• Tidak ada hasil yang ditemukan

ELASTISITAS TRANSMISI HARGA BERAS CIHERANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ELASTISITAS TRANSMISI HARGA BERAS CIHERANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ELASTISITAS TRANSMISI HARGA BERAS CIHERANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

(The Approach Of Price Transmission Elasticity Of Ciherang Rice Marketing in Hulu Sungai Utara)

Azwar Saihani

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai

ABSTRACT

The objectives of the research were to find out: the approach of price transmission elasticity of Ciherang rice marketing in Hulu Sungai Utara.The research used survey and interview method by selecting samples of villages purposively (purposive sampling) in the reason that they had high production of the rice. The 140 samples of farmers were selected by random sampling. The research was conducted in May - August 2009. Data analysis included: Analysis of marketing transmission elasticity analysis,

The result of the research indicated that there of Ciherang rice marketing in Hulu Sungai Utara. The analysis in all marketing channels indicated that all Ciherang marketing channels in Hulu Sungai Utara did not fulfilled all the efficiency criteria the price transmission elasticity was under 1.

Keywords: Ciherang Rice, transmission elasticity

PENDAHULUAN

Sektor pertanian, khususnya komoditas beras adalah sektor yang sangat strategis dan potensial untuk dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi Indonesia dimasa yang akan datang. Komoditas beras selain sebagai makanan pokok, juga sebagai sumber penghasilan bagi petani produsen maupun sebagai buruh tani.

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki luasan lahan yang sangat potensial dikembangkan untuk mendukung kegiatan pemerintah dalam program ketahanan pangan. Pada tahun 2007 terjadi kenaikan produksi padi sawah sebesar 20,41 % dari 1.520.158 ton pada tahun 2006 menjadi 1.830.409 ton tahun 2007. ( BPS Kalimanatan Selatan, 2008)

Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan salah satu sentra pertanian yang memiliki luasan lahan rawa lebak yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam mendukung kegiatan pemerintah pada program ketahanan pangan. Produktivitas padi HSU merupakan yang tertinggi di Kalimantan Selatan, dengan produktivitas. mencapai 5,968 ton/ha. bahkan jauh melampaui produktivitas padi Provinsi Kalimantan selatan yang mencapai 3,987 ton/Ha.

Tanaman padi Ciherang memiliki masa panen yang pendek sesuai dengan masa kering yang sangat pendek pada lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai Utara ,dan buah yang dihasilkan lebih banyak serta nilai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis padi unggul yang lain, disamping itu kelebihan aroma dan kepulinan sehingga

(2)

disukai oleh konsumen (Dinas Pertanian Kab. HSU, 2008).

Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan salah satu kabupaten yang dikenal sebagai daerah surplus padi Ciherang dengan produktivitas lebih tinggi dari daerah lain yang ada di Propinsi Kalimantan Selatan (Dinas Pertanian Provinsi Kal-Sel, 2008). Walaupun secara makro, di daerah tersebut telah terjadi peningkatan produksi, namun ternyata produksi padi tidak sepenuhnya dinikmati oleh petani. Artinya tidak sepenuhnya peningkatan produksi tersebut dapat meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan petani. Para petani nampaknya masih tetap dalam kedudukan yang serba kekurangan. Hal ini disebabkan para petani menerima harga hasil produksinya pada tingkat yang cukup rendah. Justru pihak yang menikmati hasil jerih payah petani adalah para pedagang, penggilingan dan konsumen. Efisiensi rantai tataniaga beras merupakan hal yang cukup penting terhadap stabilitas harga beras (Supriatna A, 2002).

Kebijakan harga dasar dan harga maksimum oleh pemerintah untuk memberikan jaminan kepada petani dalam transaksi jual beli, disamping memberikan rangsangan petani untuk meningkatkan produksi. Sedangkan harga maksium untuk melindungi masyarakat dari harga yang terlalu tinggi. Selain itu, dalam falsafah dasar kebijaksanaan harga, selang antara harga dasar dengan harga maksimum dalam batas yang layak untuk memberikan keuntungan yang wajar bagi swasta untuk menyimpan beras.

Secara teoritis, kebijakan harga tersebut dapat memberikan tingkat harga yang wajar dengan pertimbangan harga-harga barang kebutuhan petani. Namun dalam pratiknya, petani belum dapat mencapai harapan tersebut.

Berdasarkan kondisi saat ini, walaupun produksi padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara jauh melampaui kebutuhan

konsumsi masyarakat, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat banyak kendala yang dihadapi petani dalam berproduksi dan dalam upaya peningkatan pendapatannya, sedangkan dipihak konsumen kadang masih mengalami mahalnya harga beras pada masa-masa tertentu, padahal harga tersebut belum tentu merupakan pencerminan harga yang diterima petani. Pada musim panen umumnya petani akan terpaksa menjual hasil panennya walaupun dengan harga yang rendah. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya serta untuk membayar utang atas kegiatan pertanaman padi seperti untuk pembelian bibit, pupuk serta upah tenaga kerja.

Banyak kendala yang dihadapi petani padi Ciherang di Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam berproduksi dan dalam upaya peningkatan pendapatannya. Pada musim panen umumnya petani akan terpaksa menjual hasil panennya walaupun dengan harga yang rendah.

Perbedaan harga beras Ciherang antar pasar maupun kenaikan harga musiman menunjukkan bahwa adanya perbedaan harga, hal ini menunjukkan adanya kelebihan keuntungan yang diperoleh pelaku niaga yang bersangkutan. Para petani menerima harga hasil produksinya pada tingkat yang cukup rendah. Justru pihak yang menikmati hasil jerih payah petani adalah para pedagang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pendekatan elastisitas transmisi harga beras Ciherang di Kabupaten Hulu Sungai Utara”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara. Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual (Nazir 1999). survei adalah penelitian

(3)

yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer (Singarimbun dan effendi 1985). Sedangkan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara bertanya langsung kepada responden, (Nazir 1999).

Data penelitian terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber lapangan, sedang data sekunder diperoleh dari dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Selatan, BPS dan Dinas/Instansi terkait lainnya. Penelitian didahului dengan survei lapangan pada bulan Mei 2009, kemudian dilanjutkan pengumpul data primer dan data sekunder.

Dalam penelitian ini perhitungan elestisitas transmisi harga digunakan atas persamaan yang diperoleh terbaik.

Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2009, dari persiapan, pengumpulan, pengolahan, analisis data dan pelaporan hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kalimantan Selatan, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dipilihnya kabupaten ini karena jumlah produksi padi Ciherang yang terbesar dibanding Kabupaten-kabupaten yang lain di Propinsi Kalimantan Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan elastisitas antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen sangat tergantung pada struktur pasar yang menghubungkannya.

Keterpaduan pasar dideteksi dengan keterkaitan harga antar pasar, karena harga mengandung informasi tentang kondisi pasar dan sekaligus menjadi salah satu variabel penyesuaian keseimbangan pasar (Ravalion, 1986). Adanya peningkatan harga, berarti telah terjadi kelebihan permintaan dan nilai peningkatan harga tersebut merupakan mekanisme menuju tercapainya keseimbangan baru.

Elastisitas trasmisi harga digunakan untuk mengetahui hubungan antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang pengecer. Hasil analisis regresi yang mengestimasikan hubungan antar harga ditingkat petani dengan harga ditingkat pengecer yang diduga mempengaruhinya, dengan menggunakan Software SPSS 14 for windows. Nilai elastisitas trasmisi harga diduga dari nilai koefisien regresi (β) pada persamaan model double logLn Pf = α + β Ln Pr, yang mana hasil perhitungan elastisitas transmisi harga pemasaran beras Ciherang di kabupaten Hulu Sungai Utara dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Elastisitas Transmisi Harga pada Tiap Saluran Pemasaran Beras Ciherang di Kabupaten Hulu Sungai Utara

No. Nilai Saluran Pemasaran

I II III IV V 1. 2. 3. Koefisien β Adjusted R Square P.value 1,375 89,3 0,087 1,032 51,7 0,057 0,870 53,0 0,025 0,537 56,1 0,020 0,806 60,1 0,015 Sumber : Hasil pengolahan Data Primer tahun 2009

Saluran I, variabel bebas harga ditingkat pengecer (Pr) mempengaruhi harga

tingkat petani (Pf), dan nilai Adjusted R Square sebesar 89,3% yang artinya variabel

(4)

bebas (Pr) tersebut dapat menjelaskan perubahan harga ditingkat petani sebesar 89,3% dan 10,7 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan ini.

Pada saluran I nilai koefisien β = 1,375, nilai tersebut kemudian diuji dengan

uji t menunjukkan P-value = 0,087 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti terima Ho. Hal ini berarti perubahan harga 1 % ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga ditingkat petani sebesar 1,375% (lebih besar dari 1 ), dengan demikian semua perubahan harga ditingkat pengecer ditransmisikan secara baik ditingkat petani.

Saluran II, variabel bebas harga ditingkat pengecer (Pr) akan mempengaruhi harga tingkat petani (Pf), dan nilai Adjusted R Square sebesar 51,7% yang artinya variabel bebas (Pr) tersebut dapat menjelaskan perubahan harga ditingkat petani sebesar 51,7% dan 48,3 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan ini.

Pada saluran II nilai koefisien β = 1,032, nilai tersebut kemudian diuji dengan

uji t menunjukkan P-value = 0,057 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti terima Ho. Hal ini berarti perubahan harga 1 % ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga ditingkat petani sebesar 1,032% (lebih besar dari 1 ), dengan demikian semua perubahan harga ditingkat pengecer ditransmisikan secara baik ditingkat petani.

Saluran III, variabel bebas harga ditingkat pengecer (Pr) mempengaruhi harga tingkat petani (Pf), dan nilai Adjusted R Square sebesar 53,0% yang artinya variabel bebas (Pr) tersebut dapat menjelaskan perubahan harga ditingkat petani sebesar 53,0% dan 47,0 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan ini.

Pada saluran III nilai koefisien β = 0,870 nilai tersebut kemudian diuji dengan uji t menunjukkan P-value = 0,025 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho. Hal ini berarti perubahan harga 1 % ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan

harga ditingkat petani sebesar 0,870% (lebih kecil dari 1 ), dengan demikian tidak semua perubahan harga ditingkat pengecer ditransmisikan secara baik ditingkat petani.

Saluran IV, variabel bebas harga ditingkat pengecer (Pr) mempengaruhi harga tingkat petani (Pf), dan nilai Adjusted R Square sebesar 56,1% yang artinya variabel bebas (Pr) tersebut dapat menjelaskan perubahan harga ditingkat petani sebesar 56,1% dan 43,9 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan ini.

Pada saluran IV nilai koefisien β = 0,537 nilai tersebut kemudian diuji dengan uji t menunjukkan P-value = 0,020 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho. Hal ini berarti perubahan harga 1 % ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga ditingkat petani sebesar 0,537% (lebih kecil dari 1 ), dengan demikian tidak semua perubahan harga ditingkat pengecer ditransmisikan secara baik ditingkat petani.

Saluran V, variabel bebas harga ditingkat dolog (Pd) mempengaruhi harga tingkat petani (Pf), dan nilai Adjusted R Square sebesar 60,1% yang artinya variabel bebas (Pr) tersebut dapat menjelaskan perubahan harga ditingkat petani sebesar 60,1% dan 43,9 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan ini.

Pada saluran V nilai koefisien β = 0,806 nilai tersebut kemudian diuji dengan uji t menunjukkan P-value = 0,015 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho. Hal ini berarti perubahan harga 1 % ditingkat dolog akan mengakibatkan perubahan harga ditingkat petani sebesar 0,806 % (lebih kecil dari 1 ), dengan demikian tidak semua perubahan harga ditingkat dolog ditransmisikan secara baik ditingkat petani.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Nilai elastisitas transmisi harga kurang dari satu yaitu 0,316, artinya perubahan harga 1 % ditingkat konsumen tidak

(5)

mengakibatkan perubahan ditingkat produsen lebih kecil dari 1 %, dengan demikian perubahan harga ditingkat konsumen kurang ditransmisikan dengan baik ditingkat petani atau keadaan pasar berjalan kurang efisien. Kecuali pada saluran I dan saluran II semua perubahan harga ditingkat konsumen ditransmisikan secara baik di ditingkat petani. Saran

1. Pemasaran beras Ciherang ternyata memberikan keuntungan pada petani dan pedagang, meskipun efisiensi masih perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu pengembangan usaha tani beras Ciherang di kabupaten HSU dapat lebih ditingkatkan.

2. Pemerintah hendaknya dapat memberikan informasi pasar, meliputi : Kegiatan pengumpulan data harga, analisis dan publikasi data tersebut, fakta serta gejala kualitatif dan kuantitatif tentang komoditi agar terjadi keseimbangan antara keuntungan dan biaya pada tiap pelaku pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad S. 1996. Analisis Harga Beras dan Kedelai Di Kalimantan Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian UNLAM . Banjarbaru.

Anonim. 2008. Data Statistik Provinsi Kalimantan Selatan . BPS. Kalimantan Selatan.

Anonim. 2008. Data Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. BKP. Kalimantan Selatan.

Anonim. 2008. Evaluasi Pembangunan Ketahanan Pangan Tahun 2007 dan Pematapan Tahun 2008. Badan Ketahanan Pangan. Kalimantan Selatan

Azzaino, Zulkifli. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Pertanian Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB Bogor.

Dahl, Dale. C and Jerome, W. Hammond. 1977. Market and Price Analysis. The Agriculture Industries. MaGrraw Hill Book Company. New York.

Downey, W, and D. Erickson, 1987. Agribusiniss Management. Second Edition. Mc Graw Hill Inc, New York.

George, P.C. and G.A. King. 1971.

Consumer Demand for FoodCommodities in The US with Project for 1980. Giantni Fundation Monograph No. 26. March 1971.

Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Perkanan. Universitas Indonesia. Jakarta

Mahreda, E.S. 2002. Efiisiensi Pemasaran Ikan Laut Segar di Kalimantan Selatan. Disertasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Mahyudi F. 2005. Analisis Pemasaran Beras Lokal Siam Unus Kalimantan Selatan. Tesis. Fakultas Pertanian UNLAM . Banjarbaru.

Kotler, P. 1990. Manajemen Pemasaran . Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta Rahmawati E. 2008. Sistem Perberasan

ang Mendukung Swasembada Beras yang Mantap dan Berkelanjutan di Kabupaten Hulu Sungai Utara. CV. Itnasindo Konsulan Kerjasama dengan Kantor Ketahanan Pangan dan penyuluhan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Banjarmasin

(6)

Supriatna A. 2002. Analisis Sistem Pemasaran Gabah/Beras (Studi Kasus Petani Padi di Sumatra Utara). Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Jawa Barat. Sakrani. 1978. Efisiensi Tataniaga Beras di

Sumatera Barat Analsis Keterpaduan Pasar. IPB. Bogor.

Saefuddin, A.M. 1983. Pengkajian Pemasaran Komoditi. Diktat Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siregar Vitaria. 2006. Analisis Pemasaran Pisang Kepok ( Musa sp) di Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan.

Singarimbun , M dan S. Effendi. 1985. Metode Penelitian Survei. LP3Es. Jakarta

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta.

Sudiyono A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Tomek. W.G. dan Robinson K.L. 1977.

Agriculur Product Prict. Third Printing Cornell University Press Ithea and London.

Thompson, F.L. 1951. Agricultural Marketing. McGraw Hill. New York.

Gambar

Tabel  1.    Hasil Analisis Elastisitas Transmisi Harga pada Tiap Saluran Pemasaran Beras Ciherang  di Kabupaten Hulu Sungai Utara

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan waktu penelitian ini dilandasi dengan pertimbangan sebab pada masa ini para auditor mulai berhadapan dengan role stress sehingga diperoleh data penelitian

Hal tersebut menunjukkan bahwa benih varietas Ciherang memenuhi persyaratan sertifikasi sedangkan varietas HIPA 8 yang digunakan pada penelitian ini tidak memenuhi

sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tujuh rasio keuangan meliputi Capital Adequancy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Net

post ± test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa hasil belajar fisika yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads

Didasari atas latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana praktek subordinasi pada WhatsApp Group serta hal-hal yang melatarbelakangi penghuni

menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan program kerja dan rencana kegiatan pada lingkup tugasnya sesuai dengan rencana strategis dan kebijakan yang telah ditetapkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) hubungan penggunaan asam sulfat dengan kadar konsentrasi zat 0,3%, 0,6%, 0,9% dan 1,2% terhadap uji kuat tekan

pengecekan lokasi / slot mana yang baru saja dituju kendaraan tersebut, mematikan status slot yang telah dirujuk sistem ke status tersedia, kemudian sistem akan mencatat data slot