i
Identifikasi Zona Sebaran Wereng Hijau (Empoasca sp.) pada Tanaman Teh (Camellia sinensis L.O.K ) di Area Kebun Teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang Sebagai Sumber Belajar pada Siswa SMP kelas VIII
Semester Ganjil
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang untuk Memenuhi
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Disusun oleh : HERFANTINI NIM. 09330104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : HERFANTINI NIM : 09330104
Jurusan : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul : Identifikasi Zona Sebaran Wereng Hijau (Empoasca sp.) pada Tanaman Teh (Camellia sinensis L.O.K ) di Area Kebun Teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang Sebagai Sumber Belajar pada Siswa SMP kelas VIII Semester Ganjil
Diajukan untuk dipertanggung Jawabkan dihadapan Dewan Penguji Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu ( S1 )
pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang dan diterima untuk Memenuhi
Sebagian dari Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Pendidikan Biologi
Mengesahkan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, Januari 2014
Dekan
(Dr. Poncojari Wahyono, M. Kes)
Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Dr. Poncojari Wahyono, M. Kes 1. ……….
2. Dr. Yuni Pantiwati, M. Pd 2. ……….
3. Dra. Sri Wahyuni, M. Kes 3. ……….
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Nama : HERFANTINI
Tempat/Tanggal Lahir : Situbondo, 15 November 1991
NIM : 09330104
Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan Biologi
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Identifikasi Zona Sebaran Wereng Hijau (Empoasca sp.) pada Tanaman Teh (Camellia sinensisL.O.K ) di Area Kebun Teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang Sebagai Sumber Belajar pada Siswa SMP kelas VIII Semester Ganjil” adalah bukan skripsi orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya siap menerima sanksi akademis.
Malang, 26 Januari 2014 Yang Menyatakan
(HERFANTINI)
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “ Identifikasi Zona Sebaran Wereng Hijau (Empoasca sp.) pada Tanaman Teh (Camellia sinensis L.O.K ) di Area Kebun Teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang Sebagai Sumber Belajar pada Siswa SMP kelas VIII Semester Ganjil”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabat, dan para pengikut yang diridhoi-Nya.
Penulis penyadari bahwa dalam penelitian sampai penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Ibu Dra. Sri Wahyuni, M.Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus Dosen Wali saya. Terima kasih atas masukan dan semua ilmu yang telah banyak membantu dan memberi arahan positif pada penulis.
3. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M. Kes selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Yuni Pantiwati, M. Pd selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, motivasi, dan petunjuk baik secara teknis maupun akademik.
vii
6. Bapak dan Ibu tercinta yang tiada henti-hentinya telah memberikan bimbingan, kasih sayang, semangat, nasehat, doa, serta materi. Sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan kuliah diperguruan tinggi. 7. Keluarga besar Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang. 8. Teman-teman Biologi UMM Angkatan 2009, khususnya kelas C yang tidak
mungkin saya sebutkan satu persatu terima kasih sudah menjadi sahabat dan keluarga yang baik. Risma unnie gumawoyo untuk semangat dan doanya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua bantuan, dan dukungan yang diberikan. Semoga karya ilmiah/skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Amin Ya Robal Alamin.
Malang, 25 Januari 2014 Penulis,
v
MOTTO & PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
maka apabila kamu telah selesai demi suatu urusan.
Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhan-Mu hendaknya kamu berharap”
(Qs. Al-Insyirah:6-8)
Tetap semangat dalam mengerjakan skripsi sampai
Selesai dan jangan lupa berdoa
(Bapak & Ibuku Tercinta)
Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai dan tetap lah
semangat meskipun ada badai yang menerpa
x 2.1 Deskripsi Serangga Empoasca sp. 2.1.1 Taksonomi Empoasca sp.……... 12
2.1.2 Bioekologi Empoasca sp.…... 12
2.1.3 Siklus Hidup wereng hijau (Empoasca sp.) ……... 15
2.1.4 Gejala Serangan Serangga Empoasca sp. ………... 16
2.2 Sebaran Empoasca sp. dalam populasi ………...…... 18
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Populas ... 23
2.4 Pengendalian Hama Terpadu ………... 28
xi
2.5.2 Morfologi Tanaman Teh (Camellia sinensis L.O.K ... 32
2.5.3 Varietas yang Diunggulkan ………... 33
2.6 Kebun Teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang ………. 34
2.7 Tinjauan tentang Sumber Belajar 2.7.1 Pengertian Sumber Belajar ………. 35
2.7.2 Komponen Sumber Belajar ……… 37
2.7.3 Manfaat Sumber Belajar ……… 38
2.7.4 Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar ……….. 38
2.7.5 Rancangan Buku ……….... 41
3.4.2 Tahap Pelaksanaan ……….. 44
3.4.3 Tekhnik Pengumpulan Data …... 46
3.4.4 Tekhnik Analisis Data ... 48
3.5 Sebagai Sumber Belajar ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………. 50
4.2 Analisis Data 4.2.1 Kepadatan Relatif Populasi Empoasca sp. antar Klon TRI 2024, TRI 2025 dan Assamica ... 51
xii
4.2.3 Kepadatan Relatif dan Populasi Wereng Hijau (Empoasca sp.) antar Waktu Pagi, Siang, Sore Hari di Dalam Setiap Petak Klon TRI 2024, TRI 2025, dan
Klon Assamica di Area Kebun Teh Wonosari Kabupaten Malang ……….. 54
4.2.4 Faktor Lingkungan yang Paling Menentukan Sebaran Kepadatan Relatif Populasi Empoasca sp. pada Setiap Klon, Zona dan Waktu yang Berbeda pada Tanaman Teh (Camellia sinensis) di Area Kebun Teh Wonosari
Kabupaten Malang ……….. 55
4.3 Pembahasan……… 69
4.4 Hasil Penelitian Digunakan Sebagai Sumber Belajar ... 75 BAB V PENUTUP
xiii
DAFTAR TABEL
2.8 Perbedaan antara Komponen Pembelajaran dan Komponen Belajar... 37 3.4 Kepadatan Relatif Populasi Wereng Hijau (Empoasca sp.) antar Klon, Zona dan Waktu(%) ... 47 4.1 Data Sebaran Kepadatan Relatif Populasi Wereng Hijau (Empoasca sp.) antar
Klon, Zona dan Waktu pada Tanaman Teh ………... 50 4.2 Hasil Analisis Regresi Ganda Bertahap Faktor Abiotik terhadap sebaran Popul
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ... 85
Lampiran 2 ... 87
Lampiran 3 ... 89
Lampiran 4 ... 90
Lampiran 5 ... 91
Lampiran 6 ……… 111
83 Perkebunan The Wonosari Singosari Kabupaten Malang Pada Musim
Penghujan. Skripsi: Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Aksa.2001.Studi Tentang Kepadatandan Pola Sebaran Kerang Darah (Anadaragranosa L.) pada Beberapa Substrat di Zona Intertidal Pantai
Kabupaten Bima. Tesis: Tidak diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri
Malang.
Astrika, W.D. Muchtar, dan Sutrisno. 1987. Penyandraan Klon-klon Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.
Dharmadi, A. 1999. Empoasca sp. Hama Baru di Perkebunan Teh. Makalah Seminar Nasional Peranan Entomology dalam Pengendalian Hama yang
Ramah Lingkungan dan Ekonomis.PEI Cabang Bogor. Bogor.
Dharmawan, Agus. 2004. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang. Malang.
Jumar. 2000. EntomologiPertanian. Jakarta: PT.RinekeCipt.
Kulsum, Umi. 2005. Studi Komunitas Serangga Tanah Epifauna di Lahan Sekitar Erupsi Gunung Semeru Kawasan Nasional Bromo Tengger Semeru
Kabupaten Lumajang. Skripsi: Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Krebs. C. J. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and
abundance. Harper and Row Publisher. New York.
Odum, E.P. 1993. Fundamental of ecology.3th Eds. 1979. Tjahjono Samingan
(Penterjemah). 1003. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gajah Mada
University Press.Yogyakarta.
Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya. (Online)
(http://www.iptek.net.id/ind/pd_invertebrata/index.php?id=216&ch=pd_
84
Rohman, Fatchur. 2009. Natural Enimies Conservation by Refugeeplants on Tea Plantation of Wonosari Singosari Malang Regency. Hand out Konferency Pontianak. Malang.
Rohman, Fatchur. 2008. Struktur Komunitas Tumbuhan Liar dan Arthropoda sebagai Komponen Evaluasi Agroekosistem di Kebun The Wonosari
Singosari Kabupaten Malang. Disertai. Tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Brawijaya.
Sudarmo, S. 1992. Pengendalian Serangga Hama dan Penyakit Kapas .Yogyakarta.Kanisius.
Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek
Pengembangan Guru Sekolah Menengah. IBRD Loan No 3979 Dirgen
Pendidikan Dekan Tingkat Departemen Nasional.
Widayat, W dan Rayati, D.J. 2003. Teknologi PHT Untuk Komoditas Teh.
Makalah. Ekspose Pameran Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Komuditas Perkebunan di Yogyakarta.
Winasa, W dan Wahyu Widayat.1999. Wereng Daun The Empoasca flavescens (F.) (Homoptera: Cicadelliae): Bioekologi dan Upaya Pengendaliannya
Secara Hayati. Makalah Badan Penelitian Pengendalian Hama Terpadu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman teh (Camellia sinensis L.) telah lama diusahakan orang sebagai tanaman perkebunan dan tersebar di benua-benua Afrika, Australia, dan Asia termasuk Indonesia (Adisewejo, 1982).Teh merupakan bahan perdagangan yang dikonsumsi oleh penduduk dunia.Kebiasaaan minum teh diduga berasal dari China yang kemudian berkembang di Jepang dan Eropa (Wibowo et al., 1997).Sekitar sejuta ton teh dikonsumsi penduduk di seluruh dunia, baik di negara yang menghasilkan teh maupun di negara yang harus mengimpor berpuluh-puluh maupun beratus-ratus ton teh tiap tahun (Siswoputranto, 1978).
Indonesia telah lama di kenal sebagai negara penghasil.Pertanaman teh selain diusahakan oleh perusahaan perkebunan Negara banyak pula diusahakan pihak swasta dan individu pada lahan-lahan pertanaman yang dimilikinnya. Perkebunan teh banyak kita dapatkan di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera dan beberapa daerah dataran tinggi lainnya. Teh untuk ekspor adalah teh hitam yang dipak dengan baik-baik dalam peti tripleks yang dibagian dalamnya telah dilapisi kertas timah yang agak tebal, sehingga dalam perjalanannya kenegara-negara peminta tidak terpengaruh hawa dan terbebas dari gangguan hamagudang. Bagi konsumen dalam negeri diproduksi teh hijau karean konsumen dalam negeri lebih banyak yang menyukai teh hijau daripada teh hitam.
2
dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). Lokasi kebun berada di lereng sebelah timur gunung Arjuna dengan ketinggian tempat 950 – 1300 meter dari permukaan air laut. Berjarak 9 km dari kota Singosari, 6 km dari Lawang, 30 km dari Malang, dan 80 km dari Surabaya (Sopiar dkk, 2006).
Dalam usaha pengembangan dan peningkatan mutu hasil tanaman teh akan selalu dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat membatasi, antara lain serangan hama dan patogen. Menghadapi masalah hama dan patogen tidaklah mudah, karena terbatasnya pengetahuan tentang pengendaliannya atau bilamana pengetahuan itu telah ada namun sarana dan prasarana belum ada. Tanaman mengalami sakit, tidak normal pertumbuhan dan perkembangannya sehingga hasil tanaman mengalami penurunan.
Hama Tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk dikebun-kebun teh.Usaha pengendalian sangat beragam tergantung situasi dan kondisi yang ada dikebun teh masing-masing.(Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh, Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, Pusat Penelitian Teh dan Kina, Hal. 95).Wereng hijau (Empoasca sp.) salah satu hama tanaman yang mendapat perhatian intensif.
3
wereng hijau (Empoasca sp.) terjadi mulai pertengahan bulan April 1998 di Afdeling Cikopo Selatan 1 dan pada bulan Mei 1998 di Afdeling Gunung Mas 1. Sudarmo (1992) mengatakan bahwa produksi populasi wereng hijau (Empoasca sp.) meningkat pada bulan kering (April-September).
Aisyah (2008) menyatakan bahwa keberadaan hama wereng hijau
(Empoasca sp.) juga ditemukan diperkebunan teh Wonosari Singosari Kabupaten
Malang. Hal ini diperjelas oleh surat edaran direksi PTPN XII Surabaya Nomor: 21/SE/31/1995 dan nomor: 21/SE/093/2003 yang disampaikan kepada administatur perkebunan teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang. Surat edaran tersebut berisi tentang serangan wereng hijau (Empoasca sp.) dengan gejala serangan serangga seperti yang dikemukakan oleh Winasa (1999) yaitu daun yang terserang pertama kali nampak berwarna pucat. Peralihan inang tanaman yang diserang oleh wereng hijau (Empoasca sp.) dari kapas ke tanaman teh di duga terjadi akibat beberapa faktor yaitu:a). Keseimbangan ekosistem dikebun teh terganggu dengan rendahnya populasi dan keragaman serangga termasuk keberadaan musuh alami. b). Penggunan insektisida yang berlebihan dan tidak cepat. c). Kondisi iklim yang panas dan lembab serta kesehatan tanaman menurun (Widayat dan Winasa, 2003).
4
maka perlu dikembangkan secara alamiah. Pengendalian secara alamiah berarti pengendalian menggunakan predator atau dilakukan dengan menggunakan pengendalian biologis.
Maranis (2005) dalam Budiharto (2009:2) menyatakan kelimpahan suatu populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber makanan maupun sumber sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Keadaan makanan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan disuatu tempat, hal ini dikarenakan adanya kompetisi antar individu.
Hasil penelitian Corneliyawati (2010) menunjukkan bahwa sebaran kepadatan relatif populasi wereng hijau (Empoasca sp.) antara klon TRI 2024, TRI 2025, dan Assamica nilai persentase tertinggi dapat dijumpai pada klon TRI 2024 sebesar 20%. Sedangkan untuk pengamatan kepadatan relatif populasi Wereng hijau (Empoasca sp.) antar zona A, B, C dalam setiap petak klon TRI 2024, TRI 2025, dan Assamica nilai persentase tertinggi dapat dijumpai pada zona A dengan persentase sebesar 20% untuk klon TRI 2024, sedangkan klon TRI 2025 dengan persentase sebesar 17.647% dan Assamica sebesar 18.333%. Untuk pengamatan kepadatan relatif populasi Wereng hijau (Empoasca sp.) antar waktu pagi, siang, dan sore hari di area kebun teh Wonosari didapatkan hasil nilai persentase kepadatan relatif populasi Empoasca sp. yang tertinggi dapat dijumpai pada siang hari sebesar 43.333% pada klon Assamica.
5
dilakukan oleh serangga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ekternal yang berupa pH, kelembaban, intensitas cahaya dan suhu sedangkan faktor internal berupa ketersediaan makanan.Zona sebaran merupakan area pindahan
Empoasca sp. yang ditentukan berdasarkan jumlah anggota populasi di setiap area
petak klon teh dengan zona yang tersusun secara radial dan jarak antar lingkaran 10 meter.Indikator pengamatan sebaran populasi Empoasca sp.adalah dengan mengamati jumlah populasi imago Empoasca sp.secara langsung pada setiap tegakan / perdu tanaman teh.
6
peningkatan kepadatan populasi sedangkan pada siang dan sore hari, peningkatan kepadatan populasi wereng hijau (Empoasca sp.) rata-rata sama.
Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang sangat kaya sesuai dengan tuntutan kurikulum.Ada dua bentuk lingkungan belajar, yakni pertama lingkungan atau tempat yang sengaja didesain untuk belajar siswa seperti laboratorium, perpustakaan, ruang internet dan lain sebagainya.Lingkungan semacam ini dikenal dengan lingkungan by design.Kedua, lingkungan yang tidak didesain untuk proses pembelajaran akan tetapi keberadaannya dapat dimanfaatkan, misalnya halaman sekolah, taman sekolah, kantin, kamar mandi, tempat wisata dan lain sebagainya. Lingkungan yang demikian dikenal dengan lingkungan yang bersifat by
utilization.Kedua bentuk lingkungan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap guru
karena memang selain memiliki informasi yang sangat kaya untuk mempelajari materi pelajaran, juga dapat secara langsung dijadikan tempat belajar setiap siswa (Sanjaya, 2008).
7
penyebaran yang terjadi dan faktor biotik dan abiotik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan hama tersebut.
Harapan dari penelitian ini adalah masyarakat dapat mengetahui sebaran kepadatan relatif populasi Empoasca sp.antar zona didalam setiap petak klon TRI 2024, TRI 2025, dan Assamnica di Area kebun teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang sehingga memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan yang tepat untuk mengendalikan hama Empoasca sp. dengan aplikasi ramah lingkungan serta diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pentingnya pengendalian biologis untuk pertanian serta dapat di aplikasikan sebagai sumber belajar siswa Sekolah Menengah Pertama kelas VIII khususnya pada materi mengidentifikasi hama dan penyakit pada organ tumbuhan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sebaran keapadatan relatif populasi Empoasca sp.antar zona didalam setiap petak klon TRI 2024, TRI 2025, dan Assamnica di Area Kebun Teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang?
2. Bagaimana sebaran kepadatan relatif populasi Empoasca sp.antar waktu pada tanaman teh?
3. Faktor abiotik yang paling menentukan sebaran kepadatan relatif populasi Empoasca sp.pada setiap klon, zona dan waktu pada tanaman teh?
4. Bagaimana proses dan hasil penelitian ini dikembangkan menjadi sumber belajar siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII semester ganjil?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan adalah: 1. Untuk mengetahui sebaran keapadatan relatif populasi Empoasca
sp.antar zona didalam setiap petak klon TRI 2024, TRI 2025, dan Assamnica di Area kebun teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang. 2. Untuk mengetahui sebaran kepadatan relatif populasi Empoasca
9
3. Untuk mengetahui faktor abiotik yang paling menentukan sebaran kepadatan relatif populasi Empoasca sp.pada setiap klon, zona dan waktu pada tanaman teh.
4. Untuk memperoleh proses dan hasil penelitian ini untuk dikembangkansebagai sumber belajar dalam perencanaan pembelajaran Biologi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII semester ganjil pada materi SK Memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan dengan KD mengidentifikasi hama dan penyakit pada organ tumbuhan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan yang tepat untuk mengendalikan hamaEmpoasca sp. dengan aplikasi ramah lingkungan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pentingnya pengendalian biologis untuk pertanian.
3. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai zona sebaran populasi Empoasca sp. pada tanaman teh. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai
10
5. Untuk seorang pembimbing (guru) penelitian ini bermanfaat sebagai bahan untuk mengajar pada materi SK Memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan dengan KD mengidentifikasi hama dan penyakit pada organ tumbuhan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII semester ganjil.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Pengamatan sebaran kepadatan relatife populasi dilakukan pada klon, zona, dan waktu yang berbeda.
2. Klon yang diamati adalah Klon TRI 2024, Klon TRI 2025, dan Klon Assamnica yang tanahnya diatas.
3. Zona pengamatan terdiri dari 3 zona, yaitu zona A yang ditarik mulai titik pusat hingga jarak 10 m, zona B diukur mulai dari titik pengamatan di zona A sampai jarak 10 m, dan zona C diukur mulai dari titik pengamatan di zona B sampai jarak 10 m.
4. Pengamatan sebaran kepadatan relatif populasi wereng hijau
(Empoasca sp.) dilaksanakan pada bulan Agustus diwaktu pagi (pukul
06.00 WIB), siang (pukul 11.00 WIB) dan sore (pukul 15.00 WIB). Jumlah anggota populasi dari wereng hijau dapat dilihat pada situasi yang berbeda dalam kurun waktu 1 hari.
11
1.6 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional penelitian sebagai berikut :
1. Zona sebaran merupakan area sebaran wereng hijau yang ditentukan berdasarkan kepadatan relatif populasi disetiap area petak klon teh dengan zona yang tersusun secara radial dan jarak antar lingkaran adalah 10 m.