• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PENJUALAN DAN DAMPAKNYA PADA LABA BERSIH (Sensus Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PENJUALAN DAN DAMPAKNYA PADA LABA BERSIH (Sensus Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PENJUALAN DAN DAMPAKNYA PADA LABA BERSIH

(Sensus Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

ANNISA WIDYA MAULIDA 113403007

chaemin93@gmail.com

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

Pembimbing :

Dr. Dedi Kusmayadi SE., M.Si.Ak., CA. Rani Rahman S.E., M.Ak

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the influence of Working Capital to Sales and its impact on Net Income which is listed on the Indonesia Stock Exchange, either partially or simultaneously. Data collection by recording data that has been published. In this study the authors use the analytical descrptive method with approach to the cencus of 15 Food and Beverages issuers listed on the Indonesia Stock Exchange. The result showed that (1) Working Capital has significant effect on Sales and has effect of 98% (2) Working Capital partially has not significant effect on Net Income and has effect of 3% (3) Sales partially has not significant effect on Net Income and has effect of 65,4% (4) Working Capital and Sales simultaneously has significant effect on the Net Income and has effect of 96,4%.

(2)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja terhadap Penjualan dan dampaknya pada Laba Bersih yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik secara parsial maupun secara simultan. Pengumpulan data dengan pencatatan data yang sudah dipublikasikan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan sensus sebanyak 15 Emiten Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Modal Kerja berpengaruh signifikan terhadap Penjualan dan mempunyai pengaruh sebesar 98% (2) Modal Kerja secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Laba Bersih dan mempunyai pengaruh sebesar 3% (3) Penjualan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Laba Bersih dan mempunyai pengaruh sebesar 65,4% (4) Modal Kerja dan Penjualan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Laba Bersih dan mempunyai pengaruh sebesar 96,4%,

Kata Kunci : Modal Kerja, Penjualan, dan Laba bersih.

PENDAHULUAN

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi, dunia usaha pun mengalami perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai perusahaan yang berusaha menciptakan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Perkembangan pesat dalam dunia usaha juga memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat, kesejahteraan yang meningkat ini akan meningkatkan pula daya beli masyarakat atau konsumen. Tetapi pada sisi lain perkembangan itu menyebabkan timbulnya persaingan yang semakin ketat pada dunia usaha dewasa ini.

Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat khususnya antar perusahaan yang sejenis dan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, perusahaan tentu saja perlu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang diantaranya meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian secara baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Disamping itu pula perusahaan perlu melakukan pengelolaan modal dengan baik agar tersedia modal yang cukup dalam melaksanakan peningkatan kegiatan operasi dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan, karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk operasionalisasi sehari–hari dan kewajiban lainnya seperti membayar hutang, upah dan sebagainya.

(3)

Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian.

Perusahaan sebaiknya menyediakan modal kerja disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak akan mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara produktif. Hal ini menyebabkan hilangnya kesempatan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Di samping itu kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan inefisiensi atau pemborosan dalam operasi perusahaan.

Perusahaan tidak dapat melakukan pembiayaan kegiatan operasional sehari-hari dengan menggunakan laba yang dihasilan karena akan mengalami hambatan pengelolaan keuangan dimasa yang akan datang. Pembayaran kegiatan operasional sehari-hari dapat didanai dengan uang kas. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mencadangkan dana untuk modal kerja dan menentukan banyaknya investasi yang harus dilakukan pada setiap kategori aset lancar yang tergolong sebagai modal kerja. Akibatnya laba dapat dimaksimumkan karena perusahaan mempunyai aktiva lancar yang tidak berlebihan juga pembelanjaan jangka pendek yang tidak lebih dari kebutuhan.

Modal kerja diperlukan untuk meningkatkan penjualan, penjualan merupakan pendapatan perusahaan yang bersangkutan. Henry Simamora (2008:24) menyatakan bahwa penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa.

Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan baik tunai maupun kredit. Karena dengan adanya pertumbuhan penjualan perusahaan harus memiliki dana untuk membiayai aktiva lancar. Misalnya bila perusahaan mengalami peningkatan penjualan

(4)

secara kredit, maka pada posisi aktiva lancar yaitu pada piutang perusahaan akan mengalami peningkatan pula. Begitu juga dengan persediaan karena semakin banyak barang yang dijual maka persediaan akan bertambah karena adanya peningkatan penjualan.

Volume penjualan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Maka dari itu perusahaan memerlukan sumber pembiayaan atau dana dengan adanya peningkatan penjualan tersebut. Dengan modal kerja yang memadai kegiatan penjualan akan semakin meningkat karena persediaan barang dagang dari kegiatan produksi yang mengalami peningkatan.

Penjualan barang dan jasa merupakan sumber pendapatan bagi perusahaan. Penjualan produk ini memerlukan perhatian yang khusus sehingga dapat mencapai target yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan, karena itu dibutuhkan analisis yang tepat untuk melakukan perhitungan target volume penjualan untuk mencapai laba yang diinginkan. Tujuan akhir dari peningkatan volume penjualan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu diharapkan akan berdampak pada laba bersih yang terus meningkat. Untuk itu volume penjualan menjadi target utama dalam kegiatan penjualan ini, semakin besar volume penjualan (unit) semakin besar proyeksi laba yang diterima.

Kegiatan penjualan adalah salah satu faktor penentu atas perolehan laba yang optimal, karena laba akan timbul jika penjualan produk lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, masalah berat yang dihadapi oleh perusahaan adalah masalah penjualan dan pencapaian laba yang optimal. Salah satu tujuan dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan laba yang maksimal. Keuntungan atau laba merupakan sarana penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Makin tinggi laba yang diharapkan maka perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang serta tangguh menghadapi persaingan. Untuk menjamin agar perusahaan mampu menghasilkan laba, maka manajemen perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan laba.

Maka dari itu, dalam menghadapi persaingan yang ketat khususnya antar perusahaan yang sejenis dan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, di dalam perusahaan diperlukan adanya pengelolaan modal kerja yang tepat karena pengelolaan modal kerja akan berpengaruh pada kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan operasional ini akan berpengaruh pada pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Dan pendapatan yang

(5)

diperoleh perusahaan tersebut akan berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan.

Penelitian ini memilih Perusahaan Food and Beverage karena perusahaan industri barang konsumsi merupakan salah satu sektor usaha yang akan terus mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Perusahaan Industri Makanan dan Minuman adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam pasar modal. Perusahaan food and beverage mempunyai kontribusi terbesar terhadap BEI sebesar 43% dibandingkan dengan perusahaan rokok sebesar 9%, perusahaan farmasi sebesar 28%, perusahaan kosmetik dan barang keperluan rumah tangga sebesar 11% dan perusahaan peralatan rumah tangga sebesar 9%. (Kurniawati, 2012).

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) tahun 2009-2013 menunjukkan trend pertumbuhan sektor food and beverage di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sektor industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor usaha yang akan terus mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman pun terus meningkat. Kebutuhan pangan masyarakat yang semakin banyak dan tidak terbatas yang diikuti kemajuan teknologi dalam perkembangan dunia usaha, menyebabkan meningkatnya persaingan perusahaan makanan dan minuman dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Selera masyarakat Indonesia akan makanan dan minuman selalu berubah-ubah dan beragam. Hal ini yang menjadi perhatian perusahaan makanan dan minuman untuk menciptakan produk-produk makanan dan minuman yang dapat menyesuaikan dengan perubahan selera masyarakat terhadap makanan dan minuman. Perusahaan yang kuat akan bertahan dalam persaingan, sebaliknya perusahaan yang tidak mampu bersaing kemungkinan akan dilikuidasi atau mengalami kebangkrutan.

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Penjualan Dan Dampaknya Pada Laba Bersih Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Modal Kerja, Penjualan, dan Laba Bersih pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di

(6)

Bursa Efek Indonesia, untuk mengetahui bagaimana pengaruh Modal Kerja terhadap Penjualan pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara parsial maupun simultan antara Modal Kerja dan Penjualan terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode deskiptif analisis dengan pendekatan sensus. Menurut Sugiyono (2007:2011), statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskipsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Metode yang digunakan adalah sensus, yaitu cara pengumpulan data kalau seluruh elemen populasi diteliti satu persatu, hasilnya merupakan data sebenarnya yang disebut parameter. (Supranto, 2004 : 61).

Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis pada besarnya pengaruh yang ditimbulkan variabel independen terhadap variabel dependen atau pengaruh modal kerja terhadap penjualan dan dampaknya pada laba bersih. Variabel-variabel sehubungan dengan judul yang diajukan, yaitu :

Variabel Independen (X1) dan (X2). Variabel independen adalah variabel yang tidak dipengaruhi atau terikat oleh variabel-variabel lain, variabel independen ini justru mempengaruhi variabel-variabel yang lain yang ada hubungannya dengan variabel ini. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen dan indikator dari kedua variabel yaitu :

X1 = Modal Kerja. Dalam penelitian ini penulis menggunakan modal kerja bruto (gross working capital) berdasarkan konsep kuantitatif, yaitu keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Indikatornya adalah : Seluruh Aktiva Lancar.

X2= Penjualan. Pengukuran volume penjualan pada penelitian ini didasarkan pada nilai produk yang terjual (omzet penjualan), yaitu jumlah nilai penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu. Indikatornya adalah: Total Penjualan Bersih pertahun.

Variabel dependen (Y). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau terikat oleh variabel lain dalam hubungan sebab akibat, artinya variabel ini sangat

(7)

tergantung pada variabel-variabel lain. Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Laba Bersih. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah sebagai berikut:

Y=Laba Bersih. Indikatornya adalah : Kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya setelah dikurangi pajak penghasilan.

Data yang digunakan penulis adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari pihak lain yang dijadikan sebagai sarana untuk kepentingan sendiri. Penelitian dilakukan melalui literatur, sumber data, dan informasi lainnya yang ada hubungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan yang tergabung dalam industri Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan Laporan Keuangan periode tahun 2014 yang berjumlah 15 perusahaan.

Dalam menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statistic parametris (skala yang digunakan adalah rasio). Hipotesis dalam pengujian ini akan dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari modal kerja terhadap penjualan dan dampaknya pada laba bersih.

Teknik yang digunakan dalam analisis data tersebut adalah analisis jalur (path analysis), tujuan digunakan analisis jalur adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh seperangkat variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y. Dalam analisis jalur ini

dapat dilihat pengaruh dari setiap variabel secara bersama-sama. Selain itu tujuan dilakukan analisis jalur adalah untuk menerangkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari beberapa variabel penyebab terhadap variabel lainnya sebagai variabel terikat. Dalam path analysis, terdapat langkah-langkah yang digunakan yaitu sebagai berikut :

1) Pengujian koefisien korelasi (r) ρXiXj = rX1X2

(8)

Koefisien korelasi ini akan besar jika tingkat hubungan antar variabel kuat. Demikian jika hubungan antar variabel tidak kuat maka nilai r akan kecil, besarnya koefisien korelasi ini akan diinterpretasikan sebagai berikut :

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat (Sugiyono, 2007 :216) 2) Pengujian secara simultan menggunakan rumus sebagai berikut:

  n Yh YXi 2 n 1 h 2 h Xi bYXi  Keterangan :

ρYXi = Koefisien jalur dari X1 terhadap Y

byxi = Koefisien Regresi dari variabel X1 terhadap variabel Y

i = 1, 2,3….k

3) Pengujian faktor residu atau sisa

Yi

=

1

R

2

YiX

1

X

2

...

X

k Dimana : R2YX1, X2……Xk =

k i i iX rYXi Y 1

4) Pengujian hipotesis operasional

Menguji keberartian (signifikan) dari hubungan variabel bebas Xi dengan variabel Xj ; i =1,2,3…k (Sitepu,1994:17)

...(Sitepu,1994:19)

(9)

F = Ho : rX2X1 = 0

Ha : r X2X1≠ 0

Dengan kriteria penolakan Ho jika jika thitung > ttabel

a) Pengujian secara simultan Ho : ρYX1 = ρYX2 = 0

Ha : ρYX1 = ρYX2 0

Dengan kriteria penolakan Ho jika jika Fhitung > Ftabel

Uji signifikansi menggunakan rumus :

2

2 ... 2 1 2 1

1

1

X YX X X YX

R

k

R

k

n

k

Statistik uji ini mengikuti distribusi F dengan derajat bebas V1= k dan V2 = n-k-l

b) Pengujian secara parsial Hipotesis operasional : Ho : ρYXi = 0

Ha : ρYXi 0

Uji signifikan menggunakan satu arah, dimana kaidah keputusannya sebagai berikut :

Terima Ho jika -t 1/2 α thitung t 1/2 α

Tolak Ho jika t ½α > thitung atau thitung > t ½α

Uji statistik menggunakan rumus :

 

k i k X X X X ... ... X ... YX YX i 1 i 1 1

R

1

1

k

n

R

1

t

Statistik uji di atas mengikuti distribusi t dengan derajat bebas n-k-1 dengan kriteria penolakan Ho jika t < t 1/2 α (n-k-1) atau t > t 1/2 α (n-k-1)

(Sitepu,1994:25)

(10)

Keterangan :

ρYXi : Koefisien jalur (besarnya pengaruh) variabel Xi terhadap

variabel Y

R2YXi….Xk : Koefisien yang menyatakan determinasi total dari semua

variabel X terhadap variabel Y (ρYXi . rYXi + ρYX2. rYX2)

R2YXi…(Xi)…Xk : Koefisien yang menyatakan determinasi multiple antara

Xi dengan X1….Xk tanpa X2

5) Untuk mengetahui pengaruh variabel lain atau faktor residu dapat ditentukan melalui :

Y

=

1

R

YiX

1

X

2

...

X

k

2

6) Mencari pengaruh dari satu variabel ke variabel lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat disajikan melalui formula yang disajikan dalam table berikut :

Formula Untuk Mencari Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antar Variabel Penelitian

No Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung

Total Pengaruh 1 Y X1 Y = (ρyx1)2

= (A)

Y X1 X2 Y

(ρyx1)(ρx2x1)(ρyx2)+ (ρyx1)(ρx2x1)(ρyx2) (B) X1 Y A+B= (C) 2 Y X2 Y = (ρyx2)2 = (D) X2 Y (E) 3 Total pengaruh X1 dan X2 terhadap Y secara simultan (C+E) (F)

4 Pengaruh residu 100 %-F (G)

5 Total (F + G) 1

Pengujian hipotesis dimulai dengan penetapan hipotesis operasional, penetapan tingkat signifikan, uji signifikan, kriteria dan penarikan kesimpulan.

1) Penetapan Hipotesis Operasional. Pada penetapan hipotesis, hipotesis akan diuji dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel penelitian.

2) Penetapan tingkat signifikansi

(11)

Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu harus ditentukan tingkat signifikansi/taraf nyata, hal ini dilakukan untuk membuat suatu rencana pengujian agar dapat diketahui untuk menentukan pilihan antara Ho dan Ha. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (5%) tingkat signifikan ini adalah tingkat yang umum digunakan untuk penelitian sosial karena dianggap cukup untuk mewakili hubungan tiap variabel yang diteliti. Keyakinan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 0,95 dengan tingkat kesalahan yang ditolelir atau alpha (α) sebesar 0,05.

3) Uji signifikansi

a. Secara parsial menggunakan uji t b. Secara simultan menggunakan uji F 4) Kaidah keputusan

Secara parsial

a. Tolak Ho jika thitung> t ½α atau –t ½α > thitung

b. Terima Ho jika -t 1/2 α thitung t 1/2 α

Secara simultan

Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel dan terima Ho jika Fhitung Ftabel

5) Penarikan kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan diatas maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Modal Kerja Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Perusahaan Food and Beverage dalam penelitian ini menggunakan modal kerja konsep kuantitatif. Pada konsep kuantitatif mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek.

(12)

Dengan demikian modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek.

Adapun data mengenai modal kerja pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Modal Kerja Perusahaan Food and Beverage

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2014

No Nama Perusahaan Modal Kerja

1 PT Akasha Wira International Tbk Rp. 240.896.000.000

2 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Rp. 3.977.086.000.000

3 PT Tri Banyan Tirta Tbk Rp. 733.468.016.986

4 PT Cahaya Kalbar Tbk Rp. 1.053.321.371.198

5 PT Delta Djakarta Tbk Rp. 854.176.144.000

6 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Rp. 13.603.527.000.000

7 PT Indofood Sukses Makmur Tbk Rp. 40.995.736.000.000

8 PT Multi Bintang Indonesia Tbk Rp. 816.494.000.000

9 PT Mayora Indah Tbk Rp. 6.508.768.623.440

10 PT Prashida Aneka Niaga Tbk Rp. 289.764.924.676

11 PT Nippon Indosari Corporindo Tbk Rp. 420.316.388.535

12 PT Sekar Bumi Tbk Rp. 379.496.707.512

13 PT Sekar Laut Tbk Rp. 167.419.411.740

14 PT Siantar Top Tbk Rp. 799.430.399.430

15 PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Rp. 1.642.101.746.819

Sumber : Data Sekunder www.idx.co.id

Penjualan Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena jika aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka secara langsung dapat merugikan perusahaan. Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan baik tunai maupun kredit.

Dalam pelaksanaan kegiatan penjualan perusahaan harus dapat mengetahui besarnya volume penjualan yang dicapai. Karena pengukuran volume penjualan pada penelitian ini didasarkan pada nilai produk yang terjual (omzet penjualan), yaitu jumlah nilai penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu, maka indikator dari penjualan dalam penelitian ini adalah total penjualan bersih per tahun.

Adapun data mengenai Penjualan pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014 adalah sebagai berikut :

(13)

Penjualan Perusahaan Food and Beverage

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2014

No Nama Perusahaan Penjualan

1 PT Akasha Wira International Tbk Rp. 578.784.000.000

2 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Rp. 5.139.974.000.000

3 PT Tri Banyan Tirta Tbk Rp. 332.402.373.397

4 PT Cahaya Kalbar Tbk Rp. 3.701.868.790.192

5 PT Delta Djakarta Tbk Rp. 879.253.383.000

6 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Rp. 30.022.463.000.000

7 PT Indofood Sukses Makmur Tbk Rp. 63.594.452.000.000

8 PT Multi Bintang Indonesia Tbk Rp. 2.988.501.000.000

9 PT Mayora Indah Tbk Rp. 14.169.088.278.238

10 PT Prashida Aneka Niaga Tbk Rp. 975.081.057.089

11 PT Nippon Indosari Corporindo Tbk Rp. 1.880.262.901.697

12 PT Sekar Bumi Tbk Rp. 1.480.764.903.724

13 PT Sekar Laut Tbk Rp. 681.419.524.161

14 PT Siantar Top Tbk Rp. 2.170.464.194.350

15 PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Rp. 3.916.789.366.423

Sumber : Data Sekunder www.idx.co.id

Laba Bersih Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Salah satu tujuan dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan laba yang maksimal. Keuntungan atau laba merupakan sarana penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Makin tinggi laba yang diharapkan maka perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang serta tangguh menghadapi persaingan. Besarnya laba tergantung pada seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari penjualan dibandingkan dengan jumlah biaya yang terjadi untuk membuat produk yang akan dijual. Dengan diketahuinya pendapatan yang diperoleh, maka perusahaan dapat menentukan besarnya selisih antara hasil penjualan dengan beban yang menghasilkan laba dimana nantinya manajemen perusahaan berusaha untuk terus meningkatkan laba.

Adapun data mengenai Laba Bersih pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Laba Bersih Perusahaan Food and Beverage

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2014

No Nama Perusahaan Laba Bersih

1 PT Akasha Wira International Tbk Rp. 31.021.000.000

2 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Rp. 378.134.000.000

3 PT Tri Banyan Tirta Tbk Rp. (10.135.298.976)

4 PT Cahaya Kalbar Tbk Rp. 41.001.414.954

(14)

6 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Rp. 2.531.681.000.000

7 PT Indofood Sukses Makmur Tbk Rp. 5.146.323.000.000

8 PT Multi Bintang Indonesia Tbk Rp. 794.883.000.000

9 PT Mayora Indah Tbk Rp. 409.824.768.594

10 PT Prashida Aneka Niaga Tbk Rp. (28.175.252.332)

11 PT Nippon Indosari Corporindo Tbk Rp. 188.577.521.074

12 PT Sekar Bumi Tbk Rp. 89.115.994.107

13 PT Sekar Laut Tbk Rp. 16.480.714.984

14 PT Siantar Top Tbk Rp. 123.465.403.948

15 PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Rp. 283.360.914.211

Sumber : Data Sekunder www.idx.co.id

PEMBAHASAN

Modal Kerja pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Dari 15 Perusahaan Food and Beverage diketahui 4 perusahaan yang jumlah modal kerja kotornya paling besar diatas 1 Triliyun Rupiah, secara berurutan adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar Rp.40.995.736.000.000, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sebesar Rp.13.603.527.000.000, PT Mayora Indah Tbk sebesar Rp.6.508.768.623.440, dan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk sebesar Rp.3.977.086.000.000. Sedangkan jumlah modal kerja kotor paling kecil adalah PT Sekar Laut Tbk yaitu sebesar Rp.167.419.411.740.

Dari Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian PT Indofood Sukses Makmur Tbk dapat dilihat bahwa pos-pos yang nilainya mengalami kenaikan dari tahun 2013 sehingga menyebabkan total Aset Lancar PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2014 naik yaitu, Piutang Usaha pihak berelasi mengalami kenaikan sebesar 47,4%, Piutang Bukan usaha pihak ketiga naik sebesar 54%, Piutang Bukan usaha pihak berelasi naik sebesar 45,4%, Persediaan neto naik sebesar 3,6%, Pajak dibayar dimuka naik sebesar 69,9%, Beban tanaman ditangguhkan naik sebesar 12,45%, Beban dibayar dimuka dan aset lancar lainnya naik sebesar 12,45%, dan terdapat Aset kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual sebesar Rp.11.832.992.000.000.

Sedangkan jumlah modal kerja terkecil adalah PT Sekar Laut Tbk yaitu sebesar Rp.167.419.411.740. Apabila dilihat dari Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Konsolidasian terlihat bahwa jumlah Kas dan setara kas PT Sekar Laut Tbk mengalami penurunan sebesar 19,41% disebabkan nilai dari pos Bank turun sebesar 14,42% dari Rp.7.880.619.610 pada tahun 2013 menjadi Rp.6.744.146.957 pada tahun 2014 dan

(15)

Deposito sebesar Rp.750.000.000 pada tahun 2013 tidak ada pada tahun 2014. Pada tahun 2013, deposito berjangka pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp.750.000.000 tidak digunakan sebagai jaminan pinjaman.

Penjualan pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Dari 15 Perusahaan Food and Beverage diketahui perusahaan yang jumlah Penjualan bersihnya paling besar diatas 1 Triliyun Rupiah secara berurutan adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar Rp.63.594.452.000.000, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sebesar Rp.30.022.463.000.000, PT Mayora Indah Tbk sebesar Rp.14.169.088.278.238.

Sedangkan perusahaan yang penjualannya lebih kecil dibandingkan dengan tiga perusahaan yang penjualan bersihnya diatas 1 Triliyun Rupiah secara berurutan adalah PT Prashida Aneka Niaga Tbk sebesar Rp.975.081.057.089, PT Delta Djakarta Tbk sebesar Rp.879.253.383.000, PT Sekar Laut Tbk sebesar Rp.681.419.524.161, PT Akasha Wira International Tbk sebesar Rp.578.784.000.000, dan PT Tri Banyan Tirta Tbk sebesar Rp.332.402.373.397.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk membukukan penjualan neto konsolidasi sebesar Rp.63,59 triliun di tahun 2014, meningkat 14,3% dari Rp.55,62 triliun di tahun 2013, didorong oleh peningkatan penjualan di seluruh Grup. Di sepanjang tahun 2014 Perseroan mencatatkan penjualan di luar Indonesia sebesar US$455 juta atau sekitar 8% dari penjualan neto konsolidasi. Grup CBP tetap menjadi kontributor terbesar terhadap penjualan neto konsolidasi dengan memberikan kontribusi sebesar 46,9%. Sedangkan sisanya dikontribusikan oleh Grup lainnya yaitu Bogasari, Agribisnis dan Distribusi yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 25,2%, 19,9% dan 8,0% terhadap penjualan neto konsolidasi.

PT Tri Banyan Tirta Tbk mengalami penurunan performance keuangan. Penjualan yang dicatat sebesar Rp.332.402.373.397, turun sebesar 32% dari penjualan tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp.487.200.477.334. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan penjualan.

(16)

Laba Bersih pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Dari 15 perusahaan dapat dilihat perusahaan yang memperoleh Laba Bersih paling besar adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar Rp.5.146.323.000.000. Laba tahun berjalan (Laba Bersih) di tahun 2014 mencapai sebesar Rp.5,15 triliun, naik 50,6% dari Rp.3,42 triliun di tahun 2013 terutama disebabkan oleh kinerja operasional yang lebih baik dan rugi neto selisih kurs dari aktivitas pendanaan yang lebih rendah. Setelah memperhitungkan kepentingan nonpengendali, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 55,2% menjadi Rp.3,89 triliun dari Rp.2,50 triliun di tahun 2013.

Sedangkan perusahaan yang memperoleh Rugi Bersih adalah PT Tri Banyan Tirta Tbk sebesar (Rp.10.135.298.976), penurunan performance laba pada PT Tri Banyan Tirta Tbk disebabkan karena penurunan omzet penjualan dan kenaikan beban usaha serta biaya lainya. Dan PT Prashida Aneka Niaga Tbk sebesar (Rp.28.175.252.332) yang disebabkan total penjualan bersih PT Prashida Aneka Niaga Tbk pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 23,80% dari Rp.1.279.553.071.584 pada tahun 2013 menjadi Rp.975.081.057.089, dimana hal tersebut disebabkan oleh turunnya harga komoditas barang dagangan PT Prashida Aneka Niaga Tbk di pasaran internasional.

Pengaruh Modal Kerja terhadap Penjualan Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Dalam perhitungan yang penulis lakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Modal Kerja (X1) terhadap Penjualan (X2) pada Perusahaan Food and Beverage yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat diketahui dan dapat dihitung dengan menggunakan SPSS versi.17.

Nilai r merupakan koefisien korelasi untuk menentukan tingkat keeratan hubungan antara variabel. Nilai r Modal Kerja (X1) terhadap Penjualan (X2) pada Perusahaan

Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dilihat dari nilai hasil output SPSS versi.17 adalah sebesar 0,990, maka nilai r dalam keterkaitan hubungannya dikategorikan sangat kuat sesuai dengan tingkat keeratan hubungan menurut Sugiyono (2007:216).

(17)

Besarnya koefisien determinasi (r)2 atau (0,990)2 yaitu sebesar 0,980 atau 98%, hal ini berarti Modal Kerja (X1) berpengaruh terhadap Penjualan (X2) pada Perusahaan

Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 98% dan sisanya 2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti seperti harga jual, mutu, dengan mutu yang baik maka konsumen akan tetap loyal terhadap produk dari perusahaan tesebut, biaya promosi, saluran distribusi, dan produk yang sesuai dengan tingkat kebutuhan para konsumen.

Untuk meningkatkan volume penjualan perusahaan harus memperhatikan faktor- faktor yang berkaitan dengan volume penjualan. Misalnya saja harga jual produk. Bilamana volume penjualan cukup besar dengan harga jual yang sesuai, maka perusahaan dapat menghasilkan laba yang besar pula.

Adakalanya perusahaan tidak bisa menjual cukup banyak dengan harga yang telah direncanakan. Maka harga mungkin harus diturunkan, seperti dalam kasus-kasus persaingan yang terjadi di pasar. Harga yang rendah mungkin mendorong pembeli untuk membeli lebih banyak atau mendorong pembeli untuk pindah dari produk satu ke produk yang lain. Namun dalam praktiknya, meskipun harga telah diturunkan volume penjualan bisa saja tidak berubah, sehingga angka penjualan dalam rupiah justru menjadi lebih kecil, bukan lebih besar. Sebaliknya bila harga dinaikan, belum tentu terjadi penurunan dalam penjualan. Oleh karena itu dibutuhkan analisis yang tepat untuk melakukan perhitungan target volume penjualan untuk mencapai laba yang diinginkan. (Tjiptono Darmaji, 2009:24).

Untuk uji signifikansi pengaruh Modal Kerja(X1) terhadap Penjualan(X2) dapat

dilihat dari uji t dengan nilai thitung adalah sebesar 25.065 jika dibandingkan dengan ttabel

dimana α = 5% dan df=15-1-1=13,didapat ttabel sebesar 2,160maka thitung (25.065)>ttabel

(2,160).Atau dapat dilihat dari sig output SPSS sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat α = 5% atau α = 0,05. Maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh Modal Kerja terhadap Penjualan pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Modal Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Penjualan.

Menurut Abas Kardaniata (1996:151) mengatakan bahwa volume penjualan merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja maupun

(18)

komponen-komponen modal kerja. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan menanamkan sebagian dari dananya dalam modal kerja karena modal kerja diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional yang bertumpuh pada penjualan.

Volume penjualan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Maka dari itu perusahaan memerlukan sumber pembiayaan atau dana dengan adanya peningkatan penjualan. Dengan modal kerja yang memadai kegiatan penjualan akan semakin meningkat karena persediaan barang dagang dari kegiatan produksi yang mengalami peningkatan.

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Selly Silviawati (2010) yang menyatakan bahwa Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap Volume Penjualan. Dan Gunandi Sulaeman (2012) yang menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi (dalam hal ini penjualan yang diperoleh perusahaan), berarti apabila perusahaan menambah modal kerja maka hasil produksi akan meningkat. Modal kerja yang bertambah akan memberi peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil produksinya.

Pengaruh Modal Kerja Secara Parsial Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan perhitungan SPSS versi.17 besarnya pengaruh Modal Kerja(X1) terhadap Laba Bersih(Y) adalah sebesar 0,174.

Karena nilainya positif, menunjukan bahwa setiap perubahan pada Modal Kerja akan berbanding lurus dengan perubahan Laba Bersih. Semakin besar Modal Kerja maka laba bersih yang akan dihasilkan pada satu tahun kedepan diprediksi akan semakin besar, jika Modal Kerja naik maka laba bersih akan naik begitu juga dengan sebaliknya.

Besarnya koefisien determinasinya (0,174)2 adalah sebesar 0,0303 atau 3,03% yang berarti bahwa Modal Kerja(X1) berpengaruh terhadap Laba Bersih(Y) hanya sebesar 3%

saja dan sisanya 97% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis,faktor lain tersebut diantaranya ialah perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan lain-lain.

Untuk uji signifikansi pengaruh Modal Kerja(X1) terhadap Laba Bersih(Y) secara

parsial pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat dari uji t dengan nilai thitung sebesar 0,456 jika dibandingkan dengan

(19)

ttabel sebesar 2,160sehingga thitung (0,456)< ttabel (2,160)dengan tingkat signifikansi yang

dilihat dari nilai sig pada tabel coefficientsa hasil output SPSS versi 17 sebesar 0,657 lebih besar dari 0,05.

Dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis Ho diterima yang artinya Modal Kerja secara parsial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap Laba Bersih atau Modal Kerja secara parsial berpengaruh namun tidak secara signifikan terhadap Laba Bersih.

Pengelolaan modal kerja yang baik diharapkan dapat meningkatkan laba yang maksimal. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan kepada perusahaan. Untuk menilai efisiensi modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata yang sering disebut working capital turnover (perputaran modal kerja). Perputaran modal kerja berfungsi untuk mengukur tingkat kinerja perusahaan dalam memperoleh laba yang optimal.

Perputaran modal kerja diharapkan terjadi dalam jangka waktu yang relatif pendek, sehingga modal kerja yang ditanamkan cepat kembali. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat dimana kas yang tersedia diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank, piutang dan persediaan (Riyanto, 2008: 62). Dengan demikian, makin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan menunjukkan tingginya volume penjualan yang dicapai oleh perusahaan, dan laba yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya.

Untuk mengetahui keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh laba dapat dilihat dari kesuksesan dan kemampuan perusahaan menggunakan modal kerja secara produktif. Hal ini dikarenakan perputaran modal kerja merupakan hal yang pernting dalam aktiva yang memang harus dikelola oleh perusahaan dengan efektif dan efisien (Munawir, 2010).

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yayu Pujirahayu Saputra (2011), yang menyebutkan bahwa modal kerja berpengaruh secara tidak signifikan terhadap laba bersih. Hasil tersebut dikarenakan laba bersih lebih besar dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya beban. Tidak signifikannya pengaruh modal

(20)

kerja terhadap laba bersih karena tingkat fluktuativitas modal kerja dari tiap semesternya yang cenderung mengalami peningkatan, dan tingkat laba bersih relatif fluktuatif dari semester sebelumnya.

Pengaruh Penjualan Secara Parsial Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan perhitungan SPSS versi.17 diketahui besarnya pengaruh Penjualan (X2) terhadap Laba Bersih (Y) sebesar 0,809.

Karena nilainya positif, menunjukan bahwa setiap perubahan pada Penjualan akan berbanding lurus dengan perubahan Laba Bersih. Semakin besar penjualan bersih maka laba bersih yang akan dihasilkan pada satu tahun kedepan diprediksi akan semakin besar, jika penjualan naik maka laba bersih akan naik begitu juga dengan sebaliknya.

Besarnya koefisien determinasinya (0,809)2 adalah sebesar 0,654 atau 65,4% yang berarti bahwa Penjualan (X1) berpengaruh terhadap Laba Bersih (Y) sebesar 65,4% dan

sisanya 34,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis, faktor lain tersebut diantaranya ialah perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan lain-lain.

Untuk uji signifikansi pengaruh Penjualan(X2) terhadap Laba Bersih(Y) secara

parsial pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat dari uji t dengan nilai thitung sebesar 2,113 jika dibandingkan dengan

ttabel sebesar 2,160 sehingga thitung (2,113)< ttabel (2,160)dengan tingkat signifikansi yang

dilihat dari nilai sig pada tabel coefficientsa hasil output SPSS versi 17 sebesar 0,056 lebih besar dari 0,05.

Dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis Ho diterima yang artinya Penjualan secara parsial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap Laba Bersih. Menurut Djarwanto (2001:141) mengemukakan bahwa perputaran modal kerja adalah rasio antara penjualan dengan modal kerja, perputaran modal kerja yang tinggi menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba melalui penjualan.

Volume penjualan merupakan salah satu faktor penentu atas perolehan laba bersih, bila volume penjualan naik maka laba bersih yang diperoleh perusahaan akan mengalami kenaikan juga. Ada hubungan yang erat mengenai volume penjualan

(21)

terhadap peningkatan laba bersih perusahaan, karena dalam hal ini laba akan timbul jika penjualan produk lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya laba adalah pendapatan, pendapatan dapat diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan. Budi Rahardjon (2000:33).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Welli Lenggana (2009), yang menyatakan bahwa volume penjualan berpengaruh tidak sigifikan terhadap peningkatan laba bersih. Sedangkan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yoyon Supriadi dan Ratih Puspitasari (2011) yang menyatakan bahwa Modal kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap penjualan.

Pengaruh Modal Kerja dan Penjualan Secara Simultan Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasil perhitungan SPSS 17 diperoleh nilai r yaitu sebesar 0,982 dan koefisien determinasinya (r)2 sebesar 0,964 atau 96,4%. Artinya jika Modal Kerja (X1) dan

Penjualan (X2) secara bersama-sama meningkat atau memberikan dampak positif, maka

Laba Bersih (Y) juga akan memberikan dampak positif atau meningkat pula.

Dari perhitungan SPSS, diperoleh nilai Fhitung sebesar 162,274 dengan kriteria

penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel dengan mengambil taraf signifikan α sebesar 5%, maka

dari tabel distribusi F-Snedector diperoleh F ; α ; k (n-k-1)=(15-2-1)=12 adalah sebesar 3,89 (Lampiran.17 halaman158) atau dengan melihat sig F yaitu 0,000 yang artinya dengan α lebih kecil dari 0,05 maka menunjukan berpengaruh signifikan. Dikarenakan Fhitung (162,274) > Ftabel (3,89) dan α lebih kecil dari 0,05, maka Ha diterima atau dengan

kata lain Modal Kerja dan Penjualan secara simultan berpengaruh terhadap Laba Bersih dengan koefisien determinasi sebesar 0,964 atau sebesar 96,4%.

Maka dapat disimpulkan bahwa setiap perubahan pada Modal Kerja dan Penjualan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Laba Bersih. Menurut pendapat Akhmad Khudzaifi (2007:3), faktor yang menentukan untuk memperoleh laba yang optimal, yaitu tersedianya dana atau modal kerja yang berfungsi untuk membiayai kegiatan perusahaan dan faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya laba adalah pendapatan, pendapatan dapat diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan.

Dengan adanya pertumbuhan penjualan perusahaan harus memiliki dana untuk membiayai aktiva lancar. Misalnya bila perusahaan mengalami peningkatan penjualan secara kredit, maka pada posisi aktiva lancar yaitu pada piutang perusahaan akan

(22)

mengalami peningkatan pula. Begitu juga dengan persediaan karena semakin banyak barang yang dijual maka persediaan akan bertambah karena adanya peningkatan penjualan. Dengan modal kerja yang memadai kegiatan penjualan akan semakin meningkat karena persediaan barang dagang dari kegiatan produksi yang mengalami peningkatan.

Maka, karena modal kerja adalah modal (tidak selalu dalam bentuk kas) yang dipergunakan untuk menjalankan aktivitas pembentukan jasa/produk yang dijual sehingga keinginan atau permintaan konsumen akan produk terpenuhi dan akan meningkatkan volume penjualan sehingga pendapatan pun akan meningkat sehingga berpengaruh terhadap Laba Bersih.

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Feni Lianti (2011) yang menyatakan bahwa kebutuhan modal kerja dan volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih secara simultan, karena jumlah kebutuhan modal kerja setiap tahunnya menurun, maka laba bersihnya akan terpengaruhi oleh modal kerja yang menurun. Sedangkan untuk volume penjualan, dikarenakan selalu naiknya volume penjualan pada setiap tahunnya, sehingga posisi laba bersih pun akan ikut terpengaruhi oleh peningkatan volume penjualan karena apabila volume penjualan meningkat pendapatan perusahaan juga akan meningkat yang akan berdampak pada perolehan laba bersih yang semakin meningkat.

PENUTUP Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, penulis menyimpulkan bahwa :

1. Modal Kerja, Penjualan, dan Laba Bersih pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Modal kerja pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI tahun 2014 secara umum mengalami kenaikan, meskipun jumlahnya mengalami kenaikan yang berbeda-beda. dari 15 Perusahaan Food and Beverage diketahui 4 perusahaan yang jumlah modal kerja kotornya paling besar diatas 1 Triliyun Rupiah, secara berurutan adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk, dan PT Tiga Pilar Sejahtera

(23)

Food Tbk. Sedangkan jumlah modal kerja kotor paling kecil adalah PT Sekar Laut Tbk.

b. Penjualan pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI tahun 2014 secara umum mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 15 Perusahaan Food and Beverage diketahui perusahaan yang jumlah Penjualan bersihnya paling tinggi diatas 1 Triliyun Rupiah adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan perusahaan yang penjualannya paling kecil adalah PT Tri Banyan Tirta Tbk. Walaupun terdapat perbedaan tingkat volume penjualan antara kedua perusahaan tersebut, tetapi tingkat volume penjualannya sama-sama mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

c. Laba Bersih pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI tahun 2014 secara umum mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Perusahaan yang memperoleh Laba Bersih paling tinggi diatas 1 Triliyun Rupiah adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan perusahaan yang memiliki tingkat laba bersih terkecil adalah PT Sekar Laut Tbk.

Sedangkan perusahaan yang memperoleh Rugi Bersih adalah PT Tri Banyan Tirta Tbk, penurunan performance laba pada PT Tri Banyan Tirta Tbk disebabkan karena penurunan omzet penjualan dan kenaikan beban usaha serta biaya lainya. Dan PT Prashida Aneka Niaga Tbk yang disebabkan total penjualan bersih PT Prashida Aneka Niaga Tbk pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 23,80%, dimana hal tersebut disebabkan oleh turunnya harga komoditas barang dagangan PT Prashida Aneka Niaga Tbk di pasaran internasional.

2. Pengaruh Modal Kerja (X1) terhadap Penjualan (X2) pada Perusahaan Food and

Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki pengaruh yang signifikan yaitu sebesar 98%. Modal kerja diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional yang bertumpuh pada penjualan. Dengan modal kerja yang memadai kegiatan penjualan akan semakin meningkat karena persediaan barang dagang dari kegiatan produksi yang mengalami peningkatan.

3. Pengaruh secara parsial maupun simultan antara modal kerja dan penjualan adalah sebagai berikut :

a. Pengaruh Modal Kerja secara parsial terhadap Laba Bersih memiliki pengaruh yang tidak signifikan atau Modal Kerja secara parsial berpengaruh namun tidak

(24)

secara signifikan terhadap Laba Bersih dan hanya memiliki pengaruh sebesar 3% saja dan sisanya 97% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis, faktor lain tersebut diantaranya ialah perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban pokok operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, dan lain-lain.

b. Pengaruh Penjualan secara parsial terhadap Laba Bersih memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan memiliki pengaruh yaitu sebesar 65,4%. Volume penjualan merupakan salah satu faktor penentu atas perolehan laba bersih, bila volume penjualan naik maka laba bersih yang diperoleh perusahaan akan mengalami kenaikan juga. Ada hubungan yang erat mengenai volume penjualan terhadap peningkatan laba bersih perusahaan, karena dalam hal ini laba akan timbul jika penjualan produk lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. c. Pengaruh Modal Kerja dan Penjualan secara simultan terhadap Laba Bersih memiliki pengaruh yang signifikan yaitu sebesar 96,4%. Modal kerja yang memadai digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan yang akan memperlancar proses produksi sehingga keinginan atau permintaan konsumen akan produk terpenuhi dan akan meningkatkan volume penjualan sehingga pendapatan pun akan meningkat sehingga berpengaruh terhadap Laba Bersih.

Saran

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan agar perusahaan memiliki jumlah modal kerja yang cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan.

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup maka perusahaan harus mengetahui modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dengan cara mengetahui perputaran dari komponen-komponen (elemen-elemen) modal kerja, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan, dan setelah perputaran dari setiap elemen modal kerja diketahui, selanjutnya menghitung periode terikatnya modal kerja tersebut. Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio yaitu diambil dari data laporan laba rugi dan neraca.

(25)

Disamping itu diharapkan juga agar perusahaan dapat menggunakan modal kerja secara efektif dengan cara menilai keefektifan modal kerja menggunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (working capital turnover), karena rasio ini menunjukan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja.

Perusahaan juga harus lebih memperhatikan besarnya volume penjualan yang tercapai agar laba bersih yang diperoleh perusahaan maksimal. Dengan meningkatkan kualitas produk dan membuat produk yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan objek dan variabel yang sama disarankan agar meneliti dengan menggunakan indikator lain, agar dapat diperbandingkan. Atau dengan menambah bahasan variabel lain, sehingga pembahasannya dapat lebih berkembang lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Agnes Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anis Chariri dan Imam Ghajali. 2003. Teori Akuntansi, Edisi Revisi : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Anonim. 2011. Industri Makanan dan Minuman Kembali Bersinar. [Online]. Tersedia : http://bisnisukm.com/industri-makanan-dan-minuman-kembali-bersinar.html. (diakses 30 Maret 2015).

Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE.

Basu Swastha. 2010. Manajemen Penjualan, Edisi 3, cetakan 5. Yogyakarta : BPFE.

Budi Rahardjo. 2007. Keuangan dan Akuntansi untuk Manajer Non Keuangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Burhan Bungin. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi Kearah Ragam

Varian Kontemporer. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa.

Butet Agrina Kurniawanti. Analisis Penggunaan Altman Z-Score untuk Memprediksi Potensi

Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011. Jurnal Ekonomi Universitas Gunadarma. [Online]. Tersedia : http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5743/1/Jurnal%20Skripsi.pdf

(26)

Chairul Marom. 2002. Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang, Edisi ke-dua. Jakarta : Penerbit Grasindo.

Deni Faisal. 2014. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Volume Penjualan dan Dampaknya Pada

Profitabilitas Perusahaan. Studi Kasus Terhadap PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Fakultas

Ekonomi Universitas Siliwangi.

Djarwanto Ps. 2001. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : BPFE.

Dwi Martani, Sylvia Veronica, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta : Salemba Empat.

Eka Tresnawati. 2014. Pengaruh Modal Kerja dan Volume Penjualan Terhadap Laba

Operasional Survei pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi.

Feni Lianti. 2011. Analisis kebutuhan Modal Kerja dan Volume Penjualan Terhadap Perolehan

Laba Bersih Pada Perusahaan Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/533/jbptunikompp-gdl-fennyliant-26644-4-unikom_f-1.pdf

Henry Simamora. 2008. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid 1. Jakarta : Salemba Empat.

Indriyono Gito Sudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta : BPFE.

La Midjan. 2001. Sistem Informasi Akuntansi I, Edisi ke-delapan. Bandung : Lingga Jaya. Leni Hendriyani. 2011. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Biaya Produksi dan Dampaknya

Terhadap Volume Penjualan. Studi kasus Pada UD. Harapan Makaroni Dua Saudara Top Ciamis. Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi.

Megi Wulan Rahayu. 2009. Pengaruh hasil penjualan terhadap laba bersih pada PT Bentoel

International Investama Tbk. Universitas Gunadarma.

[Online].Tersedia:http://www.gunadarma.ac.id/library/abstract/gunadarma_20206604-ssm_fe.pdf

Mulyadi. 2005. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga. Yogyakarta : Salemba Empat. Munawir S. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.

Nirwana Sitepu. 1994. Path Analysis. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2013. Cara Menggunakan dan Memakai Path

Analysis. Bandung : Alfa Beta.

Royan Aziz. 2014. Mari Intip Saham Sektor Konsumsi Yang Menarik. [Online]. Tersedia:http://www.seputarforex.com/analisa/lihat.php?id=208100&title=mari_intip_saham _sektor_konsumsi_yang_menarik

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta : Erlangga.

(27)

Selly Silviawati. 2010. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Volume Penjualan Studi kasus pada

PD. Rasa Asli Cilame-Ciamis. Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi.

Smith dan Skousen. 2000. Akuntansi Intermediate. Jilid 1. Edisi kesembilan. Alih Bahasa Tim Penerbit Erlangga. Jakarta : PT Gelora Aksara.

Soemarso S.R. 2010. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku satu, Edisi lima. Jakata: Salemba Empat.

Suad Husnan. 2005. Manajemen Keuangan, Edisi Ketujuh. Yogyakarta : BPFE.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi 3. Yogyakarta : BPFE.

Swastha dan Irawan. 2000. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi II. Yogyakarta : Liberty. Syahrial Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana Media. Welli Lenggana. 2009. Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada Penerbit

Institut Teknologi Bandung. Jurnal Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. [Online].

Tersedia : http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=25260

Wild, John J dan K.R. Subramanyan. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi sepuluh, buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Yayu Pujirahayu Saputra. 2011. Analisis Modal Kerja Terhadap Laba Bersih. Studi kasus pada

PT. BPR Siliwangi Tasikmalaya. Tasikmalaya. Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi.

Yoyon Supriadi dan Ratih Puspitasari. 2011. Pengaruh Modal Kerja terhadap Penjualan dan

Profitabilitas Perusahaan Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Jurnal Ekonomi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan. [Online]. Tersedia : http://jurnal.stiekesatuan.ac.id/index.php/jik/article/view/280/305

Yudi Aldiayansyah. 2010. Pengaruh Modal Kerja Bersih Terhadap Laba Bersih Pada PT.

Unilever Indonesia Tbk. FJurnal Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. [Online].

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pola Asuh Orangtua, Lingkungan Tempat Tinggal dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Keagamaan Siswa Muslim di SMAN se-Kota Palangka Raya

Berdasarkan permasalahan, hasil dan pembahasan tentang kajian kenyamanan dan keamanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

e. Apostrof, pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatuyang tidak hadir. Asindeton, gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat dimana beberapa katam

Pada makalah ini, dibahas analisis multilevel mengenai pengaruh kepadatan penduduk, status wilayah, angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah,

Hasil pengujian hipotesis menunjukkn adanya pengaruh antara Modal Kerja terhadap Laba Bersih. Hasil perhitungan yang positif antara dua variable diatas menunjukkan bahwa

Hal itu terlihat pada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan pendekatan kontekstual berbasis berpikir kritis nilai nya lebih tinggi serta seluruh siswa ikut

Tujuan dalam penelitian pengembangan ini antara lain: 1 mengetahui kevalidan CD Interaktif terhadap pembelajaran Al-Qur‟an Hadits pada siswa kelas II MI Khodijah Kota Malang,

Dari paparan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa (1) domestikasi Attacus atlas akan membawa banyak manfaat karena merubah perilaku liar menjadi jinak;