• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM

FALLING FILM

EVAPORATOR

DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

Nama/NRP : Ratih Triwulandari/ 2308 100 509

Riswanti Zawawi / 2308 100 538

Pembimbing : Prof. Dr.Ir. Kusno Budhikarjono, MT

Dr. Ir. Susianto, DEA Abstraksi

Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk memekatkan suatu larutan. Digunakan untuk memekatkan fluida yang sensitif terhadap panas. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan falling film evaporator adalah dengan penghembusan udara yang bertujuan untuk menurunkan tekanan uap air, sehingga akan terjadi penurunan titik didih larutan.

Sesuai dengan lingkup masalah yang ditinjau maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa secara teoritis tentang fenomena perpindahan panas dan massa pada

falling film evaporator dengan sistem nira-udara dan menentukan model matematis dan penyelesaian numerik untuk memprediksikan kinerja falling film evaporator. Distribusi temperatur dan konsentrasi akhir produk didapatkan dengan melakukan pengembangan model matematis perhitungan neraca massa dan neraca panas yang menghasilkan sistem persamaan differensial yang diselesaikan secara numerik dengan metode Runge-Kutta orde 4 dan finite difference dengan menggunakan program software MATLAB. Variabel dari penelitian ini adalah laju alir liquida yang divariasi 40 l/jam; 60 l/jam; 80 l/jam, laju alir udara yang divariasi 1 m3/jam; 2 m3/jam; 3 m3/jam, dan konsentrasi awal nira yang divariasi 11%; 12% 14%.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penelitian ini menghasilkan suatu program komputer dalam MATLAB yang dapat memprediksi distribusi temperatur liquida (TL),

distribusi temperatur gas (TG) dan distribusi konsentrasi (%) pada proses evaporasi larutan

nira dalam falling film evaporator. Program komputer ini juga dapat memprediksi konsentrasi nira dalam aliran keluar evaporator untuk berbagai kondisi operasi. Pada hasil penelitian konsentrasi nira keluar tertinggi pada tiap-tiap konsentrasi masuk adalah ketika laju alir larutan 40 l/jam dan laju alir gas 3 m3/jam diperoleh 12.439% pada konsentrasi masuk 11 %; 13.549 % pada konsentrasi masuk 12 %; dan 15.761 % pada konsentrasi masuk 14 %. Laju alir udara memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap konsentrasi produk. Dengan kenaikan laju alir udara dari 1 m3/jam sampai dengan 3 m3/jam dapat menaikkan konsentrasi larutan keluar dari 0.692 % sampai 1.439 % Hasil prediksi simulasi cukup dekat dengan data eksperimen dengan kesalahan rata-rata 5.474893 %.

(2)

PENDAHULUAN

Penelitian ini dilakukan karena untuk mengetahui distribusi temperatur dan konsentrasi pada falling film evaporator

dengan adanya aliran udara. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian dengan system black liquor-udara dan variabel input yang divariasi adalah laju alir liquida, laju alir gas dan suplai panas pada dinding kolom. Pada penelitian sebelumnya tidak menggunakan konsentrasi liquida masuk sebagai input variable, maka dari itu penelitian ini menggunakan laju alir liquida, laju alir gas, dan konsentrasi liquida masuk sebagai input variable dan system yang dipakai adalah nira-udara.

Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk memekatkan suatu larutan. Terdapat banyak tipe evaporator yang dapat digunakan dalam

industri kimia. Umumnya evaporator

dioperasikan pada kondisi vakum untuk menurunkan temperatur didih larutan. Namun sistem vakum memerlukan biaya tinggi, ada cara lain untuk menurunkan temperatur penguapan yaitu dengan cara menurunkan tekanan parsial uap air didalam fase gas dengan cara pengaliran udara. Untuk memekatkan larutan yang peka terhadap panas diperlukan alat dengan waktu kontak yang singkat dan pemanasan dengan temperatur yang tidak terlalu tinggi, dalam hal ini digunakan falling film evaporator. Karena waktu kontak sangat pendek cairan tidak mengalami pemanasan berlebihan selama mengalir melalui evaporator serta

dibutuhkan driving force perbedaan

temperatur yang rendah, dengan pressure drop yang rendah.

Falling film evaporator memiliki

waktu tertahan yang pendek, dan

menggunakan gaya gravitasi untuk

mengalirkan liquida yang masuk melalui pipa. Falling film evaporator kurang peka terhadap padatan, tetapi lebih peka terhadap liquida yang melewati pipa. Pada umumnya umpan masuk pada bagian atas dari kolom

melewati tube yang sudah dipanaskan

dengan steam. Selanjutnya umpan mengalir dengan membentuk pola film yang tipis. Hewit, et al. (1993) memberikan persamaan koefisien perpindahan panas pada aliran laminar halus, laminar gelombang dan turbulen.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan, G.D. Saravacos et al, (1970) mengadakan penelitian tentang prinsip kinerja falling film evaporator menggunakan macam-macam sistem larutan. M.Y. Lonkar S.K. Bhojaraj et al, (1991) mengadakan penelitian tentang penyusunan aplikasi

falling film evaporator pada industri gula di India dengan mempertimbangkan aplikasi yang efektif dari kriteria perpindahan panas dan distribusi masukan. Palen, et al, (1994) mengadakan penelitian hubungan antara perpindahan panas dan perpindahan massa, untuk campuran biner ethylen glikol dan propilen glikol, pada tekanan atmosfer. Penelitian ini menggunakan distribusi film

tipe plug flow melalui celah. Lailatul, et al. (2000) mengadakan penelitian tentang pengaruh laju alir, dan konsentrasi terhadap koefisien perpindahan panas untuk larutan gula. Penelitian ini dilakukan pada tekanan

atmosferik. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas tergantung pada laju alir dan konsentrasi larutan. Budhikarjono, et al (2005) mengadakan penelitian tentang evaluasi pengaruh laju alir gas dalam hal ini udara, laju alir umpan cair dan konsentrasi terhadap koefisien perpindahan panas dan koefisien perpindahan massa di dalam

falling film evaporator untuk sistem larutan organik, larutan elektrolit dan larutan campuran biner serta menentukan persamaan empiris koefisien perpindahan panas dan massa falling film evaporator untuk laju alir umpan dan laju alir udara berlawanan arah

dan searah. Hasil yang diperoleh

menunjukkan meningkatnya laju alir udara maka perpindahan panasnya juga meningkat meskipun tidak signifikan. Liang-Han Chien, et al (2005) mengadakan penelitian tentang membandingkan data eksperimen dengan prediksi model falling film evaporator pada

(3)

literatur, hasil yang diperoleh bahwa dari data eksperimen falling film evaporator pipa horizontal yang menggunakan refrigerants, bahwa boiling effect pada liquid film adalah signifikan dan seharusnya dihitung untuk prediksi tersebut. Tanjung, et al (2009) mengadakan penelitian tentang simulasi

falling film evaporator dengan sistem larutan

black liquor – udara. Hasilnya, perpindahan panas tergantung dari laju alir larutan, semakin besar laju alir larutan semakin besar perpindahan panasnya, perpindahan panas tergantung dari laju alir gas, semakin besar laju alir gas semakin kecil temperatur gas.

Pada penelitian ini digunakan sistem nira-udara dengan menggunakan falling film evaporator. Nira adalah hasil dari proses penggilingan tebu pada pabrik gula. Nira

merupakan larutan berwarna kuning

kecoklatan yang terbentuk antara glukosa dan fruktosa.

PENURUNAN RUMUS

Persamaan Neraca Massa Momentum

 d(r r.z) =  (L-G) g r dr...(1.1) r r.z = (L-G) g 2 2 r + K1...(1.2) Boundary Condition I : r = R- → r.z = 0 0 = (L-G) g 2 ) (R 2 + K1...(1.3) K1 = - (L-G) g...(1.4)

Substitusi Persamaan (1.4) ke Persamaan (1.2) r r.z= (L-G) g 2 2 r - (L-G) g 2 ) (R 2 ...(1.5) r.z= (L-G) 2 g ( ) ) ( 2 r R r  ... (1.6)

Untuk fluida Newtonian : r.z = - 

dr dVz sehingga, r.z = -  dr dVz = (L-G) 2 g ( ) ) ( 2 r R r  …(1.7) dVz =  - dr r R r g G L ( ( ) ) 2 ) ( 2     ...(1.8) Vz = - 2 2 2 ( ) ln ) 2 1 ( 2 ) ( K r R r g G L    ...(1.9)

Boundary Condition II: r=R → Vz = 0

0 = -2 2 2 ( ) ln ) 2 1 ( 2 ) ( LG g R R R K    ...(1.10) K2 = ( ) ln ) 2 1 ( 2 ) ( L G g R2 R 2 R       ...(1.11)

Substitusi Persamaan (1.11) ke Persamaan (1.9)

Vz=- ( ) ln ) 2 1 ( 2 ) ( L G g r2 R 2 r       + ) ln ) ( 2 1 ( 2 ) ( L G g R2 R 2 R     ...(1.12) Vz= ( ) 4 ) ( LG g R2r2    - ) ln ) ( 2 ) ( 2 r R R g G L      ...(1.13)

Persamaan Distribusi Temperatur dan Konsentrasi

Persamaan Distribusi Temperatur

Untuk Neraca neraca panas film liquida (2 r r Vz L Cp.L TL)z=z + (-kL 2 r z r TL   )r=r – (2 r r Vz L Cp.L TL) z=z+z + (-kL 2 r z r TL   )r=r+r = 0 Dibagi dengan 2 r r z 0 ) ( ) ( 1 ) ) ( ) ( ( . .                  r r T r k r T r k r z T C V T C V rr L L r r r L L z z L L p L z z z z L L p L z  ...(1.14) 0 ) ( 1 .          r T r k r r z T V C L L L z L p L  ...(1.15) 0 ) ( .         r T r r r k z T V C L L L z L p L  ...(1.16)

Penurunan rumus untuk metode finite difference :

) ( 1 1 . r T r r r Vz C k z T L L p L L L         ...(1.17)  L pLL C k . ...(1.18) ) ( 1 2 2 r T r T r r Vz z TL L L          ...(1.19)

(4)

) 1 ( 2 2 r T r r T Vz z TL L L          ...(1.20) ) 2 ) , 1 ( ) , 1 ( 1 ) , 1 ( ) , ( 2 ) , 1 ( ( ) ( 2 r j i T j i T ri r j i T j i T j i T Vz z i TL L L L L L               ...(1.21) Boundary Condition III :untuk pertemuan antara fase liquid dan fase gas

Q=( ) ( ) ( ) AG AS y G L R r L hT T K Y Y dr dT k      .. (1.22) ) ( )) , 1 ( ) , 1 ( ( ) , 1 ( ) , 2 ( AG AS y G L L L hT j T j K Y Y r j T j T k       ...(1.22) r k h Y Y K j hT j T r k j TL L G y AS AG        (2, ) (1, ) ( ) ) , 1 (  …...(1.23) untuk indeks i s/d n ) 2 ) , 1 ( ) , 1 ( ) ( 1 ) , 1 ( ) , ( 2 ) , 1 ( ( ) ( 2 r j i T j i T i r r j i T j i T j i T Vz z i TL L L L L L               ...(1.24) untuk i=2 ) 2 ) , 1 ( ) , 3 ( ) 2 ( 1 ) , 1 ( ) , 2 ( 2 ) , 3 ( ( ) 2 ( 2 r j T j T r r j T j T j T Vz z TL L L L L L           ...(1.25) untuk i=3 ) 2 ) , 2 ( ) , 4 ( ) 3 ( 1 ) , 2 ( ) , 3 ( 2 ) , 4 ( ( ) 3 ( 2 r j T j T r r j T j T j T Vz z TL L L L L L           ...(1.26) untuk i=n r j n T j n T k dr dT k Q L L L      ( 1, ) ( , )...(1.27)

Masuk persamaan dalam finite difference ke persamaan: K21=  ) 2 ( z V Z   (3, ) 2 (22, ) (1, ) r j T j T j TL L L     + ) 2 ( 1 rr j T j TL L   2 ) , 1 ( ) , 3 ( K31=

) 3 ( z V Z   2 ) , 2 ( ) , 3 ( 2 ) , 4 ( r j T j T j TL L L     + ) 3 ( 1 r rj T j TL L   2 ) , 2 ( ) , 4 (

(dilanjutkan sampai i=4 dan j=4)

K44=

) 4 ( z V Z   (5, ) 2 (24, ) (3, ) r j T j T j TL L L     + ) 4 ( 1 r rj T j TL L   2 ) , 3 ( ) , 5 (

Dengan metode runge kutta : TL (2,j+1) = TL (2,j) + 6 1 (K21+2K22+2K23+K24)...(1.28) TL (3,j+1) = TL (3,j) + 6 1 (K31+2K32+2K33+K34)...(1.29) TL (4,j+1) = TL (4,j) + 6 1 (K41+2K42+2K43+K44)...(1.30) Distribusi Konsentrasi

Perhitungan Neraca Massa Udara

YAS = P j T P C Ca P P L o A AS )) , 1 ( ( ) 1 (   ...(1.31) F QCao Ca ...(1.32) ) ( AS AG AG ky D Y Y z Y      ...(1.33)

Perhitungan Neraca Panas Udara

) ) , 1 ( ( . G L G G p G G G DT j T V C h z T     ...(1.34)

Perhitungan Neraca Massa Total

) (YAS YAG D ky z F   ...(1.35)

(5)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara teoritis dengan membuat program simulasi untuk mempelajari fenomena perpindahan

panas dan massa pada falling film

evaporator untuk penguapan nira dengan aliran udara.

Langkah-langkah Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah yang ditunjukan pada gambar dibawah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian kami ini dilakukan simulasi dengan menggunakan fasilitas

MATLAB, menggunakan metode Runge

Kutta dan Finite Diferrence. Dari simulasi tersebut diperoleh prediksi distribusi temperatur larutan (TL), distribusi temperatur

gas (TG) dan konsentrasi akhir produk (%)

pada proses evaporasi menggunakan falling film evaporator dengan sistem nira-udara. Dalam simulasi ini kami menggunakan variabel input laju alir larutan, laju alir gas (udara), dan konsentrasi nira yang masuk. Sedangkan output yang akan dibahas yaitu distribusi temperatur larutan dan distribusi temperatur gas, konsentrasi liquida dalam aliran laminar dan konsentrasi akhir nira.

Pengaruh dari variable-variabel input

terhadap perubahan temperatur larutan, temperatur gas dan konsentrasi nira akan dibahas pada bab ini.

Pengaruh Laju Alir Larutan Terhadap Distribusi Temperatur

Dalam falling film evaporator hal yang perlu diperhatikan yaitu ketebalan film dari aliran laminar, karena akan mempengaruhi distribusi temperatur larutan dan konsentrasi. Posisi radial pada sumbu mendatar grafik adalah pada saat r' = r – (R-δ); dimana r → r = 0 pada tengah sumbu kolom.

Gambar 4.1 Hubungan antara temperatur larutan (K) dengan posisi radial,r (m) dengan laju alir gas 2 m3/jam, dan konsentrasi awal nira 11 %.

Dari Gambar 4.1 di atas diperoleh hubungan antara temperatur larutan terhadap posisi radial adalah semakin ke arah radial mendekati dinding kolom maka semakin naik temperatur larutan, hal tersebut terjadi karena semakin ke arah radial maka semakin mendekati sumber panas pada permukaan dinding kolom yang menyebabkan suhu larutan semakin naik. Dari Gambar 4.1 juga diperoleh hasil bahwa semakin besar laju alir larutan maka semakin kecil temperatur larutan pada posisi yang sama. Hal tersebut terjadi karena pada laju alir larutan yang besar diperoleh tebal film yang semakin besar pula dan semakin banyak material dalam larutan yang harus dipanasi oleh pemanasan pada dinding sehingga pada bagian film yang lebih tebal diperoleh distribusi temperatur yang lebih kecil.

364 368 372 376 380 0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 Te m pe ra tu r La ru ta n (K ) Posisi Radial, r ' (m) Q larutan = 40 l/jam Q larutan = 60 l/jam Q larutan = 80 l/jam

Mencari data sifat fisik dan properti dari bahan

Menyusun program penyelesaian dari masing-masing persamaan differensial menggunakan metode Runge-Kutta orde 4 dan finite difference

dengan menggunakan dengan software

MATLAB.

Melakukan interpretasi terhadap model yang diperoleh.

Menyusun algoritma penyelesaian persamaan differensial non linier

Mengembangkan model fenomena perpindahan panas dan massa pada proses penguapan dalam

falling filmevaporator yang berupa sistem persamaan differensial non linier.

(6)

Gambar 4.2 Hubungan antara temperatur larutan (K) dengan posisi axial,z (m) pada bagian interface dengan laju alir gas 1 m3/jam, dan konsentrasi awal nira 12 %.

Dari Gambar 4.2 di atas diperoleh hubungan antara temperatur larutan pada bagian interface terhadap posisi axial adalah semakin ke arah axial mula-mula temperatur turun dan mulai naik pada jarak 0.25 meter, kenaikan temperatur disebabkan oleh akumulasi panas larutan selama berada di dalam kolom yang semakin ke arah axial

semakin panas. Dari Gambar 4.2 juga diperoleh hasil bahwa semakin besar laju alir larutan maka semakin kecil temperatur larutan pada posisi yang sama. Di sini terjadi penyimpangan yang mungkin disebabkan karena adanya penyesuaian ketika udara masuk dan terjadi penguapan pada interface

antara larutan dan gas sebelum panas mengalir. Sehingga terjadi perubahan fase pada interface yang semula larutan menjadi uap air, dan kita perlu mempertimbangkan adanya panas laten yang terjadi di permukaan.

Gambar 4.3 Hubungan antara temperatur larutan (K) dengan posisi axial,z (m) pada bagian dinding kolom dengan laju alir gas 1 m3/jam, dan konsentrasi awal nira 12 %.

Dari Gambar 4.3 di atas diperoleh hasil hubungan antara temperatur larutan pada bagian dinding kolom terhadap posisi

axial adalah semakin ke arah axial maka temperatur larutan semakin naik, hal ini disebabkan oleh akumulasi panas larutan selama berada di dalam kolom. Dari Gambar 4.3 juga diperoleh hasil bahwa semakin besar laju alir larutan maka semakin kecil temperatur larutan pada posisi yang sama. Hal ini disebabkan pengaruh tebal film yang semakin jauh arah axial, tebal film semakin tipis sehingga perambatan panas semakin cepat yang menyebabkan temperatur larutan pada dinding semakin naik.

Gambar 4.4 Hubungan antara temperatur larutan (K) dengan posisi axial,z (m) pada bagian dinding kolom, dengan laju larutan 40 l/jam dan laju alir gas 1 m3/jam.

Dari Gambar 4.4 di atas diperoleh hubungan antara temperatur larutan pada bagian dinding kolom terhadap posisi axial

adalah semakin ke arah axial maka

temperatur larutan semakin naik, hal ini disebabkan oleh akumulasi panas larutan selama berada di dalam kolom. Dari Gambar 4.4 juga diperoleh hasil bahwa semakin besar konsentrasi larutan yang masuk maka semakin kecil temperatur larutan pada posisi yang sama. Hal ini disebabkan perbedaan konsentrasi akan mempengaruhi sifat fisik larutan seperti viskositas, densitas, dan konduktivitas panas larutan. Sifat fisik yang berpengaruh besar adalah viskositas larutan. Semakin pekat larutan maka perpindahan panas juga semakin kecil, sehingga

364 368 372 376 0 0.5 1 1.5 2 Te m pe ra tu r La ru ta n (K ) Posisi Axial, z (m) Q larutan = 40 l/jam Q larutan = 60 l/jam Q larutan = 80 l/jam 364 368 372 376 380 384 0 0.5 1 1.5 2 Te m pe ra tu r La ru ta n (K ) Posisi Axial, z (m) Q larutan = 40 l/jam Q larutan = 60 l/jam Q larutan = 80 l/jam 372 374 376 378 380 382 0 0.5 1 1.5 2 Te m pe ra tu r La ru ta n (K ) Posisi Axial, z (m) Nira = 11 % Nira = 12 % Nira = 14 %

(7)

perubahan temperatur larutan juga semakin turun.

Pengaruh Laju Alir Gas Terhadap Distribusi Temperatur

Gambar 4.5 Hubungan antara temperatur gas (K) dengan posisi axial,z (m) dengan laju alir larutan 40 l/jam, dan konsentrasi awal nira 12 %.

Dari Gambar 4.5 diatas diperoleh hubungan antara temperatur gas terhadap posisi axial adalah semakin ke arah axial

maka temperatur gas semakin turun. Dari Gambar 4.5 juga diperoleh hasil bahwa semakin besar laju aliran gas maka semakin

kecil temperatur gas. Hal tersebut

disebabkan aliran udara selain mempercepat proses penguapan juga menurunkan tekanan parsial uap air, sehingga titik jenuh larutan cenderung turun, yang mempengaruhi temperatur udara menurun.

Pengaruh Konsentrasi Awal Nira

Karena untuk mengetahui kinerja suatu evaporator kita harus mengetahui sejauh mana pengaruh konsentrasi awal nira.

Gambar 4.6 Hubungan antara konsentrasi nira dan posisi axial,z (m) pada laju alir gas 1 m3/jam dan konsentrasi awal nira 12 %.

Dari Gambar 4.6 diatas diperoleh hubungan antara konsentrasi nira terhadap posisi axial

adalah semakin ke arah axial maka

konsentrasi nira semakin naik, hal ini terjadi karena adanya proses perpindahan masa uap air ke udara yang menyebabkan konsentrasi nira semakin meningkat dari semula. Dari Gambar 4.6 juga diperoleh hasil bahwa semakin besar laju alir larutan yang masuk maka semakin kecil konsentrasi larutan pada posisi yang sama. Hal ini disebabkan karena terbentuknya falling film yang semakin tebal pada laju alir larutan masuk yang semakin besar, dan jumlah H2O yang teruapkan pada

laju alir larutan yang semakin besar lebih banyak.

Gambar 4.7 Hubungan antara konsentrasi nira dan posisi axial,z (m) pada laju alir larutan 40 l/jam dan konsentrasi awal nira 12 %.

Dari Gambar 4.7 diatas diperoleh hubungan antara konsentrasi nira terhadap posisi axial adalah semakin ke arah axial

maka konsentrasi nira semakin naik, hal ini terjadi karena adanya proses perpindahan masa uap air ke udara yang menyebabkan konsentrasi nira semakin meningkat dari semula.. Dari Gambar 4.7 juga diperoleh hasil bahwa semakin besar laju alir gas yang masuk maka semakin besar konsentrasi larutan pada posisi yang sama. Hal ini disebabkan karena adanya aliran udara mempercepat proses penguapan.

362 364 366 368 370 0 0.5 1 1.5 2 Te m pe ra tu r G as (K ) Posisi Axial, z (m) Q gas = 1 m3/jam Q gas = 2 m3/jam Q gas = 3 m3/jam 12 12.2 12.4 12.6 12.8 13 0 0.5 1 1.5 2 K on se ntr as i N ir a (% ) Posisi Axial, z (m) Q larutan = 40 l/jam Q larutan = 60 l/jam Q larutan = 80 l/jam 12 12.2 12.4 12.6 12.8 13 0 0.5 1 1.5 2 K on se ntr as i N ir a (% ) Posisi Axial, z (m) Q gas = 1 m3/jam Q gas = 2 m3/jam Q gas = 3 m3/jam

(8)

Validasi Dengan Eksperimen

Hasil eksperimen digunakan sebagai validasi dengan penelitian ini. Data eksperimen yang digunakan dari skripsi dengan judul studi perpindahan panas dan massa pada evaporasi nira di dalam falling film evaporator dengan adanya aliran udara.

Gambar 4.8 Hubungan antara konsentrasi akhir nira dengan laju alir gas pada laju alir larutan 80 l/jam dan konsentrasi awal nira 12 %.

Dari Gambar 4.8 diatas

membandingkan antara konsentrasi akhir nira pada hasil eksperimen dan hasil simulasi. Diperoleh nilai error sebesar 5.474893 %.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Penelitian ini menghasilkan suatu program komputer dalam MATLAB yang dapat memprediksi distribusi temperatur liquida (TL), distribusi

temperatur gas (TG) dan distribusi

konsentrasi (%) pada proses

evaporasi larutan nira dalam falling film evaporator.

2. Pada hasil penelitian konsentrasi nira keluar tertinggi pada tiap-tiap konsentrasi masuk adalah ketika laju alir larutan 40 l/jam dan laju alir gas 3 m3/jam diperoleh 12.439 % pada konsentrasi masuk 11 %; 13.549 % pada konsentrasi masuk 12 %; dan 15.761 % pada konsentrasi masuk 14 %.

3. Laju alir udara memberikan pengaruh yang tidak terlalu signifikan terhadap

konsentrasi produk. Dengan kenaikan laju alir udara dari 1 m3/jam sampai

dengan 3 m3/jam hanya dapat

menaikkan konsentrasi larutan keluar dari 0.692 % sampai 1.439 %.

4. Hasil prediksi simulasi cukup dekat dengan data eksperimen dengan kesalahan rata-rata 5.474893 %. DAFTAR PUSTAKA

Bhojaraj, M.Y. Lonkar S.K, et. al,. (1991).

“Falling Film Evaporator: A

Potential Application to Indian Sugar Industry”. Proceedings Journal of The 54th Annual Convention. The Sugar Technologists Association of India. New Delhi, India

Budhikarjono, Kusno. (2005). “Perpindahan Panas dan Massa Penguapan Falling

Film Campuran Uap-Gas”, Laporan

Disertasi Jurusan Teknik Kimia, ITS. Surabaya

Chien, Liang-Han, et. al. (2005). “A Predictive Model of Falling Film Evaporation With Bubble Nucleation on Horizontal Tubes”. Journal, Taiwan

Geankoplis, C. J. (2003). “Transport Processes and Unit Operation”, 4th edition, Allyn and Bacon, Inc., Boston

Hewit, G.F., Shires, G.L., and Bott, T.R. (1993) “Process Heat Transfer”, CRC Pres, London

Hugot E., “Handbook of Cane Sugar Engineering”, 2nd edition, Elsevier

10 11 12 13 14 15 16 0 2 4 K on se ntr as i A kh ir N ir a (% )

Laju Alir Gas (m3/jam)

eksperimen simulasi

(9)

Publishing Company, New York, 1972.

Kern, D.Q, (1965) “Process Heat Transfer”, International edition, Mc Graw-Hill Book Company, Singapore.

Lailatul, et. al,. (2000). “Pengaruh Laju Alir dan Konsentrasi terhadap Koefisien Perpindahan Panas untuk Larutan Gula “. Laporan Skripsi Jurusan Teknik Kimia, ITS. Surabaya Palen J.W., Wang, Q., and Chen, J.C.,

(1994). “Falling Film Evaporation of Binary Mixtures”, Dept. of Chemical Engineering, Lehigh University, Bethlehem, PA., AIChE Journal 40, p. 207 – 214

Saravacos, G. D.,et. al,. (1970).

“Concentration of Liquid Foods in a Pilot-Scale Falling Film

Evaporator”. New York’s Food and Life Sciences Bulletin of Journal. New York

Tanjung, et. al,. (2009). “Simulasi Falling Film Evaporator Dengan Sistem Black Liquor - Udara“. Laporan Skripsi Jurusan Teknik Kimia, ITS. Surabaya

Treybal, R.E., “Mass Transfer Operation”, third edition, Mc Graw-Hill Book Company, Singapore.

Gambar

Gambar  4.1  Hubungan  antara  temperatur  larutan  (K)  dengan  posisi  radial,r  (m)  dengan  laju  alir  gas  2  m 3 /jam,  dan  konsentrasi awal nira 11 %
Gambar 4.2 Hubungan antara temperatur  larutan (K) dengan posisi axial,z (m) pada  bagian interface dengan laju alir gas 1  m 3 /jam, dan konsentrasi awal nira 12 %
Gambar 4.5 Hubungan antara temperatur gas  (K)  dengan  posisi  axial,z  (m)  dengan  laju  alir  larutan  40  l/jam,  dan  konsentrasi  awal  nira 12 %
Gambar  4.8  Hubungan  antara  konsentrasi  akhir nira dengan laju alir gas pada laju alir  larutan    80  l/jam  dan  konsentrasi  awal  nira  12 %

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, pelawanan subjek IS yang menjadi korban perundungan antara lain memaafkan, membalikkan perundungan verbal pada pelaku, tersenyum tulus, aktif kegiatan

yang bisa disebut dengan Quality Satisfaction Score (QSS), kepuasan terhadap harga yang mereka bayar atau disebut dengan Value Satisfaction Score (VSS), dan Perceived Best (PB)

Namun dari studi meta analisis ini disimpulkan bahwa kombinasi terapi TACE dan sorafenib dapat berpengaruh signifikan dalam meningkatkan angka TTP, OS, dan ORR pada

Selain memiliki kementerian negara, Republik Indonesia juga memiliki Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

Dari semua karakteristik geraknya tentu saja sangat berarti dalam peningkatan pengertian dan pemahaman anak terhadap prinsip-prinsip mekanika gerak dan hukum alam

(1) Kepala Cabang mempunyai tugas pokok memimpin seluruh kegiatan pengelolaan Kantor Cabang Pelayanan dalam daerah pelayanannya sesuai dengan rencana anggaran

b. Produk : yang dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat dilihat dari silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh guru dan hasil-hasil

Komponen tersebut adalah: pertama, Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui yang merupakan kajian mengenai teori yang ada (reality) aspek kognitif dari bahasa yang