Dr. M. Syakir dan Dr. Dedi Nursyamsi, M.Agr
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PENGEMBANGAN LAHAN SUB
OPTIMAL SECARA PRODUKTIF,
INKLUSIF, DAN EKOLOGIS
3
SEMBILAN AGENDA
PRIORITAS (NAWA CITA)
Nawa cita ke 7:
“Mewujudkan
Kedaulatan Pangan”
Kebijakan perbaikan jaringan
irigasi 3 juta ha
Sawah bukaan baru 1 juta ha Pemulihan kualitas kesuburan
tanah,
Pengendalian konversi lahan
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
9 JUTA HEKTAR LAHAN
3 th, swasembada padi, jgung, dan
kedelai; peningkatan ekspor dan
pengurangan impor komoditas lainnya
5 th, swasembada gula dan daging, peningkatan ekspor dan pengurangan impor komoditas lainnya
Penyedia pangan hampir 250 juta penduduk Indonesia
Penyedia 87% bahan baku industri kecil dan menengah
Penyumbang 15% PDB
Penghasil devisa negara US$ 26,78 M
Menyerap 33,3% total tenaga kerja
Sumber utama (70%) pendapatan rumah tangga perdesaan
PERAN SEKTOR
PERTANIAN
I-LAS-Badan Litbang Pert. 6 6 6 6
PEMBANGUNAN PERTANIAN
Degradasi SD Lahan & Air Soil Sickness/ Fatique, Kesuburan, Pecemaran, dll.
Keragaman & Perubahan Iklim Cekaman(Kekeringan/Banjir) & ancaman OPT, degradasi & ancaman MBD-SDG/PNP
Keterbatasan SD lahan potensial pemanfaatan lahan Sub-Optimal
INOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN MBD-SDG/PNP VARIETAS/BIBITUNGGUL BARU DAN ADAPTIF
PROTEKSI/PENYELAMATAN MBD-SDG/PNPPERMASALAHAN SDL
II
Problema SD-Lahan kedepan: (a) senjang antara
Kebutuhan – Ketersediaan; (b) Karakterisik,
dan (c) Kebijakan/Regulasi Tata Kelola
Lahan Sub-Optimal dan Terdegradasi: medominasi
Cadangan SDL Kedepan “LAHAN KERING” DAN “LAHAN RAWA”
Degradasi SDL dan Hidrologi (DAS) & melusanya
lahan terdegradsi/terlantar akibat deforestasi dan
praktek pertanian
Perhatian khusus terhadap optimalisasi, konservasi
& rehabilitasi SDL & hidrologi, pemanfaatan/rekayasa genetik & sumberdaya hayati (biomassa)
Seluruh aktivitas budidaya ditopang oleh + 46 juta ha lahan pertanian
23 juta ha perkebunan 15 juta ha lahan
kering/tegalan
8 juta ha lahan sawah
Kepemilikan SD Lahan 935 m2/kapita
328m2/kapita lahan sawah 607 m2/kapita lahan kering,
Terus menciut akibat konversi lahan &
terdegradas akibat sitem pengelolaan
SD LAHAN
PERTANIAN
Akibatnya, tekanan thd SDL
eksisting semakin tinggi
ANCAMAN DAN KENDALA BIOFISIK
PEMBANGUNAN PERTANIAN KEDEPAN
ISU & ANCAMAN/ PROBLEMA SDLP Alih fungsi lahan sawah produktif Perubah-an iklim Derivasi dari pemanasan global Degradasi sumberdaya lahan Erosi dan longsor Pence-maran Meluas nya lahan terlantar Penguasaan dan Kepemilikan SD Lahan Kebijakan Politik Tata Kelola Lahan
?
?
KEBUTUHAN SDL DAN MASALAHNYA
• Tahun 2025 dibutuhkan 7,3 juta lahan baru untuk
sawah 1,4 juta ha, kedelai 2 juta ha dan jagung 1,3 juta ha, tebu & horti 2,6 juta ha.
• Tahun 2045 diperlukan tambahan lahan sekitar 14,8 juta ha, terdiri dari 4,9 juta ha sawah, 8,7 juta ha lahan kering, dan 1,2 juta ha lahan rawa.
• Di sisi lain, lahan cadangan potensial berada di
kawasan hutan atau lahan terlantar
• Sebagian besar : lahan cadangan adalah LAHAN
SUB-OPTIMAL (LAHAN KERING & LAHAN RAWA, sebagian diantaranya Terdegradasi dan terlantar
Optmalisasi lahan eksisting (intensifikasi & perlindungan) & perluasan areal (ekstensifikasi) pada lahan
KARAKTERISTIK LSO
Karakteritik Tanah, Bahan Induk, Iklim, Posisi Geografis dan Bentuk Wilayahnya Sangat
Beragam Pengelompokkan
KARAKTERISTIK LAHAN
Lahan kering masam Lahan kering iklim kering Lahan rawa pasang surut
Lahan rawa lebak Lahan gambut
Lahan Kering Masam
CH tinggi > 2000 mm
BB > 6 bulan
pH masam (pH < 5)
Kejenuhan Al tinggi
Kahat hara makro (NPK)dan mikro
Tingkat kesuburanrendah
Produktivitas rendah
Sebaran paling luasTIPOLOGI DAN KARAKTERISTIK
SD LAHAN
Lahan Kering Iklim Kering
CH rendah < 2.000 mm)
BB 3-4 bukan
BK >7-8 bulan
Kelangkaan sumber air
pH agak alkalis (pH > 7,5)
Solum dangkal danberbatu/berkapur
Tingkat kesuburansedang
Produktivitas sedangTIPOLOGI DAN KARAKTERISTIK
SD LAHAN
Rawa Pasang Surut
Sulfat masam
pH rendah (masam)
Lapisan pirit
Kahat hara
Salinitas
Produktivitas rendah
Drainase & tata air
Potensi pengembangandi MK
TIPOLOGI DAN KARAKTERISTIK
SD LAHAN
Rawa Lebak
Lebak dangkal (<50 cm)
Lebak tengahan (50-100)
Lebak dalam (>100 cm)
Genangan > 4 bulan
IP tergantung jenis lebak
Tingkat kesuburansedang, ada limpahan hara dari luapan sungai
Drainase dan tata air
Potensi pengembangan diMK
TIPOLOGI DAN KARAKTERISTIK
SD LAHAN
Lahan Gambut
C-organik > 12% atau 18%jika kandungan liat 60%
Ketebalan lapisan BO > 60 cm
pH rendah (masam)
Kahat hara
BD rendah (< 0,3 g/cm3)
Produktivitas rendah
Perlu pengaturandrainase & tata air
TIPOLOGI DAN KARAKTERISTIK
SD LAHAN
Potensi LSO
• Sekitar 15% lahan sawah eksisting dan 60% dari lahan kering juga merupakan LSO serta sudah berkontribusi secara signifikan terhadap ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
• Secara biofisik dan dg sentuhan inovasi
teknologi pertanian, sekitar 58% dari lahan suboptimal tersebut potensial untuk lahan pertanian.
LATAR BELAKANG
SEBARAN LAHAN SUB OPTIMAL(analisis data skala 1:250.000)
Daratan Indonesia 191,09 juta ha Lahan basah 46,62 juta ha Lahan kering 144,47 juta ha Masam 107,36 juta ha LK iklim kering 10,75 juta ha Rawa Total LSO 153,04 juta ha Pasang surut 8,35 juta ha Lebak 11,64 juta ha Gambut 14,93 juta ha Non rawa 8,6 juta ha
LSO (lahan kering)
(118,2 juta ha)
TP
30,5 juta ha 2,4 juta ha
LATAR BELAKANG
POTENSI LAHAN SUB OPTIMAL
Potensial Pertanian
99,65 juta ha
PT TT
66,7 juta ha
LSO (lahan rawa)
(34,93 juta ha)
3,4 juta ha 8,9 juta ha 7,8 juta ha Potensial Pertanian
19,99 juta ha
Ps. Surut Lebak Gambut
25 Potensial Tersedia LK
25,82 juta ha
APL HPK HP
5,9 juta ha 4,4 juta ha 15,5 juta ha
LATAR BELAKANG
LSO POTENSIAL TERSEDIA
Potensial Pertanian
119,6 juta ha
Potensial Tersedia Rawa
7,63 juta ha
APL
HPK
HP
1,5 juta ha 1,7 juta ha 4,5 juta ha
HPK
HPK
Potensial tersedia 33,4 juta ha
26
Upaya peningkatan produksi pangan harus bertumpu pada optimalisasi LSO dan terdegradasi
Kondisi LSO/terdegradasi/terlantar:
APL: Lahan terdegradasi, status kepemilikan dimiliki perorangan, sempit dan terpencar, atau HGU kawasan lebih luas
POTENSI LAHAN RAWA
SUMATERA 10,9 JUTA HA KALIMANTAN 10,6 JUTA HA PAPUA 10,5 JUTA HA SULAWESI 1,4 JUTA HA Total: 33.4 juta ha28
POTENSI DAN PELUANG
• Lahan rawa panen raya pada Juli-Agustus-Sept sehinga dapat menjadi pemasok nasional pada saat defisit
•Defisit produksi beras nasional terjadi dari
Agustus sd Desember (Saat Kekeringan)
Sumber: Irsal Las, 2004
Lahan Rawa Lebak
Kendala : (a)
Kesuburan & Sifat Kimia, (b) Tinggi & lama genangan debit/permukaan sungai
Pada Kondisi Kering lama & tinggi
genangan makin turun lahan potensial (sesuai) makin luas Propinsi Potensi Lahan (000 ha) Normal Kering Sumsel 200.4 368.7 Riau 131.8 113.6 Lampung 79.0 137.9 Kalsel 153.0 181.6 Total 564.2 801.9 Peluang peningkatan luas tanam
237.7
PELUANG PENINGKATAN LUAS
TANAM PADA SAAT KERING
Defisit
Apabila tidak ada penanganan khusus maka defisit akan terjadi pada Agustus sampai Januari, tetapi Juli sampai Sept panen di lahan rawa
Defisit
Distribusi Panen Padi
Optimalisasi Produksi Lahan Rawa
Potensi Lahan Rawa
Pulau
Potensi rawa
(juta ha) Sudah direklamasi (juta ha)3)
Belum direklamasi (juta ha) 3) Sesuai untuk pertanian (juta ha)3) Pas surut1) Rawa lebak2 ) Reklamasi oleh Pemerintah Swadaya Masyarakat Pas
surut Rawa lebak surut Pas Rawa lebak Pas
surut Rawa lebak surut Pas Rawa lebak
Kal 9,183 3,581 0,500 0,360 0,552 0,053 0,446 0,024 1,498 0,437 Sum 10,445 2,766 0,814 0,167 0,624 0,291 0,573 0,500 2,012 0,959 Sul - 0,644 0,081 0,046 0,102 0,02 0,459 0,178 0,643 0,227 Papua 6,674 6,306 - 0,05 0,009 - 4,208 0,671 4,217 0,677 Jawa - - 0,036 0,036 0,114 - 0,155 - 0,166 0,037 Jumlah 26,302 13,296 1,433 0,616 1,401 0,347 5,701 1,374 8,536 2,337 Prioritas I Prioritas II Prioritas III
STRATEGI PENGEMBANGAN
LSO DAN DUKUNGAN
INOVASI TEKNOLOGI
11/10/2015 I-Las-BBSDLP 33
STRATEGI PENGEMBANGAN LSO
1. Optimalisasi pemanfaatan LSO eksisting,
2. Ekstensifikasi/perluasan areal LSO baru
Sasaran utama lahan eksisting:
Peningkatan produktivitas dan produksi
Peningkatan IP melalui intensifikasi & dukungan inovasi rawa lebak n ps surut di MK
Eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya air
Sasaran utama ekstensifikasi: Prioritas pada lahan
terdegradasi dan terlantar lahan terlantar bekas
tambang
lahan terlantar yang berada di APLrawa lebak dan ps. surut
lahan terlantar cadangan di HPK jangka panjang
INOVASI TEKNOLOGI
Eksplorasi & optimalisasi SD Air & pengelolaan tata air, penataan & konservasi SD Lahan (tanah-hara-air-iklim)
Pengembangan Teknologi Inovatif : VUB & perbenihan, pemupukan, zero waste, tekologi nano, bioproses, bio product
Modernisasi sistem usaha pertanian berbasis
model inovatif-terpadu (SITT, PRL, ICEF,
Bioinustri
Peningkatan koordinasi, integrasi & sinergi
program
TITIK UNGKIT (
ENTRY POINT
)
INOVASI TEKNOLOGI
LAHAN KERING
POTENSI AIR PERMUKAAN
Berasal dari curah hujan, aliran sungai, mata air ataupun air
yang tersimpan dalam
cekungan alami (danau).
Diidentifikasi melalui beberapa pendekatan:
Pengukuran langsung
Aplikasi model debit
Bentuk Produk:
Desain pengelolaan air (sumber air, distribusi, dan teknik penyiraman)
Neraca air (ketersediaan dan kebutuhan)
Sistem informasi (spasial dan tabular)
TEKNOLOGI IDENTIFIKASI POTENSI KETERSEDIAAN AIR
TEKNOLOGI IDENTIFIKASI POTENSI KETERSEDIAAN AIR
POTENSI AIR TANAH
Potensi air tanah (ground-water) dapat diprediksi melalui survei geolistrik.
Produk:
- Peta potensi air tanah (lokasi, luas, dan potensi debit)
KONSERVASI TANAH
Diarahkan pada KT Vegetatif
(alley cropping, strip rumput, wana tani, dll)
KONSERVASI AIR DAN IRIGASI SUPLEMEN
Konservasi Air:
Teknik panen air
(embung, kedung, rorak, dam parit)
Sistem pemberian dan
pendistribusian air (irigasi suplemen)
Meningkatkan efisiensi
penggunaan air
(konsep MAD:derajat kekeringan tanah yang masih ditoleransikan utk tk prod optimum)
Teknologi panen air
Pengelolaan bahan
organik dan konservasi
lahan
Varitas Tahan Kekeringan
LAHAN KERING MASAM:
Penggunaan P-alam, Bahan Organik, Pembenah Tanah, dan Biochar
Teknologi pemupukan, pemanfaatan limbah, bioproses, dan bioproduk
INOVASI TEKNOLOGI
LAHAN RAWA
SISTEM TATA AIR SATU ARAH SA Saluran Tersier Saluran Tersier SSALURAN PRIMER S ALU R AN S E K U N D E R ER S ALU R AN S E K U N D E R ER SA SA Saluran Kuarter Saluran Kuarter SSALURAN SEKUNDER S AL U R AN T E R S IE R ER S AL U R AN T E R S IE R ER S ALU R AN T E R S IE R ER Saluran Kuarter
Saluran Kuarter Saluran Kuarter Saluran Kuarter
TEKNOLOGI SAWIT DUPA SURJAN DAN TUKUNGAN
LAHAN RAWA
45
SISTEM SURJAN
VARIETAS PADI UNGGUL LAHAN RAWA No Nama Umur (hari) Potensi hasil (t/ha) Sifat
1 Martapura 120-125 5,0 Toleran masam pH 4 dan keracunan besi
2 Margasari 120-125 4,5 Toleran masam pH 4 dan keracunan besi
3 Siak Raya 115-124 6,0 Cocok pasang surut sulfat masam dan bergambut, toleran keracunan besi dan Al
4 Air Tenggulang 123-127 6,0 Cocok pasang surut sulfat masam dan bergambut
5 Lambur 113-117 5,0 Toleran keracunan besi, agak toleran Al dan kegaraman
6 Impara 4-5 135 7,63 Toelran rendaman cocok untuk lebak
PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN LSO
PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LSO LAHAN PASANG SURUT JAMBI
Titik ungkit:
Penataan tata air mikro VUB dan budidaya MT II Sistem surjan utk sayuran
Panen raya di lahan pasang surut
Kab. Barito Kuala Kalsel
Panen raya lahan pasang surut di
Kapuas, 10-11 Agustus 2015
PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LSO
LAHAN RAWA LEBAK ALABIO, KALSEL
Titik ungkit:
Penataan tata air mikro,
folder mini
Pengaturan masa tanam Varietas unggul baru
Budidaya padi dan itik
Peningkatan IP dan
Panen raya di lahan lebak Polder Alabio
oleh Menteri Pertanian, 2 Oktober 2015
Luas Panen Lahan Lebak Polder Alabio 2.600 ha pada thn
Normal 4.023 pada tahun El-Nino.
Produktivitas 4.3 ton/ha pada thn Normal 6,3-8,2 ton/ha pada
54
PEMBELAJARAN PEMANFAATAN LSO LAHAN KERING IKLIM KERING, NTB
Titik ungkit:
Eksplorasi sumber air, Varietas unggul baru,
Pengelolaan tanah dan hara
Peningkatan IP
dan perluasan
areal tanm
Panen kedelai di LKIK oleh Ka Balitbangtan
dan Bupati Bima, 17 September 2015
Peningkatan IP dan provitas pada MK II seluas 25 ha dg
IMPLIKASI DAN SARAN
KEBIJAKAN
57
IMPLIKASI DAN SARAN KEBIJAKAN
1. Hanya sekitar 30% dari LSO yg dapat dikembang-kan untuk pertanian, terkendala oleh berbagai
regulasi penatapan kawasan, peruntukan dan penguasaan lahan Diperlukan seperangkat kebijakan politik dan regulasi dalam
pemanfaatan lahan sub-optimal dan terdegradasi. 2. Reevaluasi dan reindetifikasi (pneditelan) potensi,
persamalahan (bioisik, sosek dan regulasi/RTRW) SDL LSO potensial dan layak..
3. Untuk jangka pendek, diprioritaskan untuk
memanfaatkan “lahan terlantar/terdegradasi” untuk pengembangan tanaman pangan baik di
lahan basah (rawa) maupun lahan kering yg berada kawasan budidaya (APL).
4. Untuk jangka panjang, dapat memanfaatkan lahan terlantar di kawasan hutan secara selektif,
khususnya di kawasan hutan produksi konversi.
58
Program Reforma Agraria 9 juta ha terutama
dalam upaya peningkatan luas penguasaan dan kepemilikan lahan, yg sangat terkait dengan
program transmigrasi dan pengembangan wilayah
Pembukaan lahan kering 1 juta ha di luar Jawa yang perlu didukung oleh informasi SDL akurat.
60
NAWA CITA UNTUK MEWUJUDKAN
KEDAULATAN PANGAN
NAWA CITA UNTUK MEWUJUDKAN
KEDAULATAN PANGAN
Implementasi Undang-Undang No 42/2009
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, untuk memperlambat laju
konversi lahan.
62
ARAH DAN KEBIKAKAN PENDISTRIBUSIAN LAHAN 9 JUTA HEKTAR KEPADA PETANI
Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN menyiapkan program Reforma Agraria seluas 9 juta Ha:
Redistribusi Tanah 4,5 juta Ha 4,5 juta Ha hasil legalisasi aset Diawali dengan Inventarisasi
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T)
berdasarkan Peraturan Bersama (ATR/BPN, Dalam Negeri,
Kehutanan, PU‐Pera)
Prioritas Obyek IP4T adalah :
Hutan Produksi Tetap; Hutan Produksi Terbatas; & Hutan Lindung
Yang berada di Hutan Produksi yang dapat dikonversi menjadi prioritas
berikutnya, yaitu untuk budidaya, industri, pertambangan, pemukiman dan peruntukkan lainnya.
Penderasan proses perakitan teknologi melalui penelitian dan pengembangan,
Pengembangan sistem informasi sumberdaya lahan (agromap info, dll.),
Pengembangan sistem dinamik dalam upaya pemanfaatan lahan sub-optimal dengan segala kompleksitas masalah dan kendalanya.
63
STRATEGI AKSELERASI PENGEMBANGAN
INOVASI TEKNOLOGI
Eskalasi kegiatan pengujian dan implementasi inovasi teknologi skala luas, terkait langsung
dengan program strategis Kementerian Pertanian, utamanya UPSUS Swasembada Pajale, Tebu,
Bawang Merah dan Cabe.
64