ANALISA RISIKO PROYEK PEMBANGUNAN PIPA GAS
JUMPER
PT. PETROKIMIA GRESIK
Jogi Krisdianto, Budi Santosa Program Studi Magister Manajemen Industri
Bidang Keahlian Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus MMT ITS Cokroaminoto, Surabaya Email :jogie242@gmail.com;budi_s@ie.its.ac.id
ABSTRAK
Proyek pembangunan pipa gas jumper PT. Petrokimia Gresik dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasokan gas alam sebagai bahan baku pabrik amoniak. Dalam pelaksanaannya, sering terjadi hambatan baik dari internal maupun eksternal. yang menyebabkan terjadinya keterlambatan penyelesaian dan pembengkakan biaya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna menganalisa risiko dalam proyek. Penelitian ini bertujuan untuk dapat menentukan penanggulangan risiko melalui kegiatan meminimalisir penyebab risiko.
Penanganan risiko dengan menggunakan metode house of risk (HOR) dan melalui diskusi serta brainstorming dapat diidentifikasi beberapa risiko proyek (risk event), risk agent serta tindakan preventif (proactive action). Melalui kuesioner diperoleh hasil penilaian hubungan proactive action terhadap risk agent yang berkontribusi terhadap akumulasi ARP (aggregate risk potential) risk agent. Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel HOR 2 diperoleh prioritas proactive action. Tindakan preventif harus dilakukan berdasarkan prioritasnya sehingga peluang terjadinya risiko dalam proyek bisa diminimalisasi. Hal ini berdampak proyek bisa selesai tepat waktu, tidak terjadi pembengkakan biaya dan tujuan proyek tercapai sesuai yang diharapkan.
Kata kunci : proyek, risiko, house of risk.
PENDAHULUAN
PT. Petrokimia Gresik merupakan industri kimia yang menghasilkan berbagai produk pupuk seperti Urea, ZA, SP-36, NPK, dsb. Pabrik Amoniak merupakan salah satu unit pabrik yang ada di PT. Petrokimia Gresik, yang berbasis gas nitrogen dan produk yang dihasilkan adalah amoniak cair dengan kapasitas produksi 1350 Ton per hari atau 445.000 Ton per tahun. Gas hidrogen diperoleh melalui proses pemisahan dari gas alam yang merupakan bahan baku utama dalam produksi amoniak ini. Pabrik
amoniak didesain dengan bahan baku gas alam 60 MMSCFD (million standard cubic feed). Sejak terjadinya kegagalan pipa gas milik PT. Pertamina Gas pada bulan Nopember 2006, pasokan gas alam ke PT. Petrokimia Gresik sempat terhenti hingga 1 bulan. Akibat minimnya pasokan gas alam, maka untuk keperluan bahan bakar gas turbine generator dan boiler dengan menggunakan bahan bakar solar dan ini sangat membebani perusahaan. Pasokan gas alam yang diperoleh hanya sebesar 44 - 46 MMSCFD, sehingga pabrik amoniak hanya bisa berproduksi maksimal 85% dari kapasitas desain.
Salah satu upaya yang diusulkan ke pihak manajemen adalah pembangunan pipa gas dari stasiun penerimaan gas (ORF) PT. Pertamina Gas menuju pipa utama penyalur gas dengan jarak sekitar 10,5 km. Dengan pembangunan pipa gas ini diharapkan bisa diperoleh tambahan gas 6-8 MMSCFD
Pemetaan risiko yang dihadapi selama pelaksanaan proyek pembangunan pipa gas juga belum ada, sehingga seringkali terjadi hambatan baik dari segi teknis maupun non teknis.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan analisa risiko yang meliputi identifikasi risiko, penyebab risiko serta penanganannya melalui tindakan preventif guna mendapatkan pelaksanaan proyek yang efisien baik dari sisi waktu maupun biaya .
STUDI LITERATUR
Proyek didefinisikan sebagai suatu yang kompleks, tidak rutin, suatu usaha yang dibatasi oleh waktu, anggaran biaya, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang didesain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Gray dan Larson, 2006).
Risiko adalah suatu hal yang selalu dihindari agar bisa mencapai tujuan suatu proyek. Semua risiko yang ada bisa diatasi dengan perencanaan dan pengendalian risiko yang baik.
Risiko, menurut Barkley, 2004, bisa didefinisikan sebagai berikut :
a. Risiko adalah adanya ketidakpastian dalam suatu rencana proyek yang masih dapat dikendalikan atau diluruskan.
b. Risiko terintegrasi proses perencanaan usaha dan proyek, sehingga risiko tidak bisa dipisahkan dari manajemen.
Risiko juga didefinisikan sebagai suatu kejadian yang potensial yang dapat menjadi suatu ancaman dalam suatu proyek (Heldman, 2005). Oleh karena itu risiko harus bisa dikendalikan dengan baik, mulai proses identifikasi risiko, menganalisa risiko, membuat skala prioritas serta melakukan perencanaan pengendalian risiko dengan baik.
Proses identifikasi risiko dilakukan dengan membuat daftar semua risiko yang mungkin akan timbul yang dapat berdampak pada jalannya proyek. Dalam proses identifikasi risiko ini semua anggota tim dilibatkan untuk melakukan brainstorming untuk mengindentifikasi semua risiko yang potensial. Setelah semua risiko secara makro ditentukan maka selanjutnya dilakukan identifikasi secara lebih detail dan spesifik terhadap segala aspek kegiatan proyek. Salah satu metode yang tepat digunakan untuk melakukan proses identifikasi seperti ini adalah dengan menggunakan risk breakdown structure (RBS).
Proses identifikasi risiko ini tidak hanya terbatas semua masukan dari anggota tim, namun juga perlu memperhatikan berbagai masukan dari pihak luar seperti pelanggan, subkontraktor, vendor maupun pemegang saham lainnya. Kunci sukses dari proses identifikasi resiko adalah attitude. Tujuan utama proses identifikasi risiko adalah untuk menemukan semua permasalahan sebelum hal itu terjadi.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam melakukan analisa risiko, yaitu :analisa risiko kualitatif dan analisa risiko kuantitatif. Analisa risiko kualitatif merupakan analisa yang lebih fokus terhadap probabilitas kejadian risiko dan akibat bila risiko tersebut terjadi. Semua risiko mempunyai dua hal tersebut yakni probabilitas dan akibat. Akibat terjadinya risiko akan berdampak pada semua elemen proyek seperti jadwal, anggaran, sumberdaya, biaya, kualitas, ruang lingkup dan kinerja. Teknik
kualitatif yang digunakan dalam melakukan analisa kualitatif untuk menentukan probabilitas dan akibat risiko, meliputi : brainstorming, interview, teknik delphi,data historis,analisa SWOT, risk rating scales.
Analisa risiko kuantitatif merupakan suatu cara dalam menentukan skala resiko melalui pembobotan nilai. Jadi dalam analisa ini tidak hanya menentukan tingkat tinggi
–sedang– rendah, tetapi juga harus memberikan nilai angka pada probabilitas maupun dampak setiap risiko. Berdasarkan penilaian masing-masing probabilitas dan dampak risiko ini akan dihitung nilai risikonya. Semua risiko yang sudah terdokumentasi diberikan penilaian baik probabilitas maupun dampak risiko dan kemudian bisa diperoleh nilai risiko.
METODOLOGI PENELITIAN
Data-data yang diperlukan untuk analisa dan perhitungan dalam penelitian diambil dari hasil pencatatan dan hasil inspeksi selama berjalanya kegiatan proyek pembangunan pipa gas jumper PKG di Porong-Sidoarjo. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Brainstorming dari berbagai pihak yang terkait proyek ini dalam rangka menentukan risiko yang mungkin terjadi dalam proyek.
b. Kuesioner dengan responden beberapa pejabat eselon I dan II di PT. Petrokimia Gresik mengenai hubungan antara tindakan preventif (proactive action, PA) dengan risk agent serta penilaian terhadap masing-masing proactive action.
Proses pengolahan data-data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisa risiko proyek.
Pelaksanaan analisa risiko proyek dimulai dengan melakukan identifikasi berbagai risiko yang akan mungkin terjadi dalam pelaksanaan proyek. Analisa risiko dilakukan dengan menggunakan metode House Of Risk (Pujawan, 2009). Metode ini terdiri dari 2 model tabel penilaian risiko dan penanganannya yakni HOR 1 dan HOR 2.
a.Identifikasi risiko
Identifikasi risiko merupakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan risk event yaitu risiko yang bisa dan berpeluang terjadi selama proyek. Identifikasi risiko dilakukan melalui brainstorming dari berbagai pihak yang terkait dalam proyek serta berbagai masukan dari pihak luar. Identifikasi risiko juga didasarkan pada beberapa kejadian selama proyek yang telah mengakibatkan keterlambatan maupun penambahan biaya proyek. Identifikasi risiko tersebut diambil dari hasil laporan kemajuan proyek yang dibuat oleh tim proyek. Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan risk breakdown structure (RBS). Risk event yang sudah terindentifikasi juga ditentukan nilai tingkat keparahan (severity) mulai dari 1 hingga 10. Nilai 1 menyatakan bahwa tidak ada dampak dari risiko yang terjadi, sedang nilai 10 dampak risiko sangat berbahaya.
b.Identifikasi risk agent
Risk agent merupakan beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya risiko. Identifikasi risk agent dilakukan berdasarkan brainstorming dan referensi yang ada. Masing-masing risk agent diberikan nilai occurrence yakni nilai peluang terjadinya risk agent, mulai 1 hingga 10.
c.Penghitungan aggregate risk potential (ARP)
Berdasarkan hasil identifikasi risk event dan risk agent kemudian ditentukan nilai korelasi antara risk agent dan risk event, dimana diberikan nilai 0, 1, 3, 9. Nilai 0
berarti tidak ada korelasi, nilai 1 berarti korelasi rendah, nilai 3 berarti korelasi sedang dan nilai 9 berarti mempunyai korelasi sangat tinggi. Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut dalam tabel HOR 1, maka diperoleh hasil perhitungan aggregate risk potential (ARP) masing-masing risk agent dan bisa ditentukan peringkatnya. Berdasarkan diagram pareto akan dapat ditentukan berapa risk agent yang berkontribusi terhadap 75% total ARP. Perhitungan aggregate risk potential (ARP) berdasarkan persamaan berikut :
ARPj = Oj Si Rij ...
(1)
d.Penanganan risiko
Berdasarkan risk agent yang sudah dipilih, maka dilakukan identifikasi terhadap tindakan preventif (proactive action) berdasarkan brainstorming dari beberapa manager yang terkait dengan kegiatan proyek ini. Proactive action yang sudah terindentifikasi diberikan penilaian korelasi dengan risk agent, dengan nilai 0, 1, 3, 9 yang masing-masing menyatakan no, low, moderate dan high relationship. Masing-masing proactive action juga diberikan nilai terhadap impelementasinya disesuaikan dengan kondisi keuangan dan sumber daya perusahaan. Penilaian ini akan dilakukan melalui kuesioner yang akan ditujukan kepada pejabat eselon I dan II PT. Petrokimia Gresik. Dari hasil kuesioner dilakukan perhitungan Relative Importance Index (RII) terhadap nilai-nilai korelasi dan nilai masing-masing proactive action, melalui persamaan berikut (El-Sayegh, 2007) :
Relative importance index,
i=1WiXi
RII = ... (2) i=1Xi
dimana :
Wi : weight assigned to i th response Xi : frequency of the i th response i : response category index
Perhitungan pertama adalah total effectiveness of proactive k (TEk), yang dihitung berdasarkan rumus :
TEk=ARPjEjk k………....…….
(3)
Tahap berikutnya merupakan perhitungan total effectiveness to difficulty ratio, yang dihitungberdasarkan persamaan :
TEk
ETDk= ………...………...……….….
(4)
Dk
Berdasarkan hasil perhitungan di atas yang dimasukkan dalam tabel HOR 2, diperoleh peringkat proactive action yang selanjutnya dijadikan pedoman untuk melakukan pencegahan atau tindakan untuk meminimalisasi terjadinya risiko proyek.
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Data-data hasil identifikasi sumber risiko diklasifikasikan dalam dua kategori yakni risiko yang berasal dari internal dan risiko yang berasal eksternal. Terdapat 32 risk event dan sebagian seperti terlihat dalam tabel 1. Hasil identifikasi sumber risiko dibuat dalam suatu risk breakdown structure seperti terlihat dalam gambar 1.
5
Analisa risiko dilakukan dengan menggunakan metode HOR atau House Of Risk (Pujawan, 2009). Metode ini akan menentukan penyebab terjadinya risiko yang mendapatkan prioritas untuk penanganannya agar risiko tersebut tidak terjadi. Terdapat dua model dalam metode ini yakni :
1. HOR 1 digunakan untuk menentukan penyebab risiko (risk agent)yang akan diprioritaskan untuk dilakukan tindakan preventif.
2. HOR 2 untuk memberikan prioritas terhadap tindakan preventif yang telah dipertimbangkan secara efektif namun didasarkan pada komitmen keuangan dan sumber daya.
Hasil identifikasi risk event sebagaimana terlihat dalam tabel 1. Nilai severity berada di antara angka 1 dan 10, dimana nilai 1 mengindikasikan bahwa hampir tidak ada dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi dan nilai 10 mengindikasikan bahwa dampak risiko sangat berbahaya.
Tabel 1. Identifikasi Risk Event Major
Sources
Sub Sources Risk Event Severity Code
Manajemen Perusahaan
Pembayaran Kontraktor
Keterlambatan pembayaran kontraktor 2 E1
Penentuan jadwal proyek
Jadwal proyek dipercepat 4 E2
Desain konstruksi Perubahan desain konstruksi 3 E3
Kontrak proyek Pelanggaran kontrak kerja 2 E4
SDM Pengawas Pengawasan
proyek
Terjadi keterlambatan inspeksi 3 E31
Jumlah tenaga pengawas proyek
Tahapan pekerjaan terhenti 3 E32
Langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi penyebab terjadinya risiko (risk agent) berdasarkan brainstorming dan referensi yang ada. Masing-masing risk agent diberikan nilai dari 1 hingga 10 atas peluang terjadinya risk agent. Hasil identifikasi diperoleh 30 risk agent dan sebagian seperti dalam tabel 2.
Proses berikutnya adalah mencari korelasi antara masing-masing risk event dan risk agent, dimana hubungan antara keduanya diidentifikasi dan diberikan nilai 0, 1, 3 atau 9. Nilai 9 menyatakan bahwa hubungan antara risk agent dan risk event sangat terkait, begitu seterusnya dan nilai 0 berarti tidak terdapat hubungan sama sekali. Hubungan antara masing-masing risk event dan risk agent dimasukkan dalam tabel HOR 1. Berdasarkan ketiga nilai tersebut, maka dilakukan penghitungan aggregate risk potential dari masing-masing risk agent sesuai persamaan 2. Hasil perhitungan ARP seperti terlihat dalam tabel HOR 1 dan terlihat bahwa nilai ARP berada dalam antara 18 hingga 945.
Penentuan Peringkat Risk Agent
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa dalam HOR 1 dibuat suatu diagram pareto seperti dalam gambar 3. Dalam diagram pareto tersebut terlihat bahwa terdapat 18 risk
Gambar 1. Risk Breakdown Structure (RBS) Proyek Pembangunan Gas Jumper PKG Tabel 2. Identifikasi risk agent.
Code Risk Agent Occurrence
A1 Keterlambatan keputusan manajemen tentang CSR 5
A2 Kewenangan Kepala Proyek terbatas 4
A3 Faktor perubahan musim 3
A28 Perubahan kebijakan pemerintah dalam hal pengaturan gas alam 5
A29 Perundingan tidak mendapatkan kesepakatan 6
A30 Pengawasan pekerjaan proyek kurang 5
Penentuan Peringkat Risk Agent
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa dalam HOR 1 dibuat suatu diagram pareto seperti dalam gambar 3. Dalam diagram pareto tersebut terlihat bahwa terdapat 18 risk agent yang mempunyai kontribusi besar dalam nilai ARP dimana mencakup sekitar 75% dari nilai total ARP. Sehingga ke 18 risk agent perlu mendapatkan perhatian untuk dibuat
skala prioritas dari upaya yang harus dilaksanakan untuk meminimalisir risiko sesuai dengan komitmen dari aspek finansial dan sumber daya. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan jenis penanganan risiko serta prioritas yang harus dilakukan.
Instalasi pipa Engineering Perijinan Ditjen Migas Perijinan Dinas Pengairan Perijinan PT Pertagas
Mekanik Sipil Sosialisasi ke
warga desa
Pemasangan
isolasi Holiday test Penanaman pipa
Uji radiografi Pemasangancover beton Pengelasan
Hydrostatic test
Purging N2 Proyek Pembangunan
Pipa Gas Jumper PKG
Gambar desain Estimasi biaya bid mekanikal Gambar desain Sosialisasi proyek Perijinan Pemkab Sidoarjo Estimasi biaya bid. sipil
Rapat teknis & presentasi Peninjauan lapangan Rapat teknis Peninjauan lapangan Pengurusan Dinas Perijinan
Presentasi & sosialisasi proyek ke pemkab
Rapat teknis & presentasi Peninjauan lapangan Pengadaan pipa dan aksesoris Pengadaan Jasa
Proses tender Fabrikasi pipa Pengiriman pipa Proses tender Kick of meeting
Penyerahan CSR Kualifikasi jurulas & WPS PQR Penggalian sungai ]Penggelaran pipa Hot tapping Proses Hot Tapping Pengelasan Perijinan Ditjen Migas Pigging&cleaning Proses Gas in
Beveling Fit up joint Pengelasan
Sertifikasi & Kualifikasi Pengujian
Penyiapan sample uji
Gambar 2. Contoh tabel HOR 1 Gambar 3. Diagram Pareto ARP Risk Agent Urutan 18 besar nilai ARP risk agent yaitu :
1. A24, ARP = 945 7. A18, ARP = 570 13. A26, ARP = 432
2. A6, ARP = 915 8. A1, ARP = 540 14. A28, ARP= 390
3. A19, ARP = 846 9. A14, ARP = 528 15. A30, ARP = 330
4. A20 , ARP = 816 10. A10, ARP = 495 16. A9, ARP = 297
5. A29, ARP = 630 11. A13, ARP = 450 17. A18, ARP = 270
6. A11, ARP = 600 12. A16, ARP = 441 18. A5, ARP = 240
Risk agent tersebut di atas merupakan penyebab yang paling dominan terhadap beberapa risiko yang akan terjadi dalam pelaksanaan proyek. Selanjutnya 18 risk agent di atas menjadi data dalam tabel HOR 2, dimana berdasarkan hasil perhitungan akan dapat ditentukan peringkat risk agent yang harus diprioritaskan dalam penanganannya.
Proses penanganan risiko didasarkan pada hasil analisa dan perhitungan dari HOR 1 dimana telah ditentukan sebanyak 18 risk agent yang diprediksi sangat dominan dalam terjadinya risiko. Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap tindakan preventif (proactive action, PA)yang bisa dilakukan untuk memperkecil peluang terjadinya risk agent tersebut. Tindakan preventif yang dilakukan harus bisa dipenuhi baik dari sisi finansial maupun sumber daya. Identifikasi tindakan preventif diperoleh berdasarkan hasil brainstorming dari beberapa manajer yang terkait dengan kegiatan proyek ini.
Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh beberapa tindakan preventif atau proactive action yang harus dilakukan diperoleh 16 proactive action, diantaranya sebagai berikut :
1. Melakukan diskusi teknis dan rapat koordinasi dengan pihak instansi terkait secara intensif (PA 1).
2. Membentuk beberapa tim kecil yang bertugas mengurus perijinan di masing-masing instansi terkait, sehingga proses perijinan bisa berjalan paralel (PA 2).
3. Melakukan pendekatan persuasif terhadap LSM dan tokoh masyarakat desa (PA 3). ....
16. Strategi pemenuhan produk pupuk (PA 16).
Tindakan preventif di atas merupakan usulan kepada manajemen perusahaan untuk bisa dilakukan dalam rangka memperkecil terjadinya risiko. Selanjutnya 16 tindakan preventif dan 18 risk agent di atas dimasukkan ke dalam frame work HOR 2 untuk dilakukan analisa dan perhitungan. Hubungan antara tindakan preventif dengan risk agent ditentukan dengan penilaian 0, 1, 3 dan 9, yang masing-masing angka tersebut menyatakan no, low, moderate dan high relationship. Perhitungan pertama adalah total effectiveness of proactive k (TEk), yang dihitung berdasarkan persamaan 3.
PARETO DIAGRAM OF ARP OF RISK AGENT
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 A24 A6 A19
A20A29A11A18 A1 A14A10A13A16A26A28A30 A9 A18A5A12A15A21 A4 A25A3A27 A2 A23 A17A22 A7 RISK AGENT 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% ARPj Cum ARPj
Hasil perhitungan TEkseperti terlihat dalam tabel HOR 2 .
Tahap berikutnya adalah menentukan nilai degree of difficulty (Dk)dari pelaksanaan masing-masing tindakan preventif. Penilaian degree of difficulty diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu low dengan nilai 3, medium dengan nilai 4 dan high dengan nilai 5. Hasil penilaian dimasukkan dalam baris di bawah TEk dalam tabel HOR 2. Tahap berikutnya merupakan perhitungan total effectiveness to difficulty ratio, yang dihitung berdasarkan persamaan 4. Sedangkan tahap akhir adalah penentuan peringkat untuk prioritas pelaksanaannya, dimana peringkat 1 merupakan tindakan dengan nilai ETDktertinggi.
Penentuan nilai hubungan antara proactive atau preventive action dengan risk agent berdasarkan kuesioner yang merupakan pendapat dari responden. Responden dalam kuesioner ini merupakan pejabat setingkat manager dan general manajer yang berkompeten terhadap permasalahan proyek. Hasil kuesioner selengkapnya seperti terlihat dalam tabel HOR 2.
Gambar 4. Contoh perhitungan tabel HOR 2
Data-data nilai hubungan proactive action dengan risk agent dan data nilai masing-masing risk agent di atas dimasukkan dalam tabel HOR 2, sehingga bisa dilakukan perhitungan terhadap total effectiveness to difficulty ratio (ETDk). Berdasarkan analisa dan perhitungan dalam HOR2 diperoleh hasil peringkat sebagai berikut :
1. PA 9 PA 3 dengan nilai ETDk= 3678,75 2. PA 5 dengan nilai ETDk= 3686
3. PA 4 dengan nilai ETDk= 3665,4 4. dan seterusnya
16. PA 12 dengan nilai ETDk= 945
Urutan peringkat proactive action di atas merupakan tindakan preventif yang harus dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya resiko selama proyek berlangsung. Tindakan yang paling utama dilakukan adalah melibatkan tenaga ahli pembangunan pipa gas. Meskipun berdampak bertambahnya biaya proyek, namun hasil yang diperoleh juga cukup besar. Dengan adanya tenaga ahli maka permasalahan yang menyangkut hal teknis bisa diselesaikan sehingga risiko terhambatnya proyek bisa dikurangi atau dihilangkan hingga bisa mempersingkat waktu pelaksanaan. Kesalahan-kesalahan teknis seperti penggunaan standar atau code, metode pelaksanaan serta desain pembangunan pipa gas dapat dihindarkan.
Tindakan preventif dengan melakukan pendekatan persuasif terhadap tokoh LSM maupun tokoh masyarakat juga sangat penting untuk dilakukan. Hal ini sebagai upaya untuk menghindari terjadinya risiko demonstrasi yang dilakukan oleh warga
maupun LSM yang ada. Bila hal ini tidak dilakukan, risiko demonstrasi akan terjadi dan berdampak pada terhentinya pekerjaan sehingga waktu penyelesaian tidak sesuai dengan jadwal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode house of risk (HOR) sangat membantu dalam upaya mengidentifikasi risiko proyek serta penanganannya, sehingga peluang terjadinya semua risiko proyek yang teridentifikasi bisa diminimalisasi. Dengan metode ini juga lebih efisien dalam penanganan risiko karena langkah yang dilakukan adalah dengan meminimalisir terjadinya penyebab risiko.
2. Hasil analisa risiko melalui HOR diperoleh beberapa tindakan preventif (proactive action) yang harus dilakukan sesuai prioritasnya. Terdapat 16 tindakan preventif yang harus dilaksanakan berdasarkan 18 risk agent yang berkontribusi besar terhadap aggregate risk potential (ARP). Pelaksanaan proactive action dilaksanakan sesuai prioritas atau peringkatnya, karena penentuan peringkat ini ditentukan berdasarkan kondisi keuangan dan sumber daya di perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Barkley, Bruce T. (2004), Project Risk Management, The McGraw Hill Companies, United States of America.
Budi Santosa (2003), Manajemen Proyek, Edisi Pertama, Penerbit Guna Widya, Surabaya.
El-Sayegh Monir Sameh (2008), ‘Risk assessment and allocation in the UAE
construction industry’, International Journal of Project Management, 26,
pp.431-438.
Gray, Cliford F., dan Larson, Erik W., (2006), Project Management, The Managerial Process, Third Edition, Mc Graw Hill, Singapore.
Heldman Kim, PMP (2005),Project Manager’s Spotlight on Risk Management, Harbor Light Press, San Francisco.
I Nyoman Pujawan (2009), ‘House Of Risk : A model for proactive supply chain risk
management’,Emerald Business Process Management Journal.
Iman Soeharto (1997), Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kerzner, Harold, Ph.D. (2003), Project Management, A Systems Approach to Planning, Scheduling and Controlling, Eighth Edition, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Meredith, Jack R., dan Mantel Jr, Samuel J, (2006), Project Management, A Managerial Approach, Sixth Edition, John Wiley & Sons, Hoboken, New Jersey.