• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SIKAP SPIRITUAL PESERTA DIDIK KELAS I SD DHARMA WIDYA TANGERANG ARTIKEL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN SIKAP SPIRITUAL PESERTA DIDIK KELAS I SD DHARMA WIDYA TANGERANG ARTIKEL SKRIPSI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SIKAP SPIRITUAL

PESERTA DIDIK KELAS I SD DHARMA WIDYA TANGERANG

ARTIKEL SKRIPSI

Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Jurusan Dharmacarya

Oleh:

RANI DAMAYANTI NIM 0250113010533

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN

(2)
(3)

iii

Pengembangan Sikap Spiritual

Peserta Didik Kelas 1 SD Dharma Widya Tangerang Rani Damayanti

Ranidamayanti21@gmail.com

Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini adalah kurang baiknya sikap spiritual anak di bawah umur dan belum dipahaminya pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi, display, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diperoleh dengan cara credibility, transferability, dependability, dan confirmability.

Hasil penelitian ini adalah pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya bersumber pada Pendidikan Agama, PKn, dan Budi Pekerti. Pengembangan dilakukan agar peserta didik lebih dapat mngembangkan sikap spiritual dan berpengaruh dalam keseharian peserta didik. Pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya dilakukan oleh guru dan sekolah. Cara pengembangan sikap spiritual peserta didik dilakukan melalui praktek ajaran, praktek keagaaman, serta budaya. Hambatan yang dialami dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik terdiri dari dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari peserta didik yang semaunya sendiri dan susah diatur, melawan, tidak memperhatikan, dan bermain sendiri. Faktor eksternal berasal dari teman dan kurangnya arahan dari keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya dilakukan oleh guru dan sekolah, yang perlu didukung oleh keluarga, orang tua, dan lingkungan masyarakat. Cara pengembangan sikap spiritual peserta didik dilakukan melalui praktek ajaran, praktek keagamaan, serta budaya yang ada di sekolah.

(4)

iv

Development of Spiritual Attitude

Grade 1 SD Dharma Widya Tangerang Students Rani Damayanti

Ranidamayanti21@gmail.com

Abstract: Problems in this research is the lack of good spiritual attitude of underage children and not yet understand the development of spiritual attitude of students of class 1 SD Dharma Widya. The purpose of this study is to describe the development of spiritual attitudes of grade 1 SD Dharma Widya students.

The type of research used in this study is qualitative descriptive. The subjects of this study are teachers and of grade 1 SD Dharma Widya students. Data collection in this research is done through observation, interview, and documentation. Data analysis was done using Miles and Huberman interactive model that is data collection, reduction, display, and conclusion. The validity of data is obtained by means of credibility, transferability, dependability, and confirmability.

The results of this study is the development of spiritual attitudes of students grade 1 SD Dharma Widya sourced on Religious Education, Civics, and Character. Development is done so that learners can develop more spiritual attitude and influential in everyday learners. The development of the spiritual attitudes of students of class 1 SD Dharma Widya done by teachers and schools. Development the spiritual attitude of learners is done through the practice of teaching, practice, and culture. Obstacles experienced in the development of spiritual attitude of learners consists of two factors, namely internal and external. Internal factors are derived from learners who arbitrarily and unruly, fight, not pay attention, and play alone. External factors derived from friends and lack of direction from the family. Based on the result of the research, it is concluded that the development of spiritual attitudes of grade 1 students of SD Dharma Widya is done by teachers and schools, which need to be supported by family, parents, and community environment. Development the spiritual attitude of learners is done through the practice of teachings, religious practices, and culture in school.

(5)

1 Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu hal penting agar setiap orang dapat lebih baik dari pengetahuan sikap maupun keterampilannya. Oleh karena itu, pendidikan perlu diberikan kepada setiap orang sejak dini dan sepanjang hayat. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari kualitas pembangunan bangsa secara moral maupun material. Kualitas pembangunan fisik suatu negara dioptimalkan dalam rangka menghadapi pesaingan global, namun masih jarang yang memprioritaskan pembangunan moral. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan lebih dominan pada aspek ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dampak yang timbul dari beberapa hal diatas yaitu sikap dan moral generasi bangsa semakin menurun, baik generasi yang masih berusia dini atau di bawah umur maupun remaja. Sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno dalam Muhibbin Syah (2008: 120), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan hal ini, maka pengembangan sikap yang dilakukan kepada peserta didik lebih baik diterapkan sejak masih berusia dini, salah satunya yaitu pengembangan sikap spiritual.

Pengembangan sikap spiritual sangatlah penting dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kurang baiknya sikap spiritual juga terjadi pada masyarakat Indonesia secara umum. Pengembangan sikap spiritual sejak dini yang dimulai dari pendidikan baik formal, nonformal, maupun informal sangat berpengaruh pada masa depan generasi bangsa. Pengembangan sikap spiritual pada pendidikan formal dewasa ini tengah digalakkan pemerintah dengan

(6)

2

menjadikan sikap spiritual sebagai salah satu kompetensi sikap yang harus dicapai oleh peserta didik.

Mar’at dalam Jalaludin (2007: 227) berpendapat bahwa sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman dan penghayatan individu. Dengan demikian, sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman bukan sebagai pengaruh bawaan (faktor intern), serta tergantung kepada objek tertentu. Salah satu sikap yang perlu dikembangkan dalam diri peserta didik sejak usia dini yaitu sikap spiritual. Spiritual sering dikaitkan dengan kecerdasan spiritual. Menurut Ary Ginanjar Agustian (2009: 76), kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, yang hanya berprinsip pada ajaran agama. Melalui kecerdasan spiritual seseorang dapat menunjukan adanya sikap spiritual yang ada dalam dirinya. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual maka akan tumbuh adanya sikap spiritual.

Pengertian tersebut di atas dapat dijadikan dasar dalam menjelaskan pengertian sikap spiritual secara keseluruhan. Sikap spiritual diartikan sebagai reaksi baik atau buruk terhadap suatu objek yang berhubungan dengan batin sebagai dasar tumbuhnya nilai-nilai moral yang terjadi dalam diri seseorang melalui penalaran afektif.

Sikap spiritual merupakan bagian dari aspek afektif yang dapat dikembangkan pada peserta didik hingga terbentuk karakter dan penumbuhan sikap positif. Pengembangan sikap dapat menyesuaikan dengan tingkatan ranah afektif. Cara pengembangan sikap spiritual dapat dilihat dari ranah afektif yang dimiliki seseorang. Pengembangan sikap spiritual peserta didik dilakukan

(7)

3

mengikuti ranah afektif yang diterapkan sekolah dalam mengembangkan sikap spiritual. Sikap yang terbentuk melalui ranah afektif akan telihat melalui penerimaan hal lain yang mengarah pada sikap dalam dirinya. Seseorang yang dapat memahami perasaan sendiri maupun orang lain serta dapat mengembangkan perilaku yang dimiliki dapat dikatakan mencerminkan adanya kemampuan afektif. Pengembangan sikap spiritual peserta didik dimulai sejak dini dan memerlukan pelayanan yang tepat dengan memahami karakteristik anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini akan membantu dalam menyesuaikan proses belajar dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing anak, baik secara intelektual, emosional dan sosial. Perkembangan dan pertumbuhan anak tidak terlepas dari pengaruh lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam rangka mencapai keberhasilan pembentukan kepribadian anak sesuai dengan nilai-nilai, maka perlu didukung oleh unsur keteladanan dari orangtua, dan guru. Pelaksanaannya guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara bertahap dan dapat dengan menyusun program kegiatan yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

Seifert dan Doffnung dalam Desmita (2010: 8) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person’s growth, feeking, patterns of thinking, social relationships, and motor skills.” Dalam hal ini, suatu kondisi dapat disebut perkembangan apabila seseorang mengalami perubahan pertumbuhan, pola pikir, hubungan sosial seseorang, serta kemampuan motorik. Menurut Reni Akbar Hawadi dalam Desmita (2010 : 9), perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.

(8)

4

Pendidikan moral dan pendidikan karakter juga dapat membantu dalam pengembangan sikap spiritual kepada peserta didik. Darmiyati (2008: 39) menuturkan pendidikan karakter bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja dan kecintaan kepada Tuhan dalam diri seseorang.

Melalui pendidikan karakter inilah, guru di sekolah dapat melakukan pengembnagan sikap spiritual kepada peserta didik. Sutarjo (2011: 126) menjelaskan bahwa pendidikan nilai atau moral bagi anak-anak maupun remaja tidak jauh berbeda dengan yang diberikan untuk usia dewasa, tetapi berbeda pada tingkat atau kualitas yang harus lebih tinggi. Emmanuel dalam Sutarjo (2011: 127) merumuskan tujuan pendidikan moral yaitu untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan memaksimalkan nilai-nilai moral kepada semua orang sebagai cara terlaksananya prinsip-prinsip moral.

Melalui strategi pembangunan karakter tersebut dapat membantu dalam mengembangkan karekter anak. Strategi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan sikap spiritual hingga membentuk perilaku yang baik pada pada anak. Dengan melalui pembelajaran, pembiasaan, penguatan, dan keteladanan dapat menmbantu dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik.

Sikap spiritual dapat juga dikembangkan melalui berbagai kegiatan dan mata pelajaran di sekolah. Pendidikan di sekolah formal dewasa ini masih memprioritaskan pembelajaran yang berorientasi pada pengetahuan dan kurang

(9)

5

menerapkan pembelajaran nilai untuk mengembangkan dan meningkatkan sikap spiritual peserta didik. Melalui pembelajaran nilai inilah sikap spiritual peserta didik dapat dikembangkan sebagai bekal dimasa depan. Wina (2006: 279) menjelaskan pendidikan nilai mencangkup beberapa model strategi dalam pembelajaran sikap. Setiap strategi pembelajaran sikap pada umumnya menghadapkan peserta didik pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis.

Sumber pendidikan nilai di sekolah formal terdapat dalam pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Salah satu sumber pendidikan nilai yaitu dalam pembelajaran Pendidikan Agama Buddha. Melalui pembelajaran Pendidikan Agama Buddha, guru dapat melakukan pengembangan sikap spiritual sesuai dengan materi yang dibahas dalam pembelajaran. Dengan kurangnya pendidikan nilai yang diberikan kepada peserta didik dapat menyebabkan lemahnya sikap spiritual dalam diri peserta didik.

Hal tersebut berdampak pada sikap spiritual peserta didik belum sepenuhnya menjalankan ajaran agama terutama yang telah diberikan oleh guru agama. Sikap keseharian di sekolah peserta didik kelas I SD Dharma Widya, yang saling mengganggu pada saat pembelajaran berlangsung dengan mengobrol sendiri, saling pukul dengan teman sebangkunya, dan pada saat bertemu guru tidak memberi salam atau menyapa (Observasi, 1 Februari 2017). Perilaku peserta didik tersebut dapat diarahkan dan dikembangkan agar menjalankan ajaran agama yang ditunjukkan melalui sikap spiritual.

Salah satu tempat berinteraksi oleh peserta didik yaitu sekolah dengan karakter, sifat, latar belakang, serta perilaku yang berbeda-beda dari peserta didik.

(10)

6

Sekolah mempunyai peran besar dalam menginternalisasi nilai-nilai kepada peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan nilai tidak sekedar program khusus yang diajarkan melalui mata pelajaran, tetapi mencakup keseluruhan proses pendidikan.

Sekolah Dharma Widya merupakan sekolah formal bercirikan Buddhis yang memberlakukan Pendidikan Agama Buddha bagi seluruh peserta didik, sehingga pengembangan sikap spiritual di sekolah berpedoman pada ajaran Buddha. Idealnya pengembangan tersebut diberikan sejak dini yaitu sejak SD kelas I tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah. Peserta didik SD kelas I, tergolong usia dini yang masih dalam tahap perkembangan dan mudah untuk dibentuk atau dikembangkan sesuai tingkat perkembangannya. Peserta didik SD kelas rendah memiliki potensi untuk dikembangkan sikap spiritualnya. Pada usia tersebut, terutama kelas I, peserta didik mengalami masa peralihan dari TK ke SD. Masa peralihan inilah yang dapat digunakan untuk mengembangkan sikap spiritual peserta didik karena dalam masa peralihan seperti ini tingkat sikap spiritual yang dimiliki anak masih cenderung lemah dan dapat dikembangkan.

Berdasarkan pembiasaan sikap spiritual di SD Dharma Widya oleh guru Pendidikan Agama Buddha dan sebagai sekolah bercirikan Buddhis tersebut, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui pengembangan sikap spiritual peserta didik SD kelas I oleh pihak sekolah secara umum. Sekolah menerapkan pembisaan yang diterapkan kepada peserta didik dalam melakukan pengembangan sikap spiritual peserta didik di SD Dharma Widya. Pembiasaan ini juga diterapkan oleh sekolah kepada peserta didik kelas 1 untuk mengembangkan sikap spiritual yang dimiliki pleh peserta didik.

(11)

7

Menurut Thordike dalam Carol dan Barbara (2008: 185) menghipotesiskan bahwa setiap perilaku yang diikuti oleh hadiah atau penguat akan diulang, setiap perilaku yang tidak diberi hadiah atau penguat akan surut. Behaviorisme merupakan cara efektif dan efisien untuk mengubah perilaku anak-anak. Mengubah perilaku anak-anak lewat hadiah pertama-tama berarti menyingkapkan riwayat perilaku itu, sepenuhnya memahami perilaku tadi, dan kemudian mengenali akibat dari perilaku itu.

Hal ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan melalui pergaulan anak di lingkungan luar. Masa anak-anak sangat jarang dapat memiliki kemampuan atau pengalaman dalam membuat keputusan sendiri, seperti hal yang benar dan hal yang salah. Oleh karena itu, mereka harus tumbuh mengetahui mana hal yang dapat diterima dan mana yang tidak dapat diterima.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Peneliti memilih metode ini dikarenakan data penelitian yang akan dikumpulkan merupakan bentuk data deskripsi tentang pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas I SD Dharma Widya Tangerang.

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Dharma Widya Neglasari Kota Tangerang dan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2017. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya Tangerang dalam pembelajaran maupun kegiatan sekolah lainnya yang dilakukan oleh guru dan sekolah.

(12)

8

Pengambilan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mengetahui pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya Tangerang. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Objek pengamatan pada teknik ini adalah seluruh kegiatan yang berlangsung dari awal hingga akhir pembelajaran menggunakan lembar observasi guru dan peserta didik terkait dengan pengembangan sikap spiritual peserta didik. Fokus pengamatan pada pengembangan sikap spiritual peserta didik Kelas I SD Dharma Widya Tangerang.

Tahapan uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas). Teknik keabsahan data kredibilitas yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan memperpanjang waktu penelitian, meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif, member check, dan mengembangkan bahan referensi.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data Miles and Huberman dengan 4 (empat) komponen, yaitu: pengumpulan data (data collecting), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), kesimpulan atau verifikasi (conclusions: drawing/verifying). Peneliti melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan data dengan tiga teknik tersebut untuk memperoleh data yang valid.

(13)

9 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, pengembangan sikap spiritual di SD Dharma Widya sudah ditanamkan kepada peserta didik. Dilihat dari peraturan dan budaya yang ditetapkan di sekolah, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap spiritual telah dilakukan oleh sekolah. Pengembangan sikap spiritual juga dilakukan melaui bebrapa kegiatan yang dilakukan disekolah seperti praktek ajaran, praktek keagamaan, dan budaya yang telah diterapkan disekolah. Dengan hal ini maka lebih mudah untuk melakukan pengembangan sikap spiritual kepada peserta didik di SD Dharma Widya.

Pengembangan sikap spiritual dikembangkan oleh guru di SD Dharma Widya melalui pembelajaran yang bersumber pada mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, dan Budi Pekerti. Alasan dilakukannya pengembangan sikap spiritual di SD Dharma Widya yaitu karena pengembangan harus ditanamkan sejak usia dini dan akan berpengaruh pada kehidupannya sehari-hari. Pengembangan sikap spiritual dilakukan kepada peserta didik oleh guru dan sekolah. Faktor pendukung pengembangan sikap spiritual berasal dari keluarga, orang tua, serta lingkungan.

Pemahaman yang dimiliki guru sebelum melakukan pengembangan sikap spiritual kepada peserta didik juga memiliki pengaruh agar tidak terjadi kesalahan pengarahan kepada peserta didik. Guru memberikan pengertian bahwa sikap spiritual berhubungan dengan sikap moral tingkah laku, perilaku bai dan buruk, serta keyakinan terhadap Tuhan YME. Dengan demikian dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik diarahkan sesuai pemahaman yang dimiliki oleh guru. Melalui pemahaman inilah guru menggunakan cara pengembangan yang sesuai

(14)

10

dengan pemahaman yang dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Buddha maupun guru kelas.

Dalam pengembangan sikap spiritual tidak hanya dengan melalui kegiatan yang berhubungan dengan religius melainkan juga melalui non religius. Sikap spiritual tidak hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki agama maupun kepercayaan saja melainkan juga seseorang tidak memiliki agama maupun kepercayaan. Seseorang yang memiliki ataupun belajar mengenai agama belum tentu memiliki sikap spiritual. Namun tidak menutup kemungkinan seseorang yang tidak memiliki agama dapat memiliki sikap spiritual. Sikap spiritual tidak hanya dipelajari melalui ajaran agama melainkan juga dapat dipelajari tanpa melalui ajaran agama atau dengan melatih kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap spiritual dalam diri seseorang tidak hanya melalui ajaran agama. Kebiasaan dan kondisi dalam kehidupan sehari-hari juga dapat memunculkan sikap spiritual. Ajaran agama juga merupakan sumber dalam pembentukan dan pengembangan sikap spiritual. Jadi, sikap spiritual dapat terbentuk melalui ajaran agama maupun kebiasaan sehari-hari. Seseorang yang memiliki sikap spiritual belum tentu memiliki agama maupun kepercayaan. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang memiliki agama belum tentu dapat memiliki sikap spiritual. Melalui kebiasaan dan kondisi diri seseorang dapat memiliki sikap spiritual.

Cara pengembangan sikap spiritual dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan yang ada di SD Dharma Widya. Cara pengembangan sikap spiritual dapat melalui dua cara yaitu praktek ajaran dan praktek keagamaan. Praktek ajaran merupakan cara yang digunakan dalam pengembangan melalui

(15)

11

pembelajaran. Cara ini dilakukan dengan memberikan contoh dalam bersikap serta pengajaran yang dilakukan untuk melatih sikap peserta didik. Sedangkan praktek keagamaan biasanya dilakukan dengan mengajarkan kepada peserta didik yang berhubungan dengan agama seperti berdoa, memberi salam. SD Dharma Widya telah melakukan pengembangan melalui dua cara tersebut dan dapat dikatakan pengembangan sikap spiritual yang ada di sekolah telah dilaksanakan.

Peneliti juga memperoleh data berupa dokumen mengenai budaya yang ada di SD Dharma Widya, budaya tersebut yaitu budaya malu. Melalui budaya tersebut, peneliti dapat melihat bahwa pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya juga dapat terealisasi. Budaya tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya. Macam-macam budaya tersebut yaitu malu karena: datang terlambat; melihat rekan sibuk melakukan aktivitas; melanggar peraturan; berbuat salah; bekerja/belajar tidak berprestasi; tugas tidak terlaksana/selesai tepat waktu; dan malu karena tidak berperan aktif dalam mewujudkan keberhasilan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan sikap spiritual kelas 1 SD Dharma Widya memiliki beberapa faktor pendukung, baik dari luar maupun dari dalam diri peserta didik. Faktor tersebut seperti, arahan orangtua, lingkungan masyarakat, teman sebaya, dan keluarga. SD Dharma Widya telah melakukan pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 dengan berbagai cara yang dilakukan guru serta adanya peraturan dan budaya yang ada di sekolah. Pengembangan ini bertujuan untuk mengajarkan peserta didik tentang bagaimana bersikap, mengembangkan sikap yang ada dalam diri peserta didik.

(16)

12

Hambatan yang ada dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya berkaitan dengan diri peserta didik sendiri maupun dari luar. Adanya hambatan tersebut dapat dikatakan bahwa hambatan tersebut dapat diatasi dan diselesaikan oleh pihak sekolah maupun guru. Faktor tersebut dapat dijadikan acuan oleh guru untuk lebih menegaskan dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya. Pengarahan dapat diberikan kepada perseta didik yang memiliki hambatan dari dalam diri sendiri terkait dengan pengembangan sikap spiritual yang dimiliki. Seperti yang telah diupayakan oleh sekolah Dharma Widya maupun guru kelas dan guru Pendidikan Agama dalam pengembangan sikap spririual. Pengenalan dan pemahaman karakter peserta didik oleh guru kelas maupun guru Pendidikan Agama juga diperlukan untuk lebih memahami karakter peserta didik dan mempermudah pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya.

Solusi yang dilakukan untuk menghadapi hambatan tersebut adalah dengan lebih memperhatikan anak dan memberikan arahan kepada peserta didik pada saat di dalam kelas. Guru kelas memberikan teguran kepada peserta didik agar peserta didik dapat kembali fokus apabila dalam pembelajaran lebih senang bermain sendiri. Dengan hal ini maka peserta didik akan lebih paham dan mengerti hal yang baik dan tidak baik. Guru memberikan arahan serta teguran kepada peserta didik yang melanggar atau melakukan hal yang tidak termasuk dalam pengembangan sikap spiritual. Hal ini diharapkan dapat memperbaiki sikap peserta didik dan menjadikan peserta didik lebih mengerti apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan.

(17)

13

Bentuk pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya seperti memberi salam, berdoa, saling manyayangi, dan menolong sesama. Hal ini dapat dipertahankan dan terus dikembangkan oleh sekolah maupun guru yang ada di sekolah. Pembiasaan juga dapat dilakukan untuk membiasakan diri peserta didik dalam bersikap. Kebiasaan baik yang sering dilakukan dalam kahidupan sehari-hari dapat dijadikan contoh dan dikembangkan kembali di sekolah.

Kesimpulan

Pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya dikembangkan pada saat pembelajaran yang bersumber pada mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, dan Budi Pekerti. Alasan dilakukannya pengembangan sikap spiritual yaitu perlunya penanaman pada anak sejak dini karena berpengaruh dalam keseharian peserta didik. Dalam melakukan pengembangan sikap spiritual guru dan sekolah merupakan penanggung jawab yang ada disekolah dalam pengembangan. Faktor pendukung dalam pengembangan sikap spiritual ini berasal dari keluarga, orang tua, serta lingkungan masyarakat. Dalam pengembangannya guru memiliki pemahaman terkait dengan sikap spiritual. Sikap moral tingkah laku, tindakan baik dan buruk, kepercayaan terhadap Tuhan merupakan pemahaman yang dimiliki dalam melakukan pengembangan sikap spiritual peserta didik. Cara pengembangan sikap spiritual peserta didik dilakukan melalui praktek ajaran, praktek keagaaman, serta budaya.

Hambatan yang dialami dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik terdiri dari dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal dalam

(18)

14

pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya yaitu peserta didik semaunya sendiri dan susah diatur, melawan, tidak memperhatikan, dan bermain sendiri. Faktor eksternal dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya yaitu teman dan kurang arahan dari keluarga.

Saran

Peneliti memberikan saran kepada guru di kelas 1 SD Dharma Widya hendaknya dapat menggunakan cara dengan menyesuaikan perkembangan dan karakter peserta didik. Kepada orangtua peserta didik serta keluarga hendaknya dapat memberikan arahan yang tepat kepada peserta didik pada saat di rumah, dan melanjutkan pengembangan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik dalam pengembangan sikap spiritual di rumah. Kepada tenaga kependidikan di sekolah hendaknya dapat membantu serta mendukung adanya pengembangan sikap spiritual peserta didik di sekolah. Sekolah Dasar Dharma Widya sebaiknya dapat mengembangkan peraturan dan budaya yang ada serta dapat disesuaikan untuk dijadikan acuan dalam pengembangan sikap spiritual peserta didik. Bagi Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya hendaknya dapat membentuk tenaga pendidik yang memiliki sikap spiritual dan mampu melakukan pengembangan sikap spiritual.

(19)

15

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2011. Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Agustian, Ary Ginanjar. 2009. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Emosional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga.

Seefeldt, Carol dan Wasik, A. Barbara. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Indonesia: PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Darmiyati, Zuchdi. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Jalaludin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab cacat yang bisa ditangani adalah penyebab defect yang disebakan oleh campuran cat yang kurang baik, proses pencegahan yang bisa dilakukan adalah mengganti

set, ATK-käyttöpäälliköt Hanke yhteistyössä SeAMK:n ja EPSHP:n täydennyskoulutusyksikön kanssa 22.9.2010 Hankkeen alueellisen ohjausryhmän

Dalam teknologi packet-switching,koneksi ke jaringan hanya dilakukan pada saat ada data yang dikirim sekaligus dalam satu ´paket´ sehingga lebih efisien dibanding koneksi

Terjadinya anemia pada ibu hamil dimungkinkan karena pada saat kehamilan salah satunya yaitu ibu hamil mengalami masalah gizi yaitu status gizi KEK(

Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa 603 PM-88 Reni Untarti, Akhmad Jazuli Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas

Tindakan pembelajaran direncanakan pada Kompetensi Dasar (KD) 6.1. Menentukan pola barisan bilangan sederhana. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti sudah

Konsep perancangan pada Pusat Komunitas Permainan Tradisional Melayu Di Meranti yaitu metafora dari gasing dengan menerapkan prinsip desain Frank O Gehry,

Kepala Sub Bidang Penyimpanan dan Evaluasi Barang Milik Daerah2. Kepala Bidang Barang Milik