• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARKE JSE YUWONO 2008 ARKEOLOGI UGM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARKE JSE YUWONO 2008 ARKEOLOGI UGM"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ARKE

ARKE

JSE YUWONO __2008

(2)

Butzer, Karl W., 1990, ARCHAEOLOGY AS

HUMAN ECOLOGY: METHOD AND THEORY FOR A CONTEXTUAL APPROACH, Cambridge

University Press, Cambridge.

Brown, A.G., 1997, ALLUVIAL

GEOARCHAEOLOGY: Floodplain archaeology and environmental change, Cambridge University Press, Cambridge.

LITERATUR WAJIB:

Yuwono, JSE, 2006, PERSPEKTIF GEO-ARKEOLOGI KAWASAN KARST: KASUS

GUNUNG SEWU, dalam I. Maryanto, M. Noerdjito, R. Ubaidillah (ed), Manajemen Bioregional: Karst, Masalah dan Pemecahannya, Puslit Biologi LIPI, hlm. 181-203.

Yuwono, JSE, 2005, GEOARKEOLOGI

KOMPLEKS GUA PAWON, BANDUNG: Sebuah Kontribusi,dalam Eko Haryono, et.al. (ed).,

Gunung Sewu Indonesian Cave and Karst Journal, Vol 1 No 2 November 2005, HIKESPI, hlm. 87 – 100.

(3)

Butzer, Karl W., 1990, ARCHAEOLOGY AS HUMAN ECOLOGY: METHOD AND THEORY FOR A CONTEXTUAL APPROACH, Cambridge University Press, Cambridge. Part II Foundation

3. Geo-archaeology I: Basic Principles

Objectives

Study components

Techniques and procedures Ultimate collaboratives goals

4. Geo-archaeology II: Landscape Context

Sedimentary matrixt

Point depositional environments Linear depositional environments Area depositional environments

Geo-archaeologycal synthesis of microenvironments Topographic matrix

Terrain, soils, and biota Regional matrix

(4)

5. Geo-archaeology III: Stratigraphic Context

Stratigraphic nomenclatur

Lithostratigraphy: site and setting External correlations

6. Geo-archaeology IV: Site Formation

Archaeological sediments

A Pleistocene prototype: cave sediments

An example of cave geo-archaeology: Cueva Morin A Holocene prototype: village mounds

Examples of urban geo-archaeology: Giza and Axum

7. Geo-archaeology V: Site Modification and Destruction

Cultural transformation of archaeological residues Preburial dispersal

Postdepositional disturbance Geobiochemical modification

Site destruction and artifact dispersal

(5)

8. Geo-archaeology VI: Human Impact on the Landscape

Human activity and the soil-sediment system Geo-archaeological indicators of soil erosion Soil erosion in the geoarchaeological record

A case study of accelerated soil erosion: Axum, Ethiopia Landuse and soil fertility

Geo-archaeological landscape features Landscape productivity and degradation

(6)

Geo- archaeology ~ penelitian arkeologi dengan menggunakan

metode-metode dan konsep-konsep dari ilmu-ilmu kebumian (earth sciences=ES). Pengertian ini tidak sama dengan istilah archaeological geology, dan tidak berhubungan langsung dengan geologi.

BASIC PRINCIPLES:

Metodologi ES, menyumbangkan informasi empiris dan

pendekatan-pendekatan konseptual untuk memahami konteks masa lalu. Misal melalui

archaeobotany, zoo-archaeology, archaeometry, dan spatial archaeology.

ES atau geosciences mencakup geografi dan pedologi, yang di dalamnya tercakup beberapa subbidang atau gabungan antara geofisik, geokimia, stratigrafi, sedimentologi, geomorfologi, tanah, hidrologi, klimatologi, dan analisis-analisis spasial (bidang-bidang yang relevan untuk geo-arkeologi).

(7)

STUDY COMPONENTS ~ 5 PERHATIAN POKOK:

Teknik-teknik survei yang menggunakan geokimia, elektromagnetik, dan

remote sensing/PJ & GIS untuk menemukan situs-situs atau fitur-fitur dalam suatu situs.

Dokumentasi mengenai prose-proses pembentukan situs dan konteks spasial dari suatu situs dalam setting lingkungan yang lebih luas.

Pengembangan teknik-teknik dan pendekatan-pendekatan untuk

membedakan kenampakan-kenampakan kultural dan natural, termasuk perubahan/kerusakan situs akibat proses biologi, pedologi, dan geologi. Pengembangan intra- and extrasite temporal context melalui pertanggalan relatif dan absolut.

Integrasi antara informasi paleogeomorfik dan biologi untuk

(8)

PERAN GEO-ARKEOLOGI:

PERENCANAAN ~ SURVEI & EKSKAVASI ~ ANALISIS

(9)

Suatu situs merupakan bagian dari lansekap yang integral dengan ekosistem manusia, dimana pembentukan dan kerusakannya dapat dikontrol oleh aspek-aspek kultural.

Hubungan timbal-balik antara manusia dan lingkungannya tercermin pada suatu situs yang menjadi bagian dari lansekap.

(10)

PRIMARY STUDY COMPONENTS IN GEO-ARCHAEOLOGY A. LANDSCAPE CONTEXT B. STATIGRAPHIC CONTEXT C. SITE FORMATION D. SITE MODIFICATION E. LANDSCAPE MODIFICATION

(11)

A. LANDSCAPE CONTEXT

Site microenvironment: terdiri atas elemen-elemen lingkungan lokal yang telah mempengaruhi alasan pemilihan situs, periode penghunian, kondisi pasca hunian (segera terkubur atau terpreservasi).

PRIMARY STUDY COMPONENTS IN GEO-ARCHAEOLOGY

Site mesoenvironment: terutama berhubungan dengan setting topografi dan bentanglahan dari area yang secara langsung dimanfaatkan dalam subsistensi. Informasi geomorfik dan bioarkeologis secara bersama-sama dapat membantu untuk menentukan batas-batas kajian.

Site macroenvironment: Berhubungan dengan lingkungan regional

(kawasan). Sekumpulan proses geomorfik, bersama-sama dengan informasi biotik, sangat diperlukan dalam pembentukan model dari ekosistem regional.

(12)

PRIMARY STUDY COMPONENTS IN GEO-ARCHAEOLOGY

B. STRATIGRAPHIC CONTEXT

Merekonstruksi serangkaian proses alam, seperti perkembangan tanah, erosi, dan sedimentasi, yang terekam dalam unit-unit sedimen

(mikrostratigrafi) pada suatu situs dan daerah sekitarnya.

Mengevaluasi serangkaian proses fisik lokal dalam hubungannya dengan sejarah dan pembentukan lansekap regional (misal stratigrafi global). Diperlukan data pertanggalan yang dapat membantu interpretasi

palaeoenvironment; memudahkan cross-check terhadap kategori-kategori data yang berbeda; dan dapat digunakan untuk menguji validitas temporal dari horison-horison arkeologi.

(13)

C. SITE FORMATION

Manusia dan binatang, seperti agen-agen geomorfik lainnya, dapat menghasilkan sedimen arkeologis, dengan komponen-komponen fisik, biogenik, dan kultural, yang memerlukan identifikasi serta interpretasi. PRIMARY STUDY COMPONENTS IN GEO-ARCHAEOLOGY

PERBEDAAN MATERI:

Materi yang dimasukkan ke suatu situs oleh manusia atau binatang dalam bentuk asli atau sebagai produk tertentu

Materi-materi yang berubah akibat proses-proses on-site atau dekomposisi biokemis

Materi-materi yang tertransformasi dari konteks primer ke dalam sedimen baru oleh aktivitas manusia atau agen-agen fisik lainnya.

(14)

D. SITE MODIFICATION

Penyebaran (dispersal) data arkeologi preburial akibat: aliran air,

gravitasi, cuaca beku, pengkerutan, injakan binatang, atau pemindahan secara sengaja oleh manusia.

PRIMARY STUDY COMPONENTS IN GEO-ARCHAEOLOGY

Gangguan situs postdepositional melalui sejumlah agen: burrowing animals dan organisme dan organisme di dalam tanah, pembekuan tanah, proses kembang-kerut lempung, micro-faulting, dan perubahan secara biokimia.

Kerusakan situs dan artefak akibat sejumlah tenaga: pelapukan, aliran air, penyusutan, penurunan kualitas, dan intervensi manusia.

Interpretasi atas sisa-sisa budaya pada konteks primer, semi-primer, atau sekunder.

(15)

E. LANDSCAPE MODIFICATION

Indentifikasi campur tangan manusia dalam merubah soil landscape,

dalam bentuk pengadukan atau pemotongan profil tanah and pemindahan tanah.

PRIMARY STUDY COMPONENTS IN GEO-ARCHAEOLOGY

Campur tangan manusia dalam siklus hidrologi, sebagaimana tercermin pada erosional gullies, alluvial fills, dan sedimen danau.

Penilaian (assessment) terhadap dampak langsung dan tak langsung dari

landuse dalam konteks spasial, serta perspektif temporal dari kelangsungan suatu lansekap: produktivitas atau degradasi.

Human constructs terhadap lansekap: cut and fill, pembuatan lubang-lubang dan postholes; pembuatan jalan, teras-teras sawah/tegalan, dan jaringan irigasi; penguburan.

(16)
(17)

TECHNIQUES AND PROCEDURES

Cakupan teknik-teknik yang berpotensi untuk diaplikasikan dalam geo-arkeologi berasal dari sejumlah subdisiplin. Sekalipun begitu tujuan dari geo-arkeologi bukan untuk melakukan sederet pengujian secara canggih, tetapi untuk memilih prosedur-prosedur yang sesuai dan mendesak, yang memungkinkan untuk mengevaluasi konteks tertentu.

Pekerjaan geo-arkeologi mencakup kegiatan di dalam dan di luar situs. Ini dibutuhkan untuk merevisi strategi penelitian secara terus-menerus

(18)

ULTIMATE COLLABORATIVES GOALS

Geo-arkeologi penting bagi arkeologi terutama dalam hal METODE, TEKNIK, dan KONSEP ILMU-ILMU KEBUMIAN TUJUAN: menjelaskan/menguraikan matriks lingkungan yang bersinggungan dengan sistem sosioekonomi masa lalu, yang dapat memberikan pemahaman tentang ekosistem manusia.

GEO-ARKEOLOGI harus menyumbangkan substansi untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah-masalah dalam five basic contextual issues: SPACE, SCALE, COMPLEXITY,

(19)

FIVE BASIC CONTEXTUAL ISSUES

SPACE: Jarang sekali terdapat fenomena yang terdistribusi merata di dalam ruang. Distribusi topografis, iklim, komunitas biologis, dan kelompok-kelompok manusia menampilkan pola spasial tertentu sehingga memerlukan spatial analysis.

SCALE: Spatial analysis digunakan untuk membedakan small-, medium-, and large-scale objects, agregat, atau pola sebaran.

Studi dalam skala mikro dan makro tersebut saling melengkapi, dan keduanya membutuhkan interpretasi secara komprehensif. Konfigurasi dari komunitas-komunitas hidup atau sekumpulan unsur-unsur fisik dapat berlangsung, bertahan, dan berubah oleh proses-proses yang bekerja pada masing-masing skala ruang dan waktu.

(20)

FIVE BASIC CONTEXTUAL ISSUES

COMPLEXITY: Lingkungan dan komunitas tidak bersifat homogen. Karakterisasi dan pembatasan terhadap keduanya sulit dilakukan, sehinga membutuhkan pendekatan SPASIAL & TEMPORAL yang fleksibel dan MULTISKALA.

INTERACTION: Di dalam lingkungan yang kompleks dengan

distribusi sumberdaya yang tidak merata, manusia dan komunitas makhluk hidup lainnya saling berinteraksi secara internal (di antara mereka masing-masing) maupun dengan lingkungan abiotis tempat mereka hidup

Interaksi berlangsung dalam skala yang berbeda-beda, tingkat kedekatan yang bervariasi, dan kecepatan perubahan yang tidak sama.

(21)

FIVE BASIC CONTEXTUAL ISSUES

STABILITY / EQUILIBRIUM STATE: Beragam komunitas pada beberapa kompleks lingkungan, secara minor maupun major, dalam jangka pendek maupun panjang, selalu melalukan penyesuaian diri secara terus-menerus terhadap perubahan-perubahan/proses-proses internal maupun eksternal.

(22)

BASIC ANALYTICAL PROSEDURES IN GEO-ARCHAEOLOGY DI LAPANGAN:

Situs:

a. Merekam profil vertikal dari kotak ekskavasi dalam upaya menjelaskan sifat dari sekuen sedimentasi dan pengaruh-pengaruh eksternal yang pernah berlangsung.

b. Sampling terhadap materi archaeosedimentary yang mewakili profil tanah dan tahap-tahap mikrodeposisi untuk analisis

laboratoris.

c. Mencari keterkaitan antara situs dengan lansekap sekitarnya melalui survei topografi lokal atau transek geomorfik.

(23)

BASIC ANALYTICAL PROSEDURES IN GEO-ARCHAEOLOGY

Lansekap:

a. Pemetaan medan (terrain mapping) pada tingkat meso; dengan bantuan foto udara, peta topografi detil, dan citra satelit.

b. Lokasi situs-situs dan fitur budaya lainnya perlu disurvei secara sistematis dengan bantuan inferensi geomorfologis dan foto udara, serta pendugaan geofisik (geophysical site prospecting). c. Pengujian atas kenampakan alami, dalam hubungan dengan detil

stratigrafi dan profil tanah, perlu dilakukan untuk merekonstruksi sejarah lansekap regional, sehingga diperoleh gambaran konteks lebih luas untuk mengetahui pengaruh komunitas masa lalu

(24)

BASIC ANALYTICAL PROSEDURES IN GEO-ARCHAEOLOGY DI LABORATORIUM

a. Interpretasi sistematis terhadap peta, foto udara, dan citra satelit untuk menyempurnakan pemetaan lapangan.

b. Analisis sedimen terhadap ukuran dan komposisi butir untuk mengidentifikasi kekuatan proses-proses geomorfis yang

mempengaruhi sistem archaeosedimentary, serta membuktikan urutan

microstratigraphy situs dan daerah sekitarnya secara meso. MINERALOGI dan MIKROMORFOLOGI perlu dilakukan.

c. Analisis sedimen terhadap unsur-unsur geokemis dan biokemis, misalnya pH tanah, kandungan CaCO3, unsur-unsur organik, fosfat dll, untuk mengetahui cultural inputs terhadap sistem

archaeosedimentary.

d. Pemodelan sementara terhadap PROSES TRANSFORMASI

SITUS (site formation – abandonment – postdepositional change), termasuk aktivitas-aktivitas spasial dan temporal selama

(25)
(26)

BASIC ANALYTICAL PROSEDURES IN GEO-ARCHAEOLOGY

REVISI STRATEGI PENELITIAN

Hasil-hasil yang diperoleh di lapangan dan laboratorium harus digunakan untuk menilai ulang strategi penelitian.

INTEGRASI DATA MULTIDISIPLINER

a. Identifikasi dan pemodelan lingkungan micro-, meso-, dan macro,

untuk menetapkan parameter-parameter spasial dan ekologi dari pola-pola sosioekonomi dan pemukiman yang diperoleh melalui survei dan ekskavasi.

b. Interpretasi atas sistem archaeosedimentary dalam hubungannya dengan pola-pola mikro, deposisi, dan preservasi data

c. Evaluasi menyeluruh terhadap situs atau kelompok situs apakah bersifat primer, semiprimer, atau sekunder.

Referensi

Dokumen terkait

Jika kalimat tersebut dipasifkan dapat menjadi kalimat “gawiannya haja diulahiakan inyatu amun sudah jagaran baduduk.” Selanjutnya, ketransitifan verba manimpas dapat

Peneliti sengaja memilih ketiga negara tersebut sebagai contoh karena ketika peneliti melakukan magang di Sekretariat NCB-INTERPOL Indonesia, peneliti mendapatkan

konsep siswa tidak hanya sebatas mengenal tetapi siswa harus dapat menghubungkan satu konsep dengan konsep lain. Aplikasi penggunaan model pembelajaran ini, yaitu

[r]

metode baku histologi dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (HE). Masing- masing preparat dibaca gambaran histopatologi di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran

Tantangan untuk meraih prestasi terdiri dari 2 faktor yaitu faktor dari dalam diri sendiri (faktor internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal). kedua faktor

[r]