• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra Budaya Sunda dalam Karya-Karya Ilustrasi Onong Nugraha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Citra Budaya Sunda dalam Karya-Karya Ilustrasi Onong Nugraha"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003

Citra Budaya Sunda dalam Karya-Karya Ilustrasi Onong Nugraha

Abdulhakim Azis Joice C. Siagian

Isa Perkasa

dipublikasikan pada Jurnal Wacana Seni Rupa Vol. 3 No.6 Agustus 2003

Abstrak

Seorang seniman dalam proses berkaryanya akan dipengaruhi oleh poa budaya dan lingkungan di mana seniman tersebut berada. Hal ini dapat dilihat pada karya-karya ilustrasi Onong Nugraha yang dimuat dalam Majalah Mangle. Ilustrasi tersebut sangat kental dengan nuansa etnis Sunda, karena memang tuntutan naskah cerita, namun jika karya tersebut dilepaskan dari konteks teks yang diilustrasikannya, karyanya masih tetap dapat mewakili budaya Sunda secara visual. Hal tersebut terlihat pada figur-figur yang divisualisasikan dan asesoris yang melengkapi figur-figur tersebut.

Kata Kunci: ilustrasi, citra Sunda, setting PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Seorang seniman dalam proses berkaryanya akan dipengaruhi oleh pola budaya dan lingkungan di mana seniman tersebut berada. Hal ini dapat dilihat pada karya¬karya ilustrasi Onong Nugraha yang dimuat dalam Majalah Mangle. Ilustrasi tersebut sangat kental dengan nuansa etnis Sunda, karena memang tuntutan naskah cerita, namun, jika karya tersebut dilepaskan dari konteks teks yang

diilustrasikannya, karyanya masih tetap dapat mewakili budaya Sunda secara visual. Hal tersebut terlihat pada figur-figur yang divisualisasikan dan asesoris yang melengkapi figur-figur tersebut.

H. Onong Nugraha, lahir di Garut pada tanggal 29 Juni 1934. Memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (sekarang FSRD-ITB). Dengan latar belakangnya tersebut, sejak tahun 1963 sampai tahun 2000

(2)

2 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 mengabdikan kemampuannya di Majalah

Mangle, sebagai ilustrator.

Majalah Mangle merupakan satu-satunya majalah berbahasa Sunda yang mulai terbit sejak tahun 1957 di Bogor, dan pada tahun 1960 terbit di kota Bandung. Hingga saat ini Majalah Mangle tetap menjaga eksistensinya sebagai majalah Sunda, dengan jumlah tiras sekitar 6000 - 7000 eksemplar. Terbit berkala secara mingguan, dengan komposisi muatan meliputi berita, carpon (carita pondok = cerita pendek), carnyam (carita nyambung = cerita bersambung), autobiografi, artikel lepas tentang pola hidup, dan lain-lain.

DASAR PEMIKIRAN

Sebuah ilustrasi yang ditampilkan dalam sebuah majalah (dalam hal ini Majalah Mangle), memiliki fungsi sebagai pendukung estetik dan sebuah tampilan halaman cerita pendek (istilah Majalah Mangle carita pondok atau carpon) atau cerita bersambung (istilah Majalah Mangle carita nyambung atau carnyam). Selain fungsi tersebut, ilustrasi juga harus dapat mewakili karakteristik dari cerita yang ditampilkan, ada korelasi antara visual dan latar belakang cerita. Seorang ilustrator harus mampu untuk merangkai setting, penokohan, dan asesoris pendukung (misal : kostum, pelengkap di sekitar figur, kendaraan, dan lain-lain) dalam suatu

bidang gambar yang juga harus didukung oleh kemampuan teknis, referensi, dan kemampuan menginterpretasi sebuah teks. PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah penelitian dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab dalam kajian ini, yaitu yang berkaitan dengan ilustrasi Onong Nugraha :

a) Apakah visualisasi ilustrasi yang ditampilkan berhubungan dengan karakteristik lingkungan budaya ilustratornya?

b) Apakah secara visual, ilustrasi Onong Nugraha dapat mewakili budaya Sunda? MAKSUD PENELITIAN

Maksud penelitian ini adalah untuk mengkaji ilustrasi Onong Nugraha dalam kaitannya dengan citra budaya Sunda yang merupakan latar belakang lingkungan budaya ilustratornya.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Bagaimana hubungan visualisasi ilustrasi yang ditampilkan dengan karakteristik lingkungan ilustratornya.

(3)

3 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 2. Bagaimana ilustrasi Onong Nugraha

mewakili budaya Sunda. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Pengembangan ilmu, yaitu dapat memberikan sumbangan untuk bahan ajar mata kuliah terkait.

2. Memberikan masukan kepada ilustrator dalam memecahkan masalah dan hambatan dalam proses berkarya. 3. Menambah referensi, sebagai data dan

informasi bagi budayawan.

TINJAUAN PUSTAKA

KEBUDAYAAN DAN KESENIAN

Rapoport (1980 : 9-10) seperti dikutip Tjetjep Rohendi Rohidi (2000 : 93) mengemukakan bahwa kebudayaan dapat dipandang sebagai latar bagi suatu tipe manusia yang bersifat normatif bagi kelompok tertentu, yang melahirkan gaya hidup tertentu yang secara tipikal dan bermakna berbeda dengan kelompok lainnya. Ia merupakan latar bagi pengejawantahan perilaku dan karya manusia yang memberikan sumbangan bagi terwujudnya suatu gaya hidup yang memiliki ciri khas. Lestarinya sumbangan itu kemudian menjadi semakin melekat dan menyatu pada kehidupan bersama, sehingga segala sesuatu yang tampil sebagai

perilaku dan karya manusia itu semakin jelas kaitannya dengan kebudayaan yang didukung oleh kelompok masyarakat yang bersangkutan. Dalam menciptakan gaya hidup seperti itu, yang hanya mungkin terwujud melalui aturan¬aturan yang diterapkan bersama, suatu perangkat model kognitif, sistem simbol, dan beberapa pandangan dari suatu cita¬cita diberi bentuk. Melalui proses enkulturasi, kebudayaan ditransmisikan, yang kemudian akan memberi bentuk dalam gaya hidup, gaya bangunan, gaya seni, atau lingkungan fisik.

Kesenian merupakan unsur dalam kebudayaan. Menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2000 : 93-94), dalam kesenian terdapat muatan perangkat-perangkat model kognisi, sistem simbolik, atau pemberian makna yang terjalin secara historis. Model kognisi atau sistem simbol ini digunakan secara selektif untuk berkomunikasi, melestarikan, menghubungkan pengetahuan, dan bersikap serta bertindak untuk memenuhi kebutuhan integratifnya yang bertalian dengan pengungkapan atau penghayatan estetiknya.

Simbol merupakan komponen utama dalam kebudayaan dan juga kesenian. Sesungguhnya, setiap hal yang dilihat dan dialami manusia diolah menjadi serangkaian simbol yang dimengerti oleh manusia (Suparlan, 1987). Di dalam simbol, termasuk simbol ekspresif, tersimpan berbagai makna

(4)

4 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 antara lain berupa gagasan, abstraksi,

pendirian, pertimbangan, hasrat, kepercayaan, serta pengalaman tertentu, dalam bentuk yang dipahami bersama - di dalam kesenian lebih tepat lagi dapat dihayati bersama. Menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2000 : 95) kesenian ada, berkembang, dan di bakukan di dalam dan atau melalui tradisi-tradisi sosial suatu masyarakat.

KEBUDAYAAN SUNDA

Suku Sunda atau Priangan merupakan salah satu etnik yang memiliki karakteristik budaya khas. Secara umum budaya Sunda dapat ditandai dengan sifat masyarakatnya yang rumah, hidup bergotong royong, pola hidup yang dijalani hampir tidak lepas dari unsur humor, nuansa musik kesenian tradisional cenderung berirama dinamis, postur dan figur khususnya kaum perempuan selalu digambarkan sebagai figur yang cantik dengan postur tubuh padat, berisi, dan berkulit putih, sehingga dikenal istilah geulis atau cantik Sunda dan

moleg.

Sedangkan dalam arsitektur, menurut Ahmad Hadi (1994: 56) dikenal beberapa istilah dan bentuk bangunan tempat tinggal yang hanya ditemui di daerah Jawa Barat, seperti bentuk rumah julang ngapak, tagog anjing, atau suhunan jalapong, dan bagian dari rumah seperti tepas, golodog, pawon, buruan, pakarangan, dan lain-lain. Serta

istilah lain yang berkaitan dengan barang pakai, seperti lisung, jubleg atau ranggap.

ILUSTRASI

Media komunikasi, khususnya media cetak, jika tanpa gambar ilustrasi, tampilannya menjadi tidak menarik, membosankan, dan Ilustrasi merupakan unsur yang sangat pending dan menjadi daya tarik utama tampilan media komunikasi.

Ilustrasi gambar pada sebuah karya tulis dapat membantu keefektifan komunikasi. Ilustrasi membantu keefektifan proses komunikasi, karena gambar ilustrasi dapat membantu untuk menyamakan persepsi tentang pesan yang diterima oleh penerima pesan. Penyampaian informasi yang dilengkapi dengan ilustrasi akan lebih praktis untuk menggantikan deskripsi verbal. Menurut Baldinger (1986: 120), ilustrasi adalah seni membuat gambar yang berfungsi untuk memperjelas dan menerangkan naskah. Sedangkan menurut Jan D. White (1982:110) ilustrasi adalah sebuah tanda yang tampak di atas kertas, yang mampu mengkomunikasikan permasalahan tanpa menggunakan kata. la bisa menggambarkan suasana, seseorang, dan bahkan objek tertentu.

Menurut Robert Ross (1963) istilah ilustrasi dalam dunia tulisan atau buku naskah pada awalnya adalah gambar-gambar yang menjelaskan isi naskah, yang selain untuk

(5)

5 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 memperindah penampilan rupa, juga untuk

menambah daya tarik desain. Kemudian ilustrasi juga memberikan kesan tertentu, yang sifatnya lebih mendalam dari sekedar unsur penjelas saja. Ilustrasi dapat mencerminkan atau menyampaikan suatu karakter khusus yang dapat memberikan makna yang tidak terlihat atau hanya terasa dan tertangkap secara tidak sadar, bahkan dapat menjadi ciri khas suatu bentuk desain tertentu.

Dalam perkembangannya, ilustrasi menjadi sebuah ungkapan dari bahasa rupa, sehingga, pertimbangan estetis menjadi penting, khususnya dalam proses mengembangkan kreatif, daya imajinasi dan eksplorasi teknik, termasuk penggunaan teknologi modern dan canggih, untuk menciptakan efek-efek tertentu. Menurut Robert Ross (1963) perkembangan ini menjadikan ilustrasi sebagai suatu bentuk seni, yang tidak hanya sekedar menyampaikan pesan, tetapi dapat clinikmati sebagai suatu bentuk seni yang memiliki unsur keindahan dan kepuasan tertentu. Dinikmati dalam bentuk apresiasi yang tinggi dan mendalam, dan memiliki penafsiran yang semakin jauh.

Ilustrasi gambar yang baik adalah ilustrasi yang benar, bagus, kreatif, dan komunikatif. Menurut T. Sutanto (1994: 3), pembuatan gambar ilustrasi harus benar, dalam artian bahwa gambaran ilustrasi yang dibuat bersifat logis dan sesuai dengan tujuan pembuatannya; gambar ilustrasi juga harus

bagus dan menarik perhatian; kreatif; dan memunculkan hal¬hal yang baru serta tidak monoton; selanjutnya gambar ilustrasi harus komunikatif, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh khalayak.

Fungsi ilustrasi menurut Onong Nugraha (2000 : 4) antara lain (1) "melayani" cerita atau naskah, untuk menimbulkan daya tarik publik; (2) "menolong" mengangkat cerita yang kurang menarik; (3) "menghias" satu atau dua halaman kiri-kanan bersam.a-sama dengan huruf naskahnya; dan (4) "membuat" suasana.

Meskipun keadaan rohani seorang illustrator tidak stabil, namun, untuk memulai menggambar ilustrasi, menurut Onong Nugraha (2000 : 4) perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut : (1) membaca naskah karya pengarang, sehingga diperoleh pengetahuan tentang latar belakang budaya dalam isi cerita, tempat, waktu, dan subyek pendukung lainnya; (2) menentukan tema, memilih sub tema yang menarik; dan (3) menampilkan karakter cerita dan suasananya, dengan menggunakan beberapa teknik yang sesuai.

METODE PENELITIAN

Untuk mengkaji citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha, digunakan metode penelitian deskriptif, yang menurut Nasir (1988 : 63) sebagai berikut :

(6)

6 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 "Metode deskriptif adalah sebuah model dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran ataupun lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki". Sejalan dengan ciri metode desktiptif yang menitikberatkan pada observasi dan

naturalistic setting, dan peneliti bertindak sebagai pengamat (Rakhmat, 1989 : 35), maka penelitian ini berusaha untuk membuat deskripsi fenomena yang diselidiki dengan cara memaparkan situasi untuk melukiskan dan mengklasifikasikan fakta atau karakteristik fenomena citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha.

OBJEK PENELITIAN

Untuk mengkaji bagaimana hubungan visualisasi ilustrasi Onong Nugraha dengan budaya Sunda sebagai lingkungan yang mempengaruhi ilustratornya diperlukan objek penelitian.

Penelitian ini mengambil 5 (lima) buah sampel ilustrasi Onong Nugraha yang telah diterbitkan oleh Majalah Mangle, dengan maksud menemukan citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk kepentingan analisis, diperlukan data primer dan sekunder yang akan dipergunakan sebagai bahan dalam penganalisisan lebih lanjut. Pengumpulan data berlangsung selama 4 bulan, yang terdiri dan tahap pendahuluan untuk pemilihan 5 (lima) objek penelitian dan tahap pengumpulan data 1 bulan kemudian pengolahan dan penganalisisan data selama 3 bulan. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder, dengan menempuh beberapa teknik pengumpulan data seperti berikut ini :

1. Observasi

Untuk menganalisis fakta empiris yang diteliti dalam penelitian ini, tim peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gambar ilustrasi Onong Nugraha.

2. Studi Pustaka

Untuk mengumpulkan data sekunder, tim peneliti membaca dan mempelajari pustaka, sehingga diperoleh kerangka teoretis yang dijadikan acuan dalam menjelaskan dan menjawab pertanyaan¬pertanyaan yang dikemukakan dalam mengkaji citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha.

TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data merupakan proses penyusunan data yang diperoleh agar dapat

(7)

7 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 ditafsirkan, digolongkan dalam suatu pola

tertentu, diinterpretasikan, kemudian disusun secara sistematis, sehingga memberikan gambaran yang bermakna tentang citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

GAMBARAN UMUM ILUSTRASI ONONG NUGRAHA

Drs. H. Onong Muhamad Nugraha Sastraatmadja, lahir di Garut tanggal 29 Juni 1934 dan wafat pada tanggal 22 Februari 2001 di Bandung. Sejak duduk di bangku SMA di Bandung, pada tahun 1952, telah bekerja sebagai ilustrator majalah. Memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung (sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain - FSRD ITB). Pengalaman beliau dalam berkecimpung di bidang ilustrasi menunjukkan keahliannya dan kepeduliannya pada latar belakang budaya Sunda.

Karya-karya ilustrasi Onong Nugraha memiliki ciri khas, terutama pada suasana Sunda tempo dulu yang memunculkan sikap romantisme, ditampilkan pada kostum figur yang digambarkannya, perempuan Sunda yang cantik dan ideal, tontonan masa lalu, seperti wayang golek dan pencak silat, pasar rakyat, wajah orang-orang kampong, dan sebagainya.

Setiap objek yang digambar pada karyanya `terasa hidup' dan tampak sangat Totografis'. Kelebihan Onong Nugraha adalah pada kekuatan arsir dan anatomi. Ilustrasinya mampu menghidupkan isi sebuah cerita dan memberikan imajinasi bagi pembaca, khusunya pada carnyam di majalah Mangle.

Onong Nugraha mampu menggambarkan sekaligus `memainkan' pewayangan, pencak silat, penabuh gamelan, dan tari. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya penghayatannya dalam proses pembuatan gambar.

(8)

8 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 PEMBAHASAN

Gambar 1

Citra kesundaan yang muncul pada ilustrasi Gambar 1 di atas, dilihat dari figur, sikap tubuh, busana, asesoris pendukung, dan perangkat alat musik. Ilustrasi yang menggambarkan setting seorang sinden pada saat melakukan pementasan. Figur sinden sebagai tokoh, menampilkan kesan wanita Sunda yang molek dan cantik. Menggunakan busana kebaya Sunda yang khas, dengan bentuk gelung (sanggul) yang dilengkapi dengan asesoris kembang. Sedangkan para pemain musik, menggunakan baju taqwa, lengkap dengan

bendo (blangkon). Sikap tubuh figur tampak menikmati dan mengikuti irama musik rebab, saron dan goong yang dinamis dan alunan suara sinden yang merdu dengan ekspresi yang menghayati lagu yang dilantunkan.

Suasana dalam ilustrasi menjadi bidup' karena ditunjang oleh pemahaman Onong Nugraha tentang budaya Sunda dan

ketrampilannya dalam penguasaan teknis, yang dalam ilustrasi ini media pena.

Gambar 2

Kesan masyarakat Sunda diwakili oleh sikap yang ramah kepada siapa pun, diliputi oleh pengungkapan rasa gembira, suka cita, humor, dan penuh kehangatan. Kesan tersebut terasa pada tampilan ilustrasi Gambar 2. Sikap-sikap tersebut terwakili oleh visualisasi figur-figur yang tampak saling berinteraksi satu sama lain. Seeting

yang ditampilkan adalah beberapa orang yang berkumpul di salah satu (yang tampaknya) warung kecil pada malam hari. Sinar lampu lampu petromax, menghidupkan suasana sehingga ekspresi sikap dalam berinteraksi dapat terlihat jelas. Citra kesurtdaan makin terasa pada visualisasi bentuk-bentuk busana kain kebaya Sunda, baju taqwa, bendo, bentuk gelung dan perangkat pendukung seperti

boboko, yang biasanya berfungsi sebagai tempat nasi, serta kaleng krupuk aci. Walaupun muncul figur wanita

(9)

9 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 menggunakan mantel panjang, tetapi tetap

tidak menghilangkan kesan wanita Sunda.

Gambar 3

Pemahaman dan penghayatan Onong Nugraha terhadap kebudayaan dan kesenian Sunda sangat terasa pada tampilan Gambar 3. Setting yang ditampilkan adalah sebuah suasana pertunjukan wayang golek, yang biasanya dipertunjukkan pada suatu event khusus, seperti saat khitanan, perkawinan, atau acara ngaruwat.

Visualisasi keseluruhan objek-objek yang tampak, sangat mewakili citra budaya Sunda. Seperti busana yang digunakan oleh figur, atau tampilan tokoh-tokoh dunia pewayangan. Wayang yang digambarkan adalah wayang golek, yang memang khas dan mewakili citra budaya Sunda.

Gambar 4

Dalam Gambar 4, ilustrasi yang ingin divisualisasikan adalah sebuah proses komunikasi atau interaksi antara dua orang yang berlainan jenis kelamin, tetapi berasal dari strata atau kelompok social yang sama. Tampilan bentuk-bentuk objek, mengindikasikan figur-figur orang pedesaan di tanah Sunda, yang memiliki mata pencaharian dari bertani. Hal ini terlihat pada busana figur laki-laki yang menggunakan busana kampret, dilengkapi dengan totopong atau ikat kepala dan sarung yang digantungkan di leher, serta sarana penunjang pekerjaan berupa golok. Sedangkan figur wanita, yang tidak terlihat molek seperti yang biasa digambarkan sebagai wanita Sunda, ditampilkan seperti kebiasaan orang pedesaan yang sedang melakukan aktifitas menanam padi. Busana

(10)

10 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 yang digunakan kain kebaya singset, yang

diikatkan sedemikian rupa pada bagian pinggang, untuk kepraktisan dan kelancaran dalam melakukan pekerjaan, dan kemben

dialihfungsikan sebagai tutup kepala.

Gambar 5

Pada Gambar 5, terlihat adanya upaya untuk menampilkan fugur-figur yang mewakili brang Sunda', dengan segala keramahannya, dan figur wanita Sunda yang sering dikonotoasikan geulis (cantik) dan moleg (berbadan sintal). Hal ini dipertegas dengan memvisualisasikan bentuk busana yang digunakan dalam pendekatan realis.

Setting yang ditampilkan merupakan hal yang lazim berlaku dalam budaya Sunda, walaupun dalam keadaan yang cukup formal, tetapi tetap terlihat adanya keramahan, kehangatan, dan kekerabatan

yang kuat.

Busana yang digunakan figur-figur ditampilkan resmi. Figur wanita menggunakan kebaya lengkap dengan sanggul dan kembang bagi wanita yang muda, dan wanita yang lebih tua dilengkapi dengan kerudung, yang juga berfungsi sebagai selendang. Motif kebaya dan kain yang digunakan menunjukkan perbedaan usia figur. Sedangkan figur pria, menggunakan jas dan kopiah (peci). Dari uraian di atas, terlihat bahwa citra budaya Sunda begitu kental dalam karya-karya ilustrasi Onong Nugraha. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan Sunda, khususnya dalam suasana tempo dulu, sebagai latar belakang pola budaya Onong Nugraha, mempengaruhi proses berkaryanya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rapoport, kebudayaan memberikan sumbangan dalam perilaku dan karya manusia. Pengaruh budaya dalam proses berkesenian, dalam hal ini berkarya ilustrasi, sudah merupakan model kognisi atau sistem simbol bagi Onong Nugraha. Seperti yang diungkapkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, model kognisi atau sistem simbol ini digunakan untuk berkomunikasi, dan memenuhi kebutuhan integratiftwa dalam mengungkapan atau menghayati nilai estetik, termasuk dalam proses berkarya. Kesenian ada, berkembang, dan di bakukan di dalam dan atau melalui

(11)

11 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus 2003 tradisi-tradisi sosial suatu masyarakat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian pada beberapa karya ilustrasi Onong Nugraha dalam kaitannya dengan citra budaya Sunda, maka disimpulkan bahwa :

(1) Visualisasi dalam karya ilustrasi ditampilkan berhubungan dengan karakteristik lingkungan budaya ilustratornya.

(2) Secara visual, ilustrasi Onong Nugraha dapat mewakili budaya Sunda.

DAFTAR PUSTAKA

Baldinger, Wallace. 1986. The Visual of

Art. London : The Library

Association.

Hadi, Ahmad. 1997. Peperenian :

Kandaga, Unak-anik, Rusiah Basa

Sunda. Bandung : Geger Sunten.

Koentjaraningrat (editor). 1984.

"Kebudayaan Sunda' oleh Harsojo,

dalam Manusia dan

Kebudayaan di Indonesia.

Jakarta : Djambatan.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Galia Indonesia.

Rakhmat, 1989. Metode Penelitian

Komunikasi. Bandung : Remadja

Karya.

Rosidi, Ajip. 1984. Manusia Sunda. Jakarta :

Inti Idayu Press.

Ross, Robert, 1963. Illustration Today. Pensylvania : International Textbook. White, Jan V. 1982. Editing by Design. New

York : R.R. Bowker. DOKUMEN

Kumpulan foto hasil reproduksi karya ilustrasi Onong Nugraha.

SUMBER-SUMBER LAIN

Nugraha, Onong. 2000. "Pameran ilustrasi Onong Nugraha". Katalog Karya. Februari, 2000.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2002. "Lukisan Temandartgan' Jelekong Kasus Adaptasi

Komunitas Lokal Sunda terhadap

Perubahan". Wacana Seni Rupa.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk menciptakan suatu pengolahan dan penyimpanan data para karyawan yang lebih menarik, mudah untuk dijalankan dalam

Adapun alasan mengapa peneliti memilih berita tersebut sebagai subjek penelitian karena berita yang diterbitkan oleh detik.com pada edisi tersebut memberikan

mengalami perbaikan foto toraks sebanyak 14 orang (66.7%). 7) Hubungan perbaikan foto toraks dengan polimorfisme pada kelompok vitamin D. tidak terdapat hubungan signifikan

Sebagai bentuk implementasi dari Arah Kebijakan sesuai dalam RPJMD, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta membuat Program Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta

Melihat kondisi prekonomian wali murid MI At Taqwa, Kami melaksanakan program bank sampah. Bank sampah adalah suatu program yang digunakan untuk mengumpulkan

Inilah yang semestinya menjadi perhatian besar bagi orang yang beriman untuk membersihkan hati darinya. Demikian pula ia membersihkan hatinya dari sifat iri, dengki, marah dan

Ketiga pemikir teori yang diajukan Wijaya Herlambang dalam disertasinya, menjadikan alat untuk menganalisis produk kesenian yang melegitimasi kekerasan terhadap anggota

Segala Puji Bagi Allah SWT atas segala limpahan rezeki dan rahmatNya serta shalawat dan salam atas Rasulullah SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini,