• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KESTABILAN TERMAL MEMBRAN γ Al 2 O 3 DAN MATRIKS α-al 2 O 3 UNTUK PEMISAHAN GAS H 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KESTABILAN TERMAL MEMBRAN γ Al 2 O 3 DAN MATRIKS α-al 2 O 3 UNTUK PEMISAHAN GAS H 2"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KESTABILAN TERMAL MEMBRAN γ Al

2

O

3

DAN

MATRIKS α-Al

2

O

3

UNTUK PEMISAHAN GAS H

2

Tumpal Pandiangan

Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN

ABSTRAK

ANALISA KESTABILAN TERMAL MEMBRAN γ-Al2O3 DAN MATRIKS α-Al2O3 UNTUK PEMISAHAN GAS H2. Lapisan γ-Al2O3 direduksi porositasnya dengan mengalirkan larutan TEOS secara

CVD (Chemical Vapour Devosition) pada lapisan γ-Al2O3. Alpha alumina (α-Al2O3) dibuat dengan larutan

sol-gel. Kestabilan termal masing-masing diamati dari suhu kamar sampai suhu 1300°C dengan menggunakan metode differential thermal analysis (DTA). Pertumbuhan fasa pada lapisan γ-Al2O3 akibat

dipanaskan dari 400oC hingga 1300oC diamati dengan difraksi sinar-X sedangkan permukaannya diamati

dengan scanning electron microscope (SEM). Hasil difraksi sinar-X menunjukkan bahwa fasa alpha (α) tumbuh mulai dari suhu 400°C hingga 1300°C, sedangkan α-Al2O3 yang dibuat dengan proses sol-gel

tumbuh pada suhu 1200oC. Lapisan γ-Al

2O3 pada kisaran suhu kamar hingga 1300oC adalah relatif stabil,

namun pada temperatur sekitar 1100oC tampak puncak endotermik relatif yang kecil. Pada permukaan

lapisan γ-Al2O3 terdapat intensitas unsur Si relatif tinggi dibandingkan dengan unsur O2 dan H2. Hasil uji

permeasi γ-Al2O3 adalah 1 x 10-8 mol/Pa m2 s, 0,8 x 10-8 mol/Pa m2 s dan 0,6 x10-8 mol/Pa m2 s

masing-masing untuk gas N2, He dan H2.

ABSTRACT

THERMAL STABILITY ANALYSIS OF THE γ-Al2O3 MEMBRANE AND α-Al2O3 MATRIX FOR H2 GAS SEPARATION. The γ-Al2O3 layer had been reduced it’s porosities by draining the TEOS solution to it’s layer as CVD method. The α-Al2O3 had been made by sol gel method. The thermal stability of both

alumina were observed from room temperature to 1300oC by means of DTA method. The growth of γ-Al 2O3

layer that was heated from 400oC to 1300oC was observed by means of X-ray diffraction. Mean while its

surface condition was observed by SEM method. The x-ray diffraction show that alpha phase grow-up from 400oC to 1300oC, but the α-Al

2O3 that was made by sol-gel method grow-up at 1200oC. In the range from

room temperature to 1300oC γ-Al

2O3 layer is stable but at a round of 1200oC an endothermic small peak

appear. On the γ-Al2O3 surface Si element is more than H2 and O2 elements. The results of permeance

testing of the γ-Al2O3 layer is of 1 x 10-8 mol/Pa m2 s , 0,8 x10-8 mol/Pa m2 and 0,6 x10-8 mol/Pa m2 s for

N2, He and H2 gaseous respectively.

Key words : CVD, Permeance, TEOS, γ-Al2O3, α-Al2O3

PENDAHULUAN

engingat keterbatasan energi fossil dan besarnya tingkat pencemaran yang ditimbulkannya pada lingkungan, maka perlu dicari energi pengganti yang ramah terhadap lingkungan dan tidak terbatas ketersediaanya. Hidrogen adalah energi pengganti yang sudah lama dipelajari, terutama dalam hal meningkatkan efisiensi termal. Berdasarkan hasil penelitian di berbagai negara di dunia, efisiensi termal produksi hidrogen dapat di tingkatkan dari sekitar 45 % hingga sekitar 75 %. Hal ini akan dicapai apabila suplai panas yang digunakan berasal dari panas reaktor nuklir [1,2,3]

M

Walaupun efisiensi termal dapat ditingkatkan, namun untuk aplikasi produksi hidrogen diperlukan pengujian ketahanan termal

material produksi khususnya membran dan matriks yang dioperasikan pada berbagai temperatur, khususnya ketahanan termal pada kondisi lingkungan proses produksi hidrogen[4]. Ketahanan

termal baik untuk α-Al2O3 maupun untuk γ-Al2O3

diuji dengan menggunakan alat DTA sedangkan kemampuan permeasi γ - Al2O3 di ukur dengan

menggunakan alat ukur permeasi. Hasil permeasi dari membran akan diteliti sebagai fungsi perubahan temperatur.

Sebelum dilakukan pengujian namun terlebih dahulu dilakukan sintesa alumina dengan proses Sol-gel. Alumina dapat dibuat melalui empat macam proses yaitu : proses kontrol presipitat, proses dekomposisi garam, proses konvensional atau biasa disebut sebagai proses bayer dan proses sol-gel[5,6,7,8]. Proses sol-gel

(2)

merupakan teknik terbaru yang dikembangkan untuk membuat keramik alumina. Proses ini dapat mengontrol struktur mikro dari sifat keramik dengan jalan mengontrol parameter proses yang ada. Suhu pemanasan yang diberikan relatif rendah dan kemurnian produk yang dihasilkan relatif tinggi.

Hasil proses sol gel berupa alumina, kemudian diuji dengan alat DTA. Pengujian ini menghasilkan informasi temperatur dan energi perubahan fasa, sedangkan alat difraksi sinar–X akan menginformasikan jenis fasa yang terjadi. Alumina dapat dibuat melalui empat macam proses yaitu : proses kontrol presipitat, proses dekomposisi garam, proses konvensional atau biasa disebut sebagai proses bayer dan proses sol-gel [9,10,11].

Hal yang menarik untuk diamati pada proses pembuatan keramik alumina dengan proses sol-gel adalah terjadinya transformasi fasa. Menurut beberapa para peneliti, fasa-fasa yang terjadi adalah alumina hidrat (dapat berupa boehmite),

gamma-, delta-, theta- dan alpha- alumina.

Masing-masing fasa tersebut mempunyai sifat fisis yang berbeda. [4,5]. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kestabilan termal dan kemampuan permeasi membran γ-Al2O3 yang telah dibuat

dengan metode CVD dan kestabilan termal matriks α-Al2O3 yang dibuat dengan metode sol-gel.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Dalam penelitian ini, bahan yang digunakan

adalah Alumina tritert butoxide

[(C2HSCH(CH3)0)3Al], air (H2O), HCl dan

alat-alat berupa neraca analitik, peralat-alatan gelas, termometer, magnet stirrer, ruang pemanas, pengukur pH, XRD, DTA, MO dan SEM

Metode Penelitian

Satu mol serbuk aluminum tritert butoxide [(C2HsCH(CH3)0)3Al] dicampur dengan 100 mol

air (H2O) dan diaduk sampai homogen. Setelah

bomogen, pada suhu 90°C campuran tersebut dipeptisasi dengan katalis asam, 0,2 mol HCl. Proses polimerisasi ini membentuk gel. Gel yang diperoleh dikeringkan pada subu 90°C yang kemudian dibagi-bagi untuk dipanaskan pada beberapa suhu, yaitu 300°C, 400°C, 500°C, 600°C, 700°C, 800°C, 900°C, l000°C, 1100°C, 1200°C dan 1300°C selama satu jam dalam ruang pemanas

(furnace). Setelah itu, sampel segera dikeluarkan

dari ruang pemanas dan didinginkan di udara.

Evolusi termal diamati dengan analisis termal dari suhu kamar sampai suhu 1300°C menggunakan

dfferential thermal analysis (DTA) dan

thermogravimetric analysis (TGA). Fasa-fasa yang

terjadi pada setiap sampel ditentukan dengan X-ray

diffractometry (XRD). Identifikasi fasa dilakukan

dengan menggunakan metode Hanawalt secara

manual dan analisis kuantitatif dilakukan pada pola

difraksi sampel 1000°C, puncak 012 (fasa alpha) dan 004 (fasa theta) dengan menggunakan metode perbandingan langsung. Morfologi permukaan sampel diamati dengan mikroskop optik (MO) dan

scanning electron microscope (SEM). Sedangkan

kerapatan sampel diukur dengan piknometer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1.Menunjukkan pola difraksi alumina yang telah dipanaskan pada suhu 90oC,

300oC, 400oC, 500oC, 600oC, 700oC, 800oC, 900oC,

1000oC, 1100oC, 1200oC dan 1300oC di mana B

menunjukkan fasa boehmite. Fasa ini terdapat

pada suhu kalsinasi 90,300,400 dan 500oC.. γ menunjukkan fasa gamma. Fasa gamma terbentuk mulai suhu kalsinasi pada 400, 500, 600, 700, 800 dan 900oC. δ menunjukkan fasa delta. Fasa θ

terbentuk pada temperatur kalsinasi 900, 1000oC

menunjukkan fasa theta dan alpha menunjukan fasa

alpha. Fasa boehmite terbentuk pada suhu 90°C-

300°C. Sebagian fasa boehmite bertranformasi menjadi gamma pada suhu 400°C-500°C dan fasa

gamma terbentuk sempurna pada suhu 600°C-

800°C. Fasa delta terbentuk sempurna pada suhu 900°C. Pada suhu 1000°C, terbentuk fasa theta dan

alpha. Secara kuantitatif, fasa theta (puncak 004)

yang terbentuk sebesar 50,18% dan alpha (puncak 012) 49,82%. Pada suhu 1100°C-1300°C, fasa alpha terbentuk sempuma.[7].

Gambar 2 merupakan kurva pengamatan analisa termal (DTA dan TGA) pada gel kering yang dipanaskan dari suhu kamar sampai suhu 1300oC. Pada kurva DTA terbentuk 2 puncak

endotermik dan 3 puncak eksotermik. Kurva TGA menunjukkan 4 daerah massa yang berkurang, masing-masing menunjukkan peristiwa pelepasan senyawa organik, kristalisasai fasa boehmite, gamma dan alpha. Pada pengamatan ini, transformasi dari fasa gamma ke delta, delta ke theta tidak terdeteksi. Namun demikian, pada daerah transformasi tersebut menunjukkan adanya peristiwa dekomposisi.

(3)

Gambar 3. Pola difraksi sinar untuk γ-Al2O3

dari suhu 500 hingga 1300oC

Gambar 3 merupakan pola difraksi sinar untuk γ-Al2O3 yang dipanaskan dari suhu 400oC

hingga 1300oC. Pola difraksi ini menunjukkan

terjadinya pertumbuhan fasa alpha alumina. Gambar 5 adalah thermogram DTA-TG sample γ-Al2O3 dari temperatur kamar hingga 1300oC.

Thermogram ini menunjukkan kestabilan termal higga suhu 1100 oC , di atas suhu ini terjadi puncak

endotermik yang relatif kecil.

Proses Sol-Gel dilakukan dengan mencampur 1 mol ATB [C2H5CH(CH3)0)3Al]

dengan 100 mol air (H2O) menghasilkan larutan

hidroksil alkoksida dan butanol. Reaksi kimianyaadalahsebagai berikut:

[(C2HSCH(CH3)0)3Al] + H2O →

Al(C2HSCH(CH3)O)OH + C4H9OH.

Gambar 4. Thermogram DTA-TG sample γ-Al2O3 dari temperatur kamar hingga

1300oC.

Pada proses hidrolisa ini, sebagian besar butanol menguap. Ketika diberikan suhu sebesar 90°C dan katalis asam 0,2 mol HCl, campuran tersebut kemudian menjadi gel. Reaksi kimianya sbb. :

2Al(C4CH(CH3)OH(OH) + H2O + 0,2 Mol HCl →

C2H5CH(CH3)O-Al(OH)-O-Al(OH)HOC4CH(CH3) +

2CH90H.

Proses polimerisasi ini menghasilkan polimer dan butanol. Pada proses ini, sebagian butanol menguap. Selanjutnya gel dipanaskan pada suhu ini sampai kering.

C4CH(CH3)O-Al(OH)-A1(OH)-OC4CH(CH3) →

2CH90H + 2 AlOOH pada 90°C.

Pada proses pengeringan ini, sebagian molekul air dan sisa butanol menguap. Pada rangkaian peristiwa tersebut, Kurva DTA dan TGA Gambar 2 menunjukkan adanya peristiwa evolusi air dan alkohol. Pada kurva DTA, peristiwa tersebut menyerap energi sebesar 1489,997 mJ (puncak endotermik pertama) dan pada kurva TGA, menunjukkan adanya pengurangan massa sebesar 7,593%. Data XRD pada interval suhu 90°C- 300°C menunjukkan fasa boehmite (ALOOH). Kurva DTA menunjukkan bahwa fasa ini terbentuk dengan melepaskan energi sebesar 3037,758 mJ (puncak eksotermik pertama). Pada peristiwa ini, terjadi pe1epasan sisa air dan alkoho1 [9] serta terbentuknya struktur kristal ortorhombik sehingga mengakibatkan pengurangan massa sebesar 24,194% (kurva TGA).

Pada suhu 400°C-500°C, sebagian besar fasa

(4)

Menurut Urretavizcaya et al. (1998), transformasi ini terjadi karena adanya pe1epasan gugus OH. Sedangkan menurut Clark et al. (1984), dengan menggunakan FT -IRRS, pada peristiwa ini terdeteksi adanya evo1usi struktur air dan HC1.

Pada kurva DTA, peristiwa ini menyerap energi sebesar 599,347 mJ (puncak endotermik kedua). Pada suhu 600°C- 700°C, fasa gamma terbentuk sempurna dengan kehilangan massa sebesar 11,893% (kurva TGA). Pembentukan fasa ini melepaskan energi sebesar 7941,431 mJ (puncak eksotermik kedua) Data XRD pada suhu 800°C menunjukkan fasa gamma.

Fasa delta terbentuk sempurna pada suhu 900°C. Peristiwa termal pada transfornalasi gamma menjadi delta tidak terdeteksi, baik oleh DTA maupun TGA. Transformasi delta menjadi theta tidak terdeteksi oleh DTA mupun TGA karena energi yang terlibat da1am transformasi ini kecil dan kemungkinan transformasi yang terjadi merupakan transformasi orde kedua yang hanya bisa dideteksi dengan DSC. Pada transformasi ini, struktur tetragona1 berubah menjadi monoklinik.

Gambar 5 menunjukkan permeasi unsur gas tunggal He, N2 dan H2 melalui membran

modifikasi 23 jam waktu deposisi. Permeasi He dan H2 melalui membran meningkat relatif sangat

lambat, sedangkan gas N2 relatif menurun lambat

dengan meningkatnya temperatur. Tingkat daya pisah gas H2 terhadap N2 pada temperatur 600oC

adalah 5,05 dan angka ini menunjukkan lebih tinggi dari daya pisah berdasarkan prinsip knudsen

diffusion.

Gambar 5. Permeasi gas H2, N2 dan He

Permeasi melalui membran dihitung dengan menggunakan persamaan P(mol/Pa m2 s) = F/ (A∆ρi) . P adalah permeasi (mol/Pa m2 s), F adalah

banyaknya gas permeating tiap satuan

waktu(mol/s), A adalah luas permukaan membran (m2) dan ∆ρi adalah perbedaan tekanan parsial

membran. Pada permukaan lapisan γ-Al2O3

terdapat intensitas unsur Si relatif tinggi dibandingkan dengan unsur O2 dan H2.

Gambar 6 menunjukkan hasil X-ray pada permukaan lapisan γ-Al2O3 dengan metode EPMA.

Pada permukaan lapisan γ-Al2O3 terdapat

intensitas unsur Si relatif tinggi dibandingkan dengan unsur O2 dan Al, hal ini dibuktikan oleh

puncak untuk unsur Si yang lebih tinggi dibanding dengan kedua unsur lainnya. Hal ini juga menyatakanj bahwa di bagian permukaan luar membran didominasi oleh unsur Si sebagai dampak dari perlakuan proses CVD.

Gambar 6.

Gambar 6. X-ray X-ray pada permukaan lapisan pada permukaan lapisan γγ-

-Al

Al22OO33 dengan metode EPMA dengan metode EPMA

KESIMPULAN

Lapisan γ-Al2O3 menunjukkan adanya

kestabilan termal dari temperatur kamar hingga 1100oC, sedangkan alumina hasil proses sol-gel

mengalami evolusi termal. Evaluasi yang terjadi adalah antara suhu 90oC-300oC berupa fasa

bohtmite, antara suhu 400oC-800oC berupa fasa

gamma, sekitar suhu 900°C berupa fasa delta,

sekitar suhu 1000oC berupa fasa theta. Permeasi

unsur gas tunggal He, N2 dan H2 melalui membran

lapisan γ-Al2O3 meningkat relatif, sedangkan gas

N2 relatif menurun lambat dengan meningkatnya

temperatur. Tingkat daya pisah gas H2 terhadap N2

pada temperatur 600oC adalah 5,05 dan angka ini

menunjukkan lebih tinggi dari daya pisah pada prinsip knudsen diffusion = 3,74.

(5)

1. ONUKI K., et al., Thermochemical hydrogen

production by IS cycle, proceeding , 14th

world hydrogen energy conference, Montreal, Canada, (2002)

1. NORMAN, J.H., Besenbruch, G.E., and O’keefe,D.R., Thermochemical water- splitting for hydrogen production, (1981) GRI-80/0105,March

2. NAKAJIMA, H., et al., A Study on a close cycle hydrogen production by thermochemical water- splitting is process, Proc. 7th Int. conf.

on nuclear Engineering (ICONE-7),1999 3. ONUKI, K., et al., Thermochemical hydrogen

production by IS cycle, Proc. 14th World hydrogen Energy Conf., Montreal, Canada, (2002)

4. PURNAMA S., SITOMPUL A., AHDA S., Sintesis alpha alunina dengan proses sol- gel, Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi II 1997. PISM-BATAN, Serpong.

5. BRINKER C. J., SCHERER G.W., SoI-gel science the physic and chemical of sol-gel Processing, Academic Press Inc. San Diego. 6. BRINKER C. J., SCHERER G.W., SoI-gel

science, the physic and chemical of sol-gel processing, Academic Press Inc. San Diego. 7. ORIFINE R. L., VASCONCELER M.R.,

Sol-gel transition and structural evolution on .multicomponent gels derived from the alumma-silica system, J. SoI-Gel Science Technology

8. CLARK D. E., LANNUTTI, 1984, Phase transformations in sol-gel derived aluminas, Jolm Wiley & Sons, New York. 9. BRINKER C. J., SCHERER G.W., 1990,

SoI-gel Science, The Physic. and Chemcal, of sol-gel Processing, Academic Press Inc. San Diego.

10. OREFIRE R. L., VASCONCELOS W.R., 1997, Sol-gel transition and structural evolution on .multicomponent gels derived from the alumma-silica system, J. SoI-gel – science-technoog,. 9 : 239-249.

TANYA JAWAB

Dendang H.

−Perbedaan metode konvensional dengan yang Saudara kembangkan serta bagaimana jika ditinjau dari segi ekonomisnya ?

Tumpal Pandiangan

Perbedaan metode konvensional produksi H2 dengan yang sekarang dikembangkan adalah :

Konvensional : metode elektrolisa air (tidak efisien)

Modern : metode thermokimia (efisiensi =

70%)

Metode Thermokimia lebih ekonomis

dibandingkan dengan metode elektrolisis.

Yuri Garini

−Bagaimana cara membuat membran ? Tumpal Pandiangan

Cara membuat membran γ Al2O3, yaitu dengan

menggunakan metoda CUD mengalirkan uap gas dari cairan silikat pada permukaan Al2O3

pada temperatur sekitar 450 0C, pada tekanan 1

Gambar

Gambar 3. Pola   difraksi   sinar     untuk     γ-Al 2 O 3
Gambar 5. Permeasi gas H 2 , N 2  dan He Permeasi melalui membran dihitung dengan  menggunakan   persamaan     P(mol/Pa   m2   s)   =   F/

Referensi

Dokumen terkait

• Menjawab, memperhatikan dan menanggapi keluhan dan saran yang masuk terkait dengan produk yang sudah dipasarkan (Keluhan/saran yang menyangkut produk secara mendetail akan

Penilaian responden pada variabel tentang perkembangan UT saat ini menunjukkan nilai 3,61 berarti responden menilai UT memiliki perkembangan yang baik ( 3,41-4,20)

Dengan rumusan masalah apakah variabel faktor pendidikan kewirausahaan, lingkungan keluarga, ekspektasi pendapatan, dan landasan moral bisnis syariah berpengaruh

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji t menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa depan, disebabkan karena arus kas

Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, struktur audit merupakan intruksi-intruksi yang harus dilakukan, intruksi tersebut adalah saling

Inseminasi Buatan dan Evaluasi Keberhasilan IB Akseptor yang menunjukkan gejala-gejala estrus diinseminasi dengan semen yang telah diencerkan sebanyak 0,25 ml..

Kondisi oklusi gigi geligi juga harus dievaluasi (Nazruddin, 2002). Beberapa otot-otot penting sistem pengunyahan dapat dipalpasi untuk mengetahui adanya rasa sakit dan

Laporan Pemantauan kali ini juga melaporkan tentang konflik terkait bantuan dan insiden “main hakim sendiri ”, termasuk beberapa kejadian di mana warga yang menangkap