Herbangun, Vincentius. Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.
Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Novel Keberangkatan karya Nh. Dini dipilih untuk meneliti citra wanita tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan untuk mengetahui citra wanita tokoh utama dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis yang digunakan untuk mengungkapkan tokoh, penokohan, latar, dan citra wanita tokoh utama. Langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis tokoh, penokohan, latar, serta citra wanita tokoh utama, (2) mendeskripsikan citra wanita tokoh utama berdasarkan citra diri dan citra sosial, (3) merelevansikan hasil penelitian citra wanita dengan pembelajaran di SMA.
Herbangun, Vincentius. The Woman Image of Main Character in The Novel Keberangkatan by Nh. Dini and Its Relevance in The Literature Learning at Senior High School. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma University.
A novel Keberangkatan written by Nh. Dini is chosen to analyse the main character's personality. The purpose of this study is to describe and analyse the character, characterisations, and settings of this novel to find out the image of the main character and relevances of literature in Senior High School.
This study is considered as a qualitative research. This study uses a descriptive and analyse method that is used to reveal characters, characterisations, settings, and images of the main character. The steps are used to (1) analyse characters, characterisations, settings, and images of the main character, (2) describe images of the main character based on her personality and sociality, (3) find out the relevances of this study to class activities in Senior High School.
CITRA WANITA TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL KEBERANGKATAN KARYA NH. DINI
DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh: Vincentius Herbangun
081224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
CITRA WANITA TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL KEBERANGKATAN KARYA NH. DINI
DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh: Vincentius Herbangun
081224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Yesus Kristus yang telah memberi berkat
atas usaha saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Orang tua saya, Yustinus Yukatman (alm.) dan Theodora Sugiarti yang telah
menjadi orang tua terbaik bagi saya, terima kasih atas kasih sayang, dorongan
semangat, dorongan materi, serta doa yang tiada henti-hentinya selama ini.
Kakak saya, Aquilina Hindaryati, Fransiska Emilia, Tatiana Endah Swasaning
v MOTTO
Masa depan yang sukses ada ditanganmu sendiri, berusaha dan berdoalah maka
masa depan yang sukses itu akan dapat dicapai seiring berjalannya waktu.
Jangan pernah menyerah, buanglah kemalasanmu, dan semangatlah karena pada
akhirnya semangat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu. Mintalah, maka akan diberikan
kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan
dibukakan padamu. (Lukas 11: 9)
viii ABSTRAK
Herbangun, Vincentius. Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Novel Keberangkatan karya Nh. Dini dipilih untuk meneliti citra wanita tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan untuk mengetahui citra wanita tokoh utama dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis yang digunakan untuk mengungkapkan tokoh, penokohan, latar, dan citra wanita tokoh utama. Langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis tokoh, penokohan, latar, serta citra wanita tokoh utama, (2) mendeskripsikan citra wanita tokoh utama berdasarkan citra diri dan citra sosial, (3) merelevansikan hasil penelitian citra wanita dengan pembelajaran di SMA.
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) tokoh Elisa merupakan tokoh utama, sedangkan tokoh tambahan dalam novel ini adalah Ibu Elisa, Ayah Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, Gail, (2) citra wanita tokoh utama Elisa terbentuk dari citra diri dan citra sosial. Citra diri tokoh Elisa dari aspek fisis tergambar melalui peristiwa kegiatan sehari-hari, kerumahtanggaan, dan menjaga penampilan, sedangkan aspek psikis tokoh Elisa tergambar sebagai wanita yang kuat mempertahankan pendiriannya, selalu berpikir angan-angan perkawinan, sikap tanggung jawab atas nasib diri sendiri, dan sifatnya relatif stabil. Citra sosial tokoh Elisa dalam aspek keluarga tergambar dari perannya sebagai anggota keluarga, sedangkan dalam aspek masyarakat digambarkan bahwa Elisa gemar bersosialisasi karena mempunyai banyak kerabat dan merasakan superioritas pria terhadapa wanita dalam kehidupan sehari-hari, (3) relevansi novel Keberangkatan
ix
A novel Keberangkatan written by Nh. Dini is chosen to analyse the main character's personality. The purpose of this study is to describe and analyse the character, characterisations, and settings of this novel to find out the image of the main character and relevances of literature in Senior High School.
This study is considered as a qualitative research. This study uses a descriptive and analyse method that is used to reveal characters, characterisations, settings, and images of the main character. The steps are used to (1) analyse characters, characterisations, settings, and images of the main character, (2) describe images of the main character based on her personality and sociality, (3) find out the relevances of this study to class activities in Senior High School.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penulis mendapatkan pelajaran yang baik saat menyusun skripsi ini, karena pada saat penyusunan skripsi terdapat hambatan dan masalah yang dirasakan oleh penulis. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran yang besar manfaatnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., yang telah membimbing, memberi motivasi dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Para Dosen PBSI yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
xi
7. Bapak Yustinus Yukatman (alm.) dan Ibu Theodora Sugiarti yang telah memberikan doa dan mendukung penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi serta saat berkuliah di Universitas Sanata Dharma.
8. Kakak-kakakku Aquilina Hindaryati, Fransiska Emilia, Tatiana Endah Swasaning yang telah memberikan bantuan, doa, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman PBSID angkatan 2008 terutama Yusuf Budi Wirawan, Tri Novi Aji, Nopin, Kristiyanti, Elisabeth Citra, dan Jesicca Vita, terima kasih atas pertemanan selama ini, dukungan, serta doanya.
10.Teman-teman UKM Sexen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak pengalaman dan menjadi teman yang luar biasa.
11.Bernadheta Indri A.W. yang selalu mendukung dan membantu selama proses penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekukarangan. Walaupun demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat berguna bagi penulis.
Yogyakarta, 3 Desember 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
1. Pendekatan Unsur Intrinsik ... 9
3. Citra Wanita ... 16
a. Citra Diri Wanita ... 17
b. Citra Sosial Wanita ... 19
4. Pembelajaran Sastra di SMA ... 21
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Data dan Sumber Data ... 32
C. Teknik Pengumpulan Data ... 32
D. Teknik Analisis Data ... .. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR ... 35
A. Deskripsi Data ... 35
B. Analisis Tokoh dan Penokohan ... 35
1. Analisis Tokoh ... 35
2. Analisis Penokohan ... 42
3. Analisis Krakterisasi Tokoh ... 67
C. Analisis Latar ... 73
1. Analisis Latar Tempat ... 73
2. Analisis Latar Waktu ... 76
3. Analisis Latar Sosial ... 79
B. Relevansi novel Keberangkatan sebagai Bahan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ... 93
1. Aspek Bahasa ... 93
2. Aspek Kematangan Jiwa (Psikologis) ... 95
3. Aspek Latar Belakang Budaya Siswa ... 96
4. Novel Keberangkatan sebagai Bahan Pembelajaran ... 98
5. Silabus ... 100
6. RPP ... 101
BAB VI PENUTUP ... 109
A. Kesimpulan ... 109
B. Implikasi ... 112
C. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 113
LAMPIRAN ... 116
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sinopsis novel Keberangkatan karya Nh. Dini ... 117 Lampiran 2. Biodata Penulis ... 120
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pelajaran bahasa Indonesia
menuntut siswa untuk menguasai keterampilan berbahasa secara seimbang.
Menurut Rahmat Djoko Pradopo dalam Jabrohim (2003: 69) karya sastra
merupakan bagian dari karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai
mediumnya.
Masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia saat ini sudah sering
digambarkan melalui karya sastra, baik secara tertulis maupun lisan yang
bertujuan untuk mendokumentasikan pengalaman tentang hidup. Hal ini
didukung oleh pendapat Djojosuroto (2006: 17) yang mengungkapkan bahwa
karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang
dipadu dengan imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan
pengamatan atas kehidupan itu sendiri. Selain itu, Damono (1977: 1)
memaparkan bahwa karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati,
dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Terdapat berbagai bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel.
Novel adalah cerita berbentuk prosa yang ukurannya luas. Luas yang
dimaksud adalah mempunyai cerita yang terkonsep dan tokoh serta latarnya
akan terhibur oleh jalan ceritanya saja, namun akan mengerti apa yang ingin
disampaikan oleh pengarang. Membaca novel juga dapat memberikan
berbagai informasi, pembaca juga dapat mengambil nilai-nilai positif maupun
negatif dengan mengamati tokoh dan jalan cerita yang ada dalam novel
tersebut. Selain itu, sebuah novel juga dapat dijadikan sebagai materi dalam
pembelajaran di kelas guna membangun karakter siswa.
Berbicara tentang wanita dalam dunia sastra pasti tak terlepas dari
kritik sastra feminis dan juga citra wanita. Sugihastuti dan Suharto (2010: 6)
mengutarakan faham feminis ini lahir dan mulai muncul pada sekitar akhir
1960-an di barat, dengan beberapa faktor penting yang mempengaruhinya.
Sejak akhir 1960-an studi kritik sastra feminis menjadi salah satu pilihan yang
menarik. Abrams dalam Sofia (2009: 24) mengungkapkan bahwa citra
merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat
kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh
kata-kata. Selanjutnya Sugihastuti (2000: 7) mengungkapkan bahwa citra wanita
merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukan “wajah” dan ciri khas
wanita.
Novel Keberangkatan karya Nh. Dini merupakan novel yang
menceritakan tentang kehidupan seorang gadis Indo dengan segala masalah
yang dihadapinya selama ia hidup bersama maupun setelah berpisah dengan
keluarganya. Segala permasalahan hidup maupun masalah percintaan yang
ini menarik untuk diteliti karena cerita yang ada dalam novel ini mempunyai
nilai – nilai yang dapat membangun karakter siswa dalam sebuah proses
pembelajaran. Selain itu, novel Keberangkatan mengandung unsur citra
wanita yang menarik untuk diteliti.
Dalam rangka analisis suatu karya sastra, peneliti tertarik untuk
menganalisis novel Keberangkatan karya Nh. Dini karena dalam novel ini
mengandung unsur wanita yang sangat kuat untuk dijadikan objek penelitian
tentang citra wanita. Cerita yang ada dalam novel Keberangkatan ini
mengangkat seorang wanita yang mencoba untuk mengatasi sendiri semua
masalah hidupnya mulai dari masalah keluarga sampai dalam lingkungan
masyarakat dan itu merupakan suatu gambaran bahwa tokoh utama tentang
keseharian tokoh terutama utama. Peneliti hanya akan membatasi penelitian
pada tokoh utama yaitu tokoh Elisa karena citra wanita tampak pada tokoh
Elisa yang mencoba untuk hidup mandiri jauh dari keluarga karena
ketidakcocokan pada keluarga terutama pada Ibunya . Citra wanita yang akan
diuraikan adalah citra diri dan citra sosial perempuan.
Judul yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah : “Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan
Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA”. Peneliti akan meneliti
judul tersebut dengan menggunakan kajian feminis dan hasil deskripsi dari
penelitian ini akan direlevansikan dalam bahan ajar pembelajaran sastra di
SMA dan diharapkan siswa dapat memahami nilai – nilai pendidikan untuk
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah deskripsi tokoh, penokohan, dan latar dalam novel
Keberangkatan karya Nh. Dini?
2. Bagaimanakah citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini?
3. Bagaimanakah relevansi analisis citra wanita tokoh utama dalam novel
Keberangkatan karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
2. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
3. Mendeskripsikan relevansi citra wanita tokoh utama novel Keberangkatan
karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA.
D. Batasan istilah
Ada beberapa batasan istilah yang digunakan untuk menghindari
kesalahpahaman, yaitu: citra, wanita, citra wanita, tokoh, penokohan, latar,
1. Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan
lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang
dibangkitkan oleh kata-kata (Abrams dalam Sofia, 2009: 24).
2. Wanita adalah perempuan dewasa (Depdiknas, 2005: 1268).
3. Citra Wanita merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan
tingkah laku keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukkan “wajah”
dan ciri khas wanita (Sugihastuti, 2000: 7).
4. Tokoh ialah rekaan individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman 1990: 16).
5. Penokohan adalah penyajian watak, penciptaan citra, atau pelukisan
gambaran tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh cerita
(Sudjiman dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010: 50).
6. Latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:
216).
7. Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan
manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan
merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Santosa dan Sri
Wahyuningtyas, 2010: 47).
8. Pembelajaran Sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan
menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut.
1. Bagi Peneliti Sastra
Memberikan sumbangan dalam bidang sastra agar dapat memperkaya
pengetahuan tentang analisis citra wanita novel Keberangkatan karya Nh.
Dini.
2. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Memberikan suatu referensi karya sastra yang dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran sastra di SMA.
F. Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu pada bab I Pendahuluan, bab
II Landasan Teori, bab III Metodologi Penelitian, bab IV Hasil Penelitian dan
Pembahasan Tokoh, Penokohan dan Latar, bab V Analisis Citra Wanita Tokoh
Elisa dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA, kemudian bab VI
Penutup. Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab
II berisi tinjauan pustaka dan kajian teori. Bab III berisi jenis penelitian,
metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,
penokohan, dan latar. Bab V berisi analisis citra wanita, relevansi citra
wanita dalam pembelajaran sastra di SMA. Bab VI berisi kesimpulan,
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pengetahuan peneliti, analisis kritik sastra feminis
terhadap novel Keberangkatan karya Nh. Dini belum pernah dilakukan.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Oktavianus Rendi (2011) dan Marietta Sri Hermawatiningsih (2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus Rendi (2011), yaitu
Feminisme Tokoh Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya
Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
karakter feminis tokoh perempuan yaitu berani melawan, berani mengutarakan
pendapat, berani bertanya, berpendidikan dan mandiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Marietta Sri Hermawatiningsih (2010),
berjudul Nilai Feminis Tokoh dalam Novel Trilogi Jendela-jendela, Pintu, dan
Atap Karya Fira Basuki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
feminis tokoh dalam novel. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan
dengan metode deskriptif kualitatif karena data-data yang diperoleh berupa
kata-kata tertulis dan hasil akhirnya berupa deskripsi nilai feminis dalam
novel. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak hanya satu tokoh yang
memiliki nilai feminis, kemudian nilai feminis tersebut diklarifikasikan
menjadi beberapa, yaitu: feminis ketulusan, kesabaran, kelembutan, kesetiaan,
Dari penelitian terdahulu di atas, terlihat bahwa penelitian citra wanita
berusaha mengangkat nilai-nilai feminis pada sosok seorang wanita untuk
mempertahankan haknya dalam berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum
wanita. Peneliti mengharapkan penelitian terdahulu dapat dijadikan bahan
referensi dengan penelitian ini, karena penelitian terdahulu sangat erat
kaitannya dengan penelitian dengan tinjauan kritik sastra feminis.
B. Kajian Teori
1. Pendekatan Unsur Intrinsik
Dalam meneliti sebuah karya sastra terutama novel pasti tidak
terlepas dari struktur karya sastra yang strukturnya dijelaskan oleh unsur
intrinsik. Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar
unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling
mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh
(Nurgiyantoro, 2005: 36). Unsur-unsur pembentuk novel tersebut meliputi
tema, alur, tokoh, dan latar.
Sebelum menganalisis karya sastra dengan kritik sastra tertentu, hal
yang harus dipahami terlebih dahulu adalah unsur pembentuk karya sastra
tersebut. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna cerita yang
disampaikan tidak dapat ditangkap secara utuh. Pembahasan struktur
dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini hanya akan dibatasi pada
unsur tokoh, penokohan, latar, karena unsur tesebut merupakan unsur yang
a. Tokoh
Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik yang penting
dalam sebuah karya sastra. Tokoh menunjuk pada seseorang sebagai
pelaku cerita. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) memaparkan
tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Panuti Sudjiman
(1990: 79) juga menyebutkan bahwa tokoh merupakan individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai
peristiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, tetapi
dapat juga berwujud binatang atau benda.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
Wahyuningtyas dan Wijaya (2011: 3) mengemukakan bahwa tokoh
utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang
bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak
sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat
diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Berdasarkan pembangun
konflik cerita, terdapat tokoh protagonis dan antagonis.
Wahyuningtyas dan Wijaya (2011: 3-4) memaparkan tokoh protagonis
adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh
kita, harapan harapan kita, dan merupakan pengejawantahan
norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Adapun tokoh antagonis adalah
tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik
dan ketegangan.
b. Penokohan
Menurut Sudjiman (1992: 23) penokohan merupakan penyajian
watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh. Waluyo (1994: 164-165)
mengemukakan penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan
yang erat. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang memilih
dan menentukan tokoh-tokohnya, perwatakan berhubungan dengan
karakterisasi/watak dari tokoh-tokoh dalam cerita.
Istilah penokohan lebih luas dari tokoh dan perwatakan sebab
ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam
sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas
kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005: 165). Ada beberapa metode
penokohan. Pertama menurut Hudson (dalam Sugihastuti dan Suharto,
2010, 50) yaitu metode analitik atau metode langsung. Pengarang
melalui narator memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran, dan perasaan
tokoh. Kedua, menurut Panuti-Sudjiman (dalam Sugihastuti dan
Suharto, 2010: 51) yaitu metode tidak langsung yang disebut juga
metode ragaan atau metode dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan
pengarang melalui narator. Ketiga, menurut Kenney (dalam
Sugihastuti dan Suharto, 2010: 51) yaitu metode kontekstual. Dengan
metode ini, watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang
digunakan narator didalam mengacu kepada tokoh cerita. Dari ketiga
metode tersebut, dapat digunakan secara bersama-sama dalam
membuat sebuah novel.
c. Latar
Latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam
Nurgiyantoro, 1995: 216). Dalam hal ini latar tempat mengarah kepada
tempat terjadinya peristiwa atau jalannya cerita, kemudian latar waktu
berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa yang terjadi dalam
karya fiksi, selanjutnya latar sosial menyaran pada hal-hal kehidupan
sosial lingkungan atau masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.
Nurgiyantoro (1995: 227-236) menjelaskan unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan
mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu,
mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam
dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa
sejarah. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkungan yang cukup kompleks. Ia dapat
berupa kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan
dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, atau atas.
2. Karakterisasi Tokoh
Karakterisasi atau dalam bahasa inggris characterization, berarti
pemeranan, pelukisan watak. Metode karakterisasi dalam telaah karya sastra
adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya
fiksi (Minderop, 2005: 2). Karakterisasi akan digunakan hanya pada tokoh
utama dalam novel Keberangkatan untuk mendukung citra wanita dari tokoh
utama yaitu Elisa.
Minderop (2005: 3) berpendapat bahwa metode karakterisasi tidak
terbatas pada metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing)
semata. Metode lain yang dapat digunakan adalah telaah karakterisasi melalui
sudut pandang (point of view), melalui telaah arus kesadaran (stream of
consciousness), bahkan melalui telaah gaya bahasa (figurative language).
Pada penelitian ini hanya akan menggunakan metode langsung (telling) dan
wanita tokoh utama, namun metode tidak langsung akan lebih sering
digunakan karena dalam novel ini pengarang lebih banyak mengunakan dialog
untuk menuntun pembaca dalam memahami karakter dari tokoh dalam novel
Keberangkatan terutama tokoh utama.
Pickering dan Hoeper dalam Minderop (2005: 6) berpendapat bahwa
metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan
komentar langsung dari pengarang, sedangkan metode showing
memperlihatkan penarang menempatkan diri di luar kisahan dengan
memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk menampilkan perwatakan
mereka melalui dialog dan action. Berikut ini akan dijelaskan tentang
jenis-jenis karakterisasi menurut Minderop (2005: 8-38).
a. Metode Langsung (Telling)
Metode langsung mencakup karakterisasi melalui penggunaan
nama tokoh, melalui penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang.
1) Karakterisasi Menggunakan Nama Tokoh
Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan
untuk memebrikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta
mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang
melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh
lain.
2) Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh
Walaupun dalam kehidupan sehari-hari kita kerap kali terkecoh
penampilannya, demikian pula dalam suatu karya sastra, factor
penampilan para tokoh memegang peranan penting sehubungan
dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dimaksud misalnya,
pakaian apa yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya.
3) Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang
Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada
pengarang atau narrator dalam menentukan kisahannya. Pengarang
berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga
menembus ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh.
Pengarang tidak sekedar menggiring perhatian pembacaa terhadap
komentarnya tentang watak tokoh tetapi juga mencoba membentuk
persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.
b. Metode Tidak Langsung (Showing) 1) Karakterisasi Melalui Dialog
Karakterisasi melalui dialog terbagi atas: Apa yang dikatakan
Penutur, Jatidiri Penutur, Lokasi dan Situasi Percakapan, Jatidiri
Tokoh yang Dituju oleh Penutur, Kualitas Mental Para Tokoh, Nada
Suara, Penekanan, Dialek, dan Kosa kata Para Tokoh. Karakterisasi
melalui dialog yang akan digunakan untuk mengetahui karakterisasi
tokoh utama adalah apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, dan
kualitas mental para tokoh.
Dalam karakterisasi apa yang dikatakan penutur, pertama-tama
dialog tersebut sesuatu yang terlalu penting sehingga dapat
mengembangkan peristiwa-peristiwa dalam suatu alur atau sebaliknya.
Jati diri penutur di sini adalah ucapan yang disampaikan oleh seorang
protagonis (tokoh sentral) yang seyogyanya dianggap lebih penting
dari pada apa yang diucapkan oleh tokoh bawahan, walaupun
percakapan tokoh bawahan kerap kalo memberikan informasi krusiel
yang tersembunyi mengenai watak tokoh lainnya.
2) Karakterisasi Melalui Tindakan Para Tokoh (Tingkah Laku)
Membangun watak dengan landasan tingkah laku penting bagi
pembaca untuk mengamati secara rinci berbagai peristiwa dalam alur
karena peristiwa-peristiwa tersebut dapat mencerminkan watak para
tokoh, kondisi emosi dan psikis – yang tanpa disadari – mengikutinya
serta nilai-nilai yang ditampilkan. Berikut adalah tingkah laku yang
sering ada dalam karakterisasi melalui tindakan para tokoh: rasa
percaya dirinya melemah, rasa tak berdaya terus meningkat, walaupun
pandai dan dapat menempatkan diri dalam pergaulan tetap merasa
tidak diterima di lingkungannya, selalu merasa dikucilkan oleh
lingkungannya dan merasa kesepian dan sendiri, watak riang gembira,
namun kadang-kadang berubah sangat nakal.
3. Citra Wanita
Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang
diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang
merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku
keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukan “wajah” dan ciri khas wanita
(Sugihastuti, 2000: 7).
Citra wanita dapat digambarkan sebagai mahluk individu dan mahluk
sosial, hal ini didukung oleh pendapat Sugihastuti (2000: 46) bahwa wanita
dicitrakan sebagai mahluk individu, yang beraspek fisis dan psikis, dan
sebagai mahluk sosial, yang beraspek keluarga dan masyarakat. Citra wanita
dapat diuraikan menjadi dua bagian yaitu citra diri wanita dan citra sosial
wanita yang akan diambil dari pendapat Sugihastuti yang diuraikan sebagai
berikut.
a. Citra Diri Wanita
Citra diri wanita merupakan sosok individu yang mempunyai
pendirian dan pilihan sendiri. Wanita juga mempunyai kemampuan untuk
berkembang membangun dirinya. Berdasarkan pada pola pilihannya
sendiri, wanita bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai mahluk
individu (Sugihastuti, 2000: 113).
Pada dasarnya citra diri wanita terbangun atas citra fisis dan citra
psikis wanita. Dari aspek fisis, citra diri wanita itu khas dilihat melalui
pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya, yang tidak
dialami oleh pria, misalnya pengalaman sobeknya selaput dara, melahirkan
dan menyusui anaknya (Sugihastuti, 2000:112). Sugihastuti (2000: 94)
berpendapat bahwa citra fisis wanita antara lain diwujudkan ke dalam fisik
fisik wanita dewasa, misalnya saja pecahnya selaput dara, melahirkan dan
menyusui anak, serta kegiatan-kegiatan sehari-hari, antara lain kegiatan
domestik kerumahtanggaan.
Wanita sebagai mahluk individu, selain terbentuk oleh aspek fisis
juga terbentuk oleh aspek psikis. Ditinjau dari aspek psikisnya, wanita
juga mahluk psikologis, mahluk yang berpikir, berperasaan, dan
beraspirasi (Sugihastuti, 2000: 95). Dalam aspek psikis, kejiwaan wanita
dewasa ditandai antara lain oleh sikap pertanggungjawaban atas nasib
sendiri, dan atas pembentukan sendiri (Kartono dalam Sugihastuti,
2000:100).
Aspek psikis wanita dapat tercitrakan dari gambaran pribadi.
Gambaran pribadi wanita dewasa itu secara karakteristik dan normatif
sudah terbentuk dan relatif stabil sifatnya (Kartono dalam Sugihastuti,
2000: 101). Dengan kestabilan ini dimungkinkan baginya untuk memilih
relasi sosial yang sifatnya juga stabil, misalnya perkawinan, pilihan sikap,
pilihan pekerjaan, dan sebagainya (Sugihastuti, 2000: 102). Wanita secara
psikis bersifat lebih praktis, lebih langsung, dan meminati segi-segi
kehidupan yang kongkret dan sifatnya segera. Citra psikis wanita tidak
saja langsung berkaitan dengan citra fisis, namun juga dengan caranya
berpakaian. Pakaian dapat mencitrakan kepribadian seseorang karena
pakaian memberi kepuasaan emosional (Sugihastuti, 2000: 109).
Sugihastuti (2000: 152) berpendapat bahwa dalam batas-batas
psikologis, yang berpikir, berperasaan, dan beraspirasi. Aspek psikis
wanita tidak dapat dipisahkan dengan aspek fisisnya. Aspek fisis dan
aspek psikis inilah yang membentuk citra diri wanita sebagai mahluk
individu yang mempunyai konsep diri. Wanita mempunyai kesadaran
dalam dirinya sendiri, yang lain dengan pria. Kesadaran dan persepsi diri
terhadap karakteristik fisik dan psikis ini mempengaruhi penilaian dan
pengalaman hidupnya.
b. Citra Sosial Wanita
Pada dasarnya citra sosial wanita merupakan citra wanita yang erat
hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu
kelompok masyarakat, tempat wanita menjadi anggota dan berhasrat
mengadakan hubungan antarmanusia. Kelompok masyarakat itu adalah
kelompok keluarga dan kelompok masyarakat luas. Dalam aspek keluarga
misalnya, wanita berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota
keluarga, masing-masing peran mendatangkan konsekuensi sikap sosial,
yang satu dengan yang lainnya bergayutan (Sugihastuti, 2000: 143).
Citra sosial wanita juga merupakan masalah pengalaman diri,
seperti dicitrakan dalam diri wanita dan citra sosialnya.
Pengalaman-pengalaman inilah yang menentukan interaksi sosial wanita dalam
masyarakat, atas pengalaman diri itulah maka wanita bersikap, termasuk
ke dalam sikapnya terhadap laki-laki. Dalam hubungan orang-seorang
diantaranya. Dalam posisi demikian, wanita ingin menyuarakan
pendapatnya, memanifestokan pendapatnya (Sugihastuti, 2000: 144).
Citra sosial wanita dapat diklarifikasikan ke dalam citra wanita
dalam keluarga dan citra wanita dalam masyarakat. Citra sosial wanita
dalam keluarga tercitrakan dari aspek fisis dan psikisnya, salah satu peran
yang menonjol daripadanya adalah peran wanita dalam keluarga
(Sugihastuti, 2000: 122). Citra wanita dalam aspek keluarga digambarkan
sebagai seorang istri, seorang ibu, dan anggota keluarga semuanya
memberikan suatu konsekuensi yang saling berhubungan. Sebagai istri
misalnya, wanita mencintai suaminya, sebagai ibu memberikan kasih
sayang kepada anak-anaknya, dan sebagai anggota keluarga menyayangi
seluruh anggota keluarga.
Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya membutuhkan
manusia lain, sama halnya wanita juga membutuhkan hubungan sosial
dengan manusia lain. Sikap sosial adalah konsistensi individu dalam
memberikan respons terhadap objek-objek sosial, termasuk terhadap pria
sebagai pasangan jenis (Sugihastuti, 2000: 132). Banyak gagasan
tradisional dan stereotip tentang wanita dan peranan mereka dicitrakan
oleh data, martabat wanita dicitrakan rendah. Ada anggapan bahwa wanita
itu kurang memiliki kemampuan, bodoh, dan acuh tak acuh terhadap
lingkungan mereka (Sugihastuti, 2000: 133).
Stereotip-stereotip tradisional masih menandai citra sosial wanita
antara lain mengatakan bahwa wanita sudah sewajarnya hidup terbatas
dalam lingkungan rumah tangga. Dalam citra masyarakat wanita melihat
dan merasakan bahwa ada superioritas pria, ada kekuasaan laki-laki atas
wanita. Dalam posisi demikian ini, wanita sadar atau tidak sadar menerima
dan menyetujuinya sebagai sesuatu yang semestinya terjadi (Sugihastuti,
2000: 135-136).
Citra wanita dalam sikap sosialnya terbentuk karena pengalaman
pribadi dan budaya. Wanita menolak terhadap stereotip-stereotip
tradisional yang menyudutkannya ketempat yang tidak bahagia.
Pengalaman pribadi wanita mempengaruhi penghayatannya dan
tanggapannya terhadap ransangan sosial, termasuk terhadap lawan
jenisnya. Tanggapan itu menjadi salah satu terbentuknya sikap wanita
dalam aspek sosial (Sugihastuti, 2000: 142).
4. Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam
menumbuhkan karakter siswa. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan
secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu
ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan
cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
Rahmanto (1988: 15) berpendapat apabila karya-karya sastra dianggap tidak
berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami
masalah-masalah dunia nyata maka tentu saja pengajaran sastra tidak akan ada gunanya
mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran
sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki
tempat yang selayaknya.
Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan metode dan
strategi dalam memberikan materi. Hal itu akan berpengaruh terhadap
berhasilnya kegiatan belajar sehingga hasil ini harus benar-benar diperhatikan
oleh guru. Jabrohim (1994: 23) berpendapat bahwa dalam kaitannya dengan
pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengajaran itu
mencapai hasil yang sebesar-besarnya. Beberapa hal itu antara lain sudah
dikemukakan pada bagian terdahulu masalah bahan yaitu: (1) aspek
psikologis, (2) aspek lingkungan, (3) aspek taraf kemampuan, dan (4) aspek
bakat.
Jabrohim (1994: 52-53) berpendapat bahwa tujuan pengajaran sastra di
sekolah, secara umum adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan daya
apresiasi siswa. Dalam pengajaran sastra pemilihan dan penyajian bahan
pengajaran haruslah sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan tertentu.
Bahan dapat dibedakan ke dalam: bahan apresiasi sastra tidak langsung dan
apresiasi langsung. Pertama menyaran pada pengajaran teori dan sejarah yang
berfungsi untuk menunjang bahan, yang kedua secara langsung siswa
dihadapkan pada karya sastra. Jadi penekanan haruslah pada bahan apresiasi
langsung, bukan sebaliknya seperti yang terjadi di kebanyakan sekolah yang
lebih ditekankan pada pengajaran teori dan sejarah sastra (Jabrohim 1994: 53).
kesukaran, sehingga guru diharapkan lebih teliti dalam menentukan materi
sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan didasarkan dengan
acuan kurikulum dan silabus yang telah ditentukan.
Rusyana (1982: 6-8) menyebutkan tujuan sastra adalah untuk beroleh
pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Tujuan memperoleh pengalaman
sastra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) tujuan memperoleh
pengalaman dalam mengapresiasi sastra, dan (2) tujuan memperoleh
pengalaman dalam berekspresi sastra. Sedangkan tujuan memperoleh
pengetahuan tentang sastra, seperti sejarah sastra, teori sastra, dan kritik sastra.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, seorang pengajar haruslah dapat
memilih bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, karena hal ini akan
mempengaruhi minat siswa untuk belajar. Dalam memberikan materi sastra,
Jabrohim menyebutkan bahwa guru sastra yang profesional paling tidak
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) memahami benar hakikat sastra dan
tujuan pengajaran sastra, (2) memiliki minat yang besar terhadap sastra,
ditandai dengan : gemar membaca karya-karya sastra, gemar mengumpulkan
tulisan mengenai sastra, dan gemar mengikuti kegiatan sastra, (3) dapat
mengapresiasi sastra, dan (4) menguasai metode pengajaran sastra.
Rahmanto (1988: 27-33) memberikan tiga aspek penting yang tidak
boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu:
pertama dari sudut bahasa, kedua dari segi kematang jiwa (psikologis), dan
a. Bahasa
Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh
masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara
penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu
penulisan karya sastra itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau
pengarang. Oleh karena itu, agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil,
guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan (atau semacam bakat)
khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai
dengan tingkat penguasaan bahan siswanya.
Dalam praktek, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang
diperhatikan, dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang
sulit dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang guru
hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya
sehingga berdasarkan pemahaman itu guru dapat memilih materi yang
cocok untuk disajikan. Dalam usaha meneliti ketepatan teks yang terpilih,
guru hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa,
tetrapi perlu mempertimbangkan situasi dan pengertian isi wacana
termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Di samping itu, perlu juga
diperhatikan cara penulis menuangkan ide-idenya dan hubungan antar
kalimat dalam wacana itu sehingga pembaca dapat memahami kata-kata
b. Psikologi
Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju ke kedewasaan
ini melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Dalam
memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis
ini hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar
pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak
hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya
terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama,
dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang
dihadapi.
Berikut ini merupakan tingkatan perkembangan psikologis
anak-anak sekolah dasar dan menengah:
1) Tahap pengkayal (8 sampai 9 tahun)
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi
masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
2) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)
Tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke
realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat
sederhana, tapi pada tahap ini anak telah menyenangi ceritera-ceritera
kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.
3) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)
Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia
terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan
teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan
yang nyata.
4) Tahap generalisasi ( 16 tahun dan selanjutnya)
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal
praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep
abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis
fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab
utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran
filasafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
Pembelajar SMA termasuk kedalam tahap yang keempat, yaitu
tahap generalisasi. Pada masa ini anak-anak sudah mempunyai
kemampuan untuk menggeneralisasikan suatu masalah, menentukan sebab
pokok dari suatu masalah.
c. Latar Belakang Budaya
Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra
dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang
kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh
yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan
mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian,
secara umum, guru sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya
dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan di wujudkan dalam
bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang relevan
dengan hasil analisis novel Keberangkatan dan akan didasarkan pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Relevan memiliki arti
hubungan atau kaitan (KBBI, 2005: 1190). KTSP merupakan kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan (Muhaimin, dkk, 2008: 2). Muslich (2007: 17) juga
mengungkapkan tentang KTSP, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan/sekolah.
Muslich (2007: 29- 32) mengungkapkan KTSP ada empat komponen
yang disusun oleh BSNP, yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhal mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Stuktur dan Muatan KTSP
Struktur KTSP pada jenjang pendidikan menengah tertuang dalam Standar
Isi yang dikembangkan oleh kelompok mata pelajaran. Muatan KTSP
meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya
c. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan
masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Standar Isi.
d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah guru bisa
mengembangkan RPP yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) bagi siswanya.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar
(Muslich, 2007: 23). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam
pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana
pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem
penilaian (Muslich, 2007: 24).
Muslich (2007: 28-30) menyebutkan bahwa terdapat tujuh langkah
teknis dalam pengembangan silabus, yaitu: (1) mengkaji standar kompetensi
dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok, (3)
mengembangkan pengalaman belajar, (4) merumuskan indikator keberhasilan
menentukan sumber belajar. Selain langkah-langkah tersebut, Muslich (2007:
31-37) juga menyebutkan beberapa komponen-komponen silabus berdasarkan
langkah-langkah pengembangan silabus, yaitu: (1) komponen identifikasi, (2)
komponen standar kompetensi, (3) komponen kompetensi dasar, (4)
komponen materi pokok, (5) komponen pengalaman belajar, (6) komponen
indikator, (7) komponen jenis penilaian, (8) komponen alokasi waktu, (9)
komponen sumber belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 45). RPP merupakan salah satu
pegangan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, agar
pembelajaran di kelas dapat terprogram seperti yang telah direncanakan dalam
RPP. Secara teknis, Muslich (2007: 53) menyebutkan bahwa rencana
pembelajaran minimal mencakup komponen berikut, (1) standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) tujuan
pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode
pembelajaran, (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber
belajar, (7) evaluasi belajar.
Muslich (2007: 46) mengungkapkan langkah yang patut dilakukan
guru dalam menyusun RPP, yaitu:
a. Ambillah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam
b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit
tersebut.
c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
d. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
tersebut.
e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
f. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
g. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan
tujuan pembelajaran.
h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan
rumusan tujuan pembelajaran, yang bias dikelompokkan menjadi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua
jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari
satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada
satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.
j. Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran
secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.
k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrument penilaian yang
digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan
31 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel
Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra
Di SMA ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang diambil berupa
kata-kata dan bertujuan untuk mendeskripsikan citra wanita yang terdapat
pada novel tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
(Moleong, 2006: 6).
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hal ini dikarenakan
data penelitiannya berupa kata-kata, bukan angka, dan wujud penelitiannya
adalah menggunakan deskriptif yang menghasilkan data tertulis. Metode
deskriptif juga dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada
saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi, 2005: 73). Ratna (2004: 53) juga menyebutkan bahwa metode
deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta
Penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)
berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, (2) menguraikan satu
variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, dan (3)
variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan (treatment)
(Kountur, 2003: 105-106).
B. Data dan Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Keberangkatan karya
Nh. Dini, terbitan PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, tahun 1977, sedangkan
data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat dan paragraf dalam novel
tersebut yang menggambarkan citra wanita yang di fokuskan pada tokoh
utama yaitu tokoh Elisa.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan
menggunakan teknik simak dan catat. Peneliti menyimak atau membaca
secara keseluruhan isi novel yaitu novel Keberangkatan karya Nh. Dini.
Teknik catat yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mencatat satu persatu
kutipan yang menunjukkan gambaran tokoh utama, tokoh tambahan, dan
tentang citra wanita tokoh utama Elisa.
Berdasarkan kedua teknik tersebut, peneliti memperoleh dari sumber
tertulis. Sumber tertulis merupakan segala buku-buku kesusastraan yang
berkatian dengan teori tentang citra wanita khususnya pada novel
D. Teknik Analisis Data
Menurut Seiddel (dalam Moleong, 2006: 248) analisis data kualitatif
prosesnya berjalan sebagai berikut: (1) mencatat yang menghasilkan catatan
lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat
ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir,
dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan
menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan
umum.
Penelitian citra wanita yang objeknya merupakan novel
Keberangkatan karya Nh. Dini hanya akan mengacu pada citra wanita tokoh
utama yaitu Elisa. Djajanegara (2000: 30) berpendapat bahwa pengkritik
feminis mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas
masyarakat yang tertindas. Sofia (2009: 21) mengungkapkan bahwa dalam
reading as a woman seorang penganalisis menghadapi suatu karya dengan
berpijak pada kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang berbeda yang
mempengaruhi dan banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan
kehidupan.
Berdasarkan teori di atas, setelah data diperoleh, peneliti akan
menganalisis data tersebut. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan novel yang dijadikan objek, yaitu novel Keberangkatan karya
2. Melakukan studi pustaka dengan mencari dan mengumpulkan teori dari
berbagai sumber, seperti buku, majalah, dan internet yang berkaitan dan
relevan dengan penelitian ini.
3. Mengidentifikasi tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
4. Mendeskripsikan latar, tokoh, dan penokohan dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
5. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama “Elisa” dalam novel
Keberangkatan karya Nh. Dini berdasarkan citra diri dan citra sosial.
6. Merelevansikan hasil analisis kedalam pembelajaran sastra di SMA.
7. Menarik kesimpulan.
35 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai data tokoh dan penokohan
Elisabet serta tokoh lain, kemudian latar dalam cerita novel Keberangkatan
karya Nh. Dini secara keseluruhan. Data yang dianalisis berupa kalimat dan
paragraf yang dikutip dari novel Keberangkatan yang menunjukkan tokoh
utama Elisa dan tokoh tambahan, penokohan tokoh utama Elisa dan tokoh
tambahan, serta latar cerita dalam novel tersebut. Pembahasan tentang citra
wanita tokoh utama Elisa akan dibahas pada bab V.
B. Analisis Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah rekaan individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79), kemudian
penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh
(Sudjiman, 1992: 23).Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan analisis
tokoh dan penokohan dalam novel Keberangkatan yaitu Elisa, Ibu Elisa, Ayah
Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi,
Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, Gail.
1. Analisis Tokoh a. Tokoh Elisa
Elisa merupakan wanita keturunan Indo. Hal ini ditunjukkan
(1) Aku satu-satunya anak Indo di asrama. Sebutan itu kudengar membuntuti keterangan yang diucapkan teman sepondokan kepada pengunjungnya (hlm. 39).
(2) “Ah, kau jangan khawatir. Gadis Indo banyak yang menyukai,” kata Lansih lagi. “Apalagi kau banyak pilihan.” (hlm. 49).
(3) Bukankah gadis Indo terkenal bebas? Lebih berani dari wanita Indonesia asli? Aku tidak akan mendapatkan kesukaran mendekati lelaki pegawai seperusahaan, baik di kantor kemayoran maupun anggota awak yang berkedudukan dengan jaminan ekonomi yang sesuai dengan hasratku (hlm. 163).
Elisa juga merupakan seorang pramugari. Hal tersebut
dibuktikan dalam kutipan berikut ini.
(4) Seharian tidak berhentinya aku hilir mudik melayani penumpang. Kakiku pegal gemetar. Lebih-lebih hari itu aku terbang dengan rekan yang kurang cocok. Dengan pesawat yang sama, jika tidak penuh, biasa dilayani seorang pramugari (hlm. 25).
(5) Sejak perusahaan tempatku bekerja ditinggalkan pegawai-pegawai bangsa Belanda, perkampungan Rajawali menjadi kosong. Seperti kata Lansih, rumah-rumah itu diutamakan bagi keluarga-keluarga dan penerbang-penerbang bersama petugas udara lain yang berkedudukan penting. Seorang pramugari bukan apa-apa dibandingkan dengan mereka. Tetapi dengan penuh kepercayaan, aku turut mendaptarkan nama guna mendapat perumahan yang layak dan lebih longgar (hlm. 41).
(6) “Anda juga ingin terbang dengan rombongan Presiden?” “Tentu saja ingin. Saya kira semua pramugari ingin mendekati orang-orang penting dari pemerintahan atau dari dunia pertunjukan. Lebih-lebih Presiden!” (hlm. 62-63).
Elisa senang berdansa. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan
berikut.
(8) Anna dan aku berdansa. Kami menghargai segala gerak berirama, begitu pula musiknya (hlm. 50).
(9) Kami berdansa. Untuk pertama kalinya sejak aku bisa mengikuti irama musik dengan gerak-gerak tertentu itu, aku merasa canggung berada dalam pelukan seorang lelaki (hlm. 63).
Elisa seorang yang berbadan langsing. Hal itu dapat dilihat
dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
(10) “Seandainya kau kurus atau berbadan langsing seperti Elsye, tentu saja semuanya pantas.’ (hlm. 15).
Berdasarkan kutipan tentang tokoh Elisa diatas dapat
dirangkum bahwa Elisa merupakan wanita Indo yaitu keturunan
Indonesia Belanda yang senang berdansa.Ia bekerja sebagai seorang
pramugari yang berbadan langsing.
b. Tokoh Ibu Elisa
Ibu Elisa adalah seorang Ibu yang manis mukanya dan amat
menarik badannya semasa muda. Hal ini ditunjukkan pada kutipan
berikut ini.
(11) Tetapi kata orang, semasa mudanya, Ibu menjadi intaian kebanyakan laki-laki. Selain mukanya yang manis, badannya amat menarik.
c. Tokoh Ayah Elisa
Ayah Elisa merupakan Ayah Tiri, ia adalah Paman Elisa.Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut.
d. Tokoh Kakak Elisa
Kakak Elisa adalah kakak perempuan Elisa. Ia merupakan
seorang Ibu rumah tangga dan mempunyai lima anak. Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(13) “Sebenarnya ada, kakak perempuan. Tetapi sudah bertahun-tahun saya tidak bertemu. Dia bercekcok dengan Ibu, lalu tidak pernah mengunjungi kami lagi.” (hlm. 60).
(14) “Aku tidak menanyakannya. Tapi kata Rudi, anak kakakmu lima sekarang.” (hlm. 87).
(15) Kesibukan yang tidak begitu nampak dari luar itu seringkali menyergap kami, ibu-ibu rumah tangga (91).
e. Tokoh Silvi
Silvi adalah adik Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan
berikut.
(16) Aku merangkulkan lengan pada leher adikku. Tanpa berkata-kata lagi, kami berpelukan. Lalu Silvi memegang tanganku dan tidak dilepaskannya (hlm. 10).
f. Tokoh Teo
Teo adalah adik Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan
berikut.
(17) “Baik-baik dengan Silvi, Teo!” “Tentu saja,” jawab adikku (hlm. 11).
g. Tokoh Lansih
Lansih adalah kawan Elisa, dia juga merupakan seorang
pramugari yang bekerja satu perusahaan dengan Elisa. Hal itu
(18) Keluar dari lingkungan kerja, dia menjadi manusia biasa yang sipat-sipatnya dapat sesuai dengan pokok-pokok pendirian yang kuanut. Kami menjadi kawan baik (hlm. 23).
(19) Kutarik Silvi mendekati pintu. Salah seorang pramugari yang kukenal dengan baik. “Kutunggu kau di bagian Pasasi tadi,” kata Lansih ketika melihatku mendekati (hlm. 16).
h. Tokoh Wati
Wati merupakan anak buah Lansih. Wati dapat mengatur
urusan rumah tangga dengan baik.Hal itu ditunjukkan pada kutipan
berikut ini.
(20) Selama dua bulan kami berhemat sejauh mungkin. Lalu dengan tidak disangka-sangka, seorang anak buah Lansih bertanya apakah dapat tinggal bersama kami (hlm. 47).
(21) Selanjutnya dia mengganti Lansih dalam urusan rumah tangga. Meskipun umurnya lebih muda dari Lansih, kecekatannya mengatur segala yang bersangkutan dengan urusan rumah melebihi kami bertiga (hlm. 47-48).
i. Tokoh Anna
Anna adalah teman satu rumah Elisa. Hal itu dapat ditunjukkan
pada kutipan berikut.
(22) “Ya, itu tidak mengapa. Soalnya, serumah dengan siapa.” “Siapa nama-nama temanmu yang mandaftarkan?” Kuberikan nama-nama Lansih, Anna, dan seorang pramugari darat lagi, teman Lansih, Kumayas mencatatnya pada sehelai kertas di atas meja (hlm. 42).
Anna juga merupakan seorang pramugari, ia juga bersekolah
pharmasi. Hal itu dapat ditunjukkan pada kutipan berikut. (23) Bekerja sebagai pramugari udara tampak megah