• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arif Saifullah, 2) Meri Oktariani, 3) Ika Subekti Wulandari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Arif Saifullah, 2) Meri Oktariani, 3) Ika Subekti Wulandari"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN

PERAWAT DALAM MANAJEMEN NYERI PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL BEDAH RSUD DR SOEHADI

PRIJONEGORO SRAGEN

1)Arif Saifullah, 2)Meri Oktariani, 3)Ika Subekti Wulandari

1) Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Perawat dengan pengetahuannya dapat mengatasi masalah nyeri post operasi baik mandiri maupun kolaboratif. Perawat jaga ketika dihadapkan keluhan nyeri, selama ini kebanyakan langkah awal yang diambil adalah kolaborasi dokter untuk pemberian obat-obatan analgetik, masih jarang menggunakan teknik non farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam managemen nyeri pasien post operasi.

Penelitian deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 36 perawat yang bertugas di Bangsal Bedah (Mawar dan Wijaya Kusuma) RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Variabel yang diamati: pengetahuan perawat dan tindakan perawat. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman .

Tingkat pengetahuan perawat di Bangsal Bedah sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 responden (56%). Tindakan perawat dalam manajemen nyeri di Bangsal Bedah, sebagian besar mempunyai tindakan manajemen nyeri yang baik yaitu 19 responden (53%). Hasil penelitian dilihat dari nilai signivikansi yang kurang dari 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan perawat secara bermakna mempengaruhi tindakan perawat dalam manajemen nyeri dengan p-value sebesar 0,000.

(2)

Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

Kata kunci: pengetahuan perawat, tindakan perawat, manajemen nyeri, post operasi.

Correlation between Nurses’ Knowledge Level and Their Intervention on Post-operative Patients’ Pain Management at the Surgical Wards of dr. Soehadi

Prijonegoro Local General Hospital of Sragen

ABSTRACT

Nurses with their knowledge can deal with the post-operative pain problem individually and collaboratively. The nurses in charge when faced with pain complaints all this time take the initial measures by having collaboration with doctors for the analgesic drug administration. The collaboration rarely uses the non-pharmacological technique. The objective of this research is to investigate the nurses’ knowledge level and their intervention on the post-operative patients’ pain management.

This research used the descriptive corelational method with the cross-sectional approach. The samples of research consisted of 36 nurses employed at the surgical wards (Wards Mawar and Wijaya Kusuma) of dr. Soehadi Prijonegoro Local General Hospital of Sragen. The research used the Spearman’s Rank correlation test to analyze the nurses’ knowledge level and their intervention.

The result of the research shows that 20 nurses (56%) had the good knowledge level. 19 respondents (53%) had the good intervention on the pain management as indicated by the significance-value (p-value) = 0.000 which was less than 0.05, meaning that the nurses’ knowledge level affected their intervention on the pain management.

Thus, there was a correlation between the nurses’ knowledge level and their intervention on the post-operative patient’s pain management at the surgical wards of dr. Soehadi Prijonegoro Local General Hospital of Sragen.

(3)

1. Pendahuluan

Pembedahan atau operasi

merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan adanya insisi (sayatan) yang merupakan trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala dimana salah satu keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri (Sjamsuhidayat & Win, 2005).

Nyeri pada pasien post operasi merupakan nyeri akut yang disebabkan oleh kerusakan jaringan karena adanya insisi pada saat pembedahan yang memiliki karakteristik nyeri awitannya mendadak, intensitas ringan sampai berat, durasinya singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan), meningkatkan respon autonum, komponen psikologis

yang berperan adalah ansietas,

berhubungan dengan kerusakan jaringan (Brunner & Suddart, 2005).

Nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami pasien (Asmadi, 2008). Namun sayangnya belum banyak yang diketahui dan belum dikelola

dengan baik, padahal perawat memiliki lebih banyak kesempatan dibandingkan tenaga kesehatan lain untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan (Brunner & Suddart, 2005).

Menurut Undang-Undang No 38 tahun 2014, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik Keperawatan juga harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Notoatmodjo (2012) mengatakan pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Perawat harus mempunyai

pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam semua aspek perawatan

perioperatif mencakup fungsi

pernapasan yang optimal,

meminimalkan nyeri dan

(4)

dan mutah, distensi abdomen, cegukan), pemeliharaan suhu tubuh normal, bebas dari cidera, pemeliharaan keseimbangan nutrisi, kembalinya fungsi perkemihan

yang normal, dan tidak adanya

komplikasi (Baradero et al, 2008). Tingkat pengetahuan perawat yang kurang dapat menyebabkan komplikasi dan keluhan yang membahayakan bagi pasien sehingga dapat menyebabkan kematian (Nashrulloh, 2009).

Perawat dengan menggunakan

pengetahuannya dapat mengatasi

masalah nyeri post operasi baik secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan menggunakan dua pendekatan

yaitu pendekatan farmakologi dan

pendekatan non farmakologi.

Pendekatan non farmakologi merupakan pendekatan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang meliputi: stimulus dan massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi syaraf eliktris transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis dan teknik relaksasi napas dalam (Brunner & Suddart, 2005).

Jumlah tindakan pembedahan di dunia sangat besar, hasil penelitian di 56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar

234 juta per tahun, hampir dua kali lipat melebihi angka kelahiran per tahun (Weiser et al. 2008).

Jumlah operasi bedah di Indonesia terjadi peningkatan dimana tahun 2000 sebesar 47.22%, tahun 2001 sebesar 45.19%, tahun 2002 sebesar 47.13%, tahun 2003 sebesar 46.87%, tahun 2004 sebesar 53.22%, tahun 2005 sebesar 51.59 %, tahun 2006 sebesar 53.68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Grace, 2007).

Hasil studi pendahuluan tanggal 14 - 15 November 2014 peneliti memperoleh data berdasarkan data yang terdapat dibagian Rekam Medis RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen jumlah operasi dari Januari 2013 sampai Desember 2013 sebanyak 3538 pasien. Jumlah pasien operasi di ruang Mawar dan Wijaya Kusuma dari bulan Januari sampai Juni 2014 sebanyak 487 pasien. Peneliti juga mendapatkan data jumlah perawat di Bangsal Bedah (Mawar dan Wijaya Kusuma) ada 36 perawat, dengan pendidikan S2 ada 1 orang, S1 ada 11 orang, DIV ada 1 orang dan DIII ada 23 orang.

Hasil studi pendahuluan terhadap beberapa perawat yang bertugas di bangsal bedah didapatkan fenomena

(5)

bahwa perawat jaga ketika dihadapkan dengan keluhan nyeri selama ini kebanyakan langkah awal yang diambil adalah kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan analgetik, masih jarang yang menggunakan teknik non

farmakologi. Ketika peneliti

menanyakan mengapa hal tersebut dilakukan, ada yang mengatakan karena sudah ada program terapi dari dokter, ada pula yang mengatakan mereka mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyerinya dan

juga sekaligus memberikan obat

analgetik sesuai program terapi dokter. Berdasarkan beberapa fenomena diatas maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan tingkat pengetahuan perawat

dengan tindakan perawat dalam

managemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen”.

2. Metodologi

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Maret sampai 16 Mei 2015 di Bangsal Bedah (Ruang Mawar dan Ruang Wijaya Kusuma) RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Rancangan

penelitian ini adalah penelitian deskripsi korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau manipulasi terhadap data yang sudah ada (Arikunto, 2010). Metode pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di Bangsal Bedah (Mawar dan Wijaya Kusuma) RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 responden.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesa Nol (H0) adalah tidak

ada hubungan antara tingkat

pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. Hipotesa alternative (Ha) adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat

dengan tindakan perawat dalam

manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

Teknik pengumpulan data

menggunakan dua kuesioner. Untuk kuesioner tingkat pengetahuan tentang

(6)

pertanyaan dengan jawaban benar (B) atau salah (S). Untuk kuesioner tindakan perawat adalah lembar observasi sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku di RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen berisi 20 item pernyataan dengan 2 pilihan jawaban yaitu “Ya” atau “Tidak”. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Rank Spearman.

3. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Uji Univariat

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin No Jenis kelamin Jml % 1. 2. Laki-laki Perempuan 11 25 31% 69% Total 36 100%

Dari tabel diatas diketahui jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki, dimana perempuan 25 responden (69%), sedangkan laki-laki 11 responden (31%).

Dilihat dari sejarah perkembangan keperawatan, dunia keperawatan identik dengan pekerjaan perempuan. Namun demikian kondisi tersebut sekarang sudah berubah, banyak laki-laki yang menjadi perawat, tetapi kenyataannya proporsi perempuan masih lebih banyak

daripada laki-laki (Utami dan

Supratman, 2009).

Peneliti berpendapat tidak ada pengaruh antara perawat laki-laki dan perempuan dalam melakukan tindakan keperawatan, hal ini di buktikan baik perawat laki-laki maupun perempuan

sama-sama menjalankan tugasnya

dengan penuh tanggung jawab.

b. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Umur

No Umur Jml % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 26 – 30 Thn 31 – 35 Thn 36 – 40 Thn 41 – 45 Thn 46 – 50 Thn 51 – 55 Thn 12 13 5 1 4 1 33% 36% 14% 3% 11% 3% Total 36 100%

(7)

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berumur 26-30 tahun sebanyak 12 responden (33%), 31-35 tahun sebanyak 13 responden (36%), 36-40 tahun sebanyak 5 responden (14%), 41-45 tahun sebanyak 1 responden (3%), 46-50 tahun sebanyak 4 responden (11%) dan 51-55 tahun sebanyak 1 responden (3%).

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

adalah faktor umur. Dengan

bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan

psikologis (mental), Pada aspek

psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa (Mubarok, 2011). Semakin

tinggi umur seseorang semakin

bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2012). Peneliti berasumsi bahwa semakin dewasa umur seorang perawat, makin tinggi tingkat pengalamannya. Semakin

lama masa kerjanya maka

pengalamannya dalam menjalankan

tugas dibidang keperawatan akan

semakin meningkat.

c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jml % 1. 2. 3. 4. DIII DIV S1 S2 23 1 11 1 64% 3% 30% 3% Total 36 100%

Tabel 3 mengenai menunjukkan bahwa 23 responden (64%) berpendidikan DIII, 1 responden (3%) berpendidikan DIV, 11 responden (30%) berpendidikan S1 dan 1 responden (3%) berpendidikan S2. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dengan pendidikan tinggi maka individu tersebut akan

semakin luas pengetahuannya.

(Notoatmodjo, 2012).

Semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin mudah pula

menerima informasi, pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.

Pendidikan yang rendah akan

menghambat perkembangan terhadap informasi (Mubarok, 2011).

Peneliti berasumsi bahwa

(8)

bagi perawat dalam rangka

meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan. Walaupun sebagian besar

pendidikan perawat adalah DIII

keperawatan, namun tingkat

pengetahuan dan tindakan keperawatan yang dilakukan mayoritas katogori baik. Hal ini dikarenakan perawat rata-rata pernah mengikuti pelatihan- pelatihan maupun seminar.

d. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Masa Kerja

No Masa Kerja Jml % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1-5 Thn 6-10 Thn 11-15 Thn 16-20 Thn 21-25 Thn 26-30 Thn 13 13 5 0 3 2 36% 36% 14% 0% 8% 6% Total 36 100%

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa 13 responden (36%) memiliki masa kerja 1-5 Thn, 13 responden (36%) memiliki masa kerja 6-10 Thn, 5 responden (14%) memiliki masa kerja 11-15 Thn, 0 responden (0%) memiliki masa kerja 16-20 Thn, 3 responden (8%) memiliki

masa kerja 21-25 Thn, dan 2 responden (6%) memiliki masa kerja 26-30 Thn. Masa kerja perawat berpengaruh pada pengetahuan dan keterampilan yang yang dimiliki. Semakin lama seseorang bekerja, maka keterampilan

dan pengalamannya juga semakin

meningkat (Robbins & Judge, 2008). Peneliti berpendapat bahwa perawat

senior lebih berpengalaman dan

memiliki keterampilan yang lebih dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Masa kerja dan pengalaman kerja akan mempengaruhi tingkat keterampilan dan kematangan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.

e. Tingkat pengetahuan responden Tingkat pengetahuan responden antara lain:

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat

Pengetahuan No Pengetahuan Jml % 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 20 16 0 56% 44% 0% Total 42 100%

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat

(9)

pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 responden (56%). Sedangkan yang mempunyai tingkat cukup 16 responden (44%), dan tidak ada yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang (0%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2011). Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan baik. Pendidikan, umur, pengalaman merupakan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan dari seorang perawat

(Meliono, dkk, 2007).

Hasil tersebut sesuai dengan

pendapat yang mengatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu

pengetahuan secara formal yang

didasarkan dari jenjang pendidikan rendah ke jenjang yang lebih tinggi dan didapatkan dari hasil pembelajaran, dan

pengetahuan informal dimana

pengetahuan ini didapatkan dari

lingkungan luar pendidikan yaitu

melalui media massa, media elektronik,

dan dari orang lain disekitar

lingkungannya. (Notoatmodjo, 2012). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka daya serapnya terhadap informasi dan pola pikir yang baik. Pola pikir yang baik akan menyebabkan seseorang mempunyai kemampuan dalam hal analisis yang lebih baik. Hal ini sesuai

dengan teori yang mengatakan

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih baik dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2012).

f. Tindakan perawat dalam manajemen nyeri

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Tindakan Perawat No Tindakan Jml % 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 19 17 0 53% 47% 0% Total 36 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang mempunyai tindakan manajemen nyeri baik lebih

(10)

banyak dibandingkan dengan yang mempunyai tindakan manajemen nyeri cukup, dimana 19 responden (53%) mempunyai tindakan baik, sedangkan tindakan cukup 17 responden (47%).

Sehingga dapat dikatakan bahwa

sebagian besar responden mempunyai tindakan manajemen nyeri baik.

Peneliti berpendapat walaupun

sebagian besar responden berpendidikan DIII keperawatan, namun faktor yang yang paling berpengaruh adalah masa kerja, pengalaman kerja perawat dan seringnya perawat mengikuti seminar

maupun pelatihan. Sebagaimana

pendapat yang menyatakan semakin bertambah masa kerja seseorang maka

semakin bertambah pengalaman

kliniknya, sehingga pengalaman dan masa kerja saling terkait. Semakin bertambah masa kerja seseorang maka akan bertambah pula pengalaman klinik dan keterampilan klinisnya (Eriawan, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan

teori yang menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari

pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat tinggi

untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmojo, 2012). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Eriawan (2013) bahwa selain tingkat pendidikan, faktor yang paling berpengaruh bagi perawat

dalam melaksanakan tindakan

keperawatan adalah pengalaman kerja.

Karena itu dari pengalaman dan

penelitian terbukti perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan. Pengetahuan

merupakan pangkal dari sikap,

sedangkan sikap akan mengarah pada tindakan seseorang (Notoatmojo, 2012).

2. Hasil Uji Bivariat

Hasil uji bivariat dapat dilihat dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 7

Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Tindakan Perawat Dalam Manajemen Nyeri

tindakan perawat Total r ρ Baik Cukup tingkat pengetahuan Baik 16 4 20 0.610 0.000 cukup 3 13 16 Total 19 17 36

(11)

Dari Tabel 7 terlihat bahwa perawat yang memiliki tingkat pengetahuan baik yang melakukan tindakan manajemen nyeri baik sebanyak 16 responden, dan melakukan tindakan manajemen nyeri cukup sebanyak 4 responden. Perawat yang memiliki tingkat pengetahuan

cukup yang melakukan tindakan

manajemen nyeri baik sebanyak 3 responden, dan melakukan tindakan manajemen nyeri cukup sebanyak 13 responden. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa, nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 < p = 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dikatakan

ada hubungan antara tingkat

pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen

Korelasi diatas menghasilkan

korelasi positif. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki

perawat, maka semakin baik

tindakannya dalam manajemen nyeri. Begitu pula sebaliknya semakin rendah

tingkat pengetahuan yang dimiliki

perawat, maka semakin kurang

kemampuannya dalam melakukan

tindakan manajemen nyeri post operasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat tinggi untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmojo,

2012). Hal ini diperkuat dengan

penelitian yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan responden tentang keperawatan pasca operasi maka semakin baik dalam melakukan tindakan keperawatan pasca operasi. Dari pengalaman dan penelitian

terbukti perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan. (Rahardyan dan Murdeani, 2006).

Pengetahuan yang baik dari perawat dapat menjadikan perawat bertindak lebih baik dalam melakukan tindakan

manajemen nyeri. Perawat yang

memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dibandingkan yang memiliki pendidikan yang lebih rendah. Pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak (Nursalam, 2013).

(12)

4. Simpulan dan Saran a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

Karakteristik responden, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 25 responden (69%), umur paling banyak 31-35 tahun 13 responden (36%), tingkat pendidikan paling banyak DIII keperawatan 23 responden (64%), masa kerja paling banyak 1-5 Thn dan 6-10 Thn sebanyak 13 responden (36%), dan sebagian besar responden berstatus PNS sebanyak 22 responden (61%).

Tingkat pengetahuan perawat

sebagian baik yaitu sebanyak 20 responden (56%). Tindakan perawat dalam manajemen nyeri sebagian besar baik yaitu sebanyak 19 responden (53%).

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen dengan arah

hubungan positif dan kekuatan

hubungan kuat. Hal ini dilihat dari nilai signivikansi yang kurang dari 0,05,

p-value 0,000 dan koefisien korelasi 0,610.

b. Saran

Bagi institusi rumah sakit, dapat

menjadi bahan masukan bagi

peningkatan pelayanan misalnya dengan sering mengirimkan tenaga keperawatan untuk mengikuti pelatihan, seminar, work shoop maupun mengadakan in house training tentang tindakan perawat dalam manajemen nyeri.

Bagi institusi pendidikan, dapat

menjadi informasi tambahan bagi

pembaca, dan instansi pendidikan

sebaiknya dapat menyediakan buku

bacaan yang berhubungan dengan

pengetahuan dan tindakan perawat dalam manajemen nyeri.

Bagi peneliti lain, diharapkan dapat melakuan penelitian yang lebih luas lagi megenai tingkat pengetahuan perawat dan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pada pasien post operasi dengan variabel yang lebih luas dan berbeda.

REFERENSI

Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi, 2008, Tehnik Prosedural

(13)

Kebutuhan Dasar klien, Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddart. 2005. Buku ajar keperawatan medikal bedah, (Edisi8). Alih bahasa: Andry Hartono Kuncara, Elyna S. Laura Siahaan & Agung

Waluyo. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

Eriawan, R.D. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Tindakan

Keperawatan pada Pasien Pasca

Operasi dengan General Aenesthesia di Ruang Pemulihan IBS RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi.

Grace A. N Pierce & Neil R Borley. 2007. Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta : EMS Meliono, Irmayanti, dkk, 2007, MPKT Modul I, Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.

Mubarak,Wahid Iqbal, et al. 2011. Pomosi Kesehatan: Sebuah Pengantar

Proses Belajar Mengajar dalam

Pendidikan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nashrulloh M. 2009. Hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan keperawatan pasca bedah dengan general aenesthesia di Ruang Al Fajr dan Al Hajji di Rumah Sakit Islam Islam Surakarta [skripsi].

Notoatmodjo, 2011, Kesehatan

Masyarakat, Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Rahardyan & Murdechi (2006).

Hubungan Tingkat Pengetahuan

Perawat tentang Teknik Perawatan Luka Post Operasi dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial di ruang Rawat Inap Rmah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto. Artikel Ilmiah

Robbins, S.P.,& Judge. 2008. Perilaku

Organisasi, Edisi ke-12. Jakarta:

salemba Empat.

Sjamsuhidajat, R & Jong de Wim. 2004. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Undang Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Jakarta: Penerbit Laksana.

Utami, W,Y. & Supratman. (2009). Pendokumentasian dilihat dari beban kerja perawat. Berita ilmu keperawatan, 2, (I), 7-12.

Weiser S.D., Heisler M., Leiter K., et al. 2007. Routine HIV testing in Botswana: A population-based study on attitudes, practices, and human right concerns. PLoS Med 3(7): e261.

Gambar

Tabel  2  menunjukkan    bahwa  jumlah  responden  yang  berumur  26-30  tahun  sebanyak  12  responden  (33%),  31-35  tahun sebanyak 13 responden (36%),  36-40  tahun  sebanyak  5  responden  (14%),  41-45 tahun sebanyak 1 responden (3%),  46-50  tahun

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan akan informasi bagi masyarakat khususnya pencari kendaraan bermotor roda dua bisa didapatkan melalui media internet, dan member yang ingin menjual ataupun membeli

bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Peraturan Daerah Kota Solok Nomor 2 tahun 2015 tentang bantuan hukum bagi masyarakat miskin pasal 6 ayat (3) yang menyatakan bahwa

Dan tujuan akhir dari Penulisan Ilmiah ini adalah diharapkan dapat mempermudah Manajemen dalam menentukan jadwal penugasan optimal setiap karyawan, agar dapat menyelesaikan setiap

1. Bagaimana gambaran tingkat kondusifitas iklim sekolah di SMK Pasundan 1 Cimahi?.. Bagaimana gambaran tingkat hasil belajar siswa kelas XI Mata Pelajaran Mengelola. Pertemuan Rapat

Terdapat pengaruh yang signifikan Stres Kerja dan Lingkungan Kerja secara bersama- sama (Simultan)Terhadap Terhadap Semangat Kerja Guru ASN SMK Negeri 1 Sungai Penuh, hal ini

Jamu Iboe dilaksanakan baik dengan melalui penjualan canvass yaitu secara tunai serta penjualan melalui agen yang merupakan penjualan kredit, maka sebaiknya faktur-faktur

SDPTQ Annida dan SDIT Nidaul Hikmah merupakan sekolah yang menggunakan program full day school dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan konsep pada tatanan alokasi waktu yang

Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.(161) Tetapi orang- orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang