• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra wanita tokoh utama Wiana dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez (suatu tinjauan feminisme)dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Citra wanita tokoh utama Wiana dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez (suatu tinjauan feminisme)dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

Lein, Antonina. 2016. Citra Wanita Tokoh Utama Wiana dalam Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu Karya Mura Alfa Zaez (Suatu Tinjauan Feminisme) dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester II”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tokoh utama Wiana pada novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.Tujuan penelitian ini ada tiga yaitu: (1) mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu Karya Mura Afa Zaez, (2) mendeksripsikan citra wanita tokoh utama Wiana dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu Karya Mura Afa Zaez, (3) mendeskripsikan relevansi citra wanita pada tokoh utama Wiana dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mengungkapkan tokoh, penokohan, latar dan citra wanita pada tokoh utama Wiana. Langkah yang ditempuh peneliti dalam penelitian ini yaitu (1) menganalisis tokoh, penokohan, dan latar (2) menganalisis citra wanita tokoh utama Wiana berdasarkan citra diri dan citra sosial (3) menganalisis citra wanita pada tokoh utama Wiana dan relevansinya terhadap pembelajaran sastra di SMA kelas XI smester II.

(2)

Surga di Wajah Ibu Novel by Mura Alfa Saez (a Feminism Study) and Its Relevance to the Literature Learning for the Grade Eleven Students in Semester Two with Senior High School”. Thesis. Yogyakarta: Indonesia Literature and Language Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

Figure Wiana in the Cahaya Surga di Wajah Ibu novel by Mura Alfa Saez and its relevance with literature learning for the grade eleven students in semester twoof the senior high school. This research had three goals, namely: (1) to describe the figure, characterization, and the setting in the Cahaya Surga di Wajah Ibu novel by Mura Alfa Saez, (2) to describe the woman image of the main figure Wiana in Cahaya Surga di Wajah Ibu novel by Mura Alfa Saez, and (3) to describe the relevance of the woman image of the main figure Wiana in the literature learning for the grade eleven students in semester two of the senior high school.

This research employed qualitative descriptive method which was used to reveal the figure, characterization, setting, and the woman image of the main figure Wiana. In doing this research, the researcher had taken some steps, namely (1) analyzing the figure, characterization, and the setting, (2) analyzing the woman image of the main figure Wiana based on the self-image and the social self-image, and (3) analyzing the woman self-image of the main figure Wiana and its relevance to the literature learning for the grade eleven students in semester two of the senior high school.

Based on the result, the researcher concluded that: (1) Wiana was the main figure, while the additional figures consisted of Arfansah, Mimi, Aldi, Rifka, Kaka, Antoni, and the grandmother. The characterization showed the characters of the figures which directly or not appeared in an event and related to the main figure Wiana. The settings which happened in

Wiana’s life consisted of place, time, and the social setting. (2) the actualization of the figure

(3)

i

CITRA WANITA TOKOH UTAMA WIANA

DALAM NOVEL CAHAYA SURGA DI WAJAH IBU

KARYA MURA ALFA ZAEZ (SUATU TINJAUAN FEMINISME)

DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh Antonina Lein

091224035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

CITRA WANITA TOKOH UTAMA WIANA

DALAM NOVEL CAHAYA SURGA DI WAJAH IBU

KARYA MURA ALFA ZAEZ (SUATU TINJAUAN FEMINISME)

DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh Antonina Lein

091224035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu dan senantiasa menuntun, membimbing, dan menyertai setiap langkah hidupku.

2. Kedua orangtuaku: Lukas Lein dan Maria Anastasia Unkok yang tidak pernah henti mendoakan, membimbing, serta selalu menyayangiku dengan penuh cinta dan kasih sayang.

(8)
(9)

vi

HALAMAN MOTO

“Jangan mencari ketakutanmu melainkan carilah harapan dan mimpimu. Jangan

berpikir tentang frustasimu, tetapi tentang potensi yang belum terpenuhi. Perhatikan dirimu bukan dengan apa yang masih mungkin untuk melakukan

sesuatu”.

(PausYohanes XX III)

“Kemalasan adalah musuh terbesar jiwa”.

(St. Benediktus )

“Mencari kekuatan hanya ada dalam diri sendiri, terus berjuang meskipun

(10)
(11)

viii ABSTRAK

Lein, Antonina. 2016. Citra Wanita Tokoh Utama Wiana dalam Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu Karya Mura Alfa Zaez (Suatu Tinjauan Feminisme) dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester II”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tokoh utama Wiana pada novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.Tujuan penelitian ini ada tiga yaitu: (1) mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu Karya Mura Afa Zaez, (2) mendeksripsikan citra wanita tokoh utama Wiana dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu Karya Mura Afa Zaez, (3) mendeskripsikan relevansi citra wanita pada tokoh utama Wiana dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mengungkapkan tokoh, penokohan, latar dan citra wanita pada tokoh utama Wiana. Langkah yang ditempuh peneliti dalam penelitian ini yaitu (1) menganalisis tokoh, penokohan, dan latar (2) menganalisis citra wanita tokoh utama Wiana berdasarkan citra diri dan citra sosial (3) menganalisis citra wanita pada tokoh utama Wiana dan relevansinya terhadap pembelajaran sastra di SMA kelas XI smester II.

(12)

ix ABSTRACT

Lein, Antonina. 2016. “The Woman Image of the Main Figure Wiana in the Cahaya Surga di Wajah Ibu Novel by Mura Alfa Saez (a Feminism Study) and Its Relevance to the Literature Learning for the Grade Eleven Students in Semester Two with Senior High School”. Thesis. Yogyakarta: Indonesia Literature and Language Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

Figure Wiana in the Cahaya Surga di Wajah Ibu novel by Mura Alfa Saez and its relevance with literature learning for the grade eleven students in semester twoof the senior high school. This research had three goals, namely: (1) to describe the figure, characterization, and the setting in the Cahaya Surga di Wajah Ibu novel by Mura Alfa Saez, (2) to describe the woman image of the main figure Wiana in Cahaya Surga di Wajah Ibu novel by Mura Alfa Saez, and (3) to describe the relevance of the woman image of the main figure Wiana in the literature learning for the grade eleven students in semester two of the senior high school.

This research employed qualitative descriptive method which was used to reveal the figure, characterization, setting, and the woman image of the main figure Wiana. In doing this research, the researcher had taken some steps, namely (1) analyzing the figure, characterization, and the setting, (2) analyzing the woman image of the main figure Wiana based on the self-image and the social image, and (3) analyzing the woman image of the main figure Wiana and its relevance to the literature learning for the grade eleven students in semester two of the senior high school.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat, cinta, kasih, dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, yang berjudul: Citra Wanita Toko Utama Wiana dalam Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu Karya Mura Alfa Zaes (Suatu

Tinjauan Feminisme) dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra Di SMA

Kelas kelas XI Semester II”.

Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

Penulis menyadari begitu banyak hambatan dan kendala yang dihadapi selama menyusun skripsi ini, namun berkat dukungan, bantuan, dan kerja sama berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum, selaku dosen pembimbingaI dengan sabar dan bijaksana membimbing, menuntun, dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skrips iini.

(14)

xi

5. Semua dosen program studi bahasa sastra indonesia yang memberikan bekal ilmu pengetauan dan pengalaman kehidupan selama penulis menjadi mahasiswi Universitas Sanata Dharma.

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan segala buku dan sumber informasi yang penulis butuhkan, guna menyelesaikan skripsi ini.

7. Robertus Marsidig karyawan sekretaris sekretariat PBSI yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah di PBSI sampai dengan menyelesaikan skripsi ini. 8. Kedua orang tuaku Bapak Lukas Lein dan Ibu Anastasia Ungkok yang

segenap cinta dan kasih sayangnya yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan, motivasi, semangat, dan dukungan moral maupun material kepada penulis.

9. Kedua kakakku Kresensiana Don Frai dan Agustinus Karnoto yang selalu memberikan semangat untuk terus berjuang dan doa kepada penulis. 10.Kakak ipar Abang Alek dan Kakak Tuti selalu memberikan dukungan

kepada penulis.

11.Keponakan Primo Yoseppe Labora dan Nathan Yoseppe Labora yang selalu memberikan warna inspirasi setiap harinya kepada penulis.

12.Teman-temanku: Theodorus Raya Todo Boli, Agnes, Delima Senipar, Preti Debora, Emi Makyn, Yudi Tone, Jimmy Amres, Vinsen, Fr Herman Bataona yang selalu setia, sabar, memberikan dukungan dan motivasi. 13.Segenap teman-temanku yang tergabung dalam F-MADORATE yang

(15)
(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

MOTO ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI HASIL KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Istilah ... 5

(17)

xiv

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian yang Relevan ... 8

2.2 Kajian Teori ... 9

2.2.1 Sturuktur Novel ... 9

2.2.1.1 Tokoh ... 10

2.2.1.2 Penokohan ... 11

2.2.1.3 Latar ... 13

2.2.2 Feminisme ... 14

2.2.3 Citra Wanita ... 18

2.2.3.1 Citra Diri Wanita ... 19

2.2.3.2 Citra Sosial Wanita ... 21

2.3 Pembelajaran Sastra SMA ... 24

2.4 Silabus ... 28

2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... 33

3.3 Metode Penelitian ... 34

3.4 Instrumen Penelitian ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

(18)

xv

Karya Mura Alfa Zaez ... 37

4.2.1 Analisis Tokoh ... 38

4.2.2 Analisis Penokohan ... 42

4.2.3 Analisis Latar ... 70

4.3 Analisis Citra Wanita Tokoh Wiana Berdasarkan Pendekatan Feminisme ... 84

4.3.1 Analisis Citra Diri Tokoh Wiana ... 85

4.3.2 Analisis Citra Sosial Tokoh Wiana ... 94

4.4 Relevansi Novel Cahay Surga di Wajah Ibu Karya Mura Alfa Zaez... 109

4.5 Silabus dan Rancangan Pelajaran Pembelajaran (RPP) ... 117

BAB V PENUTUP ... 118

5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Implikasi ... 122

5.3 Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 125

Lampiran 1 ... 127

Lampiran 2 ... 129

Lampiran 3 ... 144

Lampiran 4 ... 149

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Menurut Nurgiyantoro (2013: 11) karya sastra merupakan salah satu hasil seni, dan ada juga yang menyebutnya sebagai salah satu karya fiksi. Nurgiyantoro mengatakan (2013: 3) fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interkasinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri,serta interaksinya dengan Tuhan. Sementara itu, Sumardjo (1984: 3) mengatakan bahwa karya sastra pada dasarnya adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pikiran, perasaan, ide, semangat,dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Dari apa yang diungkapkan Sumardjo itu terlihat bahwa dalam karya sastra terdapat unsur isi (apa yang ingin disampaikan oleh sastrawan), ekspresi (cara pengarangnya), dan bahasa (alat atau media untuk mengungkapkannya).

(20)

tokoh-tokoh dalam cerita dengan masyarakat dan konflik ketidaksetraan gender. Salah satu konflik ketidaksetraan gender yang sering diangkat dalam novel-novel Indonesia adalah feminisme.

Cahaya Surga di Wajah Ibu merupakan buku novel karya Mura Alfa

(21)

Wiana yang tidak pernah untuk menyerah dalam mempertahankan keluarganya agar tetap bahagia.

Tokoh Ibu Wiana sebagai figur wanita yang mampu menyangkal anggapan dan pendapat tentang bias gender terhadap kaum wanita, karena wanita tidak hanya mempunyai peran gender yang lemah, bodoh, tertindas, dan pasrah terhadap keadaan tetapi mampu bersikap tegas untuk melawan segala bentuk ketidakadilan. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk menganalisa permasalahan citra wanita tokoh utama Wiana Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes dengan pendekatan feminisme.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes yang terkait dengan tokoh

utama Wiana?

2. Bagaimanakah citra wanita tokoh utama Wiana dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes?

3. Bagaimana relevansi citra wanita tokoh utama Wiana dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes dalam

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeksripsikan tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes terkait tokoh utama Wiana.

2. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama Wiana dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes.

3. Mendeskripsikan relevansi citra wanita tokoh utama Wiana dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes dengan pembelajaran sastra di SMA kelas X1 Semester II.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

(23)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat menambah referensi penelitian karya sastra indonesia dan menambah wawasan kepada pembaca tentang citra wanita dalam karya sastra.

b. Melalui pemahaman mengenai citra wanita dalam kajian feminisme diharapkan mampu membantu pembaca dalam mengungkapkan makna dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes.

1.5 Batasan Istilah

Pemahaman terhadap istilah-istilah secara cermat dan jelas yang berkaitan dengan judul penelitian ini sangat diperlukan untuk diketahui. Hal ini sangat berpengaruh dalam melakukan analisis.Berkaitan dengan itu, berikut peneliti akan mengemukakan beberapa istilah yaitu:

1. Novel adalah cerita dalam bentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas disini dapat berarti cerita dengan plot yang kompleks, karakter yang banyak,tema yang kompleks dan suasana yang beragam pula (Sumardjo, 1986: 29).

(24)

3. Citra wanita adalah semua wujud gambaran mental spritual dan tingkah laku seharian yang terekspresi oleh wanita (Sugihastuti, 2000: 45).

4. Feminisme merupakan gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria (Moeliono via Sugihastuti 2003: 37).

5. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16) 6. Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku

(Aminuddin, 1987: 79).

7. Latar adalah sebagai gambaran waktu dan tempat yang melatar belakangi aksi tokoh-tokoh dalam suatu peristiwa (Sudjiman, 1988: 44).

8. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti,kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar (Faldillah 2014: 135).

(25)

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I pada penelitian ini berisi pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan 5 hal, yaitu: (1.1) latar belakang, (1.2) rumusan masalah, (1.3) tujuan penelitian, (1.4) manfaat penelitian, (1.5) batasan istilah, dan (1.6) sistematika penyajian.

Bab II dalam penelitian ini berisi landasan teori. Pada bab ini, akan diuraikan mengenai, (2.1) penelitian yang relevan, (2.2) kajian teori. Dalam kajian teori dipaparkan menjadi 6 sub bab, yaitu (2.2.1) struktur novel. Terdiri dari (2.2.1.1) tokoh, (2.2.1.2) penokohan, (2.2.1.3) latar.(2.2.2) feminisme, (2.2.3) citra wanita.Terdiri dari (2.2.3.1) citra diri wanita, (2.2.3.2) citra sosial wanita.(2.3) pembelajaran sastra di SMA.(2.4) silabus, (2.5) Rancangan Pelajaran dan Pembelajaran (RPP).

Bab III dalam penelitian ini berisi metodologi penelitian. Pada bab ini akan diuraikan mengenai, (3.1) jenis penelitian, (3.2) sumber data dan data penelitian, (3.3) metode penelitian, (3.4) instrumen penelitian, (3.5) teknik pengumpulan data, (3.6) dan teknik analisis data.

Bab IV dalam penelitian ini berisi hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini akan diuraikan mengenai, (4.1) deksripsi data, dan (4.2) hasil analisispenelitian.

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Relevan

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Oktavianus Rendi (2011) dengan judul feminisme tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet, karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif, peneliti menemukan lima karakter feminisme tokoh perempuan yaitu berani mengutarakan pendapat, berani bertanya, berani melawan, berpendidikan dan mandiri. Selain itu,hasil penelitian dapat diterapkan dalam bidang sastra yaitu dapat menemukan nilai-nilai moral,dan budaya dalam kehidupan masyarakat.

Kristiyanti (2012) dengan judul citra wanita tokoh “aku” dalam novel

Fontenay Ke Magalianes, karya Nh Dini kajian feminisme. Metode yang

digunakan adalah kualitatif. Pada novel ini, peneliti membicarakan citra sosial pada tokoh utama yaitu kepedulian terhadap lingkungan sehingga ia mampu mematahkan anggapan bahwa wanita tidak punya kemampuan, bodoh acuh tak acuh pada lingkungan. Selain itu, analisis tokoh dan penokohan dapat di implementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA.

Peneliti yang dilakukan Marieta Sri Hermawatiningsih (2010), berjudulNilai Feminis Tokoh dalam Trilogi Jendela, Jendela Pintu, dan Atap KaryaFera Basuki. Penelitian ini menggunakan studi pustaka dengan

(27)

kata-kata tertulis dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai feminis tokoh dalam novel. Hasil penelitian menemukan tidak hanya satu tokoh yang memiliki nilai feminis, sehingga nilaifeminis dapat di klarifikasikan menjadi beberapa, yaitu: feminis ketulusan, kesabaran, kelembutan, mandiri, cerdas, berani, mapan, dan pekerja keras.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang citra wanita kajian feminisme. Penelitian-penelitian terdahulu kiranya relevan dengan penelitian ini dan sebagai untuk dijadikan sebagai sumber referensi dan bahan perbandingan.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Struktur Novel

Karya sastra (novel) merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca,tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu. Untuk mengetahui makna-makna atau pikiran tersebut, karya sastra (novel) harus dianalisis (Sugihastuti Suharto 2002: 43), sedangkan (Hill via Sugihastuti Suharto, 2002: 44) Novel sebagai salah satu bentuk cerita rekaan, merupakan sebuah strtuktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk memahami novel tersebut harus dianalisis .

(28)

Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat ditangkap, dipahami sepenuhnya, dan dinilai atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra (Teeuw via Sugihastuti Suharto, 2002: 44).

Analisis struktural tidak sekadar memecah-mecah struktur (novel) menjadi fragmen-fragmen yang tidak berhubungan tetapi harus dapat dipahami sebagai bagian dari keseluruhan. Setiap unsur dalam siatuasi tertentu tidak mempunyai arti dengan sendirinya,melainkan ditentukan berdasarkan hubungannya dengan unsur-unsur lain yang terlibat dalam situasi itu. Makna penuh suatu kesatuan atau pengalaman dapat dipahami hanya jika berintegrasi ke dalam struktur yang merupakan keseluruhan dalam satuan itu (Hawkes via Sugihastuti Suharto, 2002: 44). Pembahasan dalam struktur novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes hanya akan dibatasi pada unsur tokoh, penokohan, latar, karena unsur tersebut merupakan unsur yang terkait dengan citra wanita.

2.2.1.1 Tokoh

Panuti Sudjiman (1988: 16) mengemukakan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

(29)

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan tokoh adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi yang memiliki kualitas moral yang diekspresikan melalui ucapan atau dialog dan tindakan.

Berdasarkan segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama dan tambahan (Nurgiyantoro, 1995:176 -,177). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan konflik. Ia sangat mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan,dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung maupun tak langsung. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopsisnya, yaitu dalam kegiatan pembuatan sinopsis, sedangkan tokoh tambahan biasanya diabaikan.

2.2.1.2 Penokohan

(30)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang menampilkan pelaku melalui sikap dan tingkah pelakunya yang merupakan sikap batin manusia yang mempengaruhi seluruh pikirannya dengan cara langsung atau tidak langsung.

Dalam sebuah karya fiksi, pengarang atau penilis cerita karya fiksi bisa melukiskan penokohan tokoh-tokoh dalam cerita karya fiksinya itu. Menurut Nurgiyantoro (2005: 194 - 201) beberapa cara pengarang atau penulis karya fiksi dalam melukiskan atau menggambarkan penokohan tokoh cerita dalam karya fiksi, yaitu:

1. Teknik ekspositori /analistis : pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit- belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya.

(31)

2.2.1.3 Latar

Secara umum latar dapat diartikan sebagai gambaran waktu dan tempat yang melatar belakangi aksi tokoh-tokoh dalam suatu peristiwa (Sudjiman, 1984: 120). Latar adalah elemen fiksi yang menunjukkan kepada kita dimana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung (Sayuti, 1999: 110).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat atau keadaan yang menggambarkan terjadinya peristiwa berlangsung yang dialami tokoh-tokoh.

Nurgiyantoro (1995: 227 - 233) menjelaskan unsur latar dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Latar tempat

Latar tempat tempat menyarankan lokasi terjadinya peristiwa yang yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, insial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau tidak bertentangan dengan sifat keadaan geografis tempat yang bersangkutan.

2. Latar waktu

(32)

biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

3. Latar sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

2.2.2 Feminisme

Kemunculan feminisme diawali dengan gerakan emansipasi perempuan,yaitu proses pelepasan diri kaum perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju (Moeliono, dkk 1993: 225 - 226). Sejalan itu, menurut Sugihastuti (2000: 29 - 30) feminis muncul sebagai akibat dari adanya prasangka gender yang cenderung menomorduakan kaum perempuan. Perempuan dinomorduakan karena adanya anggapan bahwa secara universal laki-laki berbeda dengan perempuan. Perbedaan itu tidak hanya terbatas pada kriteria biologis melainkan juga pada kriteria sosial dan budaya.

(33)

berarti kesadaran akan adanya ketidakadilan jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun dalam masyrakat. Kesadaran itu harus diwujudkan dalam tindakan yang dilakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah suatu keadaan tersebut. Inti tujuan dari feminisme ini adalah meningkatkan kedudukan dan derajat kaum wanita agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki (Sarawasti, 2003: 156 ).

Persoalan yang mengemukaka kini adalah bagaimana penerapan gerakan feminis dikaji ke dalam karya sastra (novel). Hal inilah yang kemudian yang memunculkan istilah Kritik Sastra Feminis. Pada intinya kritik sastra feminis meneliti citra dan streotip perempuan di tengah pusaran budaya patriarkat,baik perempuan sebagai tokoh dalam sebuah karya maupun sebagai pengarang (Nurgiyantoro 2013: 109).

Menurut Sarawasti (2003: 161 - 162) jenis-jenis kritik sastra feminis yang berkembang dimasyarakat sebagai berikut:

1. Kritik Ideologis

(34)

2. Kritik yang Mengkaji Penulis-Penulis Wanita

Dalam ragam ini termasuk penelitian tentang sejarah karya sastra wanita, gaya penulis, tema genre, dan struktur penulis wanita. Di samping itu, dikaji kreatifitas penulis wanita, profesi penulis wanita sebagai suatu perkumpulan, serta perkembangan dan peraturan tradisi penulis wanita. 3. Kritik Sastra Feminis Sosialis

Feminis ini mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas. Kritik ini meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat.

4. Kritik Sastra Feminis -Psikoanalistik

Kritik ini diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan atau menempatkan dirinya pada si tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya.

5. Kritik Feminis Lesbian

(35)

apakah definisi ini dapat diterapkan pada diri penulis atau pada teks karyanya.

6. Kritik Feminis Ras atau Etnik

Kritik feminis ini berusaha mendapatkan pengakuan bagi penulis etnik dan karyanya baik dalam kajian wanita maupun dalam kanon karya tradisional dan sastra feminis.

Pada konteks penelitian ini, peneliti hanya menggunakan jenis karya sastra feminis ideoligis karena peneliti hanya berpusat citra serta stereotipe seorang wanita dalam karya sastra khususnya novel.

Untuk mengidentifkasi suatu karya sastra menggunakan pendekatan feminisme, ada beberapa langkah yang dapat digunakan. Sarawasti (2003: 162) mengemukakan bahwa untuk mengidentifikasi satu atau beberapa tokoh wanita dalam karya sastra peneliti harus mencari kedudukan tokoh-tokoh itu di dalam masyarakat, tujuan hidupnya, perilaku serta watak tokoh-tokoh perempuan dari gambaran yang langsung diberikan penulis, pendirian serta ucapan tokoh yang bersangkutan, dan hubungan tokoh dengan tokoh-tokoh lain.

Hampir sama dengan Sarawasti, Soenarjati (2000:51-53) mengemukakan bahwa langkah-langkah untuk mengkaji sebuah karya sastra dengan menggunakan pendekatan feminisme sebagai berikut :

(36)

b. Meneliti tokoh lain, terutama tokoh-tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati.

c. Mengamati sikap penulis karya yang sedang dikaji

2.2.3 Citra Wanita

Wolf via Adib Sofia (2009: 18) mengemukakan bahwa pada dekade 1990-an mulai muncul citra perempuan sebagai pemegang kekuasaan yang telah membebaskan perempuan untuk membayangkan diri mereka sebagai makhluk yang tidak hanya menarik dan memberi perasaan yang ingin menyayangi, melainkan juga dapat menimbulkan rasa hormat, bahkan rasa takut. Sementara itu, citra yang mendorong ke arah aksi adalah citra tentang agresivitas, keahlian, dan tantangan, ketimbang pencitraan tentang korban.

Sugihastuti (2000: 45) citra artinya rupa, gambaran, dapat berupa gambaran yang dimilki oleh banyak mengenai pribadi atau kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah, kata, frase, atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam prosa dan puisi. Citra wanita yang dimaksud dalam hal ini ialah semua gambaran mental spritual dan

tingkah laku keseharian wanita (indonesia), yang menunjukkan “wajah” dan

(37)

Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya citra wanita sebagai individu masih sering ditampilkan sebagai individu yang ragu-ragu atas peranannya dalam masyarakat dan sebagai anggota keluarga sehingga selalu perlu diusahakan suatu sikap kompromi. Wanita berada dalam masyarakat sebagai sumber daya manusia yang potensinya tidak dapat diremehkan,maka sifat kewanitaannya terlepas dari kata yang harus dipertahankan. Wujud citra itu dibatasi pada masalah pikiran dan perasaan wanita dalam tingkah laku keseharian sebagai pribadi,sebagai anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat. Wujud citra wanita itu dapat dihubungkan dengan aspek fisik,psikis,dan sosial budaya dalam kehidupan wanita yang melatarbelakangi wujud citra wanita (Sugihastuti, 2000: xiii). Citra wanita dapat diuraikan menjadi dua bagian yaitu :

2.2.3.1Citra Diri Wanita

Citra diri wanita terwujud sebagai sosok individu yang mempuyai kemampuan untuk berkembang dan membangun dirinya. Berdasarkan pola pilihannya sendiri, wanita bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai maklhluk individu. Citra diri wanita memperlihatkan bahwa apa yang dipandang sebagai perilaku wanita bergantung pada bagaimana aspek fisik dan aspek psikis diasosiasikan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Sugihastuti, 2000:113).

(38)

menandaikelembutannya, perhatiannya, dan daya asuh pada orang lain, cara berpakaian dan berhias, semuanya itu menandai citra diri wanita (Sugihastuti, 2000:16).

1. Citra Fisik Wanita

Menurut Sugihastuti (2000: 112) dilihat dari aspek fisik, citra diri wanita yang khas dilihat melalui pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya, yang tidak dialami oleh pria seperti sobeknya selaput dara, melahirkan, menyusui anak. Secara fisik, citra diri wanita berbeda dengan pria, antara lain ditunjukkan oleh fisik yang lembut, lincah, dan lemah. Perbedaan ini akan tetap ada karena ada pengalaman-pengalaman hidup yang diterimanya pun berbeda atas dasar itu, citra diri wanita terwujud sebagai sosok individu yang mempunyai pendirian dan pilihan sendiri atas berbagai aktivitasnya berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pribadi maupun sosial.

(39)

2. Citra Psikis Wanita

Ditinjau dari aspek psikisnya, wanita juga makhluk psikologi, makhluk yang berpikir,berperasaan dan beraspirasi. Hal ini menentukan dan mempengaruhi citra perilakunya (Sugihastuti, 2000: 95). Dalam aspek psikis, kejiwaan wanita dewasa ditandai oleh sikap pertanggungajwaban penuh terhadap diri sendiri, nasib sendiri, dan pembentukan diri sendiri. Citra wanita itu dapat dtercitrakan dari gambaran pribadi. Gambaran pribadi wanita dewasa itu secara karakteristik dan normatif telah terbentuk dan relatif stabil sifatnya (Kartono via Sugihastuti 2000:100 - 101). Dengan stabilan ini dimungkinkan baginya untuk memilih relasi sosial yang sifatnya juga stabil. Misalnya perkawinan,pilihan sikap, pilihan pekerjaan, dan sebagainya (Sughastuti, 2000: 102).

2.2.3.2 Citra Sosial Wanita

(40)

1. Citra Wanita dalam Keluarga

Sugihastuti (2000: 125) citra wanita dalam keluarga menggambarkan wanita sebagai insan yang secara ekonomi tergantung pada suami karena pekerjaan pekerjaan yang tidak menghasilkan uang. Perasaan bahagia dalam rumah tangga muncul karena wanita merasa puas dengan pilihan yang tersedia baginya. Tugas rutin itu dianggap menyenangkan dan memuaskan karena tidak diperlukan daya pikir lebih untuk melakukannya. Sikap seperti ini menutup kemungkinan terhadap gagasan-gagasan lain yang tidak relevan dengan yang peranannya. Ada wanita yang menerima peran domestik itu seadanya,namun ada pula yang tidak sepenuhnya rela menerima. Citra wanita dalam keluaraga ini relatif dinamis.

(41)

2. Citra Wanita dalam Masyarakat

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya memerlukan manusia lain. Demikian juga wanita, hubungannya dengan manusia lain dapat bersifat khusus maupun umum tergantung pada bentuk sifat hubungannya itu. Hubungan manusia dalam masyarakat dimulai dari hubungan antar orang, termasuk hubungan antara wanita dengan pria (Sugihastuti, 2000: 132). Banyak gagasan tradisional dan streotip tentang wanita dalam peran mereka. Ada anggapan bahwa wanita kurang memiliki kemampuan, bodoh, acuh tak acuh terhadap lingkungan mereka (Sugihastuti, 2000: 133).

Streotip-streotip tradisional masih menandai citra sosial wanita antara lain ditunjukkan oleh superioritas pria. Streotip tradisional antara lain mengatakan bahwa wanita sudah sewajarnya hidup terbatas dalam lingkungan rumah tangga. Wanita perlu menyuarakan dan memperjuangkan hak-haknya dan berusaha melawan streotip tersebut (Sugihastuti, 2000: 135).

(42)

2.3 Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik untuk menumbuhkan karakter siswa. Menurut Rahmanto (1988: 16-19) menyatakan pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh dengan beberapa cara. Diantaranya, pertama membantu keterampilan berbahasa yang dikuti dengan keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, bicara, dan menulis yang masing-masing saling erat hubungannya. Kedua, meningkatkan pengetahuan budaya. Pengetahuan tersebut dapat merangsang siswa-siswa untuk memahami fakta-fakta dalam karya sastra dan dipahami bukan hanya sekedar fakta-fakta tentang benda, tetapi fakta-fakta tentang kehidupan. Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga,percaya diri dan rasa ikut memiliki. Yang ketiga, mengembangkan cipta dan rasa. Dalam pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra, bersifat penalaran, afektif, bersifat sosial serta bersifat yang religius.

(43)

Menurut Rahmanto (1988: 27 - 33) ada tiga macam cara dalam memilih bahan pengajaran yaitu:

1. Bahasa

Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Sementara perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan, dan kelompok pembaca yang ingin di jangkau pengarang. Oleh karena itu, agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, Guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahannya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya (Rahmanto, 1988: 27).

Dalam praktek, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang diperhatikan, dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang sulit dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang Guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya sehingga berdasarkan pemahaman itu Guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan (Rahmanto, 1988: 28).

2. Psikologi

(44)

memilih pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat berpengaruh terhadap minat dan keanganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini sangat berpengaruh besar terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas,kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi (Rahmanto, 1988: 30).

Menurut Rahmanto (1988: 30) ada beberapa pentahapan dalam memahami tingkat perkembangan psikologi anak-anak yaitu:

1. Tahap Pengkhayal (8-9 Tahun).

Pada tahap ini, imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

2. Tahap Romantik (10-12 Tahun).

Pada tahap ini, anak mulai menigkatkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi ceritera-ceritera kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.

3. Tahap realistik (13-16 tahun).

Sampai pada tahap ini,anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi,dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

(45)

Pada tahap ini,anak sudah tidak lagi berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fonemena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menemukan keputusan-keputusan moral.

3. Latar Belakang Budaya

Biasanya, siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang yang di sekitar mereka. Dengan demikian, Guru hendaknya memilih bahan pengajaran dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa. Guru sastra hendaklah memahami apa yang diminati oleh para siswanya sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiki oleh para siswanya (Rahmanto, 1988: 31).

(46)

hubungannya dengan kehidupan siswa. Kedua, siswa hendaknya terlebih dahulu memahami budaya sebelum mencoba mengetahui budaya lain.

2.4 Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti,kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. (Faldillah 2014: 135).

Mulyasa (2008: 138 - 141) dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) setiap Sekolah diberi kebebasan dan keluasan untuk mengembangkan silabus sesuai dengan karakteritik peserta didik serta kondisi dan kebutuhan masing- masing. Dalam pengembangan silabus,ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, diantaranya :

1. Relevansi

Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik kemampuan spiritual, intelektual, sosial, emosional, maupun perkembangan fisik.

2. Fleksibilitas

(47)

3. Kontinuitas

Kontinuitas dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan kepribadian peserta didik.

4. Efektivitas

Efektivitas dalam pengembangan silabus berkaitan dengan terlaksananya dalam pembelajaran, dan tingkat pembentukkan kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) dalam standar isi. Silabus yang efektif adalah yang dapat diwujudkan dalam pembelajaran di kelas, sebaliknya silabus tersebut dapat dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan.

5. Efesiensi

(48)

6. Konsistensi

Yaitu antara kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk komptensi peserta didik.

7. Memadai

Yaitu ruang lingkup indikator,materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam implementasi KTSP, yang akan menentukan kualitas pendidikan serta kualitas sumber daya manusia (SDM), baik di masa sekarang maupun di masa depan. Oleh karena itu, dalam kondisi dan sitausi bagaimanapun, guru tetap harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Mulyasa 2008: 153 - 154 ).

(49)

dalam perencanaan pekasanaan pembelajaran). Pendapat lain yang menyebutkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 45 ).

Menurut Mulyasa (2008: 156 - 166) Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian perserta didik terhadap materi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini, harus diperhatikan agar guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi juga harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan dan mendorong peserta didik untuk belajar, dengan mengggunakan berbagai variasi media dan sumber belajar yang sesuai serta menunjang pembentukkan kompetensi dasar. Ada beberapa prinsip dalam pengembangan RPP dalam menyukseskan implementasi KTSP, diantaranya:

1. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, konkret, dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.

2. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.

(50)

4. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh,serta jelas pencapaiannya.

(51)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudulCitra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez merupakan penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deksriptif kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati secara holistic (utuh) (Bog dan Tylor via Moleong 2006:3). Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena data yang diperoleh berupa kata-kata dan bertujuan untuk mendeskripsikan citra wanita tokoh utama Wiana novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez dengan pendekatan feminisme.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

(52)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu, atau bidang tertentu, dalam hal ini secara actual dan cermat (Hasan, 2002: 22). Peneliti memilih metoe deksriptif karena peneliti penulis ingin mendeksripsikan secara nyata, aspek-aspek citra wanita tokoh utama dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez menggunakan pendekatan kritik sastra feminis dalam pembelajaran sastra di SMAKelas XI Semester II.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Peneliti di sini berperan sebagai instrument penelitian karena peneliti sendiri yang berusaha mengumpulkan data, yakni mencatat dan mengolah data yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(53)

dan teknik catat. Teknik baca digunakan untuk memperoleh data-data yang terdapat dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez dan teknik catat digunakan untuk mencatat kalimat-kalimat dalam noveln Cahaya Surga Di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez yang mengandung citra

wanita pada tokoh utama Wiana.

Langkah-lanagkah yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data dalam peneltian ini sebagai berikut :

1. Membaca berulang kali dengan seksama dan memhami isi dari novel 2. Mencari dan mengutip kalimat dan paragraph yang menunjukkan

gambaran tokoh utama, tokoh tambahan, dan citra wanita tokoh utama Wiana.

3. Mengelompokkan kalimat dan paragraph yang dikutip berdasarkan tokoh utama, tokoh tambahan, dan citra wanita tokoh utama Wiana 3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Bogdan dan Biklen via Moleong, 2006: 248).Analisis yang digunakan dalam penelitian berjudul Citra Wanita Tokoh Uatama Wiana dalam Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu Karya

(54)

1. Melakukan studi pustaka dengan mencari dan mengumpulkan teori dari berbagai sumber seperti buku, internet yang berkaitan dengan penelitian yang relevan ini.

2. Mendeksripiskan pendekatan struktural yaitu unsur intrinsik yang berupa tokoh, penokohan, dan latar.

3. Menentukan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novelCahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez.

4. Mengidentifikasi satu atau beberapa tokoh utama, dan mencari kedudukan tokoh-tokoh di dalam masyarakat.

5. Mendeksripsikan tokoh utama dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez berdasarkan teori citra wanita

dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Peneliti memfokuskan tokoh tokoh utama untuk dianalisis berdasarkan citra wanita yang berupa citra diri wanita dan citra sosial yang berdasarkan pada kritik sastra feminis yaitu kritik sastra feminis ideologis.

6. Mengamati sikap penulis karya yang sedang dikaji.

7. Merelevansikan novelCahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes di SMA kelas X1 semester 11.

(55)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Dalam bab ini, secara keseluruhan hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian. Hasil penelitian tersebut meliputi (1) Analisis unsur tokoh, Penokohan, dan Latar dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu Karya Mura Alfa Zaez. (2) Analisis citra wanita novel Cahaya

Surga di Wajah Ibu Karya Mura Alfa Zaez dengan pendekatan feminisme (3)

Relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

Novel yang akan dianalisis dalam penelitian iniberjudul Cahaya Surga di Wajah Ibu Karya Mura Alfa Zaez terdiri dari 305 halaman, diterbitkan

Rumah Orange pada tahun 2014.

4.2 Analisis Unsur Intrinsik Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu Karya

Mura Alfa Zaez

(56)

4.2.1 Analisis Tokoh

1. Tokoh Wiana

Wiana adalah seorang ibu yang bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah SMP. Hal itu ditunjukkan pengarang dalam kalimat berikut ini:

1. Ibu bekerja sebagai seorang pendidik Pegawai Negeri,Ibu mengajar di salah satu sekolah SMP ( Zaez, 2014: 8).

2. Ibu mengikuti program sertifikasi, Ibu terlalu sibuk menyibukkan diri dengan urusan-urusan sekolahnya ( Zaez, 2014: 8).

Wiana memiliki tiga orang anak. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

3. Ibu sekarang sedang bahagia sebab dari pernikahan Ibu bersama Ayah,Ibu bisa mendapatkan kamu, mendapatkan Aldi, Rifka. Ibu menghapus air matanya (Zaez, 2014: 62).

Wiana senang menulis.Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

4. “Wah,Ibu dulu jago buat puisi cinta. Makanya Ayahmu itu bisa jatuh cinta samaIbu. Padahal hanya ibu kirimkan surat yang isinya

puisi cinta saja.” (Zaez, 2014: 125).

2. Tokoh Arfansah

Arfansah adalah suami dari Wiana. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:

5. “MasArfansah sendiri suka kok, Bu, dengan penampilan sederhana saya.Mas sendiri bilang seperti itu, iya kan Mas, ya!?”Ibu menuntut pembelaan dari Ayah ( Zaez, 2014: 67).

6. “Kau berdusta,” dia menatapku dengan lurus. Paman Arfansah yang

(57)

aku pulang dari belanja itu. Antoni terkejut, dia terdiam cukup lama. (Zaez, 2014: 255).

Arfansah bekerja di salah kantor swasta. Hal inidapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

7. Ayah bekerja di sebuah kantor swasta. Setiap pulang Ayah hanya membawa tas segi empat dari rumah saja (Zaez, 2014: 30).

8. “Buat apa juga ngoyo-ngoyo kerja?” Kerja di kantor kan sudah cukup (Zaez, 2014:36).

3. Tokoh “aku”( Mimi)

Tokoh “aku “ yang dimaksud disini adalah Mimi. Hal itu dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:

9. Kini Ayah agak menjauh mendekati kulkas. Aku mulai tertawa dan

sedikit bersuara pelan. “ Ayah, Mimi ada disini...” aku cekikan

(Zaez, 2014: 26).

10. “Mimi kenapa?” wajah Ibu cemas, aku masih tetap menangis sambil menatap wafer yang telah dibuka Ayah ( Zaez, 2014: 28). 11. Aku mengambilnya dan kutemukan ada tulisan pada secarik kertas

dalam gambarku. Dari ayah. “ AYAH SAYANG MIMI.” Aku

sangat senang dan merasa puas. Aku memeluk kertas itu dan membawanya tidur kembali (Zaez, 2014: 43).

(58)

Mimi mempunyai kegemaran membaca buku dan menggambar. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

16. Ibu mengajak aku ke toko buku. Ibu membolehkanku menginginkan buku apa saja yang aku suka (Zaez, 2014: 21). 17. “Tapi aku menginginkan buku itu. Aku ingin membacanya”(Zaez,

2014: 22).

18. “Bu, aku suku buku ini. Aku ingin membacanya.” Kataku sambil sedikit berteriak karena kegirangan (Zaez, 2014: 23).

19. Jadwal pelajaran menggambar di sekolah membuat aku semangat untuk belajar melukis dan mewarnai ( Zaez, 2014: 38).

20. Aku lebih banyak membaca dari pada menulis (Zaez, 2014: 159). 4. Tokoh Aldi

Aldi adalah adik Mimi. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

21. Perut Ibu lebih besar dari kepalaku,kak Mimi! Sambung Aldi. Caranya masih celat ( Zaez, 2014: 50).

22. Adikku yang satu ini kini telah duduk di kelas enam SD. Sebentar lagi dia akan menghadapi ujian nasionalnya (Zaez, 2014: 98). 5. Tokoh Rifka

Rifka adalah adik perempuan Mimi. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

23. Pagi ini Rifka sudah ikut rapi dan terlihat cantik sepertiku (Zaez, 2014: 109).

6. Tokoh Kaka

(59)

24. Aku tau dari banyak siswa di sekolah kalau dia adalah cucu dari pemilik yayasan sekolah (Zaez, 2014: 105).

25. “Nggak kok Bu. Kaka nolong aku”.

“Siapa Kaka ?”Kaka kelas. Cucu pemilik yayasan ( Zaez, 2014: 111).

26. .“Jangan mentang-mentang kau cucu pemilik yayasan sok belagu di

sini!” ( Zaez, 2014: 106).

Kaka gemar bernyanyi. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

27. Dia menyanyikan lagu tentang cinta dan perasaan yang cukup mendalam. Aku pikir dia sangat berbakat (Zaez, 2014: 140).

28. Lagu kedua adalah lagu terakhir yang dipersembahkan oleh Kaka, setelah itu dia minta ijin turun dari panggung dan menemuiku. (Zaez, 2014: 142)

29. Aku terkagum. Pantas aku tidak pernah mendengar lagu itu di mana pun sebelumnya. Ternyata lagu bagus itu adalah ciptaan lagunya (Zaez, 2014: 142).

7. Tokoh Antoni

Antoni adalah keponakan Ayah dari Mimi. Hal ini Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

30. Antoni itu kemanakan ayahmu. Aku terkejut. Selama ini aku tidak pernah tahu siapa kemanakan Ayah. Berarti, Antoni adalah sepupuku (Zaez, 2014: 217).

31. “Kau kenal Arfansah?” aku melihat wajahnya terkejut saat aku

menyebut nama ayahku. “oh kenal ! Dia pamanku ( Zaez, 2014:

255).

8. Tokoh Nenek

(60)

32. “Kita mau kemana, Bu? Aku tidak sabar dengan penasaranku. “Mau kerumah Nenek. Ayah ingin kita jalan-jalan ke rumah nenek dari

Ayah minggu ini.” (Zaez, 2014: 63).

33. Ayah jarang mengajakku untuk bermain ke rumah Nenek, orang tua Ayah ( Zaez, 2014: 63).

34. Ini pertemuan mendadak, sebab Nenek dan Kakek dari Ayah datang dengan beralasan liburan disaat sekolah belum libur. ( Zaez, 2014: 77-78).

4.2.2 Analisis Penokohan

Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1986: 58).

1. Penokohan Tokoh Wiana

Pada analisis tokoh utama sudah disebutkan bahwa Wiana adalah seorang ibu sudah berkeluarga memiliki tiga orang anak dan berkerja sebagai pengajar di salah satu sekolah. Tokoh Ibu adalah sosok pekerja keras. Ia mampu menghidupkan anak-anaknya hanya seorang diri. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknik dramatik atau tidak langsung dalam kalimat berikut ini:

35. Bagiku dia adalah perempuan hebat yang mampu berkarir sendiri untuk menghidupkan tiga orang anaknya dalam sebuah rumah yang telah dimiliki secara pribadi. Tanpa ada pihak dari siapa pun ( Zaez, 2014: 160).

36. “Tentu Ibu tau sendiri, kan? Suami yang baik tidak akan rela

membiarkan istrinya mencari nafkah seorang diri di luar sana. ”Ibu

mulai membela diri. ( Zaez, 2014: 81).

37. “Aku tidak pernah menyia-nyiakanmu, Mas. Aku kerja juga untuk membantumu. Meringankan bebanmu dalam urusan ekonomi

rumah tangga kita” ( Zaez, 2014: 16).

(61)

38. Kerja keras Ibu adalah motivasiku. Semangatnya membuatku malu bila aku harus mengeluh didepannya. Ia tidak pernah mengeluh untuk mencari nafkah seorang diri ( Zaez, 2014: 160-161).

Tokoh Ibu yang dimaksud di sini adalah Ibu Wiana. Tokoh Wiana yang merasa cemas dan khawatir terhadap anaknya yang lagi sakit dan melihat anaknya dalam keadaan menangis. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknikekspositori atau langsung dalam kalimat berikut ini:

39. Ibu mendekatiku, wajahnya cemas. Lalu punggung telapak tangannya didekatkan kekeningku. Cemasnya bertambah. Ibu melepaskan tangannya. Dia menjauhiku dan ingin keluar (Zaez, 2014: 8).

40. Saat menemui Ibu, Ibu merasa cemas dan khawatir menemukanku yang menangis. Aku menceritakan semuanya sambil dengan keadaan menangis ( Zaez, 2014: 12).

41. Mendengar tangisku, Ibu segera datang ke dapur dengan wajah

paniknya. “Mimi kenapa?” wajah Ibu cemas. Aku masih tetap

menangis sambil menatap wafer yang telah dibuka Ayah (Zaez, 2014: 28).

Tokoh Ibu Wiana adalah sosok yang sangat perhatian dan peduli terhadap anaknya ketika anaknya mengalami kecemasaan. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknikdramatik atau tidak langsung dalam kalimat berikut ini:

42. Ibu mengajarkan banyak cinta darinya padaku sekalipun tak jarang Ibu menyelipkan pahitnya hidup ini di dalam kasih sayangnya. Akan ada pembelaan besar dari Ibu untukku ketika aku mulai cemas dan khawatir sekalipun kecemasan dan kekahawatiran itu timbul dari kesalahanku sendiri (Zaez, 2014: 10).

43. Aku tidak tahu entah sudah berapa kesabaran yang Ibu tuangkan untukku ketika aku pernah melakukan kesalahan-kesalahan. Hingga suatu ketika, pembelaan pertama yang diberikan pada Ibu ketika Ibu berpikir aku sudah bisa mandiri untuk membeli apa-apa yang aku suka makan di dekat rumah ( Zaez, 2014: 10 ).

(62)

kedai buah itu. Sudah, tenanglah, Nak!” Ibu mengecup keningku

(Zaez, 2014: 13).

45. “Aduh panas!” dia agak berteriak. Aku tahu sebentar lagi dia akan

memarahiku. Ibu yang mengetahui itu ikut cemas. “Maafkan anak saya.” Pembelaan Ibu padaku. Tapi yang diminta maaf tidak

menampakkan wajah maafnya ( Zaez, 2014: 20).

Tokoh Wiana juga memiliki sifat tegas kepada penjaga buku untuk mengambil buku kesukaan anaknya. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknikdramatik atau tidak langsung dalam kalimat berikut ini:

46. “Saya lebih paham anak saya ketimbang anda. Tolong, ambilkan saja! Toh bila dia benar-benar tertarik saya akan membayarnya

untuk dibeli. Bukan Anda!” (Zaez, 2014: 23).

Sifat kesabaran ditunjukkan Ibu Wiana ketika anaknya tidak bisa mengerjakan soal. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknik ekspositori atau langsung dalam kalimat berikut ini:

47. “Aku tidak tahu mengerjakan soal yang ini, Bu!” aku menunjukkan soal yang kumaksud. Dengan sabar Ibu menjelaskan padaku cara penyelesainnya ( Zaez, 2014: 37).

Sifat penyanyang Wiana tunjukkan ketika tokoh aku (Mimi) menangis karena dimarahi Ayahnya. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknik dramatik atau tidak langsung dalam kalimat berikut ini:

48. Ibu mengelusnya dan mencium jambang yang ditarik Ayah. “Sudah tidak apa-apa!”. Ibu mencium keningku dan aku benar-benar diam. Ibu meninggalkan kami dan melanjutkan masaknya di dapur. Sementara aku melanjutkan mengecatku lagi ( Zez, 2014: 47). 49. Ibu diam sejenak, “Ayah bukan marah. Itu hanya cara Ayah

mengungkapkan sayangnya padamu.” Jawab Ibu sambil membelai

rambutku. Aku harap Ibu berkata benar ( Zaez, 2014: 62).

50. “Ibu bilang juga apa. Jangan suka bersembunyi di bawah meja.

Jadinya seperti ini, kan?” Ibu mengelus rambutku yang membasah

(63)

Selain Ibu Wiana memiliki sifat kesabaran, ia juga sosok wanita yang pemarah ketika ia dianggap seorang istri yang tidak punya rasa tanggung jawab terhadap keluarganya oleh Ibu mertuanya. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknik dramatik atau tidak langsung dalam kalimat berikut ini:

51. “Kau tak pantas juga berkata seperti itu padaku. Mengapa kau harus menungguku untuk makan siang saja? Maaf, aku tidak sempat melayani semua kebutuhanmu. Terserah kau mau berkata apa padaku. Tapi aku mohon pengertian darimu, aku bukan enak-enakkan diluar sana. Aku kerja,cari uang. Cari nafkah untuk bisa

melanjukan hidup,mengertilah!” ( Zaez, 2014: 76).

52. “Lalu siapa yang harus bekerja untuk makan dan kebutuhan anak -anak saya? Seharusnya Ibu bisa menghargai saya sedikit saja. Apa yang bisa diberikan Mas Riyan ke saya? Pengangguran seperti dia bisa apa? Maaf bila saya lancang berbicara seperti ini. Naif sekali rasanya bila Mas Riyan dan Ibu harus menuntut saya harus bagaimana bila saya sendiri tidak bisa menuntu hak saya sendiri

kepada kalian!” (Zaez, 2014: 81-82).

Sifat kejengkelan yang ditunjukkan Ibu Wiana ketika ia bertemu dengan Antoni. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknik ekspositori atau langsung dalam kalimat berikut ini:

53. Melihat aku ada bersama Antoni, Ibu mengerutkan dahi. Ibu menatap tidak suka pada Antoni. “Sejak kapan kau kenal dia?

Kenapa kau bisa bersamanya?” nada Ibu terdengar jengkel (Zaez,

2014: 216).

Ibu Wiana yang selalu mengalah dengan sikap suaminya yang selalu memarahi. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknik dramatik atau tidak langsung dalam kalimat berikut ini:

(64)

mulai dibentaki Ayah. Seharusnya Ibu melawan. Bukan hanya diam (Zaez, 2014: 36).

Teknik pelukisan tokoh Wiana yang digunakan dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu Karya Mura Alfa Zaez yaitu teknik dramatik atau tidak

langsung dan teknik ekspositori atau langsung. Dalam pelukisan tokoh Wiana, teknik ekspositori atau teknik langsung dapat dilihat melalui kutipan (38-41), (47-50), dan (50) sedangkan teknik dramatik atau tidak langsung dapat dilihat melalui kutipan 35-37), (42-46), (48-52), dan (54)

(65)

2. Penokohan Tokoh Arfansah

Tokoh Arfansah merupakan tokoh yang pemarah terhadap Ibu dan tokoh Aku. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknikekspositori atau langsung dalam kalimat berikut ini:

55. Semakin lama, kulihat Ayah semakin arogan dan mudah tersinggung lalu marah. Aku tidak menemukan canda Ayah seperti dulu. Ayah lebih sering memarahi Ibu. Tapi Ayah tidak pernah memukul Ibu. Tidak ada waktu luang sekalipun hanya sedikit saja untuk bermain bersama Ayah (Zaez, 2014: 30).

56. “Iya nanti Ayah lihat!” nada Ayah membentak. Aku terlalu sering mendapat perlakuan Ayah yang seperti ini sehingga tidak jarang Ayah membuatku menjadi takut dan mati semangat di hadapannya. Ayah menatapku dengan tajam dan marah (Zaez, 2014: 40).

57. “Benar- benar gila! lekas kau ajak dia keluar dari kamarku sebelum amarahku benar-benar meledak!.” (Zaez, 2014: 33).

Hal itu juga ditunjukkan Pengarang dengan menggunakan teknik dramatik :

58. “Diam!” Ayah membentakku. Aku terkejut hebat. Ini kali pertamanya Ayah melakukan tindakan yang kutakuti darinya. Wajahku memerah, mataku berasa lembab sebab menahan tangis. ...kau ajak dia kedapur! Suruh dia makan sendiri,terlalu banyak permintaannya! Ayah membentak juga membentak Ibu. Air mataku menitis tanpa suara. “Apa yang terjadi. Kenapa Ayah marah-marah? Ibu masuk ke dalam kamar dan mendekati Ayah (Zaez, 2014: 32)

59. “Ah, dasar bodoh menunggumu berlama-lama masak. Bisa-bisa aku mati kelaparan gara-gara kecorobohanmu.” (Zaez, 2014: 17). Meskipun Ayah seorang yang pemarah dibalik itu, Ayah juga menunjukkan sikap penyanyang terhadap anaknya yang lagi menangis dan perhatian ketika melihat anaknya belum istrahat. Hal itu ditunjukkan pengarang dengan teknik dramatik dalam kalimat berikut ini:

Gambar

gambar yang tidak jelas. Maka sebagai solusinya Ibu membelikan Rifka untuk memberikan buku itu langsung kepada temannya (Zaez, 2014: 227)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendiskripsikan struktur yang membangun dalam novel Air Mata Surga karya E.Rokajat Asura,(2) mendikripsikan konflik batin tokoh

Ibuku Tak Menyimpan Surga di Telapak Kakinya karya Triani Retno A, dan (2) mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Ibuku Tak Menyimpan Surga di Telapak

Ibuku Tak Menyimpan Surga di Telapak Kakinya karya Triani Retno A, dan (2) mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Ibuku Tak Menyimpan Surga di Telapak

Citra sosial tokoh Elisa dalam aspek keluarga tergambar dari perannya sebagai anggota keluarga, sedangkan dalam aspek masyarakat digambarkan bahwa Elisa gemar

Citra sosial tokoh Elisa dalam aspek keluarga tergambar dari perannya sebagai anggota keluarga, sedangkan dalam aspek masyarakat digambarkan bahwa Elisa gemar

Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsi sebagai wanita yang merindukan kedamaian, percaya diri karena memiliki prinsip dan semangat yang

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsi: (i) citra tokoh utama wanita dalam novel Daun Putri Malu karya Magdalena Sitorus, (ii) perjuangan tokoh utama

Hasil penelitian dari analisis citra wanita tokoh utama novel 5 Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati, meliputi unsur intrinsik, citra wanita, feminisme, dan