• Tidak ada hasil yang ditemukan

Full Day School dan Perkembangan Psikologis Anak (Studi Kasus di SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018). - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Full Day School dan Perkembangan Psikologis Anak (Studi Kasus di SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018). - Test Repository"

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)

i

FULL DAY SCHOOL DAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

ANAK (STUDI KASUS DI SD PLUS TAHFIZHUL QUR’AN

ANNIDA DAN SDIT NIDAUL HIKMAH KOTA SALATIGA

TAHUN 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Moh. Taijul Mubin

NIM. 115-14-137

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

ii Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing Hal : Naskah Skripsi Lamp : 4 eksemplar

Saudara : Moh. Taijul Mubin

Kepada:

Yth. Dekan FTIK Salatiga Di Salatiga

Assalamu ‘alaikum. Wr. Wb.

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Moh. Taijul Mubin NIM : 11514137

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : FULL DAY SCHOOL DAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK (STUDI KASUS DI SD PLUS TAHFIZHUL QUR‟AN ANNIDA DAN SDIT NIDAUL HIKMAH KOTA SALATIGA TAHUN 2018)

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu ‘alaikum. Wr. Wb.

Salatiga, 3 September 2018 Pembimbing

(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Setiap orang memiliki masanya sendiri untuk sukses, jangan membandingkan

kita dengan orang lain yang sudah sukses. Yang paling penting adalah fokus berjuang dan selalu berdoa, cepat tidaknya sukses setiap orang itu berbeda-beda.

Jangan hanya menuruti keinginan orang lain, kamu umur 20 tahun harus begini, 25 tahun harus begitu, 30 tahun harus gini, dan sebagainya. Tapi, itu malah

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, nikmat, taufiq, hidayah dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan Emakku tersayang, Mahmudi dan Qoimah yang menjadi inspirasi dan motivator terbaik, selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, serta penyemangat hidupku. Semoga selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT. Amin.

2. Saudara kandungku M. Ainun Najib serta M. Matin Ikromi yang tanpa lelah selalu mendukung dan memberikan motivasi kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.

3. Keluarga besar Bani Sarmadi/Mahmumah yang terus tanpa henti memberikan semangat dan doa disetiap langkahku.

4. Keluarga besar Masjid Darul Amal Salatiga, Bapak Yahya, S.Ag., M.HI., sekeluarga khususnya yang telah memberikan banyak hal kepada saya dalam perjalanan menempuh ilmu di IAIN Salatiga, Ni‟am, As‟ad,

Thoyib, Yusuf, Widodo, Tumidi, dan bolo-bolo kurowo lainnya yang selalu menemaniku setiap waktunya.

5. Ustadz-ustadzah TPQ Darul Amal, Ustadz Ni‟am, Ustadz Fahri, Ustadzah Endang, Uztadzah Zizah, dan Ustadzah Sirril yang selalu mebersamaiku disaat suka maupun duka dan saling mendoakan yang terbaik satu sama lain.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat yang tidak bisa diukur dan dibandingkan dengan apapun, serta taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul Full Day School dan Perkembangan Psikologis Anak (Studi Kasus di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018) ini bisa terselesaikan dengan baik.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa memberikan cahaya keabadian dan Beliau adalah satu-satunya Nabi yang dapat memberikan syafa‟at di hari kiamat dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Tidak lupa shalawat dan salam juga disampaikan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan kebaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, motivasi, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang senantiasa memberikan mutiara inspirasinya.

(8)

viii

3. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang dengan kesabarannya, membimbing, memberi semangat, pencerahan dan motivasi penulis dari waktu ke waktu dengan penuh kesabaran.

6. Bapak dan Ibu dosen, karyawan atau staff, satpam serta cleaning service IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu penulis serta kakak-kakak, sepupu, dan seluruh kerabat keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada penulis. 8. Keluarga besar Masjid Raya Darul Amal Salatiga yang menjadi semangat

dan inspirasi juga telah membersamai penulis dalam setiap waktu.

9. Keluarga Besar TPQ Darul Amal Salatiga yang menjadi selalu mendukung dan menginspirasi penulis.

10. Sahabat perjuangan di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Salatiga. Tetaplah dalam semangat nafas perjuangan dalam bingkaian dakwah.

(9)

ix

12. Sahabat perjuangan teman-teman PGMI angkatan 2014, terkhusus kelas D. Terima kasih kawan dan tetaplah semangat dalam nafas perjuangan menuntut ilmu.

13. Sahabat inspiratif di masa senang dan sedih yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis yang tidak disebut satu per satu oleh penulis. 14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima

kasih atas dorongan, semangat, motivasi, dan inspirasinya.

Terima kasih atas kebersamaan selama ini, penulis hanya bisa turut berdoa semoga Allah SWT meridhoi dan memberkahi setiap langkah kita dan mencatatnya sebagai amal sholeh.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan, baik secara substantif ataupun teknis. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan untuk ke depannya. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca semua, khususnya kepada penulis pribadi. Amin.

Salatiga, 29 Maret 2018 Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ix

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Penegasan Istilah ... 16

F. Sistematika Penulisan ... 17

(11)

xi

1. Pengertian Full Day School ... 19

2. Karakteristik Full Day School ... 20

3. Tujuan Full Day School ... 24

4. Kelebihan Full Day School ... 27

5. Kekurangan Full Day School ... 30

6. Faktor Penunjang Full Day School ... 31

7. Faktor Penghambat Full Day School ... 34

B. Perkembangan Psikologis Anak ... 36

1. Pengertian Perkembangan Psikologis ... 37

2. Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik ... 39

3. Faktor-faktor Perkembangan ... 57

C. Kajian Pustaka ... 61

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 66

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 66

C. Sumber Data ... 67

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 68

E. Analisis Data ... 70

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 73

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data ... 75

B. Analisis Data ... 92

(12)

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 150 B. Saran ... 151 DAFTAR PUSTAKA ... 153 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Perkembangan Moral Anak ... 46

Tabel 2.2 Karakteristik Emosi Anak ... 50

Tabel 4.1 Struktur Organisasi SDPTQ Annida ... 76

Tabel 4.2 Data Sekolah SDPTQ Annida ... 76

Tabel 4.3 Data Guru SDPTQ Annida 2017/2018 ... 77

Tabel 4.4 Data Siswa SDPTQ Annida 2017/2018 ... 78

Tabel 4.5 Data Sarana Prasarana dan Fasilitas SDPTQ Annida 2017/2018 ... 79

Tabel 4.6 Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler SDPTQ Annida 2017/2018 ... 80

Tabel 4.7 Prestasi Siswa-siwi SDPTQ Annida 2017/2018 ... 80

Tabel 4.8 Data Tahfidz setiap Kelas SDPTQ Annida 2017/2018 ... 83

Tabel 4.9 Struktur Organisasi SDIT Nidaul Hikmah ... 84

Tabel 4.10 Identitas Sekolah ... 85

Tabel 4.11 Daftar Guru SDIT NH 2017/2018 ... 85

Tabel 4.12 Daftar Guru SDIT NH 2017/2018 ... 87

Tabel 4.13 Data Sarana Prasarana dan Fasilitas SDIT NH 2017/2018 ... 88

Tabel 4.14 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler SDIT NH 2017/2018 ... 89

Tabel 4.15 Daftar Prestasi Siswa-siswi SDIT NH 2017/2018 ... 90

Tabel 4.16 Daftar Tahfidz setiap Kelas SDIT NH 2017/2018 ... 92

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Instrumen Penelitian Wawancara

Lampiran II Verbatin Kepala Sekolah SDPTQ Annida Lampiran III Verbatin Guru SDPTQ Annida

Lampiran IV Verbatin Siswa SDPTQ Annida Lampiran V Verbatin Orang Tua SDPTQ Annida

Lampiran VI Verbatin Kepala Sekolah SDIT Nidaul Hikmah Lampiran VII Verbatin Guru SDIT Nidaul Hikmah

Lampiran VIII Verbatin Siswa SDIT Nidaul Hikmah Lampiran IX Verbatin Orang Tua SDIT Nidaul Hikmah Lampiran X Reduksi Data 1 Kepala Sekolah SDPTQ Annida Lampiran XI Reduksi Data 2 Guru SDPTQ Annida

Lampiran XII Reduksi Data 3 Siswa SDPTQ Annida Lampiran XIII Reduksi Data 4 Orang Tua SDPTQ Annida

Lampiran XIV Reduksi Data 1 Kepala Sekolah SDIT Nidaul Hikmah Lampiran XV Reduksi Data 2 Guru SDIT Nidaul Hikmah

Lampiran XVI Reduksi Data 3 Siswi SDIT Nidaul Hikmah

Lampiran XVII Reduksi Data 4 Orang Tua Siswa SDIT Nidaul Hikmah Lampiran XVIII Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran XIX Surat Ijin Penelitian SDPTQ Annida Lampiran XX Surat Ijin Penelitian SDIT Nidaul Hikmah Lampiran XXI Surat Keterangan Penelitian SDPTQ Annida Lampiran XXII Surat Keterangan Penelitian SDIT Nidaul Hikmah Lampiran XXIII Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

(16)

xvi ABSTRAK

Mubin, Moh. Taijul. 2018. Full Day School dan Perkembangan Psikologis Anak (Studi Kasus di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018). Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. Kata Kunci: Full Day School dan Perkembangan Psikologis

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep full day school di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018, mengetahui bagaimana perkembangan psikologis anak di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga tahun 2018, dan mengetahui bagaimana kendala program full day school yang dialami guru dan siswa di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga tahun 2018.

Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer yaitu hasil wawancara kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan sumber data sekunder yang berupa observasi kegiatan di sekolah dan dokumentasi. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi sumber.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman sekarang merupakan zaman dengan kemajuan yang begitu pesat. Teknologi di sini menjadi salah satu penyebabnya. Pendidikan juga dituntut untuk selalu maju seperti teknologi yang terus menerus mengalir mengalami kemajuan. Suatu lembaga pendidikan menjadi faktor penting dalam memajukan pendidikan. Lembaga pendidikan berusaha untuk mengkonsep suatu pendidikan yang baik, memberi kemajuan, tentunya menyenangkan. Hal ini juga memunculkan program full day school yang diterapkan lembaga pendidikan guna memberikan yang terbaik untuk mendidik anak.

Pendidikan secara umum adalah proses pendewasaan individu melalui pengalaman hidup. Di dalam proses pendewasaan itu individu melakukan berbagai aktivitas yang dinamakan pengalaman atau belajar yang membentuk berbagai hal mulai dari berfikir, bergerak, merasa, berbicara, bahkan bermimpi sekalipun (Willis, 2013:4).

(18)

masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan dari pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pemerintah sebagai pihak yang mengendalikan sekaligus pemikir, konseptor atau perancang pendidikan di Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun misi pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:

(19)

2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan

masyarakat belajar; meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses

pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang

bermoral.

3. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan

global, dan

4. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan

RI.

Indonesia sekarang menganut berbeagai macam sistem pendidikan nasional. Namun sayangnya sistem pendidikan nasional Indonesia sampai sekarang masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Menurut Munirah (2015:234), ada beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan oleh pemerintah, di antaranya adalah:

1. Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai.

(20)

2. Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka.

Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan inovatif untuk menggali dan menemukan pemahaman terhadap sebuah materi yang dibahas.

3. Sistem pendidikan beragam.

Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dan lain sebagainya. Pendidikan Indonesia terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

4. Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu.

Kegiatan Belajar Mengajar waktunya di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.

5. Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman.

Sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan/pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum 13, yang mana wujud dari perubahan dan revisi dari Kurikulum 2006.

(21)

Sistem pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses pembelajaran nya berlangsung menarik dan menantang, sehingga anak didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui pengalaman dari kegiatan tersebut yang dapat merangsang keingintahuan anak didik bertanya sebagai respon dari inginnya mengetahui hal-hal yang baru (Hawi, 2015:72). Sekolah yang ada di Indonesia dalam menjalankan sistem pendidikan tentunya berbeda-beda. Ada yang menggunakan program half day school dan full day school. Pada masing-masing program tersebut mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan.

Half day school dalam sistem pembelajarannya berdurasi 6,5-7 jam karena dengan menggunakan sistem ini murid tidak akan kelelahan dalam belajar dan murid akan lebih memahami pelajaran yang disampaikan. Half day school memaksimalkan jam pelajaran di sekolah, sehingga murid dapat

pulang untuk melakukan kegiatan kesenangannya. Karena tidak mungkin sekolah mengakomodir semua kegiatan murid, seperti berenang, berkebun, bermain dengan binatang peliharaan, dan lain sebagainya.

(22)

Full day school memakan waktu sekitar 8 jam sehari sama seperti jam kerja pegawai pada umumnya. Sebagaimana apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bapak Muhadjir Effendy yang telah menetapkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23 Tahun 2017 tentang hari sekolah yang mengatur sekolah 8 jam sehari selama 5 hari alias full day school pada tanggal 12 Juni 2017. Kebijakan ini berlaku mulai tahun ajaran baru yang jatuh pada Juli 2017.

“Full day sebenarnya pendidikan karakter. Itu pilihan kita menambah jam belajar di sekolah. Kemudian diisi dengan aktivitas-aktivitas macam macam. Full day adalah cara mendongkrak sistem pendidikan kita yang masih rendah.” MuhadjirEffendy (dalam Siregar, 2017:307)

(23)

Orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah berbasis full day ini salah satu alasannya adalah pekerjaan atau kesibukan orang tua, dengan adanya tuntutan pekerjaan sampai sore, orang tua tidak bisa mendidik anak secara maksimal. Full day school akan membantu menjaga anak, sehingga mereka tidak di rumah sedirian, dan kemudian ditakutkan melakukan hal – hal yang negatif seperti tawuran. Dengan terus berada di sekolah sampai sore, dan kemudian pulang ketika orang tua sudah pulang, anak – anak cenderung berkegiatan yang positif. Hal ini dilakukan orang tua agar bisa menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan mendidik anak. Soapatty dan Suyanto, (2014:720) menyatakan bahwa alasan sekolah menggunakan full day school tidak lain adalah:

1. Adanya tuntutan kepada para orang tua untuk harus selalu mengawasi anaknya karena dikhawatirkan anak akan terjerumus kepada pergaulan yang tidak baik.

2. Kecenderungan anak apabila di rumah, hanya bermain dan malas untuk belajar.

3. Kurang adanya waktu dari orang tua untuk menemani anaknya karena adanya tuntutan kerja.

(24)

Melihat berbagai faktor di atas sekolah menggunakan program full day school untuk memenuhi suatu realitas yang ada juga sebagai upaya untuk memaksimalkan waktu. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.

Selain itu juga untuk menghindari problematika anak akibat dampak kesibukan orang tua bekerja. Sebagaimana firman Allah swt. surat Al-Nahl ayat 125: Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Tidak semua sekolah tentu bisa melakukan kebijakan ini, dikarenakan belum memiliki sumber daya dan sarana transportasi yang memadai sebagai salah satu penyebabnya. Beragam tanggapan lainnya muncul sehubungan dengan wacana program full day school yang digulirkan oleh menteri pendidikan Bapak MuhadjirEffendy diantaranya adalah masalah yang terjadi pada psikologis anak.

(25)

sangat besar pengaruhnya oleh lingkungan, terlebih dalam lingkungan keluarga. Sebagaimana hadits shahih HR. Bukhari dan Muslim yang artinya:

“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka keadaan

orang tuanya yang menjadikan anaknya Yahudi, Nasrani dan

Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”.

Fitrah yang dibawa oleh anak besar pengaruhnya terhadap lingkungan, terutama dari lingkungan keluarga. Sehubungan dengan hal itu, potensi dasar yang dimiliki oleh anak harus dikembangkan dengan melakukan usaha berupa pendidikan yang dapat dilakukan oleh orang tua, guru atau orang-orang berada di sekitar anak (Hawi, 2017:72).

Anak-anak selain itu juga banyak kehilangan waktu di rumah yang akan menyita waktu anak untuk bermain, yang biasanya dilakukan di rumah atau di lingkungan rumah bersama keluarga atau teman-temannya. Dalam hal ini, diperkuat oleh Hawi (2017:73) yang menyatakan bahwa secara tidak langsung, dapat dikatakan sekolah sehari penuh ini telah mencabut kedaulatan anak. Pada intinya anak usia diantara 6-12 tahun adalah masa pencarian dengan bergembira dan bermain dengan teman-temannya. Padahal masa kecil adalah masa yang paling baik dan mudah untuk mengasah kemampuan anak dalam belajar terlebih bersama orang tuanya.

(26)

yang paling bertanggungjawab terhadap perkembangan psikis atau psikologis anak, sesungguhnya sekolah terbaik itu ada di dalam rumah dan pada keluarga dengan didikan dan kasih sayangnya (Hawi, 2015:73). Itu semua memang dapat dimaklumi, tetapi apapun alasannya, orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu menyeimbangkan antara pekerjaan dan mendidik anak (Hawi, 2017:73). Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat At-Tahrim ayat 6:



“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Pendidik pertama dan yang utama adalah orang tua. Orang tua sendiri yang bertanggungjawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses anaknya merupakan sukses orang tuanya juga. Orang tua di sini menjadi pelopor akan keberhasilan anak-anaknya. Anak di sini sangat membutuhkan kasih sayang, tidak hanya ilmu saja yang dibutuhkan.

(27)

dan apakah penerapan sistem full day school ini disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak. Seperti yang kita tahu, daya tahan tubuh ataupun fikiran anak jelas berbeda-beda, selanjutnya bagaimana menghadapi faktor permasalahan-permasalahan tersebut (Hawi, 2015:74).

Banyak yang beranggapan bahwa full day school akan mengakibatkan anak menjadi tertekan dalam proses pembelajaran. Anak akan menjadi capek dan mudah merenung ketika diterapkan program full day school. Masyarakat sekitar juga banyak yang menolak akan kebijakan ini, masyarakat menilai bahwa setelah sekolah dalam program full day scholl, anak tidak bisa melanjutkan pendidikan informal seperti Madrasah Diniyyah (Madin) dan Taman Pendidikan al-Qur‟an (TPQ) dikarenakan tidak adanya waktu untuk itu dan juga sudah terlalu lelahnya anak karena mengikuti pembelajaran selama 8 jam sehari di sekolah selama 5 hari.

Pendapat penulis di atas diperkuat oleh Azizah, (2014:4-5) yang menyatakan bahwa kesempatan dan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan rumah dan sekitarnya pun cenderung berkurang. Padahal bersosialisasi dengan keluarga dan lingkungan sekitar (teman sebaya atau tetangga) juga penting bagi perkembangan sosial emosional anak. Meski memang diajarkan untuk bersosialisasi, bergaul dengan teman dan gurunya di sekolah, tetapi sosialisasi di sekolah berbeda dengan di rumah/lingkungan sekitar.

(28)

merupakan masalah yang dialami oleh sistem full-day school, seperti halnya yang peneliti angkat bahwasanya sistem full-day school adalah sekolah dimana materi-materi pelajaran yang diberikan dan waktu belajarnya lebih banyak dibandingkan sekolah biasa yang bukan full day. Tentunya program full day shool ini juga akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak-anak yang bersekolah dengan sistem tersebut.

Banyak pakar-pakar pendidikan anak yang mengkritik bahwa jam pelajaran di sekolah selama ini terlalu banyak. Apalagi masih banyak kegiatan belajar mengajar yang masih terpaku pada kegiatan tatap muka di kelas, maka suasana yang tercipta menjadi formal. Dampak yang mungkin tidak terlalu disadari adalah siswa merasa terbebani dengan jam pelajaran tersebut, akibat yang lebih jauh lagi adalah mempengaruhi psikologis atau psikis (perkembangan jiwa anak) (Hawi, 2015:74).

(29)

perkembangan psikologi anak sehingga tujuan Pendidikan Nasional tidak akan terwujud.

Banyaknya pandangan yang negatif dan selalu mempertanyakan akan keberhasilan dari program full day school baik dari pakar pendidikan, lembaga sekolah, orang tua, dan masyarakat tidak membuat Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Qur‟an (SDPTQ) Annida dan Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Nidaul Hikmah Kota Salatiga patah arang untuk menerapkan program full day school ini. SDPTQ Annida memang tergolong masih baru dalam merintis lembaga pendidikan tepatnya pada tahun 2012 dan menggunakan program full day school, tetapi tidak untuk SDIT Nidaul Hikmah yang sudah lama merintis lembaga pendidikan dan menggunakan program full day school sejak tahun 2005 jauh sebelum Mendikbud Bapak Muhadjir Effendy menetapkan pada tanggal 12 Juni 2017.

(30)

berproses menjalankan program ini. Anak-anak akan mulai terbiasa menyukainya, dan menikmatinya ketika sudah beradaptasi dengan program full day school. Meskipun juga ada beberapa anak yang merasakan kebosanan dan kejenuhan akan program full day school yang diterapkan di SDPTQ Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga.

Berlandaskan dari latar belakang itu penulis mengangkat judul “Full

Day School dan Perkembangan Psikologis Anak (Studi Kasus di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun

2018)”.

B. Fokus Penelitian

Kaitannya dengan judul penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu:

1. Bagaimana konsep full day school di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018?

2. Bagaimana perkembangan psikologis anak di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018?

3. Apa kendala program full day school yang dialami guru dan anak di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga

Tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

(31)

1. Mengetahui konsep full day school di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018.

2. Mengetahui perkembangan psikologis anak di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018.

3. Mengetahui kendala program full day school yang dialami guru dan siswa di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah

Kota Salatiga Tahun 2018.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoretik

Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai bahan pengembangan khazanah kajian keilmuan teoritis terkait pengembangan kecerdasan dan potensi anak terutama di dalam dunia pendidikan.

2. Manfaat Praksis

a. Bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di lembaga terkait.

b. Bagi pemerintahan dapat menjadi bahan acuan dan menindak lanjutinya sebagai kebijakan agar setiap sekolahan menggunakan program full day school.

(32)

d. Bagi para pendidik bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk terus berkarya dalam meningkatkan dan melejitkan kecerdasan peserta didik.

e. Bagi para orang tua bisa dijadikan rujukan untuk mensekolahkan anak-anaknya di lembaga yang tepat dan berprestasi.

f. Bagi siswa sebagai pengalaman yang baru dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. g. Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu

permasalahan dan menemukan solusinya.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:

1. Full Day School

Full day school berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari tiga kata yaitu full yang artinya penuh, day yang artinya hari, dan school yang artinya sekolah (Soapatty dan Suyanto, 2014:720). Jadi full day school adalah kegiatan sehari penuh di sekolah. Dalam penelitian ini, full day school adalah sekolah dengan sistem pembelajaran yang dilakukan dari pagi sampai sore mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB. 2. Perkembangan Psikologis

(33)

lingkungan akhirnya menentukan tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi. Dari paparan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perkembangan psikologis adalah hasil atau dampak dari proses belajar mengajar terhadap perubahan psikologis anak. Aspek-aspek perkembangan psikologis yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada ranah perkembangan kognitif, moral (perilaku), emosional, sosial, dan keagamaan. Peneliti hanya memfokuskan pada lima ranah aspek perkembangan psikologis tersebut untuk memaksimalkan hasil dari penelitian.

3. Anak

Anak di sini merupakan siswa atau murid yang bersekolah atau sedang menempa jalur pendidikan.

4. SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga.

SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga merupakan lembaga pendidikan formal yang berbasis Islam tingkat dasar yang berada di Kecamatan Argomulyo dan Tingkir Salatiga.

F. Sistematika Penulisan

(34)

Bab I : Pendahuluan

Bagian ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Kajian Pustaka

Bagian ini berisi tentang pembahasan mengenai Full Day School dan Perkembangan Psikologis Anak.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

Bab IV: Paparan dan Analisis Data

Bab ini berisi pembahasan tentang paparan data dan analisis data Bab V : Penutup

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Full Day School

1. Pengertian Full Day School

Setiap lembaga pendidikan pasti mempunyai program sekolah yang menjadi ciri khas masing-masing. Dalam hal ini full day school adalah salah satu program yang diterapkan oleh lembaga pendidikan. Dengan program full day school diharapkan mampu mendidik anak secara totalitas dan terarah dari pagi sampai sore. Anak diharapkan dengan adanya program full day school dapat belajar lebih lama dan lebih intens di sekolah. Full day school menjadi alternatif solusi masyarakat di era globalisasi ini

Full day school merupakan sekolah yang menerapkan sistem

sekolah sepanjang hari (Saputro, 2017:8). Aktifitas siswanya menjadi lebih banyak di sekolah dalam kesehariannya. Sekolah harus lebih mempersiapkan segala yang dibutuhkan supaya Full day school ini dapat berjalan dengan baik.

(36)

Menurut Ria Angelia Wibisono full day school adalah sistem pendidikan yang membuat anak belajar lebih lama di sekolah. Dengan sistem pendidikan yang lama orang tua akan merasa senang atau tidak terbebani bagi orang tua yang bekerja. Setiap anak pulang dari sekolah, orang tua sudah ada di rumah, jadi tidak akan terlewatkan rasa perhatian orang tua pada anak (Azizah, 2014:9).

Full day school dapat diartikan dengan sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 dengan waktu istirahat setiap dua jam sekali. Sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman merupakan hal yang diutamakan dalam full day school Baharudin (2010:221).

Dengan demikian full day school adalah sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran sehari penuh dari pagi hingga sore dengan sebagian waktunya digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal serta menyenangkan bagi siswa. Sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan bebas sesuai dengan bobot mata pelajaran.

2. Karakteristik Full Day School

(37)

school yang baik dan tepat adalah sekolah yang memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah pada umumnya. Namun juga mempunyai kurikulum lokal atau kurikulum yang menjadi kekhasan dari Sekolah tersebut.

Karakteristik yang digunakan dalam sekolah full day school adalah lebih lama dibandingkan dengan sekolah biasa. Pelajarannya lebih banyak dan lebih variatif yang dikemas sedemikian rupa agar terasa menyenangkan. Selain itu kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan keagamaan mendapat porsi lebih besar. Selain teori, anak didik langsung diperkenalkan dengan praktek lapangan (Rizky, 2015:29).

Kurikulum yang digunakan dalam full day school adalah pengintegrasian kurikulum pendidikan umum dan agama, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian kuantitatif berarti memberikan porsi pendidikan umum dan agama secara seimbang. Sementara pengertian secara kuantitatif berarti menjadikan pendidikan umum diperkaya dengan perspektif agama, dan pendidikan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan peseta didik dapat memahami esensi ilmu dan perspektif yang utuh, mengetahui sesuatu untuk tujuan manfaat dan maslahat, dan mengamalkan keimanan dengan ilmu dan pengetahuan yang luas (Rizky, 2015:28-29).

(38)

memusatkan pelajaran pada suatu masalah yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin ilmu. Kurikulum terpadu dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu The Child Centered Curriculum (kurikulum yang berpusat pada anak), The Social Function Curriculum (kurikulum fungsi sosial), The Experience Curriculum (kurikulum pengalaman), Development Activity Curriculum (kurikulum pengembangan kegiatan), dan Core Curriculum (kurikulum inti).

Sistem full day school dan terpadu juga menerapkan metode dialogis-emansipatoris dengan menghidupkan suasana persahabatan dan

persaudaraan, adanya kebebasan memilih tempat belajar, pengaturan belajar sesuai bobotnya, serta memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah yang menerapkan pembelajaran full day school, dalam melaksanakan pembelajarannya bervariasi, baik ditinjau dari segi waktu yang dijadwalkan maupun kurikulum lembaga atau lokal yang digunakan, pada prinsipnya tetap mengacu pada penanaman nilai-nilai agama dan akhlak yang mulia sebagai bekal kehiduapan mendatang disamping tetap pada tujuan lembaga berupa pendidikan yang berkualitas. (Azizah, 2014:13).

(39)

Kepemimpinan sekolah diimbangi dengan peningkatan kualitas kepribadian kemampuan manajerial, dan pengetahuan konsep pendidikan kontemporer yang didukung dengan kegiatan short-course, orientasi program, dan studi banding yang dilaksanakan secara kontinyu. Kualitas sumber daya manusia full day school dipilih dari guru-guru bidang studi yang profesional serta mempunyai integritas yang tinggi.

Peningkatan kualitas tenaga pendidikan seperti tenaga ahli, perpustakaan, laboratorium, dan administrasi juga menjadi prioritas dalam full day school. Komite sekolah, pengawas pendidikan, pengurus sekolah, guru juga dilibatkan dalam musyawarah pengembangan program. Pemanfaatan sarana prasarana pembelajaran menggunakan multimedia. Selain itu juga terdapat berbagai peralatan dan ruang untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran seperti laboratorium, dan ruang komputer.

(40)

Sekolah yang bersistem full day school tidak hanya berbasis sekolah formal, namun juga informal. Sistem pengajaran yang diterapkan sangat menyenangkan (tidak kaku dan monoton). Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif sedangkan siswa diberi keleluasaan untuk memilih tempat belajar. Full day school identik dengan permainan, tujuannya agar proses belajar mengajar penuh dengan suasana kegembiraan. Sekolah yang menerapkan full day school dapat menciptakan situasi yang sangat menyenangkan serta mewujudkan keakraban antar siswa dan guru yang nantinya melahirkan generasi cerdas intelektual serta emosional Baharudin (2010:224).

Secara keseluruhan bahwa karakteristik full day school adalah mengedepankan akhlak dan prestasi akademik, tenaga pengajar terdiri dari guru-guru bidang studi yang profesional, menggunakan kurikulum terpadu. Full day school juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler, sistem pengajarannya sangat menyenangkan, bervariasi, tidak monoton, serta memberikan pengalaman belajar yang luas pada anak.

3. Tujuan Full Day School

(41)

memasukkan anaknya ke full day school adalah dari segi edukasi siswa. Banyak alasan mengapa full day school menjadi pilihan, yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatnya jumlah orang tua (parent-career) yang kurang memberikan perhatian kepada anaknya, terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah. b. Perubahan sosial budaya yang terjadi dimasyarakat, dari

masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu cepat perkembangannya, terutama teknologi komunikasi dan informasi lingkungan kehidupan perkotaan yang menjurus kearah individualisme.

(42)

d. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah sudah tanpa batas (borderless world), dengan banyaknya program televisi serta menjamurnya stasiun televisi membuat anak-anak lebih senang untuk duduk di depan televisi, bermain play station (PS) dan bermain gadget (HP Android).

Adanya perubahan-perubahan di atas merupakan suatu sinyal penting untuk dicarikan alternatif pemecahannya. Dari kondisi seperti itu, akhirnya para tokoh pendidikan berpikir keras untuk merumuskan suatu pandangan baru dalam dunia pendidikan.

(43)

Tujuan pelaksanaan full day school tidak lain adalah memberikan dasar yang kuat terhadap siswa dan untuk mengembangkan minat dan bakat serta meningkatkan kecerdasan siswa dalam segala aspeknya.

4. Kelebihan Full Day School

Beberapa kelebihan dari diterapkannya program full day school menurut Muhaimin (dalam Azizah, 2014:14-15) ditinjau dari alasan orang tua memilih sekolah dengan program full day school adalah sebagai berikut:

a. Banyaknya orang tua tunggal dan padatnya aktivitas orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah.

b. Perubahan sosial-budaya yang terjadi di masyarakat (dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri) yang mempengaruhi pola pikir dan cara pandangnya.

c. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga jika tidak dicermati, maka dapat menjadi korban teknologi komunikasi.

(44)

a. Anak memperoleh pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

b. Anak mendapatkan pendidikan kepribadian yang bersifat antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan globalisasi.

c. Potensi anak tersalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah.

d. Perkembangan bakat, minat, dan kecerdasan terantisipasi sejak dini melalui pantauan program bimbingan dan konseling.

Baharuddin (2010:226) menyatakan bahwa full day school juga memiliki kelebihan yang membuat para orang tua tidak khawatir dengan anaknya, yakni:

a. Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama.

b. Anak dididik oleh tenaga kependidikan yang terlatih dan profesional.

c. Adanya perpustakaan yang nyaman dan representative sehingga membantu peningkatan prestasi belajar anak.

d. Siswa mendapat pelajaran dan bimbingan ibadah praktis (doa makan, doa-doa harian, dan lain-lain).

(45)

tiga bidang yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Full day school lebih memungkinkan terwujudnya intensifikasi dan efektivitas proses edukasi. Siswa lebih mudah diarahkan dan dibentuk sesuai dengan visi dan misi sekolah, sebab aktivitas siswa lebih mudah terpantau karena sejak awal sudah diarahkan. Cryan dan Others (dalam Azizah, 2014:16) menyatakan bahwa full day school memberikan efek positif karena anak-anak akan lebih banyak belajar dari pada bermain yang bermuara pada produktivitas tinggi, siswa menunjukkan sikap yang lebih positif, terhindar dari penyimpangan karena seharian berada di kelas dan dalam pengawasan guru.

Berdasarkan paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keunggulan full day school yakni anak memperoleh pendidikan umum sebagai bentuk terhadap suatu perkembangan ilmu pengetahuan, anak juga akan mendapatkan pendidikan utuh yang meliputi tiga bidang yakni kognitif, afektif, psikomotorik. Selain itu anak akan mendapatkan pelajaran dan bimbingan ibadah praktis seperti pembiasaan dalam sholat berjamaah, dan doa sehari-hari.

(46)

5. Kekurangan Full Day School

Setiap pelaksanaan program pembelajaran tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan, hal tersebut sangatlah wajar. Full day school memiliki beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya, diantaranya yaitu:

a. Siswa akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah. b. Lebih cepat stress.

c. Mengurangi bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga. d. Kurangnya waktu bermain.

e. Anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarganya.

Menurut Hasan (dalam Saputro, 2016:16) menyatakan bahwa program pembelajaran mdel full day school tidak terlepas dari kelemahan dan kekurangan, misalanya:

a. Sistem full day school acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa. Sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten, dalam batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi jenuh.

(47)

terlebih dari pengelolanya, bahkan pengorbanan baik fisik, psikologis, material dan lainnya.

Berdasarkan paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat full day school yakni keterbatasan sarana dan prasarana, rendahnya kualitas guru dan partisipasi masyarakat serta managemen lembaga pendidikan yang tidak baik atau lemah.

6. Faktor Penunjang Full Day School

Menurut Baharudin (227-231) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendukung sistem pembelajaran full day school yaitu:

a. Kurikulum

Kurikulum adalah suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sukses tidaknya pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Kurikulum sangat mendukung untuk meningkatkan mutu pendidikan karena menjadi tolak ukur dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

b. Manajemen pendidikan

Manajemen pendidikan yang efektif dan efisien akan menunjang pengembangan lembaga pendidikan yang berkualitas. c. Sarana dan prasarana

(48)

Sarana dan prasarana sekolah yang menerapkan sistem pembelajaran full day school, diharapkan mampu menunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa, misalnya ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU, dan ruang OSIS, ruang kelas dengan formasi tempat duduk yang mudah dipindah sesuai dengan keperluan, ruang laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan ruang perpustakaan, kantin sekolah, koperasi, mushola/tempat ibadah, poliklinik, aula pertemuan, lapangan olahraga, kamar mandi/WC. Syaiful Djamari (dalam Azizah, 2014:18) mengungkapkan bahwa sarana prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan khususnya pada sistem full day school karena berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah.

d. Sumber daya manusia (SDM)

(49)

Hilalah (dalam Azizah, 2014:19) menyatakan bahwa faktor penunjang pelaksanaan full day school adalah:

a. Lingkungan sekolah yang kondusif

Lingkungan sekolah yang kondusif dapat terwujud apabila kepala sekolah memiliki kecerdasan emosi tinggi dan gaya kepemimpinan yang tepat.

b. Kompetensi manajerial kepala sekolah

Kompetensi manajerial kepala sekolah meliputi kemampuan manajemen dan kepemimpinan, yang dilengkapi keterampilan konseptual, insani, dan teknis.

c. Profesionalisme guru

Adanya guru professional diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu memaksimalkan perkembangan anak didik dengan sebaik-baiknya.

d. Kelengkapan sarana dan prasarana

(50)

e. Partisipasi orang tua

Hubungan baik antara sekolah dengan orangtua/wali siswa akan mempengaruhi hasil pendidikan di sekolah. Mereka saling memberikan informasi tentang perkembangan anaknya baik di sekolah maupun di keluarga sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Penulis dapat menyimpulkan berdasarkan pendapat para tokoh di atas bahwa faktor penunjang pelaksanaan full day school meliputi kurikulum, manajemen pendidikan yang efektif dan efisien, sarana prasarana yang lengkap, dan tenaga pendidik yang berkualitas. Lingkungan sekolah yang kondusif, kompetensi manajerial kepala sekolah, adanya partisipasi orang tua juga mendukung dalam pelaksanaan full day school. Semua itu harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan yang menggunakan program full day school agar terselenggara dengan baik dan tentunya akan semakin maju.

7. Faktor Penghambat Full Day School

(51)

sehari di sekolah dalam sistem pembelajaran full day school. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami perbedaan kemampuan dan karakter siswa. Guru juga dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi dan kerukunan kerja serta profesionalitas. Jika guru tidak memiliki hal tersebut, maka akan menghambat pengembangan sekolah.

Hal ini juga disampaikan oleh Addin Arsyadana (dalam Azizah, 2014:21-22) menyatakan bahwa faktor penghambat dalam pelaksanaan full day school adalah:

a. Strategi pembangunan pendidikan yang bersifat input oriented

Strategi yang bersifat input oriented lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku, sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan, padahal hal tersebut hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.

b. Pengelolaan pendidikan yang banyak diatur oleh pusat

(52)

dan kreativitas dalam melaksanakan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan.

c. Rendahnya partisipasi masyarakat

Rendahnya partisipasi masyarakat akan menghambat proses pengembangan pendidikan yang sedang berlangsung. Mengingat masyarakat merupakan bagian dari pengembang atau faktor yang mendukung dalam kemajuan dunia pendidikan.

Berdasarkan paparan pendapat di atas, penulis dapat menyimimpulkan bahwa faktor penghambat full day school yakni keterbatasan sarana dan prasarana, rendahnya kualitas guru dan partisipasi masyarakat. Strategi pembangunan pendidikan bersifat input oriented danpengelolaannya yang banyak diatur oleh pusat juga menjadi faktorpenghambat dalam pelaksanaan full day school.

B. Perkembangan Psikologis Anak

(53)

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)”.

Menurut Sunarto dan Hartono (2013:34-35) dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan

“perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung saling

bergantung satu sama lain. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Sedangkan perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), dan hasil dari interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.

1. Pengertian Perkembangan Psikologis

(54)

kompleks (Sunarto dan Hartono, 2013:43). Perkembangan dapat juga dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar (Monks, 1984:2).

Menurut Schneirla (dalam Sunarto dan Hartono, 2013:38) perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisme-organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yakni kematangan dan pengalaman. Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu psyche yang berarti jiwa; dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa (Syah, 2013:7). Namun, secara lebih spesifik (khusus), psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, menurut Gleitman (dalam Syah, 1995:8) psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan .

(55)

berbagai tokoh. Perkembangan psikologis menurut Monks (1975:3) adalah suatu proses yang dinamik. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan akhirnya menentukan tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi.

Menurut Bijou dan Baer (dalam Sunarto dan Hartono, 2013:39) perkembangan psikologis adalah perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi yang dimaksud di sini adalah apakah suatu jawaban tingkah laku akan diperlihatkan atau tidak, tergantung dari perangsang-perangsang yang ada di lingkungannya. Sedangkan perkembangan psikologis menurut penulis berdasarkan paparan di atas adalah hasil atau dampak dari proses belajar mengajar terhadap perubahan psikologis anak.

2. Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik

Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa dan apakah ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai seorang atau perorangan. Ciri atau sifat yang berbeda antara orang satu dengan orang lain disebut “perbedaan individual”. Perbedaan individu menyangkut variasi pada aspek fisik maupun psikologis (Baharuddin, 2010:107).

(56)

sama lain. Perbedaan yang segera dikenal oleh seorang guru adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka dan semacamnya. Adapun ciri yang dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing, begitu pula suara mereka. Apabila ditelusuri secara cermat, siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan aspek-aspek perkembangan menurut Baharuddin, (2010:107) yaitu perkembangan fisik, intelektual, bahasa, moral, sosial, emosi, dan religi.

a. Perkembangan Kognitif (Intelektual)

Perkembangan kognitif menurut Papalia (2009:12) adalah perubahan atau stabilitas dalam kemampuan mental, seperti belajar, perhatian, memori, bahasa, berpikir, penalaran dan kreativitas. Sementara, Piaget (dalam Syah, 1995:65) menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi pada lingkungan.

Kriteria perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari indikator atau aspek-aspek perkembangan kognitif di bawah ini:

1) Mengalami kemajuan kemampuan dalam pemikiran, pemecahan masalah, intelegensi, dan bahasa individu. 2) Dapat berfikir secara logis dan menyeluruh dengan melihat

(57)

3) Sudah bisa mengenali segala macam perbuatan yang baik dan buruk.

4) Dapat mengenali dan menggolongkan bilangan dengan baik.

5) Mampu memecahkan masalah yang nyata.

Masa usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menlis, dan menghitung). Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah (usia Taman Kanak-kanak atau Raudatul Athfal), daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-berangan atau berhayal, sedangkan pada usia SD/MI daya pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional (Yusuf dan Sugandhi, 2013:61).

(58)

mulai berpikir logis tetapi konkret. Ingatan dan keterampilan bahasa meningkat. Kognitif yang sudah berkembang membuat anak-anak mendapatkan manfaat dari sekolah formal. Beberapa anak menunjukkan kebutuhan pendidikan dan kekuatan khusus (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009:16).

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang pengamatan atau penyerapan atas suatu objek. Berarti ia menguasai sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu dioranisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya. Setiap saat, bila diperlukan, pengetahuan yang dimilikinya itu dapat diproduksi. Banyak atau sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itu dapat dimiliki dan dapat diproduksi kembali dan ini merupakan tingkat kemampuan kogniti seseorang (Sunarto dan Hartono, 2013:11).

(59)

alamiah dan lingkungan yang dibuat. Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar.

Tes hasil belajar menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu. Dengan demikian pengukuran kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunkan hendaknya memenuhi persyaratan sebagai tes yang baik, yaitu bahwa tes tersebut harus bersih (valid) dan andal (reliable). Jika persyaratan tes tersebut dipenuhi maka variasi nilai kemampuan kognitif yang dihasilkan dengan tes tersebut akan membentuk sebuah kurva normal (Sunarto dan Hartono, 2013:11).

(60)

terjadi di lingkungannya. Pihak sekolah juga bisa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti perlombaan mengarang, menggambar, menyanyi, drama, berpidato, cerdas cermat, dan lain sebagainya untuk memfasilitasi anak dalam hal mengembangkan kognitif.

b. Perkembangan Perilaku (Moral)

Perkembangan moral telah terjadi pada masa anak meski masih relatif rendah (terbatas), anak belum menguasai nilai-nilai abstrak yang berkaitan dengan salah dan baik buruk. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan intelektual yang masih terbatas. Anak belum memiliki dorongan untuk mengerti peraturan-peraturan dalam kehidupan.

(61)

Moral adalah suatu tindakan manusia yang bercorak khusus, yaitu didasarkan kepada pengertiannya mengenai hal yang baik-baik. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Moral merupakan kendali dalam bertingkah laku (Baharuddin, 2010:126).

Kaitannya dengan pengalaman nilai-nilai hidup, menurut Baharuddin, (2010:126) moral merupakan katrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup. Jika seseorang dalam perilakunya selalu mengutamakan tenggang rasa, maka ia akan selalu memerhatikan perasaan orang lain. Dia dapat membedakan tindakan benar dan salah.

(62)

Kriteria perkembangan moral anak dapat dilihat dari indikator atau aspek-aspek perkembangan moral di bawah ini:

Tabel 2.1 Kriteria Perkembangan Moral Anak

Tingkat I: Pra Konvensional  Tahap 1. Orientasi terhadap

kepatuhan dan hukuman.  Tahap 2. Relativistik

hedonisa.

 Harus patuh agar tidak dihukum.

 Ada faktor pribadi yang relatif dan prinsip kesenangan. Tingkat II: Konvensional

 Tahap 3. Orientasi mengenai anak yang baik.

 Tahap 4. Mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas.

 Agar menjadi anak yang baik,

perbuatannya harus diterima oleh masyarakat.  Menyadari

kewajibannya untuk ikut melaksanakan norma-norma yang ada dan

(63)

Tingkat III: Pasca Konvensional  Tahap 5. Orientasi terhadap

perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial.

 Tahap 6. Prinsip universal

 Perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Berbuat baik agar diperlakukan baik.  Berkembangnya

norma etik (kata hati) untuk menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal.

Piaget (dalam Baharuddin, 2010:127) meneliti proses perkembangan penilaian moral dari dua segi, yaitu praktik peraturan yang membahas tentang cara anak secara efektif menyesuaikan diri dengan peraturan, dan kesadaran akan peraturan sejak peraturan diterima sebagai pengekangan.

(64)

berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku Ego sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat (Baharuddin, 2010:126).

Ketertarikan antara nilai, sikap, moral, dan tingkah laku akan tampak dalam pengalaman sehari-hari. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu. Kemudian, dihayati dan didorong oleh moral membentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai sehingga terwujud tingkah laku sebagaimana yang dimaksud.

c. Perkembangan Emosional (Emosi)

Perkembangan emosi adalah suatu gejala perasaan yang disertai dengan perubahan atau perilaku fisik, seperti rasa marah yang ditunjukkan dengan teriakan suara keras, atau tingkah laku yang lain (Baharuddin, 2010:139).

Kriteria perkembangan emosi anak dapat dilihat dari indikator atau aspek-aspek perkembangan emosi di bawah ini agar mempermudah penulis dalam meneliti:

1) Mulai mengenali rasa malu dan bangga.

2) Sudah mulai mengerti perasaan dirinya juga memahami perasaan orang lain.

3) Dapat meluapkan perasaan dirinya ketika sedang terjadi sesuatu.

(65)

Semasa usia sekolah (khususnya di kelas-kelas tinggi yang termasuk dalam kategori SD/MI, yaitu kelas 4, 5, dan 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Menurut Yusuf dan Sugandhi, (2013:63) bahwa kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).

(66)

Gambaran tentang karakteristik emosi anak, menurut Yusuf dan Sugandhi (2013:64) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Karakteristik Emosi Anak

Karakteristik Emosi yang

Stabil (Sehat)

Karakteristik Emosi yang

Tidak Stabil (Tidak Sehat)

a. Menunjukkan wajah yang ceria.

b. Mau bergaul dengan teman secara baik. c. Bergairah dalam belajar. d. Dapat berkonsentrasi

dalam belajar. e. Bersikap respek

(menghargai) terhadap diri sendiri dan orang lain.

a. Menunjukkan wajah yang murung.

b. Tidak mau bergaul dengan orang lain.

c. Mudah tersinggung. d. Suka mengganggu teman. e. Suka marah-marah. f. Tidak percaya diri

(67)

Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya (Yusuf dan Sugandhi, 2013:64-65).

Mengingat hal tersebut, sudah selayaknya guru harus mempunyai kepedulian yang tinggi untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar belajar siswa yang efektif. Upaya yang dapat ditempuh guru dalam menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif, Yusuf dan Sugandhi (2013:64) menyatakan sebagai berikut:

a. Mengembangkan iklim (suasana) kelas yang bebas dari ketegangan, seperti guru bersikap ramah, tidak judes atau galak.

(68)

d. Menciptakan kondisi kelas yang tertib, bersih, dan sehat (ventilasi udara, dan pencahayaannya baik).

d. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial menurut Gunarsah (dalam Djaali, 2012:49) adalah kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.

Kriteria perkembangan sosial anak dapat dilihat dari indikator atau aspek-aspek perkembangan sosial di bawah ini:

1) Meningkatnya interaksi dengan lingkungan sekitar. 2) Dapat beradaptasi dengan baik.

3) Semakin akrab dengan orang-orang di sekitar.

4) Dapat menyesuaikan norma-norma kelompok, moral, dan tradisi pada lingkungan sekitar.

(69)

Semasa usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sika berpusat kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sesiosentris (mau memerhatikan kepentigan orang lain). Anak mulai berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (geng), dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya (Yusuf dan Sugandhi, 2013:64).

Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Perkembangan sosial akan membentuk sikap anak menjadi lebih dewasa akan menyikapi suatu hal atau kejadian. Hal ini diperkuat oleh Yusuf dan Sugandhi, (2013:64) yang menyatakan bahwa dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran, seperti merencanakan kegiatan camping, dan membuat laporan study tour.

(70)

Dengan melaksanakan tugas kelompok, siswa dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling membantu satu sama lain, saling melengkapi kekurangan yang ada dari setiap siswa, memadukan pikiran, saling menghormati, dan bertanggung jawab.

e. Perkembangan Keagamaan (Religi)

Perkembangan keagamaan adalah perasaan orisinal yang tetap ada sampai pada orang yang tidak beragama sekalipun. Agama akan tetap ada selagi masih ada kemanusiaan dan akan berkembang mengikuti perkembangannya dan senantiasa bantu-membantu sesuai dengan tingkat kebudayaan intelektual yang dicapai oleh masyarakat (Nardow, 2010:149-150).

Kriteria perkembangan agama anak dapat dilihat dari indikator atau aspek-aspek perkembangan agama di bawah ini:

1) Sudah mulai percaya adanya Tuhan sang pecipta alam semesta.

2) Memiliki kesadaran untuk selalu menjalankan ajaran agama setiap hari.

3) Merasa berdosa dan takut setiap kali meninggalkan kewajiban beragama.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Perkembangan Moral Anak
Tabel 2.2 Karakteristik Emosi Anak
Gambar 3.1 Komponen analisis data: model alir
Tabel 4.1 Data Guru Tahun 2017/2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambaran mengenai kebiasaan yang dilakukan oleh warga masyarakat suku Dayak Uud Danum dalam menyelenggarakan upacara DaLo’, serta dari beberapa pendapat yang diperoleh

Persatuan Guru Republik Indonesia atau disingkat PGRI merupakan wadah organisasi yang menampung semua guru di Indonesia. PGRI memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan,

Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis minat peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sangat antusias karena pada saat pembelajaarn

Disamping itu, sebagian asam lemak atsiri, terutama yang berantai cabang, seperti valerat dan formiat akan dipergunakan oleh mikroba rumen sebagai sumber karbon

Lampu halogen pada umumnya digunakan sebagai lampu sorot karena memiliki reflektor yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang dihasilkan.

Pada remaja putri yang tinggal di kost, faktor pengawasan yang tidak ketat, serta mendapat kebebasan untuk mengatur jadwal sendiri sesuai dengan keinginan, tidak jarang membuat