• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk berimajinasi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk berimajinasi dan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kreativitas

Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk berimajinasi dan menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan ide-ide yang sudah ada dengan cara yang belum dipikirkan sebelumnya. Ide-ide kreatif yang kemudian diproses melalui beberapa tahapan sehingga menghasilkan produk atau jasa atau model bisnis disebut inovasi (Zimmerer, 2008 : 57).

Rahasia keberhasilan seorang wirausaha terletak pada kesediaan untuk senantiasa mengetahui kebutuhan orang dengan melakukan pengamatan dan memperhatikan orang dilingkungan tempat ia berada dan berusaha untuk memenuhinya. Dengan terus melakukan kreativitas dan inovasi dapat menjadikan wirausahawan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan menghasilkan produk yang lebih baik lagi. Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2008 : 2)

Menurut West, kreativitas adalah penyatuan pengatahuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide yang baru dan lebih baik. Kreativitas adalah salah satu bagian mendsar dari usaha manusia (Marizar, 2005 : 10).

(2)

Kreativitas adalah inisiatif terhadap suatu produk atau proses yang bermanfaat, benar, tepat, dan bernilai terhadap suatu tugas yang lebih bersifat heuristic yaitu sesuatu yang merupakan pedoman, petunjuk, atau panduan yang tidak lengkap yang akan menuntun kita untuk mengerti, mempelajari, atau menemukan sesuatu yang baru. Atribut orang yang kreatif adalah terbuka terhadap pengalaman, suka memperhatikan melihat sesuatu dengan cara yang tidak biasa, kesungguhan, menerima dan merekonsiliasi sesuatu yang bertentangan, toleransi terhadap sesuatu yang tidak jelas, independen dalam mengambil keputusan, berpikir dan bertindak, memerlukan dan meng-asumsikan otonomi, percaya diri, tidak menjadi subjek dari standar dan kendali kelompok, rela mengambil resiko yang diperhitungkan, gigih, sensitif terhadap permasalahan, lancar-kemampuan untuk men-generik ide-ide yang banyak, fleksibel keaslian, responsif terhadap perasaan, terbuka terhadap feno-mena yang belum jelas, motivasi, bebas dari rasa takut gagal, berpikir dalam imajinasi, selektif (Hadiyati, 2011 : 10).

Menurut Mc. Pherson mendefinisikan kreativias (Hutagalung, 2010:18), yakni :

1. Kreativitas adalah menghubungkan dan merangkai ulang pengetahuan didalam pikiran-pikiran manusia yang membiarkan dirinya untuk berpikir secara lebih bebas dalam membangkitkan hal-hal baru, ataupun menghasilkan gagasan-gagasan yang mengejutkan pihak lain dalam menghasilkan hal bermanfaat.

2. Penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman untuk menghasilkan ide-ide baru dan lebih baik: ketreampilan untuk menentukan

(3)

pertalian baru, melihat dari perspektif baru dan membentuk kombinasi – kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.

3. Kumpulan ide-ide (pikiran bebas yang hidup pada individu, kelompok dan masyarakat), baik pengetahuan dan pengalaman yang berada di dalam pikiran manusia (proses mental pada otak bagian kanan), yang kemudian diramu (ketrampilan) menjadi sesuatu hal kreatif (hal baru atau kejutan) yang berguna bagi diri sendiri, orang lain maupun organisasi pada kondisi yang konsudif.

Dalam bukunya A Whack on the Side od the Head, Roger von Oech mengidentifikasikan 10 “kunci mental” (mental locks) yang membatasi krativitas seseorang (Zimmerer, 2008 : 68) :

1. Mencari jawaban satu jawaban yang “tepat”.

Kebanyakan sistem pendidikan yang mendarah daging adalah asumsi bahwa terdapat satu jawaban yang “tepat” untuk masalah tertentu.

2. Berfokus untuk “berpikir logis”.

Logika adalah bagian yang sangat penting dalam proses kreatif, terutama ketika mengevaluasi ide dan menerapkannya. Akan tetapi, dalam fase imajinatif awal dari proses tersebut, pemikiran logis dapat menghambat kreativitas.

(4)

3. Mengikuti aturan acara membabi buta.

Kadang-kadang krativitas bergantung pada kemampuan kita melanggar aturan yang ada sehingga kita dapat melihat cara-cara baru melakukan sesuatu.

4. Terus-menerus bersifat praktis.

Menyingkirkan kepraktisan selama beberapa waktu dapat membebaskan pikiran untuk mempertimbangkan solusi kreatif yang sebaliknya mungkin tidak akan pernah timbul.

5. Memandang permainan sebagai hal yang tidak berguna.

Wirausahaan dapat mengambil manfaat dari permainan seperti dilakukan oleh anak-anak. Kreativitas membuahkan hasil ketika wirausahawan mengambil apa yang telah mereka pelajari sewaktu bermain, mengevaluasinya, memperkuatnya dengan pengetahuan lain, dan mempraktikkannya.

6. Menjadi terlalu terspesialisasi.

Pemikir kreatif cenderung menjadi “penjelajah,” mencari beberapa ide di luar bidang keahlian mereka.

7. Menghindari ambiguitas.

Ambiguitas (makna ganda) dapat menjadi rangsangan kreatif yang sangat kuat, hal tersebut mendorong kita untuk “berpikir dengan cara berbeda.” Menjadi sangat terperinci dalam situasi imajinatif cenderung melumpuhkan kreativitas.

(5)

8. Takut terlihat tolol.

Pemikiran kreatif bukan tempat untuk konvensionalitas. Ide-ide baru jarang muncul dari lingkungan yang konvensional. Orang cenderung menjadi konvensional karena mereka tidak ingin terlihat bodoh.

9. Takut salah dan gagal.

Orang-orang kreatif menyadari bahwa mencoba sesuatu yang baru sering kali mengarah pada kegagalan; akan tetapi, mereka tidak melihat kegagalan sebagai akhir. Hal itu mencerminkan pengalaman belajar yang mengarah pada kesuksesan.

10. Percaya bahwa “saya tidak kreatif.”

Beberapa orang membatasi dirinya karena merasa yakin bahwa kreativitas hanya dimiliki oleh Einsten, Beethoven, dan da Vinci. Sayangnya, keyakinan ini sering menjadi ramalan untuk menghakimi diri sendiri. Seseorang yang yakin dirinya tidak kreatif akan bertindak seperti itu dan akan mewujudkan keyakinan tersebut.

Ada tujuh prinsip di dalam pola pikir kreatif (The Basics of Creative Thinking) (Hendro, 2011 : 110) yaitu:

1. Posisikan diri anda berlawanan atau berebeda dengan yang lain (opposite atau think differently).

2. The innovation theory: Think differently dari nothing to give a spectacular result.

3. Think more detail: Berpikirlah lebih detail daripada yang lain atau biasanya.

(6)

4. Have a perfect result: Berpikirlah bahwa apa yang ingin andai capai itu sempurna dan tidak mungkin terlampaui oleh yang lain.

5. Berpikirlah: There must be a solution, bahwa apa pun kesulitannya, pasti ada jalan keluarnya.

6. Kesulitan dan inspirasi itu saling melekatkan diri, satu di depan dan yang lain di belakangnya.

7. Knowledge only 1%, imagination 99%: Sebagian besar penemu dunia memiliki pola pikir imajinasi yang kuat.

2.1.1 Ciri-Ciri Kreatif

Ciri – ciri kreatif didasarkan pada pengembangan sejumlah pribadi berulang-ulang secara konsisten (Hutagalung, 2010 : 21), antara lain :

1. Nilai –nilai intelektual dan artistik. Sebagai ilustrasi, kegiatan intelektual seperti membaca buku-buku bermutu dan bernilai astistik.

2. Minat akan kompleksitas. Hal ini ditunjukan dari ketertarikan pada usaha menjelajahi masalah sulit dan rumit untuk mendapatkan solusi dan memahami masalah tersebut.

3. Kepedulian pada pekerjaan dan pencapaian. Hal ini ditunjukkan oleh disiplin diri yang berkaitan dalam pekerjaan, dengan dorongan dan motivasi tinggi, serta peduli terhadap usaha mencapai keunggulan.

4. Ketekunan. Orang yang kreatif biasanya mempunyai tekad keras untuk mencapai tujuan dan mengidentifikasikan, serta memecahkan masalah ditempat kerja, mempunyai keyakinan kuat akan kekuatan-kekuatan dan ketrampilan-ketrampilan yang mendukung tekadnya.

(7)

5. Pemikiran mandiri. Orang-orangyang kreatif dan inovatif menunjukkan kemaandiriannya dalam karakteristik membuat kesimpulan, setiap pada opini dan sikap, meskipun banyak diantaranya cenderung menyesuaikan diri pada pandangan-pandangan yang dinyatakan oleh mayoritas atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.

6. Toleransi terhadap keraguan. Orang-orang yang kreatif merespon secara positif pada situasi meragukan dan berusaha mencernanya sambil menikmati proses. Keraguan adalah situasi dimana seseorang mengalami pengalaman tidak menentu.

7. Otonomi. Orang kreatif cenderung mengandalkan diri sendiri dan kurang bergantung pada orang lain, menikmati dan menuntut kebebasan ditempat kerja, dalam hal ini membutuhkan kebebasan dan pengontrolan yang tidak terlalu ketat.

8. Kepercayaan diri. Salah satu ciri orang kreatif adalah kepercayaan diri yang tinggi dan dipeliharanya citra diri kreatif. Dalam hal ini, orang-orang yang percaya pada kreatifitas dirinya sendiri dan yakin kepada kemampuannya akan lebih besar kemungkinannya untuk berperilaku kreatif.

9. Kesiapan mengambil resiko. Orang kreatif lebih cenderung siap mengambil resiko dengan ide-ide baru, serta mencoba cara-cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal, sekalipun orang-orang disekitarnya tidak mendukung.

(8)

2.1.2 Proses Kreatif

Proses kreatif yang diikuti oleh pikiran kita dalam hal mencari pemecahan masalah tertentu, telah dianalisis oleh banyak ilmuwan, dan mereka berhasil menemukan berbagai macam cara untuk melaksanakannya. Seorang yang bernama Herman von Helmholtz, seorang ahli fisika Jerman menggariskan proses kreatif dalam tiga langkah (Winardi, 2008 : 205) sebagai berikut:

1. Saturasi (saturation)

Saturasi yaitu upaya mengumpulkan fakta, data dan sensasi-sensasi yang kemudian oleh pikiran dijadikan bahan mentah untuk memproduksi ide-ide baru. Proses tersebut dapat berlangsung secara sadar atau dibawah sadar dan secara umum boleh dikatakan bahwa proses yang dikemukakan berlangsung seumur hidup atau sepanjang kehidupan kita.

2. Inkubasi (incubation)

Inkubasi merupakan langkah berikut dalam proses berlangsung, yang dilaksanakan tanpa adanya sesuatu upaya yang dilakukan secara sadar. Menurut teori yang ada, disini pikiran kita dibawah sadar menyeleksi aneka macam potongan informasi, yang kemudian diolah menjadi berbagai macam kombinasi yang tidak terhitung banyaknya, yang sebagian besar ditolak, sebelum mereka muncul pada pikiran sadar kita.

3. Iluminasi (illumination)

Iluminasi berkaitan dengan suatu gejala yang dinyatakan sebagai ”flash of genius” (ilham yang sekonyong-konyong muncul dalam pikiran kita), yang seringkali terlihat setelah periode inkubasi yang berlangsung lama.

(9)

Sekonyong-konyong pemecahan problem muncul dalam benak dan pikiran kita, yang kadang-kadang secara sangat mengherankan berisikan hal-hal rinci secara lengkap.

2.2 Pengertian Inovasi

Inovasi adalah suatu proses untuk mengubah kesempatan menjadi ide yang dapat dipasarkan. Inovasi lebih dari sekedar ide yang baik. Suatu gagasan murni memegang peranan penting, dan pikiran yang kreatif mengembangkannya menjadi gagasan berharga (Machfoedz, 2005 : 8).

Kreativitas inovatif mengakibatkan timbulnya sesuatu hal yang baru: misalnya berupa sebuah ide baru, sebuah teori baru, sebuah hipotesis baru, sebuah gaya penulisan, atau cara melukis sebuah invensi (invention), atau sebuah metode baru untuk memanaje sebuah organisasi (Winardi, 2008 : 234).

2.2.1 Ciri-Ciri Inovasi

Inovator adalah orang yang berani mengotak-atik berbagai kemungkinan baru dan mengubah cara-cara yang sudah biasa dilakukan. Inovator selalu melihat apa yang tidak dilihat oleh kebanyakan orang, dan memikirkan apa yang belum terpikirkan oleh kebanyakan orang (Sun, 2013 : 110). Inovator sejati memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Mampu berpikir kreatif

Dengan kreativitas, inovator mampu menghasilkan banyak ide baru untuk berkreasi meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu produk atau jasa.

(10)

2. Mampu mengeksplorasi

Inovator gemar mengeksplorasi berbagai kemungkinan dengan melakukan riset dan eksperimen. Disamping itu, inovator juga melakukan eksplorasi terhadap berbagai informasi penting yang diperlukannya.

3. Mampu mengatasi masalah

Dalam mengatasi masalah, inovator memiliki sepasang kemampuan yang amat penting. Pertama, kemampuan mendefinisikan masalah. Kedua, kemampuan menciptakan solusi atas berbagai masalah dengaan sangat mengagumkan.

4. Mampu memanfaatkan perubahan

Inovator selalu mampu meenciptakan perubahan yang bermanfaat dan bernilai tambah. Inovator adalah orang yang mampu menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan yang sarat perubahan.

5. Berani menghadapi risiko

Inovator berani menghadapi risiko sebagai harga kesuksesan yang harus dibayarnya. Sebagai invator, Anda harus berani mengambil risiko dalam rangka mewujudkan ide-ide baru Anda.

6. Pengamat yang jeli

Sebagai pengamat yang jeli, inovator memahami inovasi sebagai apa yang perlu dilakukannya. Dengan demikian, inovator bisa memunculkan ide-ide baru yang sesuai dengan hasil pengamatannya.

(11)

7. Proaktif

Sikap proaktif membantu mengenali berbagai peluang atau potensi yang mungkin selama ini belum Anda manfaatkan secara maksimal. Hal ini akan menguji keahlian dan kemampuan Anda dalam menciptakan peluang baru yang bermanfaat dan bernilai tambah.

8. Kompeten

Sebaiknya seorang inovator memiliki kegemaran membaca agar bisa menyerap banyak pengetahuan atau informasi. Dengan tingkat kompetensi yang tinggi, inovator akan siap menerima ide-ide baru serta kemampuan mewujudkannya.

2.2.2 Tujuan Inovasi

Perusahaan perlu mencari ide-ide baru yang segar untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa yang diproduksinya. Setiap perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitas serta daya saingnya perlu menyadari pentingnya berinovasi, yakni mewujudkan ide-ide baru yang lebih bermanfaat dan laku dijual. Berikut ini adalah tujuan-tujuan inovasi bagi perusahaan (Sun, 2013 : 21) :

1. Inovasi untuk menciptakan produk baru

Semakin perusahaan mampu mengeksplorasi ide-ide kreatif untuk menciptakan produk baru, semakin cerah pula masa depan perusahaan tersebut. Hidup matinya perusahaan bergantung pada kemampuan perusahaan berinovasi.

(12)

2. Inovasi untuk menyempurnakan produk lama

Inovasi terhadap penyempurnaan suatu produk juga bisa mencakup aspek-aspek lain, misalnya memangkas biaya produksi, kinerja, penampilan fisik, ukuran, dan bobot.

3. Inovasi untuk memenangkan persaingan

Inovasi sering merupakan faktor penentu apakah suatu perusahaan mampu bersaing atau tidak. Jika perusahaan tidak mampu atau lalai berinovasi akan kalah bersaing dengan perusahaan yang mampu berinovasi dengan baik.

4. Inovasi untuk membuat kemajuan

Tanpa inovasi, suatu perusahaan hanyalah berjalan di tempat. Setiap perusahaan yang ingin maju perlu melakukan inovasi dalam berbagai bidang. Seberapa besar kemajuan suatu perusahaan bisa diukur dari inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut.

5. Inovasi untuk mencapai tujuan khusus

Tujuan utama setiap perusahaan adalah menghasilkan laba sebesar mungkin. Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan selain laba. Inovasi merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi jika perusahaan ingin berhasil meraih tujuan-tujuannya.

6. Inovasi untuk mengatasi masalah

Inovasi merupakan cara perusahaan menghasilkan solusi andal untuk mengatasi masalah perusahaan, yang umumnya bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional.

(13)

Howell dan Higgins (wardoyo.staff.gunadarma.ac.id) melihat bahwa inovasi bersumber dari:

a. Kejadian yang tidak diharapkan. b. Ketidakharmonisan.

c. Proses sesuai dengan kebutuhan. d. Perubahan pada industri dan pasar. e. Perubahan demografi.

f. Perubahan persepsi.

g. Konsep pengetahuan dasar.

2.3 Pengetahuan Kewirausahaan

Pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan untuk mengenali atau menciptakan peluang dan mengambil tindakan untuk sesuatu yang perlu diketahui mengenai kewirausahaan yang diperoleh dari sumber-sumber informasi. Seorang pengusaha harus memiliki modal pengetahuan yang cukup pribadi untuk dapat menciptakan nilai atau kekayaan melalui penggunaan modal pengetahuan. Pemilik usaha perlu memahami pengetahuan dimulai dengan kemampuan untuk memperoleh, mengembangakan usaha, mengelola, memanfaatkan informasi pengetahuan dan pemahaman organisasi serta mengelola pengetahuan pekerja. Menggunakan pengetahuan kewirausahaan untuk menunjukkan bahwa pengusaha memulai sebuah usaha perusahaan yang didasarkan pada pengetahuan kerja.

Pengetahuan berwirausaha adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang tentang berwirausaha. Setiap orang pasti punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide, sehingga dalam berwirausaha diperlukan pengetahuan sehingga

(14)

ide-ide/gagasan yang kreatif dan inovatif dapat memunculkan bentuk-bentuk wirausaha yang terus aktual dan memiliki trend dalam kebutuhan konsumen.

Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen (Suryana 2003 : 13).

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas, inovasi serta meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan perokonomian berasal dari para wirausaha, orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Wirausahawan perlu mempunyai desain produk, strategi pemasaran, dan solusi dalam mengatasi masalah manajerial yang kreatif untuk bersaing dengan perusahaan lainnya. Seorang wirausahawan adalah seorang pembaru yang mengorganisir, mengelola, dan mengasumsikan segala

(15)

risiko pada saat dia memulai usahanya untuk mendapatkan keuntungan (Machfoedz, 2005 : 9).

Mas’ud Machfoedz (2005 : 9) menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut kreatif.

Faktor demografi dari wirausaha, yaitu usia, pengalaman dan pendidikan merupakan faktor-faktor yang melekat pada diri wirausaha. Usia atau lamanya seseorang menjalankan usaha jelas ada kaitannya dengan keberhasilan usaha. Entreprenurial age memang mencerminkan adanya pengalaman usaha. Menurut Hisrich & Brush (Riyanti, 2003 : 9), usaha yang berhasil saat ini biasanya bukan usaha yang pertama kali dilakukan. Pengalaman berusaha bisa diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi wirausaha atau dari pengalaman kerja dari suatu organisasi entrepreneurial. Berdasarkan penemuan di atas dalam penelitian ini pengalaman akan dilihat pengaruhnya pada keberhasilan usaha. Adapun yang dimaksud pengalaman disini adalah pernah tidaknya seorang wirausaha terlibat dalam pengelolaan usaha sejenis sebelum dia memulai usaha sendiri.

Proses pembelajaran mencerminkan adanya kemauan untuk menanggapi perubahan. Karena sistemnya yang informal, usaha kecil lebih mudah melakukan

(16)

proses saling belajar. Sebab, sistemnya masih sederhana, biasanya terjadi interaksi langsung antara karyawan dan wirausaha. Bukan hanya wirausaha, karyawan pun dituntut keterampilan tertentu untuk bisa membuat suatu produk baru. Bahkan karena pengalamannya dalam membuat produk, suatu ide kreatif bisa muncul dari karyawan, bukan dari wirausaha. Dalam hal ini, justru wirausahalah yang harus belajar dari karyawan. Dengan demikian akan selalu terjadi proses pembelajaran. Asumsinya adalah bahwa usaha yang mau belajar terus menerus akan membari sumbangan positif pada terlaksananya manajemen yang inovatif.

2.4 Keberhasilan Usaha Pada Wirausaha Muda 2.4.1 Keberhasilan Usaha

Keberhasilan usaha dalam hal ini diindikasikan dalam lima hal yaitu

jumlah penjualan meningkat, hasil produksi meningkat, keuntungan atau profit bertambah, perkembangan dan pertumbuhan usaha berkembang cepat dan memuaskan. Ukuran keberhasilan usaha dalam menerapkan strategi pemasarannya adalah mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang menerima produk atau jasa yang ditawarkan, maka mereka semakin puas, dan ini berarti strategi yang dijalankan sudah cukup berhasil. Ukuran mampu meraih pelanggan sebanyak mungkin hanya merupakan salah satu ukuran bahwa strategi yang dijalankan sudah cukup baik. Masih ada lagi ukuran lainnya, misalnya tingkat laba yang diperoleh dan ukuran lainnya (Kasmir, 2006 : 172).

Menurut Ranto (2007 : 20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi

(17)

kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang fasilitas.

Menurut Nasution (2001 : 12), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.

Menurut Hutagalung (2008 : 50), sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari kesemuanya.

Seorang wirausaha dapat mendayagunakan segala sumber daya yang dimiliki, dengan proses yang kreatif dan inovatif, menjadikan usaha kecil dan menengah (UKM) siap menghadapi tantangan krisis global. Beberapa peran kewirausahaan dalam mengatasi tantangan di UKM adalah (Manurung, 2013 : 84):

(18)

1. Memiliki daya pikir kreatif, yang meliputi:

a. Selalu berpikir secara visionaris (melihat jauh ke depan), sehingga memiliki perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang (stratejik).

b. Belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima kritik dan saran untuk masukan pengembangan UKM.

2. Bertindak inovatif, yaitu:

a. Selalu berusaha meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam setiap aspek kegiatan UKM.

b. Meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi persaingan bisnis.

3. Berani mengambil resiko, dan menyesuaikan profil resiko serta mengetahui resiko dan manfaat dari suatu bisnis.35 UKM harus memiliki manajemen resiko dalam segala aktivitas usahanya. Sementara untuk mengatasi masalah yang ada di UKM saat ini, tidak saja dibutuhkan 3 (tiga) sikap di atas, namun juga diperlukan langkah-langkah pendukung dari manajemen UKM, dalam aspek penataan manajemen UKM .

2.4.2 Wirausaha Muda

Hampir setiap orang memiliki potensi untuk menjadi young entrepreneur. Tentu saja keragaman menjadi tanda entrepreneurship. Penelitian ini berfokus pada young entrepreneur yaitu orang-orang muda yang mulai mengambil bagian dalam memulai bisnis (Zimmerer, 2008 : 26). Didorong akan sempitnya lapangan pekerjaan atau rasa kekecewaan akan prospek dalam perusahaan serta keinginan

(19)

untuk memiliki peluang dan menentukan nasib mereka sendiri, banyak generasi muda yang lebih memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka.

Menurut Hurlock (Hutagalung, 2010 : 9) menyatakan bahwa usia 18 tahun sampai 40 tahun adalah usia dewasa awal, dimana masa itu merupakan masa yang terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Ketika seseorang masuk dalam usia dewasa awal yang memiliki tugas pokok yaitu memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat serta faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang dewasa muda yang bingung dengan pilihan karirnya, situasi seperti ini sering terjadi pada entrepreneur. Hurlock menyebutkan masa dewasa awal adalah masa coba-coba untuk berkarir.

Penelitian yang dilakukan oleh College (Zimmerer, 2008 : 26) menemukan bahwa Generasi X (mereka yang lahir antara tahun 1965-1981) tiga kali lebih mungkin meluncurkan bisnis dibandingkan mereka yang berada dalam kelompok umur lainnya. Anggota generasi ini menangani sekitar 80% dari seluruh bisnis awal, sehingga mereka menjadi generasi yang paling memiliki jiwa kewirausahaan tinggi dalam sejarah. Tidak ada kemunduran yang terjadi ketika generasi ini menegangkan otot-otot kewirausahaannya. Generasi X ini mungkin lebih tepat disebut sebagai Generasi Entrepreneur.

2.5 Penelitian Terdahulu

Menurut Deden dan Janivita (2012) melakukan penelitian dengan judul “Kreativitas dan Inovasi Penentu Kompetensi Pelaku Usaha Kecil” menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi mempunyai pengaruh positif terhadap kompetensi

(20)

usaha kecil. Jumlah sampel yang terpilih sebanyak 165 unit usaha meliputi wilayah Bandung, Purwakarta,Tasikmalaya, Ciamis dan Garut, dengan teknik pengambilan sampelnya adalah Two Stage ClusterSampling. Variasi perubahan kreativitas dan inovasi mempengaruhi variasi perubahan kompetensi kewirausahaan sebesar 58 %. Angka positif mengindikasikan bahwa apabila kreativitas dan inovasi tinggi maka kemampuan kewirausahaan juga tinggi sehingga menunjang keberhasilan usaha.

Peneliti lain Nasution (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Manajemen Permodalan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Rumah Makan Ayam Penyet Pujakesuma Square”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan (X1) dan menajemen permodalan (X2) terhadap keberhasilan usaha (Y1) pada rumah makan Ayam Penyet Pujakesuma Square. Penulis menarik hipotesis bahwa pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan merupakan faktor pendorong keberhasilan usaha. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Peneliti menggunakan teknik Sampling Jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti menggunakan 2 orang responden sebagai sampel. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan terhadap keberhasilan usaha pada usaha rumah makan adalah penerapan pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan. Ini berarti hipotesis diterima.

(21)

2.6 Kerangka Konseptual

Untuk mencapai keberhasilan usaha di era persaingan yang tinggi dibutuhkan kreativitas dan inovasi dalam menjalankan suatu usaha. Menurut Sun (2013 : 21) semakin perusahaan mampu mengeksplorasi ide-ide kreatif untuk menciptakan produk baru, semakin cerah pula masa depan perusahaan tersebut. Hidup matinya perusahaan sangat tergantung pada kemampuan perusahaan berinovasi. Perusahaan akan menjadi sehat dan kuat jika mampu berinovasi dengan baik.

Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk berimajinasi dan menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan ide-ide yang sudah ada dengan cara yang belum dipikirkan sebelumnya. Ide-ide kreatif yang kemudian diproses melalui beberapa tahapan sehingga menghasilkan produk atau jasa atau model bisnis disebut inovasi (Zimmerer 2008 : 57).

Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan usaha adalah faktor pengetahuan kewirausahaan yaitu kemampuan untuk mengenali atau menciptakan peluang dan mengambil tindakan untuk sesuatu yang perlu diketahui mengenai kewirausahaan yang diperoleh dari sumber-sumber informasi. Seorang pengusaha harus memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam dunia usaha karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha.

Hampir setiap orang memiliki potensi untuk menjadi young entrepreneur. Tentu saja keragaman menjadi tanda entrepreneurship. Penelitian ini berfokus pada young entrepreneur yaitu orang-orang muda yang mulai mengambil bagian

(22)

dalam memulai bisnis (Zimmerer, 2008 : 26). Didorong akan sempitnya lapangan pekerjaan atau rasa kekecewaan akan prospek dalam perusahaan serta keinginan untuk memiliki peluang dan menentukan nasib mereka sendiri, banyak generasi muda yang lebih memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka.

Kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Sumber : Sun (2013), Zimmerer (2008) data diolah

2.7 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : “Kreativitas, inovasi dan pengetahuan kewirausahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha pada wirausaha muda (studi kasus usaha yang berada di Pajak USU Padang Bulan)”.

Kreativitas (X1) Inovasi (X2) Pengetahuan Kewirausahaan (X3)

Keberhasilan Usaha Pada Wirausaha Muda

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran praktikum dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Materi

Tidak tertutup kemungkinan komunikasi terjalin antara dosen dan mahasiswa di luar waktu perkuliahan, untuk membicarakan yang berhubungan dengan materi kuliah. Tidak

(2) Wakil ketua yang mewakili unsur perangkat pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dijabat secara ex officio oleh kepala satuan

 Kawasan rekreasi di kawasan pinggiran sungai ini perlulah disediakan dengan elemen-elemen landskap kejur seperti papan tanda, tempat duduk, siar kaki, jeti

dengan Perasan Daun Binahong sebagai Wound Dressing Antibakteri (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana

dari keseluruhan stasiun pada perairan timur laut Teluk Meksiko setiap musim, secara umum pola spektral dan nilai rata- rata R rs pada gelombang biru, hijau, dan. merah

Rachmadi Usman memberi definisi Hak Kekayaan Intelektual adalah hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektual manusia

pengetahuan yang diperoleh benar-benar dipahami dan melekat dalam ingatannya serta pembelajaran akan lebih bermakna; Guru: berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa