• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

Herbangun, Vincentius. Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Novel Keberangkatan karya Nh. Dini dipilih untuk meneliti citra wanita tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan untuk mengetahui citra wanita tokoh utama dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis yang digunakan untuk mengungkapkan tokoh, penokohan, latar, dan citra wanita tokoh utama. Langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis tokoh, penokohan, latar, serta citra wanita tokoh utama, (2) mendeskripsikan citra wanita tokoh utama berdasarkan citra diri dan citra sosial, (3) merelevansikan hasil penelitian citra wanita dengan pembelajaran di SMA.

(2)

Herbangun, Vincentius. The Woman Image of Main Character in The Novel Keberangkatan by Nh. Dini and Its Relevance in The Literature Learning at Senior High School. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma University.

A novel Keberangkatan written by Nh. Dini is chosen to analyse the main character's personality. The purpose of this study is to describe and analyse the character, characterisations, and settings of this novel to find out the image of the main character and relevances of literature in Senior High School.

This study is considered as a qualitative research. This study uses a descriptive and analyse method that is used to reveal characters, characterisations, settings, and images of the main character. The steps are used to (1) analyse characters, characterisations, settings, and images of the main character, (2) describe images of the main character based on her personality and sociality, (3) find out the relevances of this study to class activities in Senior High School.

(3)

CITRA WANITA TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL KEBERANGKATAN KARYA NH. DINI

DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Vincentius Herbangun

081224034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

CITRA WANITA TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL KEBERANGKATAN KARYA NH. DINI

DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Vincentius Herbangun

081224034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Yesus Kristus yang telah memberi berkat

atas usaha saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Orang tua saya, Yustinus Yukatman (alm.) dan Theodora Sugiarti yang telah

menjadi orang tua terbaik bagi saya, terima kasih atas kasih sayang, dorongan

semangat, dorongan materi, serta doa yang tiada henti-hentinya selama ini.

Kakak saya, Aquilina Hindaryati, Fransiska Emilia, Tatiana Endah Swasaning

(8)

v MOTTO

Masa depan yang sukses ada ditanganmu sendiri, berusaha dan berdoalah maka

masa depan yang sukses itu akan dapat dicapai seiring berjalannya waktu.

Jangan pernah menyerah, buanglah kemalasanmu, dan semangatlah karena pada

akhirnya semangat akan memberikan hasil yang lebih baik.

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu. Mintalah, maka akan diberikan

kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan

dibukakan padamu. (Lukas 11: 9)

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Herbangun, Vincentius. Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Novel Keberangkatan karya Nh. Dini dipilih untuk meneliti citra wanita tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan untuk mengetahui citra wanita tokoh utama dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis yang digunakan untuk mengungkapkan tokoh, penokohan, latar, dan citra wanita tokoh utama. Langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis tokoh, penokohan, latar, serta citra wanita tokoh utama, (2) mendeskripsikan citra wanita tokoh utama berdasarkan citra diri dan citra sosial, (3) merelevansikan hasil penelitian citra wanita dengan pembelajaran di SMA.

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) tokoh Elisa merupakan tokoh utama, sedangkan tokoh tambahan dalam novel ini adalah Ibu Elisa, Ayah Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, Gail, (2) citra wanita tokoh utama Elisa terbentuk dari citra diri dan citra sosial. Citra diri tokoh Elisa dari aspek fisis tergambar melalui peristiwa kegiatan sehari-hari, kerumahtanggaan, dan menjaga penampilan, sedangkan aspek psikis tokoh Elisa tergambar sebagai wanita yang kuat mempertahankan pendiriannya, selalu berpikir angan-angan perkawinan, sikap tanggung jawab atas nasib diri sendiri, dan sifatnya relatif stabil. Citra sosial tokoh Elisa dalam aspek keluarga tergambar dari perannya sebagai anggota keluarga, sedangkan dalam aspek masyarakat digambarkan bahwa Elisa gemar bersosialisasi karena mempunyai banyak kerabat dan merasakan superioritas pria terhadapa wanita dalam kehidupan sehari-hari, (3) relevansi novel Keberangkatan

(12)

ix

A novel Keberangkatan written by Nh. Dini is chosen to analyse the main character's personality. The purpose of this study is to describe and analyse the character, characterisations, and settings of this novel to find out the image of the main character and relevances of literature in Senior High School.

This study is considered as a qualitative research. This study uses a descriptive and analyse method that is used to reveal characters, characterisations, settings, and images of the main character. The steps are used to (1) analyse characters, characterisations, settings, and images of the main character, (2) describe images of the main character based on her personality and sociality, (3) find out the relevances of this study to class activities in Senior High School.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penulis mendapatkan pelajaran yang baik saat menyusun skripsi ini, karena pada saat penyusunan skripsi terdapat hambatan dan masalah yang dirasakan oleh penulis. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran yang besar manfaatnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., yang telah membimbing, memberi motivasi dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para Dosen PBSI yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

(14)

xi

7. Bapak Yustinus Yukatman (alm.) dan Ibu Theodora Sugiarti yang telah memberikan doa dan mendukung penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi serta saat berkuliah di Universitas Sanata Dharma.

8. Kakak-kakakku Aquilina Hindaryati, Fransiska Emilia, Tatiana Endah Swasaning yang telah memberikan bantuan, doa, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman PBSID angkatan 2008 terutama Yusuf Budi Wirawan, Tri Novi Aji, Nopin, Kristiyanti, Elisabeth Citra, dan Jesicca Vita, terima kasih atas pertemanan selama ini, dukungan, serta doanya.

10.Teman-teman UKM Sexen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak pengalaman dan menjadi teman yang luar biasa.

11.Bernadheta Indri A.W. yang selalu mendukung dan membantu selama proses penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekukarangan. Walaupun demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat berguna bagi penulis.

Yogyakarta, 3 Desember 2013

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1. Pendekatan Unsur Intrinsik ... 9

(16)

3. Citra Wanita ... 16

a. Citra Diri Wanita ... 17

b. Citra Sosial Wanita ... 19

4. Pembelajaran Sastra di SMA ... 21

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Data dan Sumber Data ... 32

C. Teknik Pengumpulan Data ... 32

D. Teknik Analisis Data ... .. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR ... 35

A. Deskripsi Data ... 35

B. Analisis Tokoh dan Penokohan ... 35

1. Analisis Tokoh ... 35

2. Analisis Penokohan ... 42

3. Analisis Krakterisasi Tokoh ... 67

C. Analisis Latar ... 73

1. Analisis Latar Tempat ... 73

2. Analisis Latar Waktu ... 76

3. Analisis Latar Sosial ... 79

(17)

B. Relevansi novel Keberangkatan sebagai Bahan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ... 93

1. Aspek Bahasa ... 93

2. Aspek Kematangan Jiwa (Psikologis) ... 95

3. Aspek Latar Belakang Budaya Siswa ... 96

4. Novel Keberangkatan sebagai Bahan Pembelajaran ... 98

5. Silabus ... 100

6. RPP ... 101

BAB VI PENUTUP ... 109

A. Kesimpulan ... 109

B. Implikasi ... 112

C. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN ... 116

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sinopsis novel Keberangkatan karya Nh. Dini ... 117 Lampiran 2. Biodata Penulis ... 120

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pelajaran bahasa Indonesia

menuntut siswa untuk menguasai keterampilan berbahasa secara seimbang.

Menurut Rahmat Djoko Pradopo dalam Jabrohim (2003: 69) karya sastra

merupakan bagian dari karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai

mediumnya.

Masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia saat ini sudah sering

digambarkan melalui karya sastra, baik secara tertulis maupun lisan yang

bertujuan untuk mendokumentasikan pengalaman tentang hidup. Hal ini

didukung oleh pendapat Djojosuroto (2006: 17) yang mengungkapkan bahwa

karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang

dipadu dengan imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan

pengamatan atas kehidupan itu sendiri. Selain itu, Damono (1977: 1)

memaparkan bahwa karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati,

dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Terdapat berbagai bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel.

Novel adalah cerita berbentuk prosa yang ukurannya luas. Luas yang

dimaksud adalah mempunyai cerita yang terkonsep dan tokoh serta latarnya

(20)

akan terhibur oleh jalan ceritanya saja, namun akan mengerti apa yang ingin

disampaikan oleh pengarang. Membaca novel juga dapat memberikan

berbagai informasi, pembaca juga dapat mengambil nilai-nilai positif maupun

negatif dengan mengamati tokoh dan jalan cerita yang ada dalam novel

tersebut. Selain itu, sebuah novel juga dapat dijadikan sebagai materi dalam

pembelajaran di kelas guna membangun karakter siswa.

Berbicara tentang wanita dalam dunia sastra pasti tak terlepas dari

kritik sastra feminis dan juga citra wanita. Sugihastuti dan Suharto (2010: 6)

mengutarakan faham feminis ini lahir dan mulai muncul pada sekitar akhir

1960-an di barat, dengan beberapa faktor penting yang mempengaruhinya.

Sejak akhir 1960-an studi kritik sastra feminis menjadi salah satu pilihan yang

menarik. Abrams dalam Sofia (2009: 24) mengungkapkan bahwa citra

merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat

kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh

kata-kata. Selanjutnya Sugihastuti (2000: 7) mengungkapkan bahwa citra wanita

merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukan “wajah” dan ciri khas

wanita.

Novel Keberangkatan karya Nh. Dini merupakan novel yang

menceritakan tentang kehidupan seorang gadis Indo dengan segala masalah

yang dihadapinya selama ia hidup bersama maupun setelah berpisah dengan

keluarganya. Segala permasalahan hidup maupun masalah percintaan yang

(21)

ini menarik untuk diteliti karena cerita yang ada dalam novel ini mempunyai

nilai – nilai yang dapat membangun karakter siswa dalam sebuah proses

pembelajaran. Selain itu, novel Keberangkatan mengandung unsur citra

wanita yang menarik untuk diteliti.

Dalam rangka analisis suatu karya sastra, peneliti tertarik untuk

menganalisis novel Keberangkatan karya Nh. Dini karena dalam novel ini

mengandung unsur wanita yang sangat kuat untuk dijadikan objek penelitian

tentang citra wanita. Cerita yang ada dalam novel Keberangkatan ini

mengangkat seorang wanita yang mencoba untuk mengatasi sendiri semua

masalah hidupnya mulai dari masalah keluarga sampai dalam lingkungan

masyarakat dan itu merupakan suatu gambaran bahwa tokoh utama tentang

keseharian tokoh terutama utama. Peneliti hanya akan membatasi penelitian

pada tokoh utama yaitu tokoh Elisa karena citra wanita tampak pada tokoh

Elisa yang mencoba untuk hidup mandiri jauh dari keluarga karena

ketidakcocokan pada keluarga terutama pada Ibunya . Citra wanita yang akan

diuraikan adalah citra diri dan citra sosial perempuan.

Judul yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah : “Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan

Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA”. Peneliti akan meneliti

judul tersebut dengan menggunakan kajian feminis dan hasil deskripsi dari

penelitian ini akan direlevansikan dalam bahan ajar pembelajaran sastra di

SMA dan diharapkan siswa dapat memahami nilai – nilai pendidikan untuk

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah deskripsi tokoh, penokohan, dan latar dalam novel

Keberangkatan karya Nh. Dini?

2. Bagaimanakah citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan

karya Nh. Dini?

3. Bagaimanakah relevansi analisis citra wanita tokoh utama dalam novel

Keberangkatan karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan

karya Nh. Dini.

2. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan

karya Nh. Dini.

3. Mendeskripsikan relevansi citra wanita tokoh utama novel Keberangkatan

karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA.

D. Batasan istilah

Ada beberapa batasan istilah yang digunakan untuk menghindari

kesalahpahaman, yaitu: citra, wanita, citra wanita, tokoh, penokohan, latar,

(23)

1. Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan

lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang

dibangkitkan oleh kata-kata (Abrams dalam Sofia, 2009: 24).

2. Wanita adalah perempuan dewasa (Depdiknas, 2005: 1268).

3. Citra Wanita merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan

tingkah laku keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukkan “wajah”

dan ciri khas wanita (Sugihastuti, 2000: 7).

4. Tokoh ialah rekaan individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan

dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman 1990: 16).

5. Penokohan adalah penyajian watak, penciptaan citra, atau pelukisan

gambaran tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh cerita

(Sudjiman dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010: 50).

6. Latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:

216).

7. Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan

manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan

merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Santosa dan Sri

Wahyuningtyas, 2010: 47).

8. Pembelajaran Sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila

(24)

meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan

menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut.

1. Bagi Peneliti Sastra

Memberikan sumbangan dalam bidang sastra agar dapat memperkaya

pengetahuan tentang analisis citra wanita novel Keberangkatan karya Nh.

Dini.

2. Bagi Guru Bahasa Indonesia

Memberikan suatu referensi karya sastra yang dapat digunakan sebagai

bahan pembelajaran sastra di SMA.

F. Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu pada bab I Pendahuluan, bab

II Landasan Teori, bab III Metodologi Penelitian, bab IV Hasil Penelitian dan

Pembahasan Tokoh, Penokohan dan Latar, bab V Analisis Citra Wanita Tokoh

Elisa dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA, kemudian bab VI

Penutup. Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab

II berisi tinjauan pustaka dan kajian teori. Bab III berisi jenis penelitian,

metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,

(25)

penokohan, dan latar. Bab V berisi analisis citra wanita, relevansi citra

wanita dalam pembelajaran sastra di SMA. Bab VI berisi kesimpulan,

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pengetahuan peneliti, analisis kritik sastra feminis

terhadap novel Keberangkatan karya Nh. Dini belum pernah dilakukan.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Oktavianus Rendi (2011) dan Marietta Sri Hermawatiningsih (2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus Rendi (2011), yaitu

Feminisme Tokoh Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya

Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif kualitatif. Permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

karakter feminis tokoh perempuan yaitu berani melawan, berani mengutarakan

pendapat, berani bertanya, berpendidikan dan mandiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Marietta Sri Hermawatiningsih (2010),

berjudul Nilai Feminis Tokoh dalam Novel Trilogi Jendela-jendela, Pintu, dan

Atap Karya Fira Basuki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai

feminis tokoh dalam novel. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan

dengan metode deskriptif kualitatif karena data-data yang diperoleh berupa

kata-kata tertulis dan hasil akhirnya berupa deskripsi nilai feminis dalam

novel. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak hanya satu tokoh yang

memiliki nilai feminis, kemudian nilai feminis tersebut diklarifikasikan

menjadi beberapa, yaitu: feminis ketulusan, kesabaran, kelembutan, kesetiaan,

(27)

Dari penelitian terdahulu di atas, terlihat bahwa penelitian citra wanita

berusaha mengangkat nilai-nilai feminis pada sosok seorang wanita untuk

mempertahankan haknya dalam berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum

wanita. Peneliti mengharapkan penelitian terdahulu dapat dijadikan bahan

referensi dengan penelitian ini, karena penelitian terdahulu sangat erat

kaitannya dengan penelitian dengan tinjauan kritik sastra feminis.

B. Kajian Teori

1. Pendekatan Unsur Intrinsik

Dalam meneliti sebuah karya sastra terutama novel pasti tidak

terlepas dari struktur karya sastra yang strukturnya dijelaskan oleh unsur

intrinsik. Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar

unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling

mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh

(Nurgiyantoro, 2005: 36). Unsur-unsur pembentuk novel tersebut meliputi

tema, alur, tokoh, dan latar.

Sebelum menganalisis karya sastra dengan kritik sastra tertentu, hal

yang harus dipahami terlebih dahulu adalah unsur pembentuk karya sastra

tersebut. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna cerita yang

disampaikan tidak dapat ditangkap secara utuh. Pembahasan struktur

dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini hanya akan dibatasi pada

unsur tokoh, penokohan, latar, karena unsur tesebut merupakan unsur yang

(28)

a. Tokoh

Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik yang penting

dalam sebuah karya sastra. Tokoh menunjuk pada seseorang sebagai

pelaku cerita. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) memaparkan

tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas

moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam

ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Panuti Sudjiman

(1990: 79) juga menyebutkan bahwa tokoh merupakan individu

rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai

peristiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, tetapi

dapat juga berwujud binatang atau benda.

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dapat

dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

Wahyuningtyas dan Wijaya (2011: 3) mengemukakan bahwa tokoh

utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang

bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak

sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat

diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Berdasarkan pembangun

konflik cerita, terdapat tokoh protagonis dan antagonis.

Wahyuningtyas dan Wijaya (2011: 3-4) memaparkan tokoh protagonis

adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh

(29)

kita, harapan harapan kita, dan merupakan pengejawantahan

norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Adapun tokoh antagonis adalah

tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik

dan ketegangan.

b. Penokohan

Menurut Sudjiman (1992: 23) penokohan merupakan penyajian

watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh. Waluyo (1994: 164-165)

mengemukakan penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan

yang erat. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang memilih

dan menentukan tokoh-tokohnya, perwatakan berhubungan dengan

karakterisasi/watak dari tokoh-tokoh dalam cerita.

Istilah penokohan lebih luas dari tokoh dan perwatakan sebab

ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana

perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam

sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas

kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005: 165). Ada beberapa metode

penokohan. Pertama menurut Hudson (dalam Sugihastuti dan Suharto,

2010, 50) yaitu metode analitik atau metode langsung. Pengarang

melalui narator memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran, dan perasaan

tokoh. Kedua, menurut Panuti-Sudjiman (dalam Sugihastuti dan

Suharto, 2010: 51) yaitu metode tidak langsung yang disebut juga

metode ragaan atau metode dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan

(30)

pengarang melalui narator. Ketiga, menurut Kenney (dalam

Sugihastuti dan Suharto, 2010: 51) yaitu metode kontekstual. Dengan

metode ini, watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang

digunakan narator didalam mengacu kepada tokoh cerita. Dari ketiga

metode tersebut, dapat digunakan secara bersama-sama dalam

membuat sebuah novel.

c. Latar

Latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam

Nurgiyantoro, 1995: 216). Dalam hal ini latar tempat mengarah kepada

tempat terjadinya peristiwa atau jalannya cerita, kemudian latar waktu

berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa yang terjadi dalam

karya fiksi, selanjutnya latar sosial menyaran pada hal-hal kehidupan

sosial lingkungan atau masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.

Nurgiyantoro (1995: 227-236) menjelaskan unsur latar dapat

dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan

mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu,

mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam

(31)

dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa

sejarah. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup

berbagai masalah dalam lingkungan yang cukup kompleks. Ia dapat

berupa kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang

tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan

dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,

menengah, atau atas.

2. Karakterisasi Tokoh

Karakterisasi atau dalam bahasa inggris characterization, berarti

pemeranan, pelukisan watak. Metode karakterisasi dalam telaah karya sastra

adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya

fiksi (Minderop, 2005: 2). Karakterisasi akan digunakan hanya pada tokoh

utama dalam novel Keberangkatan untuk mendukung citra wanita dari tokoh

utama yaitu Elisa.

Minderop (2005: 3) berpendapat bahwa metode karakterisasi tidak

terbatas pada metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing)

semata. Metode lain yang dapat digunakan adalah telaah karakterisasi melalui

sudut pandang (point of view), melalui telaah arus kesadaran (stream of

consciousness), bahkan melalui telaah gaya bahasa (figurative language).

Pada penelitian ini hanya akan menggunakan metode langsung (telling) dan

(32)

wanita tokoh utama, namun metode tidak langsung akan lebih sering

digunakan karena dalam novel ini pengarang lebih banyak mengunakan dialog

untuk menuntun pembaca dalam memahami karakter dari tokoh dalam novel

Keberangkatan terutama tokoh utama.

Pickering dan Hoeper dalam Minderop (2005: 6) berpendapat bahwa

metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan

komentar langsung dari pengarang, sedangkan metode showing

memperlihatkan penarang menempatkan diri di luar kisahan dengan

memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk menampilkan perwatakan

mereka melalui dialog dan action. Berikut ini akan dijelaskan tentang

jenis-jenis karakterisasi menurut Minderop (2005: 8-38).

a. Metode Langsung (Telling)

Metode langsung mencakup karakterisasi melalui penggunaan

nama tokoh, melalui penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang.

1) Karakterisasi Menggunakan Nama Tokoh

Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan

untuk memebrikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta

mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang

melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh

lain.

2) Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh

Walaupun dalam kehidupan sehari-hari kita kerap kali terkecoh

(33)

penampilannya, demikian pula dalam suatu karya sastra, factor

penampilan para tokoh memegang peranan penting sehubungan

dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dimaksud misalnya,

pakaian apa yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya.

3) Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang

Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada

pengarang atau narrator dalam menentukan kisahannya. Pengarang

berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga

menembus ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh.

Pengarang tidak sekedar menggiring perhatian pembacaa terhadap

komentarnya tentang watak tokoh tetapi juga mencoba membentuk

persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.

b. Metode Tidak Langsung (Showing) 1) Karakterisasi Melalui Dialog

Karakterisasi melalui dialog terbagi atas: Apa yang dikatakan

Penutur, Jatidiri Penutur, Lokasi dan Situasi Percakapan, Jatidiri

Tokoh yang Dituju oleh Penutur, Kualitas Mental Para Tokoh, Nada

Suara, Penekanan, Dialek, dan Kosa kata Para Tokoh. Karakterisasi

melalui dialog yang akan digunakan untuk mengetahui karakterisasi

tokoh utama adalah apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, dan

kualitas mental para tokoh.

Dalam karakterisasi apa yang dikatakan penutur, pertama-tama

(34)

dialog tersebut sesuatu yang terlalu penting sehingga dapat

mengembangkan peristiwa-peristiwa dalam suatu alur atau sebaliknya.

Jati diri penutur di sini adalah ucapan yang disampaikan oleh seorang

protagonis (tokoh sentral) yang seyogyanya dianggap lebih penting

dari pada apa yang diucapkan oleh tokoh bawahan, walaupun

percakapan tokoh bawahan kerap kalo memberikan informasi krusiel

yang tersembunyi mengenai watak tokoh lainnya.

2) Karakterisasi Melalui Tindakan Para Tokoh (Tingkah Laku)

Membangun watak dengan landasan tingkah laku penting bagi

pembaca untuk mengamati secara rinci berbagai peristiwa dalam alur

karena peristiwa-peristiwa tersebut dapat mencerminkan watak para

tokoh, kondisi emosi dan psikis – yang tanpa disadari – mengikutinya

serta nilai-nilai yang ditampilkan. Berikut adalah tingkah laku yang

sering ada dalam karakterisasi melalui tindakan para tokoh: rasa

percaya dirinya melemah, rasa tak berdaya terus meningkat, walaupun

pandai dan dapat menempatkan diri dalam pergaulan tetap merasa

tidak diterima di lingkungannya, selalu merasa dikucilkan oleh

lingkungannya dan merasa kesepian dan sendiri, watak riang gembira,

namun kadang-kadang berubah sangat nakal.

3. Citra Wanita

Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang

diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang

(35)

merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku

keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukan “wajah” dan ciri khas wanita

(Sugihastuti, 2000: 7).

Citra wanita dapat digambarkan sebagai mahluk individu dan mahluk

sosial, hal ini didukung oleh pendapat Sugihastuti (2000: 46) bahwa wanita

dicitrakan sebagai mahluk individu, yang beraspek fisis dan psikis, dan

sebagai mahluk sosial, yang beraspek keluarga dan masyarakat. Citra wanita

dapat diuraikan menjadi dua bagian yaitu citra diri wanita dan citra sosial

wanita yang akan diambil dari pendapat Sugihastuti yang diuraikan sebagai

berikut.

a. Citra Diri Wanita

Citra diri wanita merupakan sosok individu yang mempunyai

pendirian dan pilihan sendiri. Wanita juga mempunyai kemampuan untuk

berkembang membangun dirinya. Berdasarkan pada pola pilihannya

sendiri, wanita bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai mahluk

individu (Sugihastuti, 2000: 113).

Pada dasarnya citra diri wanita terbangun atas citra fisis dan citra

psikis wanita. Dari aspek fisis, citra diri wanita itu khas dilihat melalui

pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya, yang tidak

dialami oleh pria, misalnya pengalaman sobeknya selaput dara, melahirkan

dan menyusui anaknya (Sugihastuti, 2000:112). Sugihastuti (2000: 94)

berpendapat bahwa citra fisis wanita antara lain diwujudkan ke dalam fisik

(36)

fisik wanita dewasa, misalnya saja pecahnya selaput dara, melahirkan dan

menyusui anak, serta kegiatan-kegiatan sehari-hari, antara lain kegiatan

domestik kerumahtanggaan.

Wanita sebagai mahluk individu, selain terbentuk oleh aspek fisis

juga terbentuk oleh aspek psikis. Ditinjau dari aspek psikisnya, wanita

juga mahluk psikologis, mahluk yang berpikir, berperasaan, dan

beraspirasi (Sugihastuti, 2000: 95). Dalam aspek psikis, kejiwaan wanita

dewasa ditandai antara lain oleh sikap pertanggungjawaban atas nasib

sendiri, dan atas pembentukan sendiri (Kartono dalam Sugihastuti,

2000:100).

Aspek psikis wanita dapat tercitrakan dari gambaran pribadi.

Gambaran pribadi wanita dewasa itu secara karakteristik dan normatif

sudah terbentuk dan relatif stabil sifatnya (Kartono dalam Sugihastuti,

2000: 101). Dengan kestabilan ini dimungkinkan baginya untuk memilih

relasi sosial yang sifatnya juga stabil, misalnya perkawinan, pilihan sikap,

pilihan pekerjaan, dan sebagainya (Sugihastuti, 2000: 102). Wanita secara

psikis bersifat lebih praktis, lebih langsung, dan meminati segi-segi

kehidupan yang kongkret dan sifatnya segera. Citra psikis wanita tidak

saja langsung berkaitan dengan citra fisis, namun juga dengan caranya

berpakaian. Pakaian dapat mencitrakan kepribadian seseorang karena

pakaian memberi kepuasaan emosional (Sugihastuti, 2000: 109).

Sugihastuti (2000: 152) berpendapat bahwa dalam batas-batas

(37)

psikologis, yang berpikir, berperasaan, dan beraspirasi. Aspek psikis

wanita tidak dapat dipisahkan dengan aspek fisisnya. Aspek fisis dan

aspek psikis inilah yang membentuk citra diri wanita sebagai mahluk

individu yang mempunyai konsep diri. Wanita mempunyai kesadaran

dalam dirinya sendiri, yang lain dengan pria. Kesadaran dan persepsi diri

terhadap karakteristik fisik dan psikis ini mempengaruhi penilaian dan

pengalaman hidupnya.

b. Citra Sosial Wanita

Pada dasarnya citra sosial wanita merupakan citra wanita yang erat

hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu

kelompok masyarakat, tempat wanita menjadi anggota dan berhasrat

mengadakan hubungan antarmanusia. Kelompok masyarakat itu adalah

kelompok keluarga dan kelompok masyarakat luas. Dalam aspek keluarga

misalnya, wanita berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota

keluarga, masing-masing peran mendatangkan konsekuensi sikap sosial,

yang satu dengan yang lainnya bergayutan (Sugihastuti, 2000: 143).

Citra sosial wanita juga merupakan masalah pengalaman diri,

seperti dicitrakan dalam diri wanita dan citra sosialnya.

Pengalaman-pengalaman inilah yang menentukan interaksi sosial wanita dalam

masyarakat, atas pengalaman diri itulah maka wanita bersikap, termasuk

ke dalam sikapnya terhadap laki-laki. Dalam hubungan orang-seorang

(38)

diantaranya. Dalam posisi demikian, wanita ingin menyuarakan

pendapatnya, memanifestokan pendapatnya (Sugihastuti, 2000: 144).

Citra sosial wanita dapat diklarifikasikan ke dalam citra wanita

dalam keluarga dan citra wanita dalam masyarakat. Citra sosial wanita

dalam keluarga tercitrakan dari aspek fisis dan psikisnya, salah satu peran

yang menonjol daripadanya adalah peran wanita dalam keluarga

(Sugihastuti, 2000: 122). Citra wanita dalam aspek keluarga digambarkan

sebagai seorang istri, seorang ibu, dan anggota keluarga semuanya

memberikan suatu konsekuensi yang saling berhubungan. Sebagai istri

misalnya, wanita mencintai suaminya, sebagai ibu memberikan kasih

sayang kepada anak-anaknya, dan sebagai anggota keluarga menyayangi

seluruh anggota keluarga.

Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya membutuhkan

manusia lain, sama halnya wanita juga membutuhkan hubungan sosial

dengan manusia lain. Sikap sosial adalah konsistensi individu dalam

memberikan respons terhadap objek-objek sosial, termasuk terhadap pria

sebagai pasangan jenis (Sugihastuti, 2000: 132). Banyak gagasan

tradisional dan stereotip tentang wanita dan peranan mereka dicitrakan

oleh data, martabat wanita dicitrakan rendah. Ada anggapan bahwa wanita

itu kurang memiliki kemampuan, bodoh, dan acuh tak acuh terhadap

lingkungan mereka (Sugihastuti, 2000: 133).

Stereotip-stereotip tradisional masih menandai citra sosial wanita

(39)

antara lain mengatakan bahwa wanita sudah sewajarnya hidup terbatas

dalam lingkungan rumah tangga. Dalam citra masyarakat wanita melihat

dan merasakan bahwa ada superioritas pria, ada kekuasaan laki-laki atas

wanita. Dalam posisi demikian ini, wanita sadar atau tidak sadar menerima

dan menyetujuinya sebagai sesuatu yang semestinya terjadi (Sugihastuti,

2000: 135-136).

Citra wanita dalam sikap sosialnya terbentuk karena pengalaman

pribadi dan budaya. Wanita menolak terhadap stereotip-stereotip

tradisional yang menyudutkannya ketempat yang tidak bahagia.

Pengalaman pribadi wanita mempengaruhi penghayatannya dan

tanggapannya terhadap ransangan sosial, termasuk terhadap lawan

jenisnya. Tanggapan itu menjadi salah satu terbentuknya sikap wanita

dalam aspek sosial (Sugihastuti, 2000: 142).

4. Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam

menumbuhkan karakter siswa. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan

secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu

ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan

cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

Rahmanto (1988: 15) berpendapat apabila karya-karya sastra dianggap tidak

berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami

masalah-masalah dunia nyata maka tentu saja pengajaran sastra tidak akan ada gunanya

(40)

mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran

sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki

tempat yang selayaknya.

Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan metode dan

strategi dalam memberikan materi. Hal itu akan berpengaruh terhadap

berhasilnya kegiatan belajar sehingga hasil ini harus benar-benar diperhatikan

oleh guru. Jabrohim (1994: 23) berpendapat bahwa dalam kaitannya dengan

pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengajaran itu

mencapai hasil yang sebesar-besarnya. Beberapa hal itu antara lain sudah

dikemukakan pada bagian terdahulu masalah bahan yaitu: (1) aspek

psikologis, (2) aspek lingkungan, (3) aspek taraf kemampuan, dan (4) aspek

bakat.

Jabrohim (1994: 52-53) berpendapat bahwa tujuan pengajaran sastra di

sekolah, secara umum adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan daya

apresiasi siswa. Dalam pengajaran sastra pemilihan dan penyajian bahan

pengajaran haruslah sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan tertentu.

Bahan dapat dibedakan ke dalam: bahan apresiasi sastra tidak langsung dan

apresiasi langsung. Pertama menyaran pada pengajaran teori dan sejarah yang

berfungsi untuk menunjang bahan, yang kedua secara langsung siswa

dihadapkan pada karya sastra. Jadi penekanan haruslah pada bahan apresiasi

langsung, bukan sebaliknya seperti yang terjadi di kebanyakan sekolah yang

lebih ditekankan pada pengajaran teori dan sejarah sastra (Jabrohim 1994: 53).

(41)

kesukaran, sehingga guru diharapkan lebih teliti dalam menentukan materi

sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan didasarkan dengan

acuan kurikulum dan silabus yang telah ditentukan.

Rusyana (1982: 6-8) menyebutkan tujuan sastra adalah untuk beroleh

pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Tujuan memperoleh pengalaman

sastra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) tujuan memperoleh

pengalaman dalam mengapresiasi sastra, dan (2) tujuan memperoleh

pengalaman dalam berekspresi sastra. Sedangkan tujuan memperoleh

pengetahuan tentang sastra, seperti sejarah sastra, teori sastra, dan kritik sastra.

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, seorang pengajar haruslah dapat

memilih bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, karena hal ini akan

mempengaruhi minat siswa untuk belajar. Dalam memberikan materi sastra,

Jabrohim menyebutkan bahwa guru sastra yang profesional paling tidak

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) memahami benar hakikat sastra dan

tujuan pengajaran sastra, (2) memiliki minat yang besar terhadap sastra,

ditandai dengan : gemar membaca karya-karya sastra, gemar mengumpulkan

tulisan mengenai sastra, dan gemar mengikuti kegiatan sastra, (3) dapat

mengapresiasi sastra, dan (4) menguasai metode pengajaran sastra.

Rahmanto (1988: 27-33) memberikan tiga aspek penting yang tidak

boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu:

pertama dari sudut bahasa, kedua dari segi kematang jiwa (psikologis), dan

(42)

a. Bahasa

Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh

masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara

penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu

penulisan karya sastra itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau

pengarang. Oleh karena itu, agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil,

guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan (atau semacam bakat)

khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai

dengan tingkat penguasaan bahan siswanya.

Dalam praktek, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang

diperhatikan, dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang

sulit dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang guru

hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya

sehingga berdasarkan pemahaman itu guru dapat memilih materi yang

cocok untuk disajikan. Dalam usaha meneliti ketepatan teks yang terpilih,

guru hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa,

tetrapi perlu mempertimbangkan situasi dan pengertian isi wacana

termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Di samping itu, perlu juga

diperhatikan cara penulis menuangkan ide-idenya dan hubungan antar

kalimat dalam wacana itu sehingga pembaca dapat memahami kata-kata

(43)

b. Psikologi

Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju ke kedewasaan

ini melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Dalam

memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis

ini hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar

pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak

hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya

terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama,

dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang

dihadapi.

Berikut ini merupakan tingkatan perkembangan psikologis

anak-anak sekolah dasar dan menengah:

1) Tahap pengkayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi

masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

2) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke

realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat

sederhana, tapi pada tahap ini anak telah menyenangi ceritera-ceritera

kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.

3) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia

(44)

terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan

teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan

yang nyata.

4) Tahap generalisasi ( 16 tahun dan selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal

praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep

abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis

fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab

utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran

filasafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.

Pembelajar SMA termasuk kedalam tahap yang keempat, yaitu

tahap generalisasi. Pada masa ini anak-anak sudah mempunyai

kemampuan untuk menggeneralisasikan suatu masalah, menentukan sebab

pokok dari suatu masalah.

c. Latar Belakang Budaya

Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra

dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang

kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh

yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan

mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian,

secara umum, guru sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya

dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar

(45)

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan di wujudkan dalam

bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang relevan

dengan hasil analisis novel Keberangkatan dan akan didasarkan pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Relevan memiliki arti

hubungan atau kaitan (KBBI, 2005: 1190). KTSP merupakan kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan (Muhaimin, dkk, 2008: 2). Muslich (2007: 17) juga

mengungkapkan tentang KTSP, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan/sekolah.

Muslich (2007: 29- 32) mengungkapkan KTSP ada empat komponen

yang disusun oleh BSNP, yaitu:

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhal mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Stuktur dan Muatan KTSP

Struktur KTSP pada jenjang pendidikan menengah tertuang dalam Standar

Isi yang dikembangkan oleh kelompok mata pelajaran. Muatan KTSP

meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya

(46)

c. Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan

kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan

masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana

tercantum dalam Standar Isi.

d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar

ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah guru bisa

mengembangkan RPP yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) bagi siswanya.

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi

dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar

(Muslich, 2007: 23). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam

pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana

pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem

penilaian (Muslich, 2007: 24).

Muslich (2007: 28-30) menyebutkan bahwa terdapat tujuh langkah

teknis dalam pengembangan silabus, yaitu: (1) mengkaji standar kompetensi

dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok, (3)

mengembangkan pengalaman belajar, (4) merumuskan indikator keberhasilan

(47)

menentukan sumber belajar. Selain langkah-langkah tersebut, Muslich (2007:

31-37) juga menyebutkan beberapa komponen-komponen silabus berdasarkan

langkah-langkah pengembangan silabus, yaitu: (1) komponen identifikasi, (2)

komponen standar kompetensi, (3) komponen kompetensi dasar, (4)

komponen materi pokok, (5) komponen pengalaman belajar, (6) komponen

indikator, (7) komponen jenis penilaian, (8) komponen alokasi waktu, (9)

komponen sumber belajar.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan

pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam

pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 45). RPP merupakan salah satu

pegangan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, agar

pembelajaran di kelas dapat terprogram seperti yang telah direncanakan dalam

RPP. Secara teknis, Muslich (2007: 53) menyebutkan bahwa rencana

pembelajaran minimal mencakup komponen berikut, (1) standar kompetensi,

kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) tujuan

pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode

pembelajaran, (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber

belajar, (7) evaluasi belajar.

Muslich (2007: 46) mengungkapkan langkah yang patut dilakukan

guru dalam menyusun RPP, yaitu:

a. Ambillah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam

(48)

b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit

tersebut.

c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.

d. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator

tersebut.

e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran

tersebut.

f. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

g. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan

tujuan pembelajaran.

h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan

rumusan tujuan pembelajaran, yang bias dikelompokkan menjadi kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua

jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari

satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada

satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.

j. Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran

secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.

k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrument penilaian yang

digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan

(49)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel

Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra

Di SMA ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang diambil berupa

kata-kata dan bertujuan untuk mendeskripsikan citra wanita yang terdapat

pada novel tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Moleong, 2006: 6).

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hal ini dikarenakan

data penelitiannya berupa kata-kata, bukan angka, dan wujud penelitiannya

adalah menggunakan deskriptif yang menghasilkan data tertulis. Metode

deskriptif juga dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada

saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya

(Nawawi, 2005: 73). Ratna (2004: 53) juga menyebutkan bahwa metode

deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta

(50)

Penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)

berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, (2) menguraikan satu

variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, dan (3)

variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan (treatment)

(Kountur, 2003: 105-106).

B. Data dan Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Keberangkatan karya

Nh. Dini, terbitan PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, tahun 1977, sedangkan

data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat dan paragraf dalam novel

tersebut yang menggambarkan citra wanita yang di fokuskan pada tokoh

utama yaitu tokoh Elisa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan

menggunakan teknik simak dan catat. Peneliti menyimak atau membaca

secara keseluruhan isi novel yaitu novel Keberangkatan karya Nh. Dini.

Teknik catat yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mencatat satu persatu

kutipan yang menunjukkan gambaran tokoh utama, tokoh tambahan, dan

tentang citra wanita tokoh utama Elisa.

Berdasarkan kedua teknik tersebut, peneliti memperoleh dari sumber

tertulis. Sumber tertulis merupakan segala buku-buku kesusastraan yang

berkatian dengan teori tentang citra wanita khususnya pada novel

(51)

D. Teknik Analisis Data

Menurut Seiddel (dalam Moleong, 2006: 248) analisis data kualitatif

prosesnya berjalan sebagai berikut: (1) mencatat yang menghasilkan catatan

lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat

ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,

mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir,

dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan

menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan

umum.

Penelitian citra wanita yang objeknya merupakan novel

Keberangkatan karya Nh. Dini hanya akan mengacu pada citra wanita tokoh

utama yaitu Elisa. Djajanegara (2000: 30) berpendapat bahwa pengkritik

feminis mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas

masyarakat yang tertindas. Sofia (2009: 21) mengungkapkan bahwa dalam

reading as a woman seorang penganalisis menghadapi suatu karya dengan

berpijak pada kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang berbeda yang

mempengaruhi dan banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan

kehidupan.

Berdasarkan teori di atas, setelah data diperoleh, peneliti akan

menganalisis data tersebut. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Menentukan novel yang dijadikan objek, yaitu novel Keberangkatan karya

(52)

2. Melakukan studi pustaka dengan mencari dan mengumpulkan teori dari

berbagai sumber, seperti buku, majalah, dan internet yang berkaitan dan

relevan dengan penelitian ini.

3. Mengidentifikasi tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan

karya Nh. Dini.

4. Mendeskripsikan latar, tokoh, dan penokohan dalam novel Keberangkatan

karya Nh. Dini.

5. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama “Elisa” dalam novel

Keberangkatan karya Nh. Dini berdasarkan citra diri dan citra sosial.

6. Merelevansikan hasil analisis kedalam pembelajaran sastra di SMA.

7. Menarik kesimpulan.

(53)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai data tokoh dan penokohan

Elisabet serta tokoh lain, kemudian latar dalam cerita novel Keberangkatan

karya Nh. Dini secara keseluruhan. Data yang dianalisis berupa kalimat dan

paragraf yang dikutip dari novel Keberangkatan yang menunjukkan tokoh

utama Elisa dan tokoh tambahan, penokohan tokoh utama Elisa dan tokoh

tambahan, serta latar cerita dalam novel tersebut. Pembahasan tentang citra

wanita tokoh utama Elisa akan dibahas pada bab V.

B. Analisis Tokoh dan Penokohan

Tokoh ialah rekaan individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan

dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79), kemudian

penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh

(Sudjiman, 1992: 23).Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan analisis

tokoh dan penokohan dalam novel Keberangkatan yaitu Elisa, Ibu Elisa, Ayah

Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi,

Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, Gail.

1. Analisis Tokoh a. Tokoh Elisa

Elisa merupakan wanita keturunan Indo. Hal ini ditunjukkan

(54)

(1) Aku satu-satunya anak Indo di asrama. Sebutan itu kudengar membuntuti keterangan yang diucapkan teman sepondokan kepada pengunjungnya (hlm. 39).

(2) “Ah, kau jangan khawatir. Gadis Indo banyak yang menyukai,” kata Lansih lagi. “Apalagi kau banyak pilihan.” (hlm. 49).

(3) Bukankah gadis Indo terkenal bebas? Lebih berani dari wanita Indonesia asli? Aku tidak akan mendapatkan kesukaran mendekati lelaki pegawai seperusahaan, baik di kantor kemayoran maupun anggota awak yang berkedudukan dengan jaminan ekonomi yang sesuai dengan hasratku (hlm. 163).

Elisa juga merupakan seorang pramugari. Hal tersebut

dibuktikan dalam kutipan berikut ini.

(4) Seharian tidak berhentinya aku hilir mudik melayani penumpang. Kakiku pegal gemetar. Lebih-lebih hari itu aku terbang dengan rekan yang kurang cocok. Dengan pesawat yang sama, jika tidak penuh, biasa dilayani seorang pramugari (hlm. 25).

(5) Sejak perusahaan tempatku bekerja ditinggalkan pegawai-pegawai bangsa Belanda, perkampungan Rajawali menjadi kosong. Seperti kata Lansih, rumah-rumah itu diutamakan bagi keluarga-keluarga dan penerbang-penerbang bersama petugas udara lain yang berkedudukan penting. Seorang pramugari bukan apa-apa dibandingkan dengan mereka. Tetapi dengan penuh kepercayaan, aku turut mendaptarkan nama guna mendapat perumahan yang layak dan lebih longgar (hlm. 41).

(6) “Anda juga ingin terbang dengan rombongan Presiden?” “Tentu saja ingin. Saya kira semua pramugari ingin mendekati orang-orang penting dari pemerintahan atau dari dunia pertunjukan. Lebih-lebih Presiden!” (hlm. 62-63).

Elisa senang berdansa. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan

berikut.

(55)

(8) Anna dan aku berdansa. Kami menghargai segala gerak berirama, begitu pula musiknya (hlm. 50).

(9) Kami berdansa. Untuk pertama kalinya sejak aku bisa mengikuti irama musik dengan gerak-gerak tertentu itu, aku merasa canggung berada dalam pelukan seorang lelaki (hlm. 63).

Elisa seorang yang berbadan langsing. Hal itu dapat dilihat

dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

(10) “Seandainya kau kurus atau berbadan langsing seperti Elsye, tentu saja semuanya pantas.’ (hlm. 15).

Berdasarkan kutipan tentang tokoh Elisa diatas dapat

dirangkum bahwa Elisa merupakan wanita Indo yaitu keturunan

Indonesia Belanda yang senang berdansa.Ia bekerja sebagai seorang

pramugari yang berbadan langsing.

b. Tokoh Ibu Elisa

Ibu Elisa adalah seorang Ibu yang manis mukanya dan amat

menarik badannya semasa muda. Hal ini ditunjukkan pada kutipan

berikut ini.

(11) Tetapi kata orang, semasa mudanya, Ibu menjadi intaian kebanyakan laki-laki. Selain mukanya yang manis, badannya amat menarik.

c. Tokoh Ayah Elisa

Ayah Elisa merupakan Ayah Tiri, ia adalah Paman Elisa.Hal itu

ditunjukkan pada kutipan berikut.

(56)

d. Tokoh Kakak Elisa

Kakak Elisa adalah kakak perempuan Elisa. Ia merupakan

seorang Ibu rumah tangga dan mempunyai lima anak. Hal itu

ditunjukkan pada kutipan berikut ini.

(13) “Sebenarnya ada, kakak perempuan. Tetapi sudah bertahun-tahun saya tidak bertemu. Dia bercekcok dengan Ibu, lalu tidak pernah mengunjungi kami lagi.” (hlm. 60).

(14) “Aku tidak menanyakannya. Tapi kata Rudi, anak kakakmu lima sekarang.” (hlm. 87).

(15) Kesibukan yang tidak begitu nampak dari luar itu seringkali menyergap kami, ibu-ibu rumah tangga (91).

e. Tokoh Silvi

Silvi adalah adik Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan

berikut.

(16) Aku merangkulkan lengan pada leher adikku. Tanpa berkata-kata lagi, kami berpelukan. Lalu Silvi memegang tanganku dan tidak dilepaskannya (hlm. 10).

f. Tokoh Teo

Teo adalah adik Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan

berikut.

(17) “Baik-baik dengan Silvi, Teo!” “Tentu saja,” jawab adikku (hlm. 11).

g. Tokoh Lansih

Lansih adalah kawan Elisa, dia juga merupakan seorang

pramugari yang bekerja satu perusahaan dengan Elisa. Hal itu

(57)

(18) Keluar dari lingkungan kerja, dia menjadi manusia biasa yang sipat-sipatnya dapat sesuai dengan pokok-pokok pendirian yang kuanut. Kami menjadi kawan baik (hlm. 23).

(19) Kutarik Silvi mendekati pintu. Salah seorang pramugari yang kukenal dengan baik. “Kutunggu kau di bagian Pasasi tadi,” kata Lansih ketika melihatku mendekati (hlm. 16).

h. Tokoh Wati

Wati merupakan anak buah Lansih. Wati dapat mengatur

urusan rumah tangga dengan baik.Hal itu ditunjukkan pada kutipan

berikut ini.

(20) Selama dua bulan kami berhemat sejauh mungkin. Lalu dengan tidak disangka-sangka, seorang anak buah Lansih bertanya apakah dapat tinggal bersama kami (hlm. 47).

(21) Selanjutnya dia mengganti Lansih dalam urusan rumah tangga. Meskipun umurnya lebih muda dari Lansih, kecekatannya mengatur segala yang bersangkutan dengan urusan rumah melebihi kami bertiga (hlm. 47-48).

i. Tokoh Anna

Anna adalah teman satu rumah Elisa. Hal itu dapat ditunjukkan

pada kutipan berikut.

(22) “Ya, itu tidak mengapa. Soalnya, serumah dengan siapa.” “Siapa nama-nama temanmu yang mandaftarkan?” Kuberikan nama-nama Lansih, Anna, dan seorang pramugari darat lagi, teman Lansih, Kumayas mencatatnya pada sehelai kertas di atas meja (hlm. 42).

Anna juga merupakan seorang pramugari, ia juga bersekolah

pharmasi. Hal itu dapat ditunjukkan pada kutipan berikut. (23) Bekerja sebagai pramugari udara tampak megah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dalam penelitian di antaranya: ditemukan (1) struktural dalam kajian kedua karya sastra, (2) tiga persamaan citra perempuan yakni perempuan yang mandiri,

Hasil penelitian tersebut adalah: (1) Citra wanita tokoh utama dalam novel Perempuan Kedua karya Mira W., tergambar melalui tiga aspek yaitu (a) aspek fisik,

Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsi sebagai wanita yang merindukan kedamaian, percaya diri karena memiliki prinsip dan semangat yang

Dalam aspek masyarakat tokoh Suti digambarkan sebagai perempuan yang cukup bersosialisasi dengan masyarakat, dengan bekerja menjadi pembantu RT dikeluarga Bu Sastro.. Tokoh Bu

Peneliti dapat melihat bahwa citra fisik wanita yang terdapat pada novel Asih adalah Dalam kehidupannya tokoh Kasih tidak digambarkan sebagai perempuan cantik. Namun, aspek

Citra wanita yang menyangkut aspek isik meliputi pada persoalan pandangan atau bayangan yang dapat membangkitkan rasa tertentu bagi unsur tokoh yang memandangnya, seperti

bahwa ditinjau dari aspek id, Dini sebagai tokoh utama mempunyai keinginan yang kuat agar ia bisa merasakan kebahagian dalam berumah tangga seperti keinginan perempuan pada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra tokoh wanita muslimah sebagai pribadi di dalam novel-novel Surga yang Tak Dirindukan, Assalamualaikum Beijing, dan Jilbab in Love karya Asma