BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut data BPS penduduk miskin di Indonesia per September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau 10,96% dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia. Angka tersebut memang menurun dibandingkan Maret 2014 yang mencapai 28,28 juta orang atau 11,25%.
Dari 27,73 juta jiwa penduduk yang tergolong dalam penduduk miskin menurut data BPS per September 2014 tersebut, 4,24 jutanya adalah masyarakat yang tinggal di wilayah Provinsi Jawa Barat. Meskipun hanya 9,18% dari jumlah penduduk di Jawa Barat, namun angka ini menunjukkan jumlah penduduk miskin ke-3 terbanyak di Indonesia setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Angka-angka statistik tersebut seakan mewakili suatu gejala kemiskinan yang dirasakan masyarakat kebanyakan. Dalam hal ini, baik pemerintah maupun pihak swasta dapat dikatakan belum berhasil menjalankan fungsi idealnya mensejahterakan kehidupan bermasyarakat, mengingat masyarakat yang belum berdaya dalam mengakses sumber-sumber ekonomi.
Sudah sepantasnya pembangunan dalam upaya mensejahterakan masyarakat ini menjadi perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun pihak swasta tanpa kecuali. Karena pembangunan merupakan sebuah proses berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kualitas
2
kehidupan masyarakat yang lebih baik. Namun adanya keterbatasan/ kesenjangan antara pendanaan pembangunan pemerintah dibandingkan dengan kebutuhan pembangunan yang ada.
Disini terdapat peluang penggunaan program kalangan swasta melalui Corporate Social Responsibility, untuk mengisi celah pembangunan yang dibutuhkan masyarakat tersebut. Mengingat di era new wave ini, banyak upaya perusahaan meningkatkan citra mereka sebagai perusahaan yang good governance. Penerapan CSR bagi perusahaan di masyarakat merupakan salah satu caranya, sehingga akan semakin banyak perusahaan yang menerapkan program-program CSR nya di masyarakat.
Standar pelaksanaan CSR ini mengacu pada ISO 26000 (CSR JABAR: Corporate Social Responsibility). Di Indonesia, Corporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan ini berlandaskan pada UUPerseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 pasal 74 ayat 1 yaitu perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab social (CSR) dan lingkungannya, pereseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu juga ada PP No 47/2012 tentang pelasksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), serta peraturan menteri BUMN No. 04/ 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Pada tingkat provinsi, di Jawa Barat sendiri dibentuk Tim CSR Jabar sebagai media untuk menghimpun perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah
3
Jawa Barat dalam menyalurkan dana CSRnya agar tepat sasaran. Namun, dari ratusan perseroan yang berada di wilayah Jawa Barat, baru 75 perseroan yang sudah tergabung menjadi mitra CSR Jabar per 2014. Salah satu mitra CSR Jabar adalah perusahaan Air Minum dalam Kemasan (AMDK) PT. Tirta Investama (AQUA). Menurut data yang penulis dapat dari Tim CSR Jabar, Aqua bergabung menjadi mitra CSR Jabar sejak tahun 2014. Berdasarkan laporan perusahaan kepada tim CSR Jabar, selama tahun 2014 Aqua menyalurkan dana CSRnya untuk 32 program di berbagai daerah di Jawa Barat. Beberapa program diantaranya dilaksanakan di Kabupaten Subang, mengingat salah satu kantor produksinya yang terletak di wilayah ini.
Kabupaten Subang sendiri secara geografis terbagi menjadi tiga wilayah berdasarkan ketinggiannya, yakni kawasan dengan dataran tinggi, dataran rendah, dan daerah pesisir (pantura). Adapun dataran tinggi (perbukitan) di Kabupaten Subang terletak di wilayah Subang Selatan. Di wilayah Subang Selatan ini terdapat berbagai sumber daya alam, seperti perkebunan dan sumber mata air. Diantaranya adalah sumber mata air Cipondoh yang terletak di Desa Pasanggrahan yang dimanfaatkan oleh perusahaan AMDK PT. Tirta Invesatama (Aqua) yang selanjutnya dalam tulisan ini disebut Aqua. Mengingat adanya pemanfaatan sumber daya alam oleh Aqua di wilayah tersebut yang sudah pasti menjadi wilayah yang terkena dampak, maka pihak perusahaan menyadari tanggung jawab yang harus diberikan kepada masyarakat sekitar.
Kondisi masyarakat Desa Pasanggrahan sendiri bisa dikatakan belum begitu sejahtera, terutama secara ekonomi. Hal ini terbukti dengan banyaknya
4
warga yang terjerat oleh bank keliling sebagai solusi masalah ekonomi mereka. Seperti yang kita ketahui bahwa bank keliling termasuk kedalam praktik riba yang sudah jelas dilarang dalam Agama Islam. Dan tidak jarang setelah mereka terjerat oleh bank keliling bukan menjadi solusi tapi justru menimbulkan masalah baru, karena besarnya bunga yang harus dibayar.
Dalam upaya pemecahan masalah tersebut, beberapa warga dan juga ketua PKK yang juga istri kepala desa saat itu berinisiatif untuk mengaktifkan kembali Lembaga Ekonomi Desa yang saat itu belum terkelola dengan baik. Pada September 2013 lalu, Lembaga Ekonomi Desa (LED) Pasgajaya pun dibentuk. Namun dengan dana iuran yang sangat minim maka uang yang bisa dipinjamkan untuk modal usaha pun dirasa masih kurang.
Mengingat Desa Pasanggrahan merupakan wilayah yang terkena dampak, maka AQUA melaksanakan program CSR nya di desa ini. Dari beberapa program yang diadakan oleh CSR Aqua, salah satu diantaranya adalah Program Pengembangan Ekonomi Lokal. Secara rinci adalah program Pendampingan Lembaga Ekonomi Desa Pasgajaya Pasanggrahan. Yang berkat dampingan dari CSR Aqua LED tersebut telah berubah menjadi sebuah koperasi, dengan nama Koperasi Pasgajaya Desa Pasanggrahan.
Berdasarkan latar belakang diatas, hal ini menarik untuk diteliti dan dianalisa sejauh mana keberadaan perusahaan sebesar Aqua ini dengan program CSR nya mampu memberikan dampak yang konkrit terhadap permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat sekitar, salah satunya masalah keterbatasan modal dalam pengembangan usahanya.
5
Untuk itu penelitian ini berjudul: PENGARUH POGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. TIRTA INVESTAMA (AQUA) PABRIK SUBANG TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PASANGGRAHAN SUBANG (Studi di Koperasi Pasgajaya).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana program CSR Aqua dalam memberdayakan masyarakat Desa Pasanggrahan Subang?
2. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa Pasanggrahan Subang oleh CSR Aqua?
3. Bagaimana pengaruh program CSR terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Pasanggrahan Subang?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah yang dirumuskan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui program CSR Aqua dalam memberdayakan masyarakat di Desa Pasanggrahan Subang.
b. Untuk mengetahui proses pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa Pasanggrahan Subang oleh CSR Aqua.
6
c. Untuk mengetahui pengaruh program CSR Aqua terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa Pasanggrahan.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi peneliti, diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan yang dapat menstimulus peneliti untuk terus belajar mengenai CSR serta berbagai program dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
b. Bagi PT. Tirta Investama (Aqua), diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan CSR perusahaan.
c. Bagi akademisi, penulis berharap penelitian ini dapat menjadi inspirasi lanjutan untuk mengembangkan pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat sekitar.
d. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai adanya peluang untuk pemanfaatan dana CSR serta program yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama (Aqua).
D. Kerangka Berpikir
Di dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia untuk selanjutnya disebut Pedoman GCG merupakan acuan bagi perusahaan untuk melaksankan GCG yang salah satunya adalah dalam rangka “Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan”.
7
Pedoman GCG ini dikeluarkan bagi semua perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip syariah. Perusahaan yang sahamnya telah tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, dan perusahaan yang produk jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, diharapkan menjadi pelopor dalam penerapan pedoman GCG ini (Moh. Wahyudin Zakarsyi, 2008: 91). Berdasarkan pedoman GCG tersebut, setiap perusahaan di Indonesia didorong agar timbul kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan tehadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan atau kita kenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR).
CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal (Edi Suharto, 2010: 3). Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk bekontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan (Hendrik Budi Untung, 2008: 1).
Sedangkan Edi Suharto dalam bukunya CSR & Comdev menjelaskan bahwa CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan (Edi Suharto, 2010: 4).
8
Pembangunan Sosial menurut Midgley, adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana dan dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai suatu keutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi (Isbandi Rukminto Adi, 2008: 50). Menurut Isbandi Rukminto Adi (2008: 54) dalam kaitannya dengan strategi pembangunan sosial yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, Midgley (1995: 103-138) mengemukakan ada tiga strategi besar. Salah satunya adalah pembangunan sosial melalui komunitas (Social Development by Communities) atau kita kenal dengan istilah Community Development (Comdev).
Kutipan dari seorang wanita Aborigin memberi pesan jelas bahwa Community Development (Comdev) atau Pengembangan Masyarakat (PM) harus berpijak pada prinsip pemberdayaan (to empower), bukan penolong (to help) (Edi Suharto, 2010: 65). Adapun tujuan utama Comdev adalah memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keteramplan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka (Edi Suharto, 2010: 67).
Pemberdayaan adalah sebauh proses dan tujuan (Ife, 1995; Suharto, 2007). Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami maslaah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin
9
dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehdiupannya (Edi Suharto, 2010: 82).
Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri,
mapun aspek kebijakannya (sumber:
http://www.bappenas.go.id/files/2913/5022/6062/mardi__20091015151035__ 2384__0.pdf, diakses pada tanggal 5 Mei 2016 pukul 12.18).
Dalam Blakely and Bradshaw (1994) dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, salah satu bentuk praktik dari konsep ini adalah Pengembangan Ekonomi Masyarakat Lokal disebut juga Pengembangan Ekonomi Lokal. Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan proses di mana pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Etika Ari Susanti, Imam Hanafi, dan Rumolu Adiono Etika Ari Susanti, Imam Hanafi, dan Rumolu Adiono, Pengembangan Ekonomi
10
Lokal dalam Sektor Pertanian (Studi pada Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang), Jurnal Administrasi Publik Vol.1, No.4, Universitas Brawijaya. h.32)
Menurut Blakely dalam Supriyadi (2007: 103-123) dalam keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: 1) perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan usaha; 2) perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan; 3) keberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan pemasaran; dan 4) keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal (Etika Ari Susanti, Imam Hanafi, dan Rumolu Adiono Etika Ari Susanti, Imam Hanafi, dan Rumolu Adiono, Pengembangan Ekonomi Lokal dalam Sektor Pertanian (Studi pada Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang), Jurnal AdministrasiPublik Vol.1, No.4, Universitas Brawijaya. h.33)
Dengan demikian, kerangka pemikiran diatas akan disederhanakan dalam bentuk skema atau bagan berikut:
11 GCG CSR Pembangunan Sosial Community Development/ Pemberdayaan Masyarakat Sumber Daya Manusia Sumber daya Lingkungan Sumber Daya Ekonomi/ Potensi Ekonomi Pengembangan Ekonomi Lokal/ Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Keberdayaan Keberadaan kelembagaan
Kesempatan Meningkatnya lembaga usaha kerja kemitraan
kerja bagi pendapatan mikro dalam antara
masyarakat masyarakat proses produksi pemerintah-
dan pemasaran masyarakat-
swasta
12
E. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh Program CSR Aqua terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Pasanggrahan.
Ha: Terdapatpengaruh Program CSR Aqua terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Pasanggrahan.
F. Langkah-langkah Penelitian
Pelaksanaan penelitian tidak akan terealisasi apabila tidak melalui langkah-langkah yang akan ditentukan dalam teori dan sistematika penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan langkah-langkah yang ditempuh meliputi:
1. Menentukan Lokasi Penelitian
Secara umum, penelitian dilakukan di Desa Pasanggrahan Kecamatan Kasomalang Kabupaten Subang. Lokasi ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, lokasi ini dipandang refresentatif untuk mengungkap data-data yang akan diteliti. Kedua, tersedianya sumber data yang diperlukan untuk mengungkap masalah penelitian. Ketiga, desa tersebut merupakan lokasi sumber mata air yang digunakan oleh Aqua dan memang sering menjadi sasaran perusahaan tersebut dalam melaksanakan program CSRnya.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Quasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan
13
acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979).
Adapula yang menyatakan bahwa eksperimen semu adalah penelitian yang mendekati percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan kontrol/ memanipulasikan semua variabel yang relevan. Harus ada kompromi dalam menentukan validitas internal sesuai dengan batasan-batasan yang ada (Moh. Nazir, 2003: 73).
Alasan penggunaan metode ini adalah karena penelitian ini dilakukan untuk menghimpun data dari dua keadaan dari kelompok sampel yang sama, yaitu data sebelum adanya pembinaan dari CSR Aqua dan data setelah adanya pembinaan dari CSR Aqua. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah menyerupai pretest – postest.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkap Pengaruh Corporate Social Responsibility PT. Tirta Investama (Aqua) Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Pasanggrahan selain itu peneliti juga ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi masyarakat binaan CSR Aqua. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai obyek yang diteliti dan dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Adapun analisis penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif.
3. Populasi dan Sampel
Menurut Furchan (2005: 193) populasi dirumuskan sebagai “semua anggota sekelompok orang kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara
14
jelas”. Atau kelompok lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi (Tukiran Taniredja, Hidayati Mustafidah, 2012: 33).
Populasi awal dalam penelitian ini adalah anggota Koperasi Pasgajaya yang berlokasi di Desa Pasanggrahan Kecamatan Kasomalang Kabupaten Subang sebagai lembaga yang mendapat bantuan alat dan dana stimulan dari CSR Aqua. Adapun jumlah anggota Koperasi Pasgajaya per februari 2016 adalah sebanyak 62 orang.
Sebagai sampel penelitian, diambil anggota yang sejak awal berdirinya Koperasi Pasgajaya sebelum mendapat bantuan dana CSR Aqua yakni sebanyak 20orang.
4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data tentang pelaksanaan program CSR Aqua dalam memberdayakan masyarakat Desa Pasanggrahan Subang
b. Data tentang proses pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa Pasanggrahan Subang oleh CSR Aqua
c. Data tentang pengaruh program CSR Aqua terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa Pasanggrahan Subang
Adapun data-data tersebut, diperoleh dari:
a. Data yang diambil langsung dari perusahaan dan tim CSR Jabar mengenai program pemberdayaan yang telah dilakukan;
b. Data yang diambil langsung di Desa Pasanggrahan berkenaan dengan respon masyarakat khususnya anggota Koperasi Pasgajaya terhadap
15
program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program dari CSR Aqua.
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer, semua pihak, yang menjadi sumber informasi utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kepala bagian CSR Aqua dan masyarakat Desa Pasanggrahan Kecamatan Kasomalang Kabupaten Subang, meliputi: pengurus dan anggota Koperasi Pasgajaya.
b. Sumber Data Sekunder, yaitu ragam kasus baik berupa orang, barang, binatang atau lainnya yang menjadi sumber informasi penunjang. Sumber data sekunder disini berupa catatan, dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan-bahan lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
6. Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang berlaku. Dalam tataran empirik menggunakan pre-test – post-test, maka kedua variabel tersebut dioperasikan sebagai berikut: (1) data kondisi sampel sebelum mendapat binaan dari CSR Aqua sebagai variabel X (X1), (2) data kondisi sampel setelah mendapat binaan dari CSR Aqua sebagai variabel Y (X2). Dalam hal ini, berpengaruh atau tidaknya variable X terhadap variable Y akan terlihat dari kondisi objek sebelum dan setelah adanya program CSR Aqua.
16
7. Teknik Pengumpulan Data a. Angket (questionnaire)
Angket ini dapat digunakan untuk melihat pengaruh dari program CSR Aqua yang telah dilaksanakan terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa Pasanggrahan. Angket tersebut berisi sepasang pertanyaan yakni kondisi yang dirasakan masyarakat sebelum adanya program CSR Aqua pada setiap poin ganjil, dan setelah adanya program CSR Aqua pada setiap poin genap. Responden dalam penelitian ini dapat mengisi angket ini dengan memilih pernyataan yang sesuai dengan kondisi yang dirasakan mereka.
Angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Tukiran Taniredja, Hidayati Mustafidah, 2012: 44). Adapun jenis skala yang digunakan adalah Skala Likert. Dengan Skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variable. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor misalnya (Sugiyono, 2013: 136-137):
Tabel 1 Bobot Nilai Angket
Sangat Setuju/ selalu/ sangat positif 5
Setuju/ sering/ positif 4
Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral 3
Tidak setuju/ hamper tidak pernah/ negarif 2
17
b. Observasi (pengamatan)
Observasi dilakukan bila belum banyak keterangan tentang masalah yang diteliti (Sugiyono, 2013: 47). Observasi dilakukan peneliti dengan mengamati gejala-gejala sosial dan tanggapan anggota Koperasi Pasgajaya di Desa Pasanggrahan mengenai adanya program CSR Aqua dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakat setempat.
c. Wawancara (interview)
Teknik ini dimaksudkan untuk mengangkat data dan fakta yang belum tergali oleh teknik observasi. Selain itu teknik ini juga memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam lagi data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
8. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, kegiatan analisis data terbagi menjadi dua yakni kegiatan mendeskripsikan data (statistik deskriptif) dan melakukan uji statistik (inferensi). Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan:
Statistik Inferensi yaitu setelah data dikumpulkan, maka dilakukan berbagai metode statistik untuk menganalisis data, dan kemudian menginterpretasikan hasil analisis tersebut (FMIPA, 2000) (Sugiyono, 2013: 61).
18
Analisi data tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Melakukan uji validitas dan realibilitas
Dalam penelitian ini, pengujian validitas dilakukan melalui analisis rasional yang dilakukan oleh beberapa pakar mengenai konten dari instrumen penelitian atau dikenal dengan content validity.
Sedangkan dalam uji realibilitas digunakan pendekatan konsistensi internal belah dua, dengan metode pembelahan gasal-genap, dan formula yang digunakan adalah formula Rulon. Adapun Formula Rulon dirumuskan sebagai berikut (Saifuddin Azwar, 2009: 71-73):
2 = 1 − ( ) Keterangan: 2 = ℎ Σ 2 −((Σ )2) 2 = − 1 2 = Σ 2 −((Σ )2) 2 = − 1 = ℎ
Jadi, dalam pengujian realibilitas instrumen pengukuran hal-hal yang harus dilakukan adalah: (1) menghitung varians perbedaan skor kedua belahan, (2)menghitung varians skor tes. Setelah diketahui nilai keduanya, barulah kita dapat melakukan perhitungan uji realibilitas dengan menggunakan rumus diatas.
19
b. Membandingkan rerata skor sebelum dan setelah mendapat binaan CSR Aqua
Perbandingan rerata skor sebelum dan setelah mendapat binaan CSR Aqua perhitungannya adalah − . Keterangan:
1) =
= Σ
2) = ℎ
= Σ
c. Melakukan uji hipotesis
1) Menentukan taraf signifikansi (α) 2) Melakukan komputasi uji hipotesis
= /√ Keterangan: a) =−( ) = b) = = √ 2 2= ( )(Σ 2) − (Σ )2 ( )( − 1)
20
c) = ,
3) Mengambil keputusan berdasarkan nilai thitung:
Jika nilai tobs > ttabel ( = 5%, dk = n − 1) maka H0 ditolak. Jika nilai tobs < ttabel ( = 5%, dk = n − 1) maka H0 diterima.