu adalah bukan tentang makanan yang mewah. Yang dimaksudkan adalah makanan setelah bekerja keras. Setelah aku bekerja keras, maka harus menikmati makanan itu dengan baik. Memakan makanan yang lezat setiap hari berarti bekerja keras setiap hari.” Sang mertua bertanya, “Bagaimana dengan melihat ke dalam cermin setiap hari?” Sang menantu menjawab, “ Cermin yang dimaksud bukanlah cermin yang sesungguhnya. Ini adalah yang terdapat dalam pikiran saya. Maksud ibu saya adalah saya harus selalu bercermin pada cermin yang ada dalam pikiran sendiri.”

Sang mertua sangat gembira mendengar hal ini dan mencintai menantunya lebih dari lainnya dan selalu menceritakan kepada setiap orang bahwa menantunya adalah yang terbaik. Tiga hal penting ini tidak hanya untuk pasangan pengantin tetapi juga untuk semua orang.

“Mengunakan baju yang indah setiap hari berarti selalu menjaga agar diri kita selalu bersih.

(12)

DAFTAR ISI

No.002 / Nopember 2004

Topik Utama:

~Mengapa Nichiren Shonin Memilih Buddha Sakyamuni Sebagai Honzon Yang Paling Agung ? Hal. 01

Writing Of Nichiren Shonin:

~Toki Dono Gohenji, Hal. 03

Serba Serbi:

~Doa Sebelum dan Sesudah Makan, Hal. 04

~Gassho/Anjali, Hal. 04

~Riwayat Hidup Nichiren, Hal.08

Berita-Berita Nichiren Shu:

~O’Eshiki, Indonesia, Hal. 05 ~Peringatan 90 tahun Kuil Nichiren Buddhist Los Angeles, Hal. 06 ~Seputar O’Eshiki, Jepang, Hal.07

Ceramah:

~Pakaian, Makanan dan Cermin, Hal. 10

REDAKSI

Pada penerbitan ke-dua Buletin “Lotus” ini, dilakukan penambahan jumlah halaman menjadi 12 halaman. Mulai edisi ke-dua ini terdapat cerita riwayat hidup Nichiren Shonin yang disajikan secara bersambung. Dan juga terdapat penambahan halaman untuk peristiwa. Sidin Ekaputra, SE

Alamat Redaksi: Apartemen Permata Surya I

Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat

Telp.081311088060 Email: redaksi@nshi.org

Memakan makanan yang lezat setiap hari berarti melakukan segala sesuatu dengan baik setiap hari. Dan melihat ke dalam cermin setiap waktu berarti selalu bercermin pada diri sendiri melalui cermin yang terdapat dalam pikiran kita setiap saat.”

Pendiri kita, Nichiren Daishonin selalu memberitahukan kepada kita tentang sebuah cermin didalam pikiran kita, hal ini terdapat dalam catatan Beliau, Issho Jobutsu Sho,” Ketika kamu membersihkan cermin yang kotor, ia akan menjadi bersinar bagaikan permata. Pikiran yang sesat dan kekanak-kanakan adalah seperti cermin yang kotor.

Ketika kamu membersihkan pikiranmu yang kotor, ia akan menjadi sebuah cermin yang memperlihatkan kebenaran sesungguhnya.”

Letakkan hati kepercayaan-mu kepada Sang Triratna (Buddha, Dharma, dan Sangha) dan biarkan pikiranmu bersinar setiap hari. Bagaimana caranya untuk mendapatkan hal itu ? cukup hanya sebut, Namu Myoho Renge Kyo.” Selesai.

MATERI-MATERI YANG TERSEDIA

BUKU – LECTURE:

1. Isu Klaim dari Nichiren Shoshu, Oleh Sidin Ekaputra (6 halaman) 2. Buku Penjelasan Gohonzon Nichiren Shu, Oleh Sidin Ekaputra

(142 halaman)

3. Buku Nichiren Shonin di Pertapaan Gunung Minobu, Oleh YM.Nichiyu Iwama, diterjemahkan Indonesia Oleh Sidin Ekaputra (80 halaman)

4. Tiga Hukum Rahasia Agung, Oleh YM.Shokai Kanai (11 halaman)

5. Apakah Jati Diri Nichiren Shonin Sesungguhnya?, Oleh H.G.Lamount (7 halaman)

6. Perbedaan dan Persamaan Nichiren Shu, Nichiren Shoshu, dan Soka Gakkai, Oleh YM.Shoryo Tarabini (9 halaman)

7. Penjelasan Odaimoku, Oleh YM.Shoryo Tarabini (6 halaman)

CD – VCD:

1. VCD Dokumentasi 750th Anniversary Ceremony (2 disk)

2. VCD Kuil Pusat Nichiren Shu, Minobusan Kuon-Ji (1 disk) 3. VCD Nichiren Art and Belief (1 disk)

4. VCD Kuil-Kuil Nichiren Shu (1 disk)

5. VCD Dokumentasi Peresmian Nichiren Shu Indonesia, (3 disk) 6. VCD The Life Of Nichiren, format animasi (2 disk)

7. CD Data 125 Mandala Gohonzon, format foto-foto (1 disk) 8. CD Gongyo Nichiren Shu (1 disk)

Untuk Pemesanan Dapat Menghubungi Sdr.Sidin Ekaputra, Hp.081311088060, Email: sidin_ekaputra@nshi.org

Gambar

Foto Bersama Para Bhiksu
Foto Keadaan Ketika Nichiren Meninggal

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kenyataan tersebut berarti ibu harus memiliki pengetahuan yang baik dan cukup tentang perkembangan kognitif anak karena ibu dapat berperan di dalamnya,

Pabrik Film juga menyepakati pemahaman bahwa yang menjadi permasalahan utama dari film komunitas merupakan distribusi kepada audiens, sehingga pada awalnya mereka

Kepala badan mempunyai tugas memimpin, mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, ketahanan pangan, keluarga

Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta

Kumpulan ide-ide (pikiran bebas yang hidup pada individu, kelompok dan masyarakat), baik pengetahuan dan pengalaman yang berada di dalam pikiran manusia (proses mental pada

Urutan sintesa protein yang benar adalah ... Di antara proses berikut ini yang bukan melalui mekanisme. meiosis adalah ... pembentukan

Bahwa setelah Pengadu menerima surat Keputusan KPU Kabupaten Kampar Nomor: 60/Kpts/KPU-KPR-004.435228/X/2016 Tentang Penetapan Rekapitulasi Dukungan Perbaikan Bakal

Untuk menghindari kerusakan hutan produksi lebih lanjut, perlu dilakukan upaya pembinaan masyarakat khususnya mencarikan alternatif sumber ekonomi baru sesuai potensi yang