• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang

Zaman sekarang merupakan zaman dengan kemajuan yang begitu pesat. Teknologi di sini menjadi salah satu penyebabnya. Pendidikan juga dituntut untuk selalu maju seperti teknologi yang terus menerus mengalir mengalami kemajuan. Suatu lembaga pendidikan menjadi faktor penting dalam memajukan pendidikan. Lembaga pendidikan berusaha untuk mengkonsep suatu pendidikan yang baik, memberi kemajuan, tentunya menyenangkan. Hal ini juga memunculkan program full day school yang diterapkan lembaga pendidikan guna memberikan yang terbaik untuk mendidik anak.

Pendidikan secara umum adalah proses pendewasaan individu melalui pengalaman hidup. Di dalam proses pendewasaan itu individu melakukan berbagai aktivitas yang dinamakan pengalaman atau belajar yang membentuk berbagai hal mulai dari berfikir, bergerak, merasa, berbicara, bahkan bermimpi sekalipun (Willis, 2013:4).

Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan dari pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pemerintah sebagai pihak yang mengendalikan sekaligus pemikir, konseptor atau perancang pendidikan di Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun misi pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.

3. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global, dan

4. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

Indonesia sekarang menganut berbeagai macam sistem pendidikan nasional. Namun sayangnya sistem pendidikan nasional Indonesia sampai sekarang masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Menurut Munirah (2015:234), ada beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan oleh pemerintah, di antaranya adalah:

1. Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai.

Sistem pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Di sini peserta didik diberi pengajaran kejujuran, tenggang rasa, sopan santun, kedisiplinan, rasa menghormati dan lain sebagainya. Bahkan pada setiap kali pelajaran guru kebanyakan menyampaikann arti pentingnya sebuah nilai.

2. Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka.

Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan inovatif untuk menggali dan menemukan pemahaman terhadap sebuah materi yang dibahas.

3. Sistem pendidikan beragam.

Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dan lain sebagainya. Pendidikan Indonesia terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

4. Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu.

Kegiatan Belajar Mengajar waktunya di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.

5. Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman.

Sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan/pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum 13, yang mana wujud dari perubahan dan revisi dari Kurikulum 2006.

Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan keadaan pendidikan sekarang bertujuan untuk memperbaiki sarana dan prasarana, mengevaluasi kinerja tenaga pendidik serta kekurangan lainnya. Karena kesuksesan pendidikan terletak pada kurikulum yang diterapkannya.

Sistem pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses pembelajaran nya berlangsung menarik dan menantang, sehingga anak didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui pengalaman dari kegiatan tersebut yang dapat merangsang keingintahuan anak didik bertanya sebagai respon dari inginnya mengetahui hal-hal yang baru (Hawi, 2015:72). Sekolah yang ada di Indonesia dalam menjalankan sistem pendidikan tentunya berbeda-beda. Ada yang menggunakan program half day school dan full day school. Pada masing-masing program tersebut mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan.

Half day school dalam sistem pembelajarannya berdurasi 6,5-7 jam karena dengan menggunakan sistem ini murid tidak akan kelelahan dalam belajar dan murid akan lebih memahami pelajaran yang disampaikan. Half day school memaksimalkan jam pelajaran di sekolah, sehingga murid dapat pulang untuk melakukan kegiatan kesenangannya. Karena tidak mungkin sekolah mengakomodir semua kegiatan murid, seperti berenang, berkebun, bermain dengan binatang peliharaan, dan lain sebagainya.

Half day school dengan waktu sekolah yang pendek akan membuat anak dapat memiliki kegiatan lain diluar sekolah sesuai minat masing–

masing, mulai bulu tangkis, taekwondo, sepak bola, musik ataupun lainnya. Dari segi pertemanan half day school memberikan kesempatan murid untuk memiliki banyak teman di luar lingkungan sekolah. Ketika sekolah sudah usai, diharapkan murid masih memiliki tenaga yang cukup untuk mencari teman di lingkungan dan kegiatan sesuai hobi masing-masing atau bisa dilanjutkan dengan kegiatan belajar di lembaga non-formal atau informal.

Full day school memakan waktu sekitar 8 jam sehari sama seperti jam kerja pegawai pada umumnya. Sebagaimana apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bapak Muhadjir Effendy yang telah menetapkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23 Tahun 2017 tentang hari sekolah yang mengatur sekolah 8 jam sehari selama 5 hari alias full day school pada tanggal 12 Juni 2017. Kebijakan ini berlaku mulai tahun ajaran baru yang jatuh pada Juli 2017.

“Full day sebenarnya pendidikan karakter. Itu pilihan kita menambah jam belajar di sekolah. Kemudian diisi dengan aktivitas-aktivitas macam macam. Full day adalah cara mendongkrak sistem pendidikan kita yang

masih rendah.” MuhadjirEffendy (dalam Siregar, 2017:307)

Kelebihan adanya program full day school adalah dengan waktu belajar sekolah yang panjang, akan memberikan guru waktu lebih banyak dengan murid-muridnya. Sehingga guru dapat memberikan perhatian lebih kepada murid yang tertinggal ataupun pelajaran yang sulit. Sehingga anak tidak perlu mengambil les pelajaran lagi setelah pulang sekolah. Saat ini banyak guru yang mengeluh waktunya terlalu sedikit, sedangkan materi yang diajarkan belum benar-benar dikuasai. Full day school dengan jam bertemu yang panjang, membuat murid lebih akrab satu dengan yang lain. Mereka tidak hanya berinteraksi di kelas, namun mereka berolahraga bersama, brmain bersama, bersenda gurau brsama, mengerjakan tugas kelompok bersama sehingga ikatan yang dibentuk oleh murid akan menjadi lebih kuat.

Orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah berbasis full day ini salah satu alasannya adalah pekerjaan atau kesibukan orang tua, dengan adanya tuntutan pekerjaan sampai sore, orang tua tidak bisa mendidik anak secara maksimal. Full day school akan membantu menjaga anak, sehingga mereka tidak di rumah sedirian, dan kemudian ditakutkan melakukan hal – hal yang negatif seperti tawuran. Dengan terus berada di sekolah sampai sore, dan kemudian pulang ketika orang tua sudah pulang, anak – anak cenderung berkegiatan yang positif. Hal ini dilakukan orang tua agar bisa menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan mendidik anak. Soapatty dan Suyanto, (2014:720) menyatakan bahwa alasan sekolah menggunakan full day school tidak lain adalah:

1. Adanya tuntutan kepada para orang tua untuk harus selalu mengawasi anaknya karena dikhawatirkan anak akan terjerumus kepada pergaulan yang tidak baik.

2. Kecenderungan anak apabila di rumah, hanya bermain dan malas untuk belajar.

3. Kurang adanya waktu dari orang tua untuk menemani anaknya karena adanya tuntutan kerja.

4. Keinginan orang tua agar anak mendapatkan sarana untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak.

Melihat berbagai faktor di atas sekolah menggunakan program full day school untuk memenuhi suatu realitas yang ada juga sebagai upaya untuk memaksimalkan waktu. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.

Selain itu juga untuk menghindari problematika anak akibat dampak kesibukan orang tua bekerja. Sebagaimana firman Allah swt. surat Al-Nahl ayat 125:                                           

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”.

Tidak semua sekolah tentu bisa melakukan kebijakan ini, dikarenakan belum memiliki sumber daya dan sarana transportasi yang memadai sebagai salah satu penyebabnya. Beragam tanggapan lainnya muncul sehubungan dengan wacana program full day school yang digulirkan oleh menteri pendidikan Bapak MuhadjirEffendy diantaranya adalah masalah yang terjadi pada psikologis anak.

Kondisi psikis, sangat besar pengaruhnya dalam kegiatan belajar mengajar apalagi pada anak usia sekolah yang begitu rentan. Berikut hadist yang menerangkan bahwa fitrah yang dibawa seseorang sejak lahir

sangat besar pengaruhnya oleh lingkungan, terlebih dalam lingkungan keluarga. Sebagaimana hadits shahih HR. Bukhari dan Muslim yang artinya:

“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka keadaan

orang tuanya yang menjadikan anaknya Yahudi, Nasrani dan

Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”.

Fitrah yang dibawa oleh anak besar pengaruhnya terhadap lingkungan, terutama dari lingkungan keluarga. Sehubungan dengan hal itu, potensi dasar yang dimiliki oleh anak harus dikembangkan dengan melakukan usaha berupa pendidikan yang dapat dilakukan oleh orang tua, guru atau orang-orang berada di sekitar anak (Hawi, 2017:72).

Anak-anak selain itu juga banyak kehilangan waktu di rumah yang akan menyita waktu anak untuk bermain, yang biasanya dilakukan di rumah atau di lingkungan rumah bersama keluarga atau teman-temannya. Dalam hal ini, diperkuat oleh Hawi (2017:73) yang menyatakan bahwa secara tidak langsung, dapat dikatakan sekolah sehari penuh ini telah mencabut kedaulatan anak. Pada intinya anak usia diantara 6-12 tahun adalah masa pencarian dengan bergembira dan bermain dengan teman-temannya. Padahal masa kecil adalah masa yang paling baik dan mudah untuk mengasah kemampuan anak dalam belajar terlebih bersama orang tuanya.

Sistem full day school ini menghabiskan waktu yang banyak berada di sekolah sehingga sedikit waktu anak yang dihabiskan bersama orang tua sebagai tempat bernaung, sebagai tempat kasih sayang, bercengkrama dan berdiskusi kecil dan pada akhirnya dapat mencabut kewajiban orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Padahal, pada dasarnya bukan sekolah

yang paling bertanggungjawab terhadap perkembangan psikis atau psikologis anak, sesungguhnya sekolah terbaik itu ada di dalam rumah dan pada keluarga dengan didikan dan kasih sayangnya (Hawi, 2015:73). Itu semua memang dapat dimaklumi, tetapi apapun alasannya, orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu menyeimbangkan antara pekerjaan dan mendidik anak (Hawi, 2017:73). Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat At-Tahrim ayat 6:

                                       

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Pendidik pertama dan yang utama adalah orang tua. Orang tua sendiri yang bertanggungjawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses anaknya merupakan sukses orang tuanya juga. Orang tua di sini menjadi pelopor akan keberhasilan anak-anaknya. Anak di sini sangat membutuhkan kasih sayang, tidak hanya ilmu saja yang dibutuhkan.

Kemampuan seorang guru untuk memberikan kasih sayang yang dibutuhkan anak untuk mengembangkan potensinya ketika anak berada di sekolah, bagaimana juga kompetensi para guru atau kinerja para guru dengan waktu mengajar yang lebih lama serta profesionalkah mereka menghadapinya

dan apakah penerapan sistem full day school ini disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak. Seperti yang kita tahu, daya tahan tubuh ataupun fikiran anak jelas berbeda-beda, selanjutnya bagaimana menghadapi faktor permasalahan-permasalahan tersebut (Hawi, 2015:74).

Banyak yang beranggapan bahwa full day school akan mengakibatkan anak menjadi tertekan dalam proses pembelajaran. Anak akan menjadi capek dan mudah merenung ketika diterapkan program full day school. Masyarakat sekitar juga banyak yang menolak akan kebijakan ini, masyarakat menilai bahwa setelah sekolah dalam program full day scholl, anak tidak bisa melanjutkan pendidikan informal seperti Madrasah Diniyyah (Madin) dan Taman Pendidikan al-Qur‟an (TPQ) dikarenakan tidak adanya waktu untuk

itu dan juga sudah terlalu lelahnya anak karena mengikuti pembelajaran selama 8 jam sehari di sekolah selama 5 hari.

Pendapat penulis di atas diperkuat oleh Azizah, (2014:4-5) yang menyatakan bahwa kesempatan dan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan rumah dan sekitarnya pun cenderung berkurang. Padahal bersosialisasi dengan keluarga dan lingkungan sekitar (teman sebaya atau tetangga) juga penting bagi perkembangan sosial emosional anak. Meski memang diajarkan untuk bersosialisasi, bergaul dengan teman dan gurunya di sekolah, tetapi sosialisasi di sekolah berbeda dengan di rumah/lingkungan sekitar.

Menurut Hawi (2015:72-73), keadaan psikis yang tidak baik salah satunya disebabkan oleh gangguan atau keadaan lingkungan. Persoalan psikis

merupakan masalah yang dialami oleh sistem full-day school, seperti halnya yang peneliti angkat bahwasanya sistem full-day school adalah sekolah dimana materi-materi pelajaran yang diberikan dan waktu belajarnya lebih banyak dibandingkan sekolah biasa yang bukan full day. Tentunya program full day shool ini juga akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak-anak yang bersekolah dengan sistem tersebut.

Banyak pakar-pakar pendidikan anak yang mengkritik bahwa jam pelajaran di sekolah selama ini terlalu banyak. Apalagi masih banyak kegiatan belajar mengajar yang masih terpaku pada kegiatan tatap muka di kelas, maka suasana yang tercipta menjadi formal. Dampak yang mungkin tidak terlalu disadari adalah siswa merasa terbebani dengan jam pelajaran tersebut, akibat yang lebih jauh lagi adalah mempengaruhi psikologis atau psikis (perkembangan jiwa anak) (Hawi, 2015:74).

Berlandaskan dari ruang lingkup di atas, kita dapat mengetahui bahwasanya program full day school yang diterapkan di sekolah dengan 8 jam sehari selama 5 hari dapat mempengerahui perkembangan psikologis anak, apakah nanti mengarah ke positif atau negatif dalam hal perkembangannya. Hal ini juga berlandaskan apa yang disampaikan oleh Hawi, (2015:74) bahwa apabila kenyataan yang terjadi berdampak pada terganggunya perkembangan psikologi anak dan apabila itu diabaikan, dibiarkan terus-menerus maka sangat memungkinkan terganggunya

perkembangan psikologi anak sehingga tujuan Pendidikan Nasional tidak akan terwujud.

Banyaknya pandangan yang negatif dan selalu mempertanyakan akan keberhasilan dari program full day school baik dari pakar pendidikan, lembaga sekolah, orang tua, dan masyarakat tidak membuat Sekolah Dasar

Plus Tahfizhul Qur‟an (SDPTQ) Annida dan Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Nidaul Hikmah Kota Salatiga patah arang untuk menerapkan program full day school ini. SDPTQ Annida memang tergolong masih baru dalam merintis lembaga pendidikan tepatnya pada tahun 2012 dan menggunakan program full day school, tetapi tidak untuk SDIT Nidaul Hikmah yang sudah lama merintis lembaga pendidikan dan menggunakan program full day school sejak tahun 2005 jauh sebelum Mendikbud Bapak Muhadjir Effendy menetapkan pada tanggal 12 Juni 2017.

SDPTQ Annida dan SDIT Nidaul Hikmah merupakan lembaga pendidikan yang menggunakan program full day school di Salatiga. SDPTQ Annida dan SDIT Nidaul Hikmah telah membuktikan anggapan-anggapan negatif terkait dengan program full day school. Salah satu tujuan dari program full day school adalah untuk mendampingi anak melalui pembiasan-pembiasaan yang diterapkan secara penuh agar memberikan dampak perkembangan yang maksimal. Metode-metode pembelajaran yang diterapkan sangat bervariasi dan menarik agar siswa tidak bosan dan jenuh. Program ini berlaku untuk semua kelas, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Untuk kelas 1 sendiri dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam

berproses menjalankan program ini. Anak-anak akan mulai terbiasa menyukainya, dan menikmatinya ketika sudah beradaptasi dengan program full day school. Meskipun juga ada beberapa anak yang merasakan kebosanan dan kejenuhan akan program full day school yang diterapkan di SDPTQ Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga.

Berlandaskan dari latar belakang itu penulis mengangkat judul “Full Day School dan Perkembangan Psikologis Anak (Studi Kasus di SD Plus

Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018)”.

B. Fokus Penelitian

Kaitannya dengan judul penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu:

1. Bagaimana konsep full day school di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida

dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018?

2. Bagaimana perkembangan psikologis anak di SD Plus Tahfizhul Qur‟an

Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018?

3. Apa kendala program full day school yang dialami guru dan anak di SD

Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga

Tahun 2018? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui konsep full day school di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida

dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018.

2. Mengetahui perkembangan psikologis anak di SD Plus Tahfizhul Qur‟an

Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota Salatiga Tahun 2018.

3. Mengetahui kendala program full day school yang dialami guru dan

siswa di SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah

Kota Salatiga Tahun 2018. D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoretik

Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai bahan pengembangan khazanah kajian keilmuan teoritis terkait pengembangan kecerdasan dan potensi anak terutama di dalam dunia pendidikan.

2. Manfaat Praksis

a. Bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di lembaga terkait.

b. Bagi pemerintahan dapat menjadi bahan acuan dan menindak lanjutinya sebagai kebijakan agar setiap sekolahan menggunakan program full day school.

c. Bagi para pengembang mutu pendidikan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan selanjutnya untuk meningkatkan prestasi anak bangsa.

d. Bagi para pendidik bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk terus berkarya dalam meningkatkan dan melejitkan kecerdasan peserta didik.

e. Bagi para orang tua bisa dijadikan rujukan untuk mensekolahkan anak-anaknya di lembaga yang tepat dan berprestasi.

f. Bagi siswa sebagai pengalaman yang baru dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. g. Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu

permasalahan dan menemukan solusinya. E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:

1. Full Day School

Full day school berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari tiga kata yaitu full yang artinya penuh, day yang artinya hari, dan school yang artinya sekolah (Soapatty dan Suyanto, 2014:720). Jadi full day school adalah kegiatan sehari penuh di sekolah. Dalam penelitian ini, full day school adalah sekolah dengan sistem pembelajaran yang dilakukan dari pagi sampai sore mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB. 2. Perkembangan Psikologis

Perkembangan psikologis menurut Monks (1975:3) adalah suatu proses yang dinamik. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat

lingkungan akhirnya menentukan tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi. Dari paparan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perkembangan psikologis adalah hasil atau dampak dari proses belajar mengajar terhadap perubahan psikologis anak. Aspek-aspek perkembangan psikologis yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada ranah perkembangan kognitif, moral (perilaku), emosional, sosial, dan keagamaan. Peneliti hanya memfokuskan pada lima ranah aspek perkembangan psikologis tersebut untuk memaksimalkan hasil dari penelitian.

3. Anak

Anak di sini merupakan siswa atau murid yang bersekolah atau sedang menempa jalur pendidikan.

4. SD Plus Tahfizhul Qur‟an Annida dan SDIT Nidaul Hikmah Kota

Salatiga.

Dokumen terkait