• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Pengertian Toleransi

Secara etimologi atau bahasa, toleransi berasal dari kata tolerance/tolerantion yaitu suatu sikap membiarkan dan lapang dada terhadap perbedaan orang lain, baik pada masalah pendapat (opinion), agama/kepercayaan maupun dalam segi ekonomi, sosial dan politik. Di dalam bahasa Arab mempunyai persamaan makna dengan kata tasamuh dari lafadz samaha (p°~ ) yang artinya ampun, maaf dan lapang dada.1

Dalam kamus bahasa Arab A Dictionari of Modern Written Arabic diterjemahkan dengan is indulgence, forbearance, linieri and tolerance maksudnya adalah suatu sikap suka menurut, tunduk, sabar, lemah lembut dan toleransi terhadap orang lain yang berbeda.

Dari dua pengertian di atas penulis menyimpulkan toleransi secara etimologi adalah sebagai sikap kesabaran dan kelapangan dada seseorang atas perbedaan dari orang lain baik dari segi sosial, politik maupun ekonomi dan juga pendapat maupun agama.

Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Umar Hasyim menyatakan

Toleransi adalah pemberian kebebasan kepada sesama manusia untuk menjalankan keyakinan atau mengatasi nasib menurut nasibnya masing-masing.2

1

Ahmad Wasron Munawir, Kamus Arab Indonesia al- Munawir, Yogyakarta, Balai Pustaka Progressif, t.th. hlm. 1098

2

Umar Hasyim Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar

Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama, Surabaya, Bina Ilmu, 1979, hlm. 22

(2)

2. W.J.S. Porwadarminto menyatakan

Toleransi adalah sikap/sifat tenggang rasa berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri.3

3. Dewan Ensiklopedia Indonesia

Toleransi dalam aspek sosial, politik merupakan suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia.4

Jadi toleransi mengandung konsensi ialah pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip sendiri.5

Di dalam memaknai toleransi terdapat dua penafsiran tentang konsep ini. Pertama, penafsiran negatif yang menyatakan bahwa toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda maupun yang sama.6 Sedangkan yang kedua adalah penafsiran positif yaitu menyatakan bahwa toleransi tidak hanya sekedar seperti pertama (penafsiran negatif) tetapi toleransi ditumbuhkan oleh kesadaran yang bebas dari segala macam bentuk tekanan atau pengaruh serta terhindar dari hipokrisis.7

3

W.J.S. Porwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1986, hlm. 1084

4

Dewan Ensiklopedia Indonesia, Ensiklopedia Indonesia Jilid 6, Jakarta, Iktitiar Baru Van Hoeve, t.th, hlm. 3588

5 Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Minawar, M.A., Fiqih Hubungan Antar Agama, Jakarta; Ciputat Press, 2005, hlm.13.

6

Nur Ahmad (Ed), Pluralistas Agama dan Kerukunan dalam Kreagaman, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2001, hlm. 13

7

(3)

Oleh sebab itu toleransi mengandung maksud supaya membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin terjaminnya pribadi, harta benda dan unsur-unsur minoritas yang terdapat dalam masyarakat. Dengan menghormati agama, moralitas dan lembaga-lembaga mereka serta menghargai pendapat orang lain dan perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya hanya karena berbeda keyakinan atau agama.

Adapun kaitannya dengan agama, toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan keTuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) masing-masing yang dipilih serta memberiakan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang di anut atau diyakininya. Keterangan ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Azyumardi Azra, mengenai letak dasar dalam toleransi beragama. Islam mengakui hak hidup agama-agama lain dan membiarkan para pemeluk agama tersebut untuk menjalankan ajaran agamanya masing-masing.8

Setelah mengetahui definisi dan batasan toleransi di atas ada hal yang perlu diingat bahwa toleransi tidak dapat diartikan bahwa seseorang yang telah mempunyai keyakinan kemudian pindah atau merubah keyakinannya untuk mengikuti dan membaur dengan keyakinan atau peribadatan agama-agama lain (sincretisme) serta tidak pula dimaksudkan untuk mengakui kebenaran semua agama/kepercayaan namun tetap pada suatu keyakinan yang diyakini kebenarannya, serta memandang benar pada keyakinan orang lain, sehingga pada dirinya terdapat kebenaran yang di yakini sendiri menurut suara hati yang tidak didapatkan pada paksaan orang lain atau didapatkan dari pemberian orang lain.

8

Azyumardi Azra, Kontek Berteologi di Indonesia Pengalaman Islam, Jakarta, Paramadina, 1999, hlm. 34

(4)

Toleransi pada kaum muslim seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw. Di antaranya sebagai berikut:

a. Tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain

Di dalam agama Islam orang muslimin tidak boleh melakukan pemaksaan pada kaum agama lainnya, karena memaksakan suatu agama bertentangan pada firman Allah di dalam surat Al-Kafirun ayat 1-6:

J v_—Ç\°²¼v^\—±c³Ç×¼ J ²¼v_˜b\¯ v_—[× J ²¼zŸ\¨«[\¸¿[\¿ −£

J µ¿uÁ«¼±¨´Ãu±¨« J v_—Ç\°²¼v^\—±c³[×¼ J ±bv_—\°v^\—\³Ç×¼

OU- P:²¼z ¨«ÇN

Artinya: “Katakanlah “Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang kamu sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”

Surat Al-Kafirun ayat:1-6 9

Di situ dijelaskan bahwa orang-orang muslim tidak menyembah apa yang disembah orang-orang kafir begitu pula orang-orang kafir tidak menyembah apa yang disembah orang muslim. Di situ juga di jelaskan bahwa bagi kita agama kita (orang muslim) dan bagi mereka agama mereka (orang kafir).

b. Tidak boleh memusuhi orang-orang selain muslim atau kafir

Perintah Nabi untuk melindungi orang-orang selain muslim seperti yang dilakukan oleh Nabi waktu berada di Madinah. Kaum Yahudi dan kaum Nasrani yang jumlahnya sedikit dilindungi baik keamanannya maupun dalam beribadah. Kaum muslimin dianjurkan untuk bisa hidup damai dengan masyarakat sesamanya walaupun berbeda keyakinan.

9

(5)

c. Hidup rukun dan damai dengan sesama manusia

Hidup rukun antar kaum muslimin maupun non muslimin seperti yang dilakukan oleh Rasulullah akan membawa kehidupan yang damai dan sentosa. Selain itu juga dianjurkan untuk bersikap lembut pada sesama manusia baik yang beragama Islam maupun yang beragama Nasrani atau Yahudi. Di dalam Hadits yang diriwayatkan oleh muslim sebagai berikut:

:

ª\£±¬~¼¹À¬—ãÇÁ¬‡ãªÇ½~y²Ç\¸´—ãÇÁ‹y»„Î\—µ—

G¡´˜«[Å«—Á‘˜¿×\¯¥Ÿz«[Á«—Á‘˜Ã¼ G¥Ÿz«[`o¿¥ÀŸyÅ«\˜bãDzÉ

.

¶[½~\¯Å¬—Á˜¿×\¯¼

O®¬¯¶[¼yN

Artinya: “Aisyah ra. Berkata, Nabi Muhammad saw. Bersabda:”Sesungguhnya Allah itu penyantun, suka pada kelembutan dan memberikan kelembutan pada orang yang berlaku lembut (santun) dengan sesuatu yang tidak akan diberikan pada orang yang berlaku kasar dan tidak akan diberikan kepada selain orang yang tidak berlaku lembut (santun)”.(H.R Muslim)10

d. Saling tolong-menolong dengan sesama manusia

Dengan hidup rukun dan saling tolong menolong sesama ummat manusia akan membuat hidup di dunia damai dan tenang. Nabi memerintahkan untuk saling menolong dan membantu dengan sesamanya tanpa memandang suku dan agama yang dipeluknya. Hal ini juga dijelaskan di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Maidah ayat 2 sebagai berikut:

.

²[¼v˜«[¼±fÛ[Ŭ—[½³¼\˜b×¼ ¾½¤c«[¼z_«[Ŭ—[½³¼\˜b¼

OQ:¶vÎ\°«[N

10

Yunus Ali Al-Muhdhar, Toleransi Kaum Muslim, Surabaya, PT.Bungkil Indah, 1994, hlm. 8

(6)

Artinya: “….Bertolong-tolonglah kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bertolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. 11

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa di dalam Al-Qur’an dijelaskan dengan sikap tolong-menolong tidak hanya pada kaum muslimin tetapi dianjurkan tolong-menolong pada semua manusia baik itu yang beragama Islam maupun yang beragama non Muslim. Selain itu juga muslim dianjurkan untuk berbuat kebaikan dimuka bumi ini dengan sesama makhluk Tuhan dan tidak diperbolehkan untuk berbuat kejahatan pada manusia. Di situ dikatakan untuk tidak memusuhi sesamanya. Selain itu juga dilarang tolong-menolong dalam perbuatan yang tidak baik.

B. Unsur-unsur di Dalam Toleransi Beragama

Agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan manusia karena itu kerukunan dan toleransi antar umat beragama bukan sekedar hidup berdampingan yang pasif saja akan tetapi lebih dari itu untuk berbuat baik dan berlaku adil antar satu sama lain.

Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama berpangkal dari penghayatan ajaran agama masing-masing. Bila toleransi dalam pergaulan hidup ditinggalakan, berarti kebenaran ajaran agama tidak dimanfaatkan sehingga pergaulan dipengaruhi oleh saling curiga mencurigai dan saling berprasangka.

Perwujudan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama direalisasikan dengan cara, pertama, setiap penganut agama mengakui eksistenai agama-agama lain dan menghormati segala hak asasi penganutnya. Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat, setiap golongan umat beragama menempatkan sikap saling mengerti, menghormati dan menghargai.

11

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 1989, hlm. 157

(7)

Selain itu toleransi mempunyai dua unsur yang harus ditekankan dalam mengekspresikannya terhadap orang lain. Dua unsur itu adalah:

1. Memberikan kebebasan atau kemerdekaan

Dimana setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga didalam memilih suatu agama/kepercayaan. Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai ia nanti meninggal, dan kebebasan/kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun, karena kebebasan itu datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dilindungi. Disetiap Negara wajib melindungi kebebasan setiap manusia baik di dalam undang-undang maupun dalam peraturan yang ada. Begitu pula dalam memilih suatu agama atau kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam memilih tanpa ada paksaan dari siapapun. Bebas dari penjajahan yang selalu membawa penderitaan dan kesengsaraan bagi manusia. Merampas kemerdekaan orang lain tidak dibenarkan oleh peraturan agama apapun atau Undang-undang yang berlaku.

2. Menghormati prinsip dan hak orang lain12

Selain bebas dalam memilih suatu agama atau kepercayaannya setiap manusia juga harus menghormati prinsip orang lain baik itu yang sejalan dengannya maupun yang berbeda. Menghormati prinsip yang dimiliki orang lain tidaklah mudah karena hal ini bisa jadi bertentangan dengan prinsip diri sendiri. Begitu pula dengan hak-hak orang lain, misalnya saja di dalam beragama jelas sekali ada yang sama dengan kita dan ada pula yang berbeda. Sering kali manusia tidak bisa menerima hal ini dengan senang hati dan tulus. Dengan menghormati hak orang lain maka akan mudah dalam menciptakan hubungan toleransi dengan orang lain. Selain menghormati orang lain manusia juga dituntut untuk menghargai pendapat orang lain, menghormati bukan hanya sekedar tak peduli dengan apa yang dilakukan orang lain tetapi juga menghargai apa yang dilakukan/

12

(8)

diperbuat orang lain dengan cara tidak menjelek-jelekkan karya atau pendapat orang lain walaupun tidak sejalan dengan pendapat kita.

Mewujudakan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum serta kelancran hubungan antar umat manusia yang berlainan agama, sehingga setiap golongan umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan agama masing-masing.13

Penafsiran Muhammad Abduh tentang toleransi agama sebagai berikut:

1. Kemerdekaan memeluk suatu agama

Dalam hal ini terdapat 4 jenis petunjuk yang telah diberikan Tuhan kepada ummat manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup, petunjuk itu diantaranya adalah:

¾ Petunjuk yang datang melalui kekuatan-kekuatan mental alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia sekaligus kecenderungan yang di bawa sejak kelahiran sebagai watak alamiah.

¾ Petunjuk yang menjadi perkembangan dari kekuatan alam di atas melalui daya tangkap indra manusia. Jenis petunjuk ini akan berkembang terus secara bertahap menuju kesempurnaan hidup.

¾ Petunjuk melalui akal manusia (rasional)

¾ Petunjuk yang datang melalui agama yang dibawa oleh / risalah perantara Nabi.14

2. Klaim Kebenaran Absolut

Sebagaimana telah dikatakan bahwa setiap penganut suatu agama mempunyai kemantapan hati tentang kebenaran agama yang dipeluknya. Mereka berkeyakinan agama tersebut adalah agama satu-satunya yang paling benar secara absolute yang akan membawa manusia kepada kebahagiaan.

13

Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Minawar, M.A, op.cit., hlm.22 14

David Little dkk, Kebebasan Agama dan Hak Asasi Manusia, Kajian Lintas Kultural

(9)

Sebelum datangnya Islam umat manusia dalam keadaan terpecah belah pada golongan-golongan agama, hanya sedikit sekali orang-orang yang mempertahankan keimanan, menyembah dan mengabdi kepada Allah Yang Maha Esa. Setiap golongan agama tersebut saling mengejek dan mengutuk golongan yang berbeda. Salah satu dari mereka mendakwakan bahwa golongannya yang paling benar dan berpegang pada tali Allah.15

Sebagaimana telah dijelaskan oleh Al-Qur’an bahwa antara dua agama Samawi (Yahudi dan Nasrani) saling berpegang Truth Claim, orang Yahudi mengaku hanya agama merekalah yang dapat masuk surga, begitu pula orang Nasrani yang mengaku dirinya adalah agama atau keyakinan yang paling benar. Kedua keyakinan ini menurut Abduh selalu bertentangan dari zaman dahulu sampai sekarang. Kenyataan ini disebabkan sikap kefanatikan mereka yang membabi buta terhadap aturan-aturan nenek moyang. Kedua kaum ini tidak pernah mau untuk menggunakan akal mereka dalam memikirkan kebenaran suatu agama.

Frans Magnis Suseno menjelaskan bahwa apa yang menurut ajaran resmi Gereja Katholik seharusnya menjadi sikap umat Katholik terhadap agama-agama lain. Menurut ajaran ini dialog dengan saudara-saudara dari agama lain merupakan bagian integral penghayatan ajaran Injil sendiri. Injil mengajak orang Kristiani untuk belajar dari pengalaman umat agama lain, untuk menghormati dan mencintai mereka serta untuk bersama mereka membangun kehidupan masyarakat yang adil, baik, damai dan sejahtera. 16

Kalau dilihat dari realitas keyakinan orang yang berbeda-beda, mereka tahu agama mana yang menyatakan Tuhan Yang Maha Esa dan sebaliknya. Tetapi dibalik perbedaan itu terdapat persamaan bahasa para

15 Shekh Muhammad Abduh, Risalah Taukhid Terj. Firdaus, Jakarta, Bulan Bintang, 1963, hlm. 207

16

Frans Magnis Suseno S.J, Pluralisme Agama, Dialog dan konflik di Indonesia, dalam Th. Sumartana, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 67

(10)

Nabi, pada kenyataannya yang lebih ditekankan adalah perbedaannya., sehingga memicu adanya konflik antar ummat beragama. Salah satu usaha yang harus dilaksanakan untuk meminimalisir konflik-konflik yang terjadi adalah dengan mengadakan dialog antar agama untuk mencari persamaan persepsi.

Di dalam karya tulis ini penulis ingin menekankan kerangka berfikir yang berkaitan dengan terwujudnya keyakinan antara lain:

a. Kebebasan Beragama

Hak asasi manusia yang paling esensial selain hak hidup adalah hak kemerdekaan/kebebasan baik kebebasan untuk berfikir maupun kebebasan untuk berkehendak dan kebebasan di dalam memilih kepercayaan/agama. Kebebasan merupakan suatu hak dan keaktifan yang fundamental bagi manusia sehingga hal ini dapat membedakan antara manusia dengan makhluk yang lainnya. Misalnya hewan dan tumbuhan bahkan lebih jauh membedakan antara manusia dengan makhluk yang selalu mensucikan Allah SWT yaitu malaikat yang tidak diberikan kebebasan oleh Allah untuk berkehendak dan berbuat seperti manusia.

Kebebasan rohani atau beragama diartikan sebagai suatu ungkapan yang menunjukkan hak setiap individu dalam memilih keyakinan suatu agama. atau bebas memilih suatu kepercayaan/agama yang menurut mereka paling benar dan membawa keselamatan tanpa ada yang memaksa atau menghalanginya.

Kebebasan beragama sering kali disalah artikan dalam berbuat sehingga manusia ada yang mempunyai agama lebih dari satu. Bisa jadi manusia bebas di dalam beragama untuk menjalankan ajaran-ajaran yang diyakini orang lain yang berbeda keyakinan/agamanya, sehingga yang terjadi adalah pencampuran ajaran agama yang satu dengan yang lainya.

(11)

Kebebasan memeluk suatu agama atau beragama sebagai salah satu hak yang sangat esensial bagi kehidupan manusia. Karena kebebasan untuk memilih agama datangnya dari hakihat manusia serta martabat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, bukan dari orang lain. Untuk itu dalam menganut atau memilih suatu agama tidak bisa di paksakan oleh siapapun.

Di Indonesia dalam peraturan undang-undang disebutkan pada pasal 29 ayat 2 yang mengatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”. hal ini jelas bahwa Negara sendiri menjamin penduduknya dalam memilih dan memeluk agama/keyakinannya masing-masing serta menjamin dan melindungi penduduknya di dalam menjalankan pribadatan menurut agama dan keyakinannya masing-masing.

b. Penghormatan dan Eksistensi Agama Lain

Di Indonesia, gagasan tentang plurlisme keagamaan berintikan pengakuan terhadap eksistensi agama-agama lain dan perlunya meningkatkan saling pengertian dan menjalin hubungan-hubungan yang toleran diantara pemeluk agama-agama. Pluralisme tidak berarti penolakan terhadap normativitas dan klaim-klaim metefisik islam karena pengakuan terhadap pluralisme dalam arti paritas seluruh agama.17

Etika yang harus dilaksanakan dari siakap toleransi setelah memberikan kebebasan beragama adalah menghormati eksistensi agama lain dengan pengertian menghormati keragaman dan perbedaan ajaran-ajaran yang terdapat pada setiap agama dan kepercayaan yang ada baik itu yang dilindungi oleh Negara maupun yang tidak di lindungi dalam artian yang pemeluknya sedikit.

17

Samsu Rizal Panggabean, Sumber Daya Keagamaan dan Kemungkinan Pluralisme, dalam Th. Sumartana Dkk, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 57.

(12)

Setiap agama mengandung klaim eksklusif yaitu mengaku agama yang dipeluknya ialah suatu agama yang paling benar dan agama yang dianutnyalah yang benar-benar berasal dari Tuhan. Umat beragama sering terjebak pada truth claim dan salvation claim.18 Konsekuensi dari ajaran ini akan menimbulkan anggapan bahwa agama yang lain adalah salah, kalau dikaji secara logika apabila ada dua perkara yang saling bertentangan yang dinilai benar dan salahnya barang tentu tidak akan bertemu keduanya tetapi hanya satu saja yang dianggap paling benar.19

Menghadapi realitas ini setiap pemeluk agama dituntut agar senantiasa mampu menghayati sekaligus memposisikan diri dalam konteks pluralitas dengan didasari semangat saling menghormati serta menghargai eksistensi agama lain.20 Dalam bentuk tidak mencela atau memaksakan maupun bertindak sewenang-wenang dengan pemeluk agama lain misalnya sifat fanatik yang berlebihan terhadap agama tertentu, sehingga pada saat perayaan hari besarnya mengganggu dan menghambat perayaannya yang menandakan rasa kebencian serta tidak senang pada agama orang lain.

Masalah lain yang mengakibatkan timbulnya benturan dan konflik agama adalah salvation claim. Sikap ini berarti pemutlakan kebenaran pemeluk suatu agama dengan meyakini bahwa agama yang dipeluknya adalah satu-satunya jalan (syari’ah) dari Tuhan yang membawa keselamatan bagi seluruh ummat manusia. Kedua sikap ini (Truth claim dan salvation claim) sering menimbulkan berbagai macam persengketaan dan perang antar ummat beragama kalau tidak disikapi dengan arif dan bijaksana oleh ummat manusia.

18 Nur Achmad (Ed), op. cit, hlm.143 19

Nurcholis Majid, Islam Kerakyatan dan Keindonesiaan Pemikiran Nurcholis Muda, Bandung, Mizan, 1993, hlm.237

20

Ruslani, Masyarakat Dialog Antar Agama, Studi Atas Pemikiran Muhammad Arkom, Yogyakarta, Yayasan Bintang Budaya, 2000, hlm.167

(13)

Harold Coward memberikan komentar mengenai permasalahan yang dihadapi oleh agama dengan menyatakan “masalah akan timbul dalam pluralisme keagamaan apabila yang dimutlakkan adalah bentuk-bentuk dari bermacam-macam agama dan bukan yang satu”.21 Penekanan pemutlakan kebenaran keyakinan oleh para pemeluk agama hanya pada segi luarnya dan bentuk-bentuk agama bukanya pada segi luarnya saja, sebab pada dataran luar agama akan dapat menimbulkan eksklusifitas keagamaan seseorang sehingga memungkinkan timbulnya konflik-konflik antar agama jika mereka saling bertemu.

C. Pluralisme Agama Sebagai Realitas

Salah satu prasyarat terwujudnya msyarakat modern yang demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya sebagai suatu keniscayaan, Kemajemukan ini merupakan sunnatullah.

Di belahan bumi ini tidak ada masyarakat yang terbentuk secara tunggal tanpa ada perbedaan-perbedaan di dalamnya. Karena itu dimata agama, pluralisme yang ada di masyarakat bukan saja merupakan suatu realitas yang obyektif, tetapi sekaligus suatu kepastian dari tuhan.

Secara harfiah pluralisme berati jamak, beberapa, berbagai hal, atau banyak. Oleh sebab itu sesuatu yang dikatakan plural senantiasa terdiri dari beberapa hal, beberapa jenis, berbagai sudut pandang serta latar belakang, bersikap jujur, adil, hidup menghormati, memahami dan mengakui keberadaan orang lain sebagai mana menghormati, memahami dan mengakui diri sendiri.

Dengan gambaran semacam ini, dapat dikatakan bahwa pluralisme agama bukanlah kenyataan yang mengharuskan orang untuk saling menjatuhkan, saling merendahkan, atau mencampuradukkan antara agama yang satu dengan agama yang lain, tetapi justru menempatkanya pada posisi saling menghormati, saling mengakui dan bekerjasama.

21

(14)

Kita dapat belajar kekayaan spiritual serta nilai-nilai makna dari agama lain untuk memperkaya pengalaman iman kita. Bukan belajar untuk mencari-cari kekurangan dan kelemahan agama lain untuk bisa memojokkan, atau menganggap enteng, atau menganggap bahwa agama yang lain tidak benar dan agama kita sendirilah yang paling benar. Dengan demikian, pluralisme merupakan kekayaan bersama.22

Al-Qur’an telah menegaskan tentang prinsip pluralitas kehidupan manusia di dunia. Kemajemukan ini sudah menjadi bagian dari kehendak Tuhan atau “hukum alam” di dalam Surat Al-Maidah ayat 48 diterangkan:

\´°À¸¯¼]\c¨«[µ¯ ¹¿v¿ µÀ^ \°«\£vˆ¯ ¥o«\^ ]\c¨«[©À«É \´«|³Ç¼

−¨«¥o«[µ° ¦Æ\j\°— ±·Æ[½·Ç™_cb×¼ ãǪ|³Ç\°^±¸´Ä^±¨n\Ÿ¹À¬—

½¬_Ä« µ¨«¼ ºvn¼»¯Ç±¨¬˜k« ã[Æ\ƒ½«¼ \j\¸´¯¼»—zƒ±¨´¯\´¬˜j

\°^®¨Ï_´ÄŸ \˜Ä°j±¨˜jz¯ã[Å«Éa[zÄs«[½¤_c~\Ÿ ±§\b[\¯ÁŸ ±§

OSW:¶vÎ\°«[N .²½ ¬cob¹ÄŸ±c´§

Artinya: “Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang di turunkan sebelumnya) dan batu ujuan terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah lah kembali kamu semuanya. Lalu diberitahukan-Nya kepedamu apa yang telah kamu perselisihkan itu” (Q.S. Al-Maidah:48)

22

Syafa’atun Elmirzanah, Dkk., Pluralisme, Konflik dan Perdamaian, Studi Bersama

(15)

Ide tantang pluralisme di atas merupakan prinsip dasar ajaran Islam. Pluralisme Islam ini harus diupayakan untuk ditransformasikan kedalam masyarakat modern supaya tercipta suasana yang kondusif bagi kehidupan manusia.

Realitas dari seluruh pluralisme yang melanda kehidupan manusia dewasa ini yang paling berat dalam pelaksanaannya ialah pluralisme agama, sebab pluralisme ini sangat sesitif bagi kelangsungan hidup beragama. Pluralisme agama merupakan gejala yang melanda semua masyarakat di seantero jagad, proses plurlisasi ini sejalan dengan proses modernisasi. banyak acuan dalam kitab agama-agama bahwa pluralisme harus disyukuri selaku pemberian Tuhan.23

Pluralitas keagamaan dimanapun di dunia ini, adalah realitas yang tidak mungkin diingkari. Kontak-kontak atara komunitas-komunitas yang berbeda agama semakin meningkat. Hampir tidak ada di belahan bumi sekarang ini kelompok masyarakat yang tidak pernah mempunyai kontak dengan kelompok lain yang berbeda agama. Benarlah jika dikatakan bahwa pluralitas keagamaan, sebagaimana pluralitas-pluralitas yang lain adalah semacam hukum alam. Mengingkari pluralitas keagamaan sama dengan mengingkari hukum alam.24

Implikasi dari pluralisme tersebut seseorang (pemeluk agama) harus dapat merubah sikap cara dan pola berpikirnya yakni dari berpikir subyektif menuju obyektif. Perubahan pola berfikir ini ditujukan dengan suatu pemahaman bahwa di luar agama yang dipeluknya ada agama lain serta mengakui eksistensinya melepaskan dari pendapat subyektifitas tentang agama yang lain. Obyektifitas ini tidak memerlukan pertimbangan teologi dalam menilai benar salahnya agama lain. Ummat beragama harus mampu

23

Th.Sumartana, Dinamika Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Sebuah Tinjauan

Agama Kristen Protestan, dalam Dinamika Kerukunn Hidup Beragama menurut Prespektif Agama-Agama, Jakarta, Balai Penelitian Pembangunan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan

Hidup Umat beragama, 1999-2000, hlm.68 24

Mun’im A. Sirry. Fiqih Lintas Agama; Membangun Masyarakat Inklisif-Pluralis, Jakarta; Paramadina, 2004, hlm.63.

(16)

menempatkan diri dalam kondisi yang plural dengan dilandasi rasa saling menghormati dan menghargai atas eksistensi agama lain.

Sementara itu Alwi Shihab memberikan pengertian tentang pluralitas agama diantaranya adalah:

a. Pluralitas tidak hanya semata menunjuk pada kenyataan kemajemukan, namun yang di maksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Pliralisme agama dan budaya dapat kita jumpai di mana-mana pada masyarakat tertentu, misalnya di kantor, di sekolah, atau pada lingkungan masyarakat.

b. Pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme, menuju kepada suatu realita dimana aneka ragam agama, ras dan bangsa hidup berdampingan di suatu lokasi. Misalnya di kota New York, di situ tumbuh keragaman agama, namun interaksi positif antar penduduk dibidang agama sangatlah minimal.

Pluralisme agama merupakan faham tentang kemajemukan dalam pengertian ini pluralisme dapat dikondisikan ketika seseorang berkeyakinan bahwa di sana ada sesuatu yang penting. Pluralisme menjadi nyata ketika pluralisme bermakna khusus bagi seseorang atau sebuah kelompok.

Kesadaran yang luas terhadap pluralitas dari berbagai lapisan masyarakat agama tersebut akan minumbuhkan sikap-sikap pluralis bagi masyarakat agama yang luas pula. Kesadaran itu dapat disosialisasikan secara nasional yang dimulai dari pemuka-pemuka agama dari masing-masing agama.

Untuk mewujudkan dan mendukung pluralisme tersebut, diperlukan adanya toleransi. Meskipun hampir semua masyarakat yang berbudaya kini sudah mengakui adanya kemajemukan sosial, namun dalam kenyataannyapermasalahan toleransi ini masih sering muncul dalam suatu masyarakat. Persoalan yang muncul ini terutama berhubungan dengan ras atau agama.

Kasus-kasus yang terjadi di wilayah Indonesia sendiri maupun di luar negeri, persengketaan dan perang yang didasari oleh agama yang

(17)

mengakibatkan banyaknya ummat manusia mati dan kehilangan saudara kerabatnya dan juga tempat-tempat ibadah yang rusak. Seperti Masjid dan Gereja bahkan sekolah-sekolah banyak yang tidak layak dipakai untuk kegiatan belajar mengajar, hal inilah yang sering terjadi dari tahun ketahun. Hal ini disebabkan setiap pemeluk kurang menyadari arti toleransi antar umat beragama dan menerima perbedaan yang ada.

Selain itu juga karena maraknya profokator yang sengaja untuk memecah belah kerukunan yang terjalin pada masyarakat. Dengan didasari kepentingan politik di atas kepentingan agama, maka masyarakat akan mudah untuk diprofokasi agar saling bermusuhan antara sesama umat beragama.

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan residu spiramisin dalam daging ayam Sampel daging ayam yang diperoleh adalah 36 sampel yaitu 26 sampel diperoleh dari peternakan ayam dan 10 dari pasar tradisional..

Dengan ini menyatakan bahwa seluruh materi dalam skripsi saya yang berjudul ANALISIS PRODUCT PLACEMENT DALAM SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN , adalah hasil karya tulis

Proses penuaan dapat disebabkan oleh Pola hidup yang tidak sehat salah satunya merokok, asap rokok dan berbagai zat kimia radikal bebas yang terkandung dalam

Wang Sutrisno, September 2000 Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas dan Return Saham -Likuiditas -Return Saham -Uji Beda Dua Rata – Rata -Regresi Berganda

Dalam pengerjaan laporan ini difokuskan pada perancangan antarmuka, langkah yang dilakukan untuk merancang aplikasi ini adalah dengan menganalisis gedung dan sumber

Kecskemeti (Ed.), Essays on the Sociology of Knowledge: Collected Works, Volume 5 (hal. New York: Routledge. Memasarkan Buku Lewat Internet: Sebuah Terobosan yang Patut

Dalam karya seni rupa unsur-unsur tersebut disusun menjadi desain atau komposisi berdasarkan prinsip-prinsip seperti proporsi, keseimbangan, kesatuan, variasi,

Pada Gambar 3, dapat dilihat bahwa nilai log TPC fillet ikan nila merah di mana dengan perlakuan perendaman dalam jus wortel yang mengandung campuran bakteri BAL mampu