• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN WONOSOBO THE IMPLEMENTATION OF TOURISM DEVELOPMENT POLICY IN WONOSOBO REGENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN WONOSOBO THE IMPLEMENTATION OF TOURISM DEVELOPMENT POLICY IN WONOSOBO REGENCY"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

THE IMPLEMENTATION OF TOURISM DEVELOPMENT POLICY IN WONOSOBO REGENCY

Oleh: Ika Nur Afni dan Drs. Argo Pambudi, M. Si. Afni140@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan untuk rekomendasi bagi pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi permasalahan terkait pengembangan pariwisata. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonosobo, dengan menggunakan teori implementasi kebijakan menurut Edward III. Informan penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala dan staff Bidang Pengembangan Destisansi Obyek Wisata, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Kepala Karang Taruna Desa Maron, Pengelola Obyek Wisata, Pengunjung Obyek Wisata. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber dipilih untuk pemeriksaan keabsahan data.Teknik analisis data menggunakan model interaktif dari Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi kebijakan pengembangan pariwisata yang dilaksanakan belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan belum tercapainya ke empat kelompok variabel keberhasilan implementasi kebijakan menurut Edward III yaitu: (1) Sumber daya anggaran dan prasarana yang belum memadahi, (2) Belum adanya peraturan khusus yang mengatur pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo, (3) Belum adanya komitmen yang kuat dari keseluruhan pelaksana kebijakan pengembangan pariwisata. Meskipun beberapa indikator belum terpenuhi, masih terdapat satu indikator yang sudah dilaksanakan dengan baik yaitu: Komunikasi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik dalam upaya pengembambangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

Kata Kunci : Kebijakan pemerintah, Implementasi kebijakan, Pariwisata Abstract

This study aimed to describe and analyze the implementation of tourism development policy in Wonosobo Regency along with the supporting and impeding factors in the implementation of the policy. In addition, this research can also be used as recommendations for the central and local governments to making out issues related to the tourism development. This research used descriptive research design with a qualitative approach. This research was conducted in Wonosobo, by using the theory of policy implementation according to Edward III. The informants of this study areHead and staff of tourism object development division of the Tourism and Culture Department of Wonosobo Regency, the Head of Technical Implementation Unit of Tourism and Culture Department of Wonosobo Regency, Head of the Youth Community of Maron Village, the Tourism Object Manager, and the Visitors of the Tourism Object. The technique of collecting data was using interviews, observation and documentation. Triangulation source was chosen for examining validity of the data. Data were analyzed by using an interactive model by Miles and Huberman. The results of this study showed that the implementation process of the tourism development policy has not been going well. It is caused by the achievement of the four groups of successful variables of policy implementation by Edward III that has not been achieved, which are: (1) the insufficient of budget and infrastructure resources, (2) the absence of special regulations governing the tourism development in Wonosobo Regency, (3) the absence of a strong commitment from the overall implementation of tourism development policy. Although some indicators have not been achieved, there was still one indicator that has been well implemented. The indicator was that the communication has been done well in the effort of tourism development in Wonosobo Regency.

(2)

PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu pilar utama yang digalakkan oleh pemerintah dalam pembangunan berkelanjutan. Pariwisata menjadi penyumbang produk domestik bruto, devisa bagi suatu negara. Jumlah kunjungan wisata dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan surat keterangan pers dari Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementrian Pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada September 2016 mencapai 1.006.653 atau mengalami peningkatan sebesar 9,40% dibandingkan September 2015 yang berjumlah 920.128 wisman. Selama tiga bulan berturut-turut, yakni dari Juli, Agustus, dan September 2016 jumlah kunjungan wisman menembus angka di atas 1 juta wisman (Data Kementrian Pariwisata tahun, 2016)

Pariwisata di Indonesia tersebar diberbagai daerah dari Sabang sampai Merauke, sehingga untuk memudahkan pengembangannya maka masing-masing daerah mempunyai wewenang sendiri dalam mengembangkan paiwisata yang ada. Hal ini juga berdasarkan pada pelaksanaan UU No 23 Tahun 2014 mengenai pemberlakuan Otonomi Daerah, dengan ini Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola segala potensi yang ada didaerahnya masing- masing. Hal tersebut juga berlaku untuk pariwisata, karena

pariwisata merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh suatu daerah.

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu daerah yang kaya akan potensi pariwisata dan menjadi destinasi unggulan di Jawa Tengah karena kondisi geografis dan topografisnya. Adapun potensi daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Wonosobo yaitu kesenian tradisional, tari, wisata kuliner, wisata alam, wisata pengunungan, wisata sejarah, wisata geologi, wisata pendidikan, wisata tradisi, hingga wisata buatan.

Potensi pariwisata di Kabupaten Wonosobo sangat prospektif untuk terus dikembangkan dimasa depan, khususnya wisata alam yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo pengunjung pada tahun 2014 mencapai 600.595 wisatawan atau mengalami peningkatan sebesar 24,3% dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 483.428 wisatawan. Adapun data pengunjung obyek wisata di Kabupaten Wonosobo sebagai berikut:

Tabel. 1. Jumlah Pengunjung di Beberapa Obyek Wisata Wonosobo

No Tahun Jumlah (orang)

1 2010 274.891

2 2011 292.583

3 2012 412.736

4 2013 483.428

5 2014 600.959

Sumber:Disparbud Kabupaten Wonosobo 2015

(3)

Kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo tertuang pada Logframe Rencana Pembangunan Jangka Menengah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Logframe RPJM Dinas Pariwisata dan Kebudayaan berisi tentang program fisik maupun non fisik yang ditujukan untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo yang mengacu pada Rencana Jangka Panjang Kabupaten Wonosobo serta Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah. Selain itu Logframe juga ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan terkait pengembangan pariwisata.

Dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Wonosobo, Pemkab Wonosobo dihadapkan pada dua masalah utama. Adapun masalah tersebut meliputi: (1) sarana dan prasarana yang masih minim diberbagai kawasan obyek wisata. Sarana penunjang seperti Kamar Mandi umum, tempat sampah, akses jalan, serta tempat parkir belum maksimal, (2) selama ini pemerintah hanya terpaku pada pengelolaan pariwisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng saja. Kawasan lain seperti Taman Rekreasi Kalianget, Gardu Pandang serta Gelanggang Renang Mangli belum dikembangkan secara optimal.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo dan upaya

Wonosobo dalam mengatasi permasalahan terkait pengembangan pariwisata yang ada.

Penelitian ini menggunakan teori dari Edward III untuk menganalisis keberhasilan implementasi kebijakan pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Edward mengajukan empat faktor yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor komunikasi (communication), sumber daya (resources), disposisi (disposition), dan struktur birokrasi (bureucratic structure) (Edward dalam Widodo 2007:97).

Penelitian ini juga mengacu pada konsep kepariwisataan Indonesia terdapat empat misi menurut Muljadi (2012:26). Empat misi tersebut berangkat dari sebuah konsep bahwa kepariwisataan memiliki tuntutan untuk mengendalikan diri yang mengutamaka manusia sebagai subjek sentral. Kepariwisataan berorientasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sehingga kekuatan inti pariwisata Indonesia berada ditangan rakyat atau disebut kepariwisataan berbasis masyarakat (Community Based Tourism Development). Dibawah ini adalah empat misi Kepariwisataan Indonesia meliputi: (1) pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam mengembangkan kepariwisataan, (2) pemanfaatan kebudayaan untuk kepariwisataan guna kepentingan agama, pendidikanm ilmu

(4)

serta persahabatan antar bangsa, (3) pengembangan produk kepariwisataan yang berwawasan lingkungan bertumpu pada budaya daerah, pesona alam, pelayanan prima dan berdaya saing global, (4) pengembangan sumber daya manusia Kepariwisataan yang sehat, berakhlak mulia dan profesional.

Teori dipilih karena ke empat variabel saling berkaitan dengan konsep kepariwisataan Indonesia serta dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda dalam menganalisis keberhasilan implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan desain penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran lengkap tentang implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Kantor UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, beberapa obyek wisata. Obyek wisata yang diilih adalah Telaga Warna, Telaga Menjer, Taman Rekreasi Kalianget, Dieng Plateau Theater. Hal ini disebabkan ke tiga obyek wisata merupakan

destinasi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Bapak Asrmoro selaku Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Obyek Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Bapak Oni Kepala UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo bagian Garung, Bapak Budiroch Kepala UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo bagian Kota, Bapak Arif Kepala UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo bagian Wadaslintang Bapak Joko selaku Kepala Karang Taruna Desa Maron, Pengelola Obyek Wisata Telaga Warna, Telaga Menjer, Pengunjung Obyek Wisata. Data, Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer yang didapat secara langsung pada lokasi penelitian melalui proses wawancara dengan narasumber mengenai Impelementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Sedangkan data sekunder adalah: data jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Wonosobo, Perda No 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wonosobo, Logframe Rencana Pembangunan Jangka Menengah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Tupoksi

(5)

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo serta Jurnal terkait pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri menggunakan alat bantu penelitian pedoman observasi dan wawancara dalam menggali informasi terkait implementasi pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Selain itu peneliti juga menggunakan pedoman analisis data sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi serta dokumentasi.

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yang dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dan mengklarifikasi data yang diperoleh dari informan penelitian yang diperoleh dari data primer, sehingga peneliti dapat memperoleh data informasi yang valid untuk membantu dalam menganalisis Implementasi kebijakan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

Teknis Analisis Data 1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam proses penelitian ini yaitu hasil wawancara dengan informan penelitian mengenai indikator keberhasilan dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

2. Reduksi Data

Dalam penelitian ini peneliti mengumpullkan data dengan secara tertulis melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti memilah mana data yang perlu dan yang tidak diperlukan agar sesuai dengan fokus penelitian yaitu tentang implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

3. Penyajian Data

Dalam pembahasan, peneliti menganalisis dan mengkaji data untuk disesuaikan maupun dibandingkan dengan teori yang dipilih. Teori yang digunakan adalah teori keberhasilan implementasi kebijakan menurut Edward III. Analisis data yang digunakan mengarah pada fokus penelitian yaitu Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

4. Penarikan Kesimpulan

Dalam pengolahan data, peneliti mulai mencari makna dari data-data yang sudah terkumpul, sehingga ditarik kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Wonosobo

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan variabel yang sangat mempegaruhi keberhasilan dalam implementasi kebijakan. Menurut

(6)

komunikasi diartikan sebagai proses penyampain informasi komunikator kepada komunikan. Informasi mengenai kebijakanperlu disampaikan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditrasnmisikan kepada kelompok sasaran.

Dalam penelitian ini terdapat dua komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaa yaitu komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal yaitu komunikasi antar pelaksana kebijakan. Komunikasi ini dilakukan dengan cara rapat koordinasi rutin yang dilakukan dua bulan sekali. Rapat koordinasi ini betujuan untuk menyampaikan program- program pengembangan serta monitoring pada program yang telah dilakukan. Apabila terdapat beberapa masalah teknis dilapangan maka biasanya akan ada rapat insidental untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Sedangkan untuk komunikasi ekternal dilakukan melalui sosialisasi langsung kepada masyarakat melalui seminar dan berbagai macam event. Selain itu juga melalui brosur yang dibuat oleh Disparbud dalam mempromosikan obyek wisata yang ada di Kabupaten Wonosobo. Selain itu promosi obyek wisata juga terbantu oleh masyarakat yang saat ini aktif menggunakan sosial media. Semakin banyak

masyarakat yang mengunggah foto ke media sosial menjadikan pariwisata di Kabupaten Wonosobo juga ikut berkembang.

Berdasarkan penjelasan diatas dari segi komunikasi yang dilakukan untuk mengembangkan pariwisata di Kabupaten Wonosobo sudah berjalan dengan baik. Namun juga perlu peningkatan dalam penggunaan teknologi seperti website dan beberapa media sosial lainnya agar penyampain kepada masyarakat dapat optimal.

2. Sumber Daya

Sumber daya terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya anggaran serta sumber daya peralatan/ sarana. Pertama, sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Parwisiata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo berjumlah 44 orang pegawai. Jumlah tersebut sudah termasuk petugas Unit Pelaksanaan Teknis. Namun untuk menambah sumber daya manusia Disparbud Kabupaten Wonosobo juga menjalin kerjasama dengan masyarakat yang tergabung dalam Karang Taruna, Kelompok Sadar Wisata, Pedagang, hingga biro/ agen perjalanan wisata. sehingga hal ini menjadikan sumber daya yang manusia dimiliki sudah cukup untuk pengembangan pariwisata yang ada.

Kedua adalah sumber daya anggaran, anggaran ini merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan.

(7)

apabila dana yang dialokasikan besar maka implementasi kebijakan akan berjalan dengan lancar dan mencapai tujunnya. Namun apabila anggaran yang dialokasikan minim maka kebijakan tidak akan berhasil. Dalam penelitian ini anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Pusat untuk pengembangan pariwisata sangat terbatas. Jumlah dana yang tersedia untuk pengembangan pariwisata kira- kira Rp 2 Milyar. Jumlah tersebut tentu tidak cukup untuk pengembangan pariwisata yang ada di Kabupaten Wonosobo karena Disparbud tidak hanya mengembangkan daerah tujuan wisata yang seudah tercantum dalam kebijakan saja tetapi juga harus mengembangkan Obyek Daya Tarik Wisata lainnya.

Ketiga adalah sumber daya sarana prasarana. Sarana merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata, serta biasanya berupa sarana fisik seperti akses jalan, tempat parkir, kamar mandi umum serta sarana pendukung lainnya. Dalam penelitian ini sarana yang terdapat dibeberapa obyek wisata di Kabupaten Wonosobo masih harus ditingkatkan lagi. Sarana yang perlu ditingkatkan salah satunya dikawasan Taman Rekreasi Kalianget, kamar ganti kotor dan tidak terawat. Hal ini tentu akan mengganggu kenyamanan wisatawan yang

kawasan Telaga Menjer yang masih tanah belum diaspal, apabila musim hujan sangat mengganggu pengunjung. Selain itu akses jalan di depan obyek Gelanggang Renang Mangli yang rusak dan belum diiperbaiki, hal ini selain mengganggu juga membahayakan para wisatawan yang berkunjung.

3. Disposisi

Pada penilitian ini disposisi ataupun sikap yang ditunjukan oleh beberapa staff terlihat posistif. Hal ini terlihat dari kedisiplinan para implementor terutama pada Unit Pelaksanaan Teknis yang setiap pagi selalu berkeliling memantau diberbagai obyek wisata yang sudah menjadi tanggung jawab mereka. Namun disisi lain dari pihak pemerintah pusat sendiri belum memiliki komitmen yang kuat terkait pengembangan pariwisata yang ada di Kabupaten Wonosobo. Hal ini terlihat dari anggaran dana yang dialokasikan masih minim, sehingga pengembangan pariwisata tidak bisa berjalan dengan maksimal.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi mencangkup Standart Operating Procedures (SOP) dan penyebaran tanggung jawab. Pada implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo belum mempunyi Standart Operating Procedures (SOP) khusus terkait pengembangan

(8)

program masih mangacu pada Undang Undang Kepariwisataan dan juga RPJM Daerah Kabupaten Wonosobo. selain itu dalam menjalankan programnya masih menggunakan Logframe RPJM Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo dan Peraturan Bupati No 51 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Sedangkan untuk penyebaran tanggung jawab pada bidang lain sudah disesuaikan dengan kemampuan dan tugasnya masing-masing.

Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Wonosobo

Pengembangan pariwiwsata di Kabupaten Wonosobo menghadapi beberapa permasalahan yang berpotensi sebagai faktor peghambat. Adapun faktor penghambat tersebut meliputi:

1. Alokasi anggaran untuk pengembangan masih terlalu minim sehingga akan menghambat program pengembangan pariwisata yang telah dibuat.

2. Sarana/ fasilitas pendukung diberbagai kawasan obyek wisata yang belum maksimal seperti lahan parkir, kebersihan serta akses jalan yang sulit.

3. Disposisi/ kemauan dari pemerintah pusat yang belum serius untuk mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Wonosobo. Padahal apabila potensi yang ada dikembangkan secara maksimal maka

akan menciptakan daya saing yang tinggi dengan daerah lain serta dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan daerah. 4. Minimnya kesadaran untuk merawat obyek

wisata juga belum dimiliki oleh para wisatawan, hal ini terlihat ada beberapa sampah yang dan coretan yang ada diberbagai kawasan wisata.

5. Belum adanya Standart Operating Procedures (SOP) khusus yang mengatur kebijakan pengembangn pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Seperti yang kita tahu pedoman kebijakan masih mengacu pada Logframe RPJM Disparbud serta pelaksanaanya dengan menggunakan Peraturan Bupati tentang Tugas Pokok dan Fungsi. Pemerintah belum membuat peraturan khusus terkait pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan analisis keempat variabel dapat dikatakan implementasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo belum optimal. Hal ini disebabkan masih terdapat beberapa variabel yang belum terpenuhi seperti minimnya anggaran, sarana dan prasaran pendukung yang belum maksimal, belum adanya Standart Operating Procedure (SOP) terkait pengembangan pariwista. Dalam implementasi kebijakan ke empat variabel memiliki kaitan satu sama lain sehingga apabila salah satu variabel

(9)

belum terpenuhi maka akan menghambat implementasi kebijakan yang ada.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa kebijakan pengembangan pariwisata merupakan suatu kebijakan yang harus dilakukan oleh setiap daerah yang memiliki potensi wisata. Dengan adanya kebijakan pengembangan pariwsiata ini setiap potensi wisata yang ada diberbagai daerah dapat dioptimalkan sebagi salah satu daya tarik dan menyumbang pendapatan daerah. Berdasarkan analisis diatas, implementasi kebijakan harus mempunyai indikator keberhasilan yang harus dicapai dalam pelaksanaan kebijakan. Beberapa indikator seperti komunikasi, sumber daya, disposisi serta struktur birokrasi harus tercapai agar suatu kebijakan dapat dikatakan berhasil. Walupun sudah ada terdapat sumber daya manusia yang cukup serta upaya perbaikan sarana dan prasana pendukung namun apabila indikator lain belum tercukupi maka kebijakan tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu perlunya peraturan yang kuat juga dapat mendukung pelaksanaan kebijakan. Oleh karena itu semua indikator harus terpenuhi agar pelaksanaan kebijakan berjalan dengan maksimal.

Saran

Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Wonosobo masih terdapat beberapa permasalah. Oleh karenanya dibutuhkan beberapa saran untuk mengatasi permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Meningkatan jumlah anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo. 2. Membuat peraturan khusus terkait

pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

3. Meningkatkan intensitas sosialisasi kepada masyarakat terkait pengembangan pariwisata untuk ikut serta dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo.

4. Meningkatkan promosi wisata di melalui beberapa media masa.

5. Meningkatkan kompetensi para pelaksana pengembangan melalui Diklat, agar kompetensi yang dimiliki oleh para pelaksana semakin baik.

6. Melakukan peningkatan sarana dan prasarana di beberapa obyek wisata agar menarik wisatawan untuk berkunjung. 7. Memperluas kerjasama dengan berbagai

pihak baik dari pemerintah, swasta serta masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Joko, Widodo. 2007. Analisa Kebijakan Publik. Malang:Bayu Media Publishing

Muljadi. 2009. Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Gravindo Pustaka.

Logframe RPJMD 2016-2021 Dinas Pariwisata an Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

Referensi

Dokumen terkait

Di kelompok perlakuan P(200) juga terlihat timbulnya tanda tanda terjadinya perlemakan pada organ hepar seperti yang terlihat pada sampel hepar dengan dosis

Pada saat ini pembukaan lahan perkebunan pada Sub DAS Sombe Lewara khususnya didaerah hulu semakin meningkat seiring dengan tuntutan ekonomi masyarakat yang bermukim pada daerah

Bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun

Tugas Akhir ini berjudul: “ Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Model Means Ends Analysis (MEA) Bagi.. Siswa Kelas 5 SD Negeri Sumogawe

Buku Agenda Harian, disediakan oleh LP3M, yang disi oleh mahasiswa secara individu setiap melakukan kegiatan mulai dari proses observasi, pembekalan,

Apabila dalam jangka waktu Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perolehan tanah belum selesai, maka Izin Lokasi dapat diperpanjang jangka waktunya selama 1 tahun apabila

Dalam penetapan kadar abu langkah – langkah yang dilakukan adalah : mula mula sampel ditimbang sebanyak 2,000 g bahan dengan seksama pada krus yang sudah diketahui bobotnya,

Memahamkan pencatatan pemilikan tidak langsung dlm perusahaan anak Memahamkan pengaruh pemilikan tak langsung pd LK Konsolidasian.. Memahamkan jurnal eliminasi atas akun