• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

4.2.3 Analisis Latar

Secara umum latar dapat diartikan sebagai gambaran waktu dan tempat yang melatar belakangi aksi tokoh-tokoh dalam suatu peristiwa (Sudjiman, 1984: 120). Latar pada novel Cahaya Surga di WajahIbu karya Mura Alfa Zaez meliputi latar tempat,waktu, dan sosial.

1. Analisis Latar Tempat

Latar tempat tempat menyarankan lokasi terjadinya peristiwa yang yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez mempunyai beberapa latar, yaitu depan bangunan, kamar, dapur, pasar, toko buku, Sekolah, rumah sakit, kafe, perpustakaan, kelas, Riau, Sumatera, dan warung kopi.

a. Depan bangunan

Ketika hujan turun “aku” berteduh dan beristirahat sejenak menunggu hujan berhenti di salah satu bangunan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini :

140.Aku mencoba ingin pergi dari tempat itu ketika manusia kumuh dari tumpukan kardus ingin keluar dari dalam goni. Tapi hujan mampu menahan langkahku agar aku tetap berdiri di depan bangunan berpapan ini (Zaez, 2014: 2).

b. Di dalam rumah

Latar tempat pada novel ini yang menujukkan di dalam rumah yaitu kamar, dan di dapur. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini :

141.Aku mendengar suara ibu masuk ke dalam kamarku dan dia sudah berdiri di sampingku (Zaez, 2014: 7).

142.“Apa yang terjadi. Kenapa Ayah marah-marah?” Ibu masuk ke

dalam kamar dan mendekati Ayah (Zaez, 2014: 31).

143.Tapi aku benar-benar ceroboh, aku menyenggol cangkir tinggi yang berisi kopi hitam buatan Ibu yang telah mendingin. Aku benar-benar panik dan ingin berlari menemui Ibu, Ayah keburu masuk ke dalam kamar dan melihat aku dengan tatapan yang sangat terkejut (Zaez, 2014: 33).

144. “Horeee!” aku meloncat senang dan segera masuk ke dalam kamar

untuk memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Ibu (Zaez, 2014: 63).

145.Ayah membawaku pada kursi yang didudukinya tadi. Ayah memangkuku. Mendengar tangisku,Ibu segera datang ke dapur dengan wajah paniknya (Zaez, 2014: 27).

146.Aku meneguk air putih, kutatap seisi ruangan yang ada di dapur. Tidak ada yang terlalu istimewa yang dapat aku lihat (Zaez, 2014: 99).

Kutipan (141-146) menujukkan latar tempat yang terjadi di dalam kamar dan kutipan (145-146) menunjukkan peristiwa yang terjadi di dapur. Kutipan (141) menunjukkan peristiwa tokoh aku di hampiri oleh Ibunya di dalam kamarnya yang sudah duduk di sampingnya. Kutipan (142) menunjukkan peristiwa Wiana menemui suaminya di dalam kamar yang sedang emosi. Kutipan (143) menunjukkan peristiwa sifat kecerobohan yang dimiliki tokoh aku di dalam kamar yang telah menumpahkan kopi yang dingin di atas meja. Kutipan (144) menunjukkan peristiwa tokoh “aku”

senang melihat pakaiannya telah disiapkan oleh ibunya di dalam kamar. Kutipan (145) menunjukkan peristiwa di dapur seorang Ayah yang memberikan perhatian dan kasih sayang kepada tokoh “aku” yang sedang menangis. Kutipan (146) menunjukkan peristiwa tidak adanya keistimewaan yang dilihat di dapur oleh tokoh aku.

c. Pasar

Latar tempat yang ketiga pada novel ini adalah pasar. Tokoh “Aku”

yang diajak oleh Ibunya pergi untuk berkeliling pasar. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini :

147. Ibu melihatku kelelahan dan kehausan setelah sekian lama Ibu mengajakku berkeliling pasar (Zaez, 2014: 19).

148. Sesampai di pasar Ibu tidak pernah membawa masuk motor menyelinap lingkungan pasar. Ibu akan memakirkannya di tempat parkiran (Zaez, 2014: 212).

Kutipan (147-148) menujukkan peristiwa yang terjadi di pasar. Kutipan (147) menunjukkan peristiwa tokoh “aku” di hampiri oleh ibunya

yang lagi kelelahan dan kehausan saat berkeliling pasar. Kutipan (148) menunjukkan peristiwa Ibu parkir motornya saat berada di pasar.

d. Toko Buku

Latar tempat yang keempat yaitu toko buku. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini :

149. Pernah beberapa waktu setelah aku memecahkan gelas dan menumpahkan kopi panas pada pemilik kopi itu, Ibu mengajak aku ke toko buku. Ibu membolehkanku menginginkan buku apa saja yang aku suka, maka aku dengan sepuasku menelusuri rak buku (Zaez, 2014: 21).

150. Ada satu buku tebal yang aku tahu isinya tentang seni suara musik. Aku meminta penjaga rak untuk mengambalikan buku itu untukku (Zaez, 2014: 22).

Pada kutipan (149) menujukkan peristiwa kecerobohan yang dimiliki

tokoh “aku” yang telah memecahkan gelas kopi pengunjung pada saat ia

memilih buku bersama ibunya di toko buku. Kutipan (150) menujukkan

peristiwa tokoh “aku” pergi ke tokoh buku untuk membeli buku yang disukainya.

e. Rumah Sakit

Latar tempat yang kelima yaitu rumah sakit. Tokoh “aku”

menunggu Ibunya melahirkan dengan ditemani adik-adiknya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini:

151. Jauh-jauh sebelumnya Ibu mewanti- wanti akan kelahiran Rifka. Maka aku diliburkan sekolah oleh Ibu. Ibu mengajak Aldi dan aku menginap di rumah sakit (Zaez, 2014: 51).

Kutipan (151) di atas menunjukkan tokoh aku (Mimi) dan adik Aldi menunggu kelahiran adiknya di rumah sakit.

f. Sekolah

Latar tempat yang keenam yaitu sekolah. Berikut ini akan dikutipkan peristiwa dalam cerita yang terjadi di sekolah. Hal ini ditunjukkan beberapa dalam kutipan berikut ini :

152.Skorsing itu sudah lunas. Reva, Nana, dan Retno sudah aku lihat mulai aktif lagi di sekolah (Zaez, 2014: 192).

153.Di sudut sekolah aku menepis cengkeraman tangannya hingga terlepas. Aku tidak bisa mengelak dari Reva sebab ketiga temannya mengepung aku (Zaez, 2014: 152).

154.Pagi sebelumnya saat di sekolah aku diberi PR oleh Ibu Guru (Zaez, 2014: 35)

155. Jadwal pelajaran menggambar di Sekolah membuat aku semangat untuk belajar melukis dan mewarnai (Zaez, 2014: 38).

Kutipan (1152) menunjukkan peristiwa Reva dan teman-temanya kembali aktif di sekolah. Kutipan (153) menujukkan peristiwa tokoh “aku”

di kepung oleh Reva dan temannya dan tidak bisa berbuat apa-apa di sudut sekolah. Kutipan (154) menunjukkan peristiwa tokoh aku Mimi di berikan pekerjaan rumah oleh gurunya. Kutipan (155) menujukkan peristiwa tokoh

“aku” semamgat saat jadwal pelajaran melukis dan mewarnai .

g. Kelas

Latar tempat ketujuh yaitu kelas. Berikut ini akan dikutipkan peristiwa dalam cerita yang terjadi di dalam kelas. Hal ini ditunjukkan beberapa dalam kutipan berikut ini :

156. Belum lagi bel masuk bunyi, tiba- tiba Reva masuk begitu saja ke kelasku bersama ketiga teman ceweknya yang selalu aku lihat dibawanya kemana-mana di sekolah ini (Zaez, 2014: 152).

157. Sebelum mereka keluar guru bahasa Indonesia di depan kelas memberikan intruksi agar tugas terakhir yang belum siap diselesaikan dapat dikerjakan di rumah dan akan diperiksa besok (Zaez, 2014: 178).

158. Anak- anak masuk ke dalam kelas dengan beiring, padahal waktu istrahat masih ada sepuluh menit lagi (Zaez, 2014: 169).

Kutipan (156) menujukkan peristiwa tokoh aku Mimi dihampiri oleh Reva dan temannya di dalam kelas. Kutipan (157) menujukkan peristiwa guru yang sedang memberikan pengumuman di kelas kepada murid-muridnya untuk mengerjakan tugas di rumah dan di kumpulkan ke esokan harinya.

Kutipan (158) menujukkan peristiwa murid-murid masuk ke kelas meskipun masih ada jam istrahat.

h. Kantin

Latar tempat ketujuh yaitu kantin. Tokoh “aku” dan teman- temannya pergi ke kantin untuk istrahat. Hal ini ditunjukkan beberapa dalam kutipan berikut ini :

159. Anehnya saat kami akan memasuki kantin anak-anak pada berlarian menuju kantin, lalu di sudut ada sebuah tembok yang cukup besar, ada banyak anak-anak berkerumun menghadap kea rah tembok itu (Zaez, 2014: 182).

160. Seharusnya dari awal aku tahu siapa orang tua Reva, Aku jadi kecewa waktu istrahat berada di kantin (Zaez, 2014: 228).

Kutipan (159) menunjukkan peristiwa anak berlarian memasuki kantin. Kutipan (160) menunjukkan peristiwa kekecewaan tokoh aku ketika berada istrahat di kantin.

i. Perpustakaan

Latar tempat kedelapan yaitu perpustkaan. Tokoh “aku” sebelum

memasuki perpustakaan harus mengisi daftar pengunjung. Hal ini di tunjukkan dalam kutipan berikut ini :

161. Kami memasuki perpustakaan. Sebelum mengambil buku di rak, setiap orang diminta untuk mengisi daftar pengunjung (Zaez, 2014: 156).

162. Sesampai di dalam perpustakaan aku mengisi daftar pengunjung lalu aku menuju rak sastra (Zaez, 2014: 194).

Kutipan (161) menunjukkan peristiwa untuk memasuki perpustakaan harus mengisi daftar pengunjung. Kutipan (162) tokoh aku menuju rak sastra yang ada di dalam perpustakaan.

j. Kafe

Latar tempat kesembilan yaitu kafe. Tokoh “ aku “ menemani

temannya Kaka yang menyanyikan sebuah lagu di dalam sebuah kafe. Hal ini di tunjukkan dalam kutipan berikut ini :

163. Tidak jarang kaka menoleh ke arahku, lagu yang dibawanya menarik semua perhatian yang ada di ruang kafe (Zaez, 2014: 140)

k. Riau

Latar tempat kesepuluh yaitu Riau. Tokoh “ aku” dan temannya Kaka

pergi berkunjung ke rumah Makde Nunu. Hal ini di tunjukkan dalam kutipan berikut ini :

164. Ongkos pergi ke terminal pusat dan ongkos pergi ke Riau memang membayarnya masing-masing, tapi Kaka menolak uangku saat aku memberi ongkos pada taksi (Zaez, 2014: 293).

165. “Aku ke Riau bukan untuk mengikuti andrenalin, Bu. Aku ke

rumah Makde Nunu.” Aku menghapus air mata dan mengajak mereka duduk kembali bersama Aldi dan Rifka (Zaez, 2014: 300).

2. Analisis Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah kapan biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau

dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pada novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez latar waktu terjadi pada pagi hari, siang, dan malam hari. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini :

a. Pagi hari

Berikut ini akan dikutipkan beberapa peristiwa dalam cerita yang terjadi pada pagi hari.

166. Pagi sebelumnya saat di sekolah aku diberi PR oleh Ibu Guru (Zaez, 2014: 35).

167. Dan ini yang kedua kalinya Ibu terlihat buru- buru diwaktu pagi-pagi sekali (Zaez, 2014: 91).

168. Hari minggu, pagi-pagi sekali Ibu membangunkanku. Tidak ada sarapan istimewa seperti minggu biasa (Zaez, 2014: 63).

169. Hari ini kuberi nilai plus seratus buat pagiku yang cerah ( Zaez, 2014: 114).

170. Ibu tidak pernah lihat kamu pulang sampai sore”. Topik pagi yang

dibuka ibu sambil menikmati roti bakar membuat aku jadi terkesan curiga (Zaez, 2014: 116).

171. Senin paginya, aku terbangun lebih cepat lagi. Bahkan sebelum azan subuh pun aku sudah terbangun ( Zaez, 2014: 150).

172. Anehnya pagi ini tidak ada kabar tentang Risma sampai bel masuk pun aku tidak melihat Risma (Zaez, 2014: 192).

173. Maka saat sarapan pagi aku menguatkan mental untuk berbohong pada Ibu (Zaez, 2014: 288).

174. Kami tiba tepat pukul Sembilan pagi, suasana ramah dan cerah. Kami harus turun dan mencari bus lain untuk menyambung menuju tempat Ayah ( Zaez, 2014: 292).

Kutipan di atas menunjukkan latar waktu yang terjadi pada pagi hari, pagi hari pada hari minggu, dan pagi hari di hari senin. Kutipan (166) menunjukkan peristiwa pagi hari tokoh aku menceritakan mendapatakan pekerjaan rumah dari gurunya. Pada kutipan (167) melihat ibunya tergesa-gesa pergi pada pagi hari.Pada kutipan (168) menujukkan peristiwa pada

sarapan yang begituistimewa seperti biasanya. Kutipan (169) menujukkan peristiwa ucapan syukur atas kecerahan pada pagi yang cerah. Kutipan (170) menujukkan peristiwa kecurigaan yang dimiliki ibu kepada anaknya pada pagi hari. Kutipan (171) menujukkan peristiwa pada pagi senin tokoh aku Mimi bangun tidur lebih cepat dari sebelumnya. Kutipan (172) menujukkan peristiwa pada pagi hari tokoh aku Mimi tidak mendapatkan berita Risma tidak masuk sekolah. Kutipan (173) menujukkan peristiwa tokoh “aku”

mempunyai rencana untuk berbohong kepada Ibunya saat makan di pagi hari. Kutipan (174) menujukkan peristiwa tokoh “aku” tiba di rumah

Ayahnya dengan suasana ramah dan cerah pada pagi hari. b. Siang Hari

Berikut ini akan dikutipkan peristiwa dalam cerita yang terjadi pada pagi hari.

175. Makan siang ini, adik-adikku, dan aku bisa berkumpul bareng pada satu meja (Zaez, 2014: 130).

Kutipan (175) menujukkan peristiwa kebersamaan makan siang

tokoh “aku” dan adik-adiknya.

c. Sore Hari

Berikut ini akan dikutipkan peristiwa dalam cerita yang terjadi pada sore hari :

176. Kaka benar-benar menjemputku selepas magrib. Maka sebelum magrib tadi aku sudah bilang ke Ibu kalau aku tidak ikut makan malam bareng ibu dan adik-adikku (Zaez, 2014: 198).

177. Sehabis mandi di sore hari sebelum azan magrib Ibu mulai berhias wajah di cermin kamarnya (Zaez, 2014: 70).

Kutipan (176) menujukkan peristiwa tokoh “aku” dijemput temannya Kaka untuk pergi makan malam diluar rumah. Kutipan (177) menunjukkan peristiwa Ibu yang berhias diri di cermin ketika habis mandi di sore hari.

d. Malam Hari

Berikut ini akan dikutipkan peristiwa dalam cerita yang terjadi pada malam hari.

178. Sarapan dan makan malam adalah waktu yang paling tepat buat adikku, ibuku, dan aku berkumpul secara utuh ( Zaez, 2014: 115). 179. Malam ini kudekati Ibu duduk sendiri di teras samping

rumah(Zaez, 2014: 160).

180. Makan malam bersama keluarga Kaka buat aku awalnya sedikit gerogi, Mama Kaka sangat akrab dan juga bersahaja seperti Kaka (Zaez, 2014: l 199).

181. Sebelum aku berangkat tidur, aku mencium dahi Ibu, mengucapkan selamat malam dan semoga Ibu dapat mimpi yang indah (Zaez, 2014: 208).

182. “Ayah ada di mana, Bu?” akhirnya setelah sekian lama kalimat itu

tidak tak terucap oleh, kini malam ini aku menanyakannya kembali pada Ibu (Zaez, 2014: 210)

183. Malam ini setelah acara makan malam bersama keluarga Kaka aku merasakan Ayah ada di antara kami, Aku juga merasakan Ayah duduk di sampingku saat makan malam ( Zaez, 2014: 205).

184. Maka selesai makan malam tadi, aku mencoba mendekati Ibu sekalipun Ibu sibuk di dalam kamarnya untuk menyelesaikan program mengajarnya (Zaez, 2014: 234).

185. Malam ini Ibu terlalu sibuk sehingga tidak seperti malam kemarin, Ibu mau membantuku mencarikan baju yang tepat ( Zaez, 2014: 283).

Kutipan (178) menujukkan peristiwa selalu ada kebersaam untuk makan malam. Kutipan (179) menujukkan peristiwa kedekatan antara seorang anak dan Ibunya ketika berbincang di teras rumah pada malam hari.

Kutipan (180) menujukkan peristiwa tokoh “aku” gugup saat berkumpul

untuk makan malam bersama keluarga Kaka. Kutipan (181) menujukkan peristiwa kasih sayang seorang anak tokoh “aku” kepada ibunya ketika ingin tidur. Kutipan (182) menujukkan peristiwa tokoh “aku” bertanya

keberadaan Ayahnya kepada Ibu yang telah sekian lama tidak pernah kembali ke rumah saat makan malam. Kutipan (183) menujukkan peristiwa malam hari tokoh aku Mimi teringat akan sosok Ayahnya ketika ia berkumpul bersama keluarga Kaka. Kutipan (184) menujukkan peristiwa

tokoh “aku” mendekati ibunya yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya. Kutipan (185) kesibukan Ibunya di malam hari ketika membantu tokoh aku Mimi untuk mencarikan salah satu baju yang tepat untuk digunakannya. 3. Analisis Latar Sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yangdiceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dalam novel ini menujukkan lingkungan yang tidak nyaman. Kehidupan Ayah yang tidak pernah mendapatkan ketenangan di dalam keluarganya sehingga menimbulkan rasa tidak suka dan tidak adanya rasa kasih sayang yang ditunjukkan terhadap anak-anaknya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini :

186. Aku tidak menemukan kesukaan di wajah Ayah atas kelahiran Rifka bahkan dia juga tidak membencinya. Mungkin dipikir Ayah tidak ada kami anak-anaknya di rumah ini sehingga dia tidak memperdulikan semuanya ( Zaez, 2014: 54).

Latar sosial pada novel ini menujukkan kekayaan dimiliki keluarga nenek dari Antoni membuat dia mudah untuk keluar dari jeratan hukum. Hal ini di tunjukkan dalam kutipan berikut ini :

187. “Apakah kau kenal siapa Antoni?” dia penasaran. Aku menggeleng. Dulu dia itu buronan.”

Aku terkejut.“Tapi dia berhasil keluar dari penjara berkat Neneknya punya banyak uang makanya dia bisa bebas saat tertangkap. ( Zaez, 2014: 253).

Selain itu, pada novel ini menunjukkan adanya sistem perjodohan yang tidak diinginkan, sehingga pernikahan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tua mereka. Hal ini dapat dibuktikan dalam kalimat berikut ini:

188. Ayah menikahi dengan seorang janda beranak satu. Perempuan itu dulu adalah pilihan Nenek yang harus dinikahi Ayah. Mereka tidak saling mencintai dan pernikahan itu hanya bertahan dua puluh bulan (Zaez, 2014: 296).

Kutipan (186) menunjukkan peristiwa ke tidaksukaan Ayah atas kelahiran Rifka. Kutipan (187) menunjukkan peristiwa antoni berhasil keluar dari penjara berkat neneknya. Neneknya punya banyak uang makanya dia bisa bebas saat tertangkap. Kutipan (188) menunjukkan peristiwa Ayahnya tokoh aku telah menikahi seorang janda yang dijodohkan oleh Neneknya.

Dalam kutipan di bawah ini menunjukkan latar sosial sahabat. Mimi yang tidak hanya disayang keluarganya, tetapi ia juga memiliki sahabat- sahabat yang sayang padanya. Sahabat Mimi selalu ada di sisi Mimi, mereka

selalu memberikan dukungan terhadap Mimi. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut ini:

189. “Sabar aja, aku yakin pasti pembelaan itu ada untukmu.” Aku

berharap apa yang dikatakan Risma itu benar. Tapi aku merasa tidak yakin pembelaan itu ada untukku kecuali bila Reva mau jujur siapa yang menaruh lembar ujian dan jawaban itu ke dalam tasku (Zaez, 2014: 180).

190. “Nggak usah terlalu dipikirin, Mi!

“Terus aku harus apa? Tanyaku lagi.

“Ya aku doakan deh, semoga datang keajaiban atau dapat pembelaan”. “Aku pikir keajaiban itu ada Cuma didongeng aja Ris,” aku

berkata ketus. Risma tersenyum. Dia tetap sabar.

“Iya aku tahu keajaiban itu memang banyak aku dengar dan aku

baca dari dongeng-donngeng. Tapi setidaknya kan kita bisa membuktikan bahwa keajaiban itu bisa ada dalam hidup nyata kita. Ya dalam kehidupan nyata ini (Zaez, 2014: 180-181).

191. “Aku ingin bertemu dengan Ayah. Aku sudah mendapatkan

alamatnya dari Antoni. Tapi aku tidak tahu arah ke alamat rumah

Ayah.”

“Aku tahu. Aku pernah ke sana.” Bagiku ini bukan mukjizat. Ini

kebetulan yang tidak direncanakan. Aku merasa mendapatkan bintang jatuh dan dapat memeluk harapan untuk bertemu dengan Ayah dari Kaka (Zaez, 2014: 286-287).

Kutipan di bawah ini menunjukkan latar sosial dalam keluarga Mimi. Keluarga yang hanya terdiri dari mimi, Ibu, adik-adiknya. Keluarga Mimi yang selalu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama dan menceritakan keseharian mereka lewati. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini :

192. Sarapan dan makan malam adalah waktu yang paling tepat buat ibu, adik-adikku, dan aku berkumpul secara utuh. Di hadapan meja makan pula kami sering menceritakan keseharian yang telah kami lebih sering menceritakan yang telah dan akan kami lewati sambil menikmati menu yang disiapkan Ibu (Zaez, 2014: 115 ).

Latar sosial di bawah ini kebencian yang dimiliki oleh Mimi tentang Ayahnya yang tidak bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini :

193. Semakin hari, tidak ada perubahan yang menuju kebahagiaan dalam hidupku. Bahkan aku bisa semakin membenci Ayah. Tidak ada cerita menyenangkan setiap kali bertemu dengan Ayah. Mungkin juga Ibu juga sudah jenuh dengan prianya itu. Sampai detik lahiran adikku yang nomor dua, aku tidak tau keberadaan Ayah. Aku menganggap Ayah lari dari kenyataan ini (Zaez, 2014: 49 ).

194. Aku tidak terima dengan pengakuan Antoni tentang Ayah. Bagiku, Ayah itu laki-laki brengsek, tidak tahu tanggung jawab sebagai Ayah, Tapi aku tidak menunjukkan kekecewaanku atas fakta yang sebenarnya (Zaez, 2014: 256).

Latar sosial yang lainnya adalah latar sosial yang menunjukkan kemudahan untuk memiliki kekayaan dengan melakukan persugihan yang dilakukan oleh Neneknya Mimi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini :

195. “Tidak tahu yang jelas tentang kematian Nenek. Perempuan itu meninggal dalam kondisi yang sangat aneh. Sebelum meninggal tubuhnya kaku dan menghitam. Dengar-dengar dari Ibu, Ibu bilang

Nenek mengikuti ilmu persugihan maka bisa seperti itu”.

“persugihan itu apa?” Antoni menatapku. “Itu ilmu hitam. memanfaatkan setan untuk menjadikan hidup kaya. Orang yang seperti itu diakhir matinya tidak pernah tenang. Dia tidak akan

selamat.” (Zaez, 2014: 273).

196. “Paman Li Wung korban persugihan nenek. Tapi dia sudah

meninggal sebelum nenek meninggal.” Aku menarik napas.

Seburuk inikah peristiwa yang dialami oleh keluarga dan saudara dari Ayah (Zaez, 2014: 274).

Latar sosial di bawah ini menunjukkan status Ibunya Mimi janda dianggap sebagai perempuan yang merusak hubungan keluarga orang lain

dan menjadi bahan sindiran temannya Reva di sekolah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini :

197. “Bilang sama Ibu kamu” dia membentak. Aku terkejut, lalu

senyumku hilang. Kaka juga bingung. Tapi dia tidak turun, masih tetap di atas motornya. “Kalau sudah menjanda jangan coba-coba

membawa suami orang sampai pulang malam.” Hatiku terpukul.

Dia menghina Ibu, tapi aku tidak bisa membela Ibu karena terkejut dan bingung (Zaez, 2014: 223).

198. “Anak janda itu nggak tahu diuntung, Reva melanjutkan pembicaraannya.

“Ibunya juga tidak tahu diri,” Reva melirik padaku. Hatiku tertusuk seperti anak panah yang lepas dari busurnya (Zaez, 2014: 229). 199. “Anaknya lumayan cantik, Mamanya yang janda mungkin nggak

kalah cantiknya sama anaknya. Makanya, laki-laki yang digaetnya

itu mau kecantol sama mamanya”. Reva menunjukku. Semua mata

menatap ke arahku. Aku menunduk dan menggenggam kepal tangan menahan geram (Zaez, 2014: 231).

200. “Dia itu anak janda sekarang ini, berani -beraninya mamanya menggaet Papa orang, anak janda tidak tau diuntung, malu-maluin

keluarga saja.” (Zaez, 2014: 231).

Kutipan (197) menunjukkan peristiwa seorang perempuan yang tidak menyukai kedekatan Wiana terhadap suaminya yang bekerja di satu sekolah

Dokumen terkait