• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKPEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKPEM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Anak adalah amanah dalam penddikan. Baik bagi pendidikan, dinas pendidikan maupun keluarga dan masyarakat, anak menjadi tanggung jawab bersama dalam hal pendidikan. Pembukaan UUD sendiri telah menyebutkan bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pekerjaan Rumah tangga bagi Kesatuan pendidikan adalah potensi diri, pengendalian diri, kecerdasan, dan kepribadian yang luhur yang perlu ditanamkan dalam diri siswa. Hal ini dapat menambahkan motivasi anak dalam proses belajar anak. Mendengar kata ‘belajar’ bagi kita , tentulah sangat tidak asing lagi. Semenjak kita terlahir dan kita dianggap mengerti akan arti kata itu, hampir tiada hari terlewat tanpa terdengar ucapan kata tersebut. Orang tua kita, saking sayangnya, hingga sebegitu sering dan sabarnya telah menyuruh kita untuk selalu rajin belajar. Pesan beliau, rajin-rajinlah belajar agar kelak menjadi orang yang berguna.

Namun kadang kala rasa ketidaksenangan siswa terhadap pembelajaran membuat ia malas akan belajar. Hal inilah yang terjadi pada siswa kelas IIA di MI Negeri 1 Semarang yang terletak di Jl MGR. SUGIYOPRANOTO, Ambarawa. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang saya lakukan. Nampak ketika dalam pembelajaran masih ada siswa yang tidur, seperti memperhatikan tapi tidak hadir dikelas, atau bahkan ada yang berdebat dan menuju ke perkelahian. Dalam kasus ini saya menyarankan media yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang ada. Media tersebut adalah KARTU KUARTET CERDAS (KATE CERDAS).

BAB II PEMBAHASAN A. HAKIKAT BELAJAR

Banyak ahli yang telah mendefinisikan apa itu belajar . Purwanto ngalim(2007) menyebutkan beberapa diantaranya :

1. Hilgard dan Bower , bukunya Theories of Learning ( 1975 ) mengemukakan . “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang – ulang dalam situasi itu , di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan , kematangan , atau keadaan – keadaan sesaat seseorang ( misalnya kelelahan , pengaruh obat dan sebagainya ) .”

2. Gagne , dalam bukunya The Conditions of Learning ( 1977 ) menyatakan bahwa : “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya ( performance – nya ) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi .”

3. Morgan , dalam bukunya Introduction to Psykology ( 1978 ) mengemukakan : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif rmenetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman .”

(2)

4. Witherington , dalam buku Educational Psykology mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan , sikap , kebiasaan , kepandaian atau suatu pengertian .”

B. MEDIA KUARTET SEBAGAI PENARIK MINAT SISWA a.

Pengertian Media Pembelajaran

1) Definisi Media Pembelajaran

Ada lagi pendapat Briggs (1985) yang mengatakan bahwa media pembelajaran adalah peralaatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakani isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian (Anitah, 2009: 123).

Pendapat lain dikemukakan oleh gerlach dan Ely (1980) mengatakan bahwa “A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude” (Sanjaya, 2006: 163).

Menurut Gerlach dan Ely secara umum media meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang mennciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahkan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah ketrampilan.

2) JENIS-JENIS MEDIA PEMBELAJARAN

Menurut Sanjaya (2006), Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya, antara lain:

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:

a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.

c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan

televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.

(3)

b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

c) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam: d) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan

lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.

e) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya (hlm. 172).

3) MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN

Sanaky (2009) mengemukakan bahwa pemakaian media belajar dalam proses belajar mengajar dapat mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Berikut manfaat media pembelajaran menurut Sanaky, antara lain:

1) Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

2) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar, sebagai berikut: a) Manfaat media bagi pengajar, yaitu:

(1) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan. (2) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran yang baik. (3) Memberikan kerangka sistematis mengajar yang baik. (4) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran.

(5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran. (6) Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.

(7) Meningkatkan kualitas pengajaran.

b) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, yaitu: (1) Meningkatakn motivaasi belajar pembelajar.

(2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar.

(3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar.

(4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar.

(4)

(6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.

(7) Pembelajar dapat memahami materi pembelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran (hlm. 15).

b. Pengertian Kartu kuartet

Menurut KBBI, kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang, untuk berbagai keperluan hampir sama dengan karcis (Tim KBBI, 2008). Sedangkan kuartet menurut Purwadarminta (dalam medisty 2013:2) kelompok, kumpulan dan sebagainya yang terdiri dari empat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kartu kuartet merupakan kertas tebal seperti karcis yang berkelompok “ empat-empat”. Sekamelang (dalam Medisty 2013: 2) menjelaskan bahwa kartu kuartet adalah sejenis permainan yang terdiri atas beberapa jumlah kartu bergambar yang dari kartu bergambar tersebut tertera keterangan berupa tulisan yang menerangkan gambar tersebut. Biasanya tulisan judul gambar ditulis paling atas dari kartu dan tulisannya lebih diperbesar atau dipertebal. Sedangkan tulisan gambar, ditulis dua atau empat baris secara vertikal di tengah-tengah antara judul dan gambar itu biasanya ditulis dengan tinta berwarna. Ukuran dari kartu ini biasanya beragam, ada yang berukuran kecil, dan ada yang berukuran sedang. Jumlah kartu dalam kartu kuartet ada 48 lembar kartu, berarti memiliki 12 judul yang masing-masing 4 buah kartu. Subhani (2011) mengatakan bahwa Kartu kuartet berasal dari dua kata yaitu kartu dan kuartet, dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer kartu merupakan kertas tebal yang berbentuk persegi panjang untuk bermacam-macam keperluan, sedangkan kuartet merupakan kelompok, kumpulan dan sebagainya yang terdiri dari empat anggota maka kartu kuartet dapat kita artikan sebagai suatu kumpulan kertas yang berbentuk persegi panjang dikumpulkan sebanyak empat menjadi satu kesatuan. Namun kartu kuartet lebih dikenal sebagai suatu bentuk permainan kartu yang dimainkan oleh dua sampai empat orang pemain, dan sangat populer dikalangan anak-anak. Gambarnya pun bermacam-macam mulai dari gambar kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat dalam bentuk pengetahuan.

c. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran kartu kuartet

Menurut Sadiman, dkk (2003: 28-57), media yang lazim digunakan dalam kegiatanpembelajaran khususnya di Indonesia terdiri dari media grafis, media audio, dan media proyeksi diam. Salah satu jenis media pembelajaran adalah media grafis, sementra media grafis dapat berupa kartu. Terkait dengan itu, saat ini terdapat beberapa jenis permainan yang salah satunya adalah permainan kartu. Beberapa permainan kartu beralih fungsi, tidak hanya sekedar untuk permainan, tetapi juga dapat difungsikan untuk pembelajaran. Salah satu permainan kartu yang dapat difungsikan untuk pembelajaran adalah permainan kartu kuartet.

Seperti dikatakan Astie (dalam Kusumah, 2010: 25), “Permainan kartu kuartet dapat diterapkan dalam proses belajar jika mengandung pembelajaran di dalamnya.”

(5)

Permainan kartu kuartet adalah permainan yang awalnya dikembangkan sebagai media pembelajaran kosakata oleh C. Dauviller dan D. L. Hillerich. Dalam bukunya yang berjudul Spiele im Deutschunterricht, C. Dauviller dan D. L. Hillerich menjelaskan, kartu kuartet merupakan salah satu jenis permainan di antara Memo, Domino, Quartette, Listen- /Dialogspiele, Reihenspiele, Kim-Spiele yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran kosakata (dalam Agustika, 2011: 26). Sementara itu, Lohfert mengemukakan, “Permainan kuartet termasuk salah satu dari 62 permainan komunikatif yang digunakan untuk mempelajari bahasa Jerman sebagai bahasa asing di tingkat dasar.” (dalam Agustika, 2011: 37). Senada dengan itu, Agustika (2011: 37) mengatakan, “… beberapa contoh dari kartu kuartet yang telah dimodifikasi oleh penulis, yang dapat digunakan dalam pembelajaran kosakata bahasa Jerman.” Dari pendapat-pendapat tersebut, diketahui bahwa permainan kartu kuartet merupakan permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran kosakata khususnya kosakata bahasa Jerman. Selian itu, kartu kuartet dapat dimodifikasi atau dirancang agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Dengan kata lain, kartu kuartet tidak hanya dapat

dijadikan sebagai media pembelajaran bahasa kosakata, tetapi juga pada aspek pembelajaran bahasa lainnya seperti pembelajaran menulis apabila guru dapat memodifikasi atau mendesain kartu kuartet agar dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis. Hal ini didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Hendra Kusumah (2010: 29) yang menggunakan kartu kuartet sebagai media pembelajaran menulis karangan deskripsi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Kusumah menggunakan media permainan kartu kuartet dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Ia mendesain sendiri kartu kuaret agar dapat dijadikan media pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan memasukkan gambar- gambar pada kartu-kartu kuartet dan gambar-gambar tersebutlah yang akan dijadikan sebagai objek untuk dideskripsikan oleh siswa (Kusumah, 2010: 29).

Selain itu, Subhani (http://stkipselong.blogspot.com/2011/01/kartu-kuartet-dan-pembelajaran.html) menjelaskan bahwa permaian kartu kuartet adalah bentuk permainan

kartu yang dimainkan oleh dua sampai empat orang pemain. Gambar yang terdapat pada kartu beragam, mulai dari gambar kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat dalam bentuk pengetahuan. Kartu kuartet dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan personal computer (PC) dan printer yang ada, sehingga kartu kuartet dapat dibuat sesuai dengan keinginan misalnya seorang guru ingin membuat kartu kuartet sebagai sarana pembelajaran untuk siswanya. Pendapat tersebut tidak hanya berisi tentang pengertian kartu kuartet, tetapi juga berisi penjelasan bahwa kartu kuartet dapat dibuat sendiri dengan menggunakan personal computer (PC), termasuk oleh guru agar dapat dijadikan media pembelajaran. Kemudian, Rokhmat (2006: 50)

(6)

mengatakan, ”Kartu kuartet mirip dengan kartu remi, yaitu terdiri dari sejumlah set kartu dengan setiap set kartu terdiri dari empat buah kartu sepadan. Perbedaannya adalah bahwa jumlah set kartu tidak tertentu, dapat disesuaikan dengan keperluan….” Sementara itu, pada Depdiknas (2010: 510), kartu didefinisikan sebagai kertas tebal, berbetuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis). Kuartet adalah kelompok, kumpulan, dan sebagainya yang terdiri atas empat (Depdiknas, 2010: 604). Sejalan dengan pengertian tersebut, secara lebih rinci Agustika (2011: 37) menjelaskan:

Permainan kartu kuartet adalah sejenis permainan kartu bergambar dengan judul gambar ditulis pada bagian atas kartu dan tulisannya diperbesar/dipertebal. Judul ini merupakan tema dari kartu kuartet. Sedangkan di atas gambar terdapat kata-kata, yakni dua baris di bagian kanan dan dua baris di bagian kiri. Salah satu dari empat kata tersebut mengacu kepada gambar yang terdapat di bawah kata tersebut dan biasanya berwarna lain atau digarisbawahi dari keempat kata yang terdapat pada bagian atas kartu. Ukuran kartu kuartet beragam, ada yang kecil, sedang, dan besar.

Permainan kartu kuartet terdiri atas 32 kartu yang mengacu pada satu tema tertentu. satu kelompok kartu terdiri dari empat kartu yang membentuk kuartet. masing-masing pemain berupaya untuk mengumpulkan kuartet sebanyak mungkin dengan cara menanyakan kartu yang akan dilengakapi kepada pemain lain, hingga kartu tersebut menjadi kuartet.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kartu kuartet adalah sejenis kartu permainan yang terdiri dari sejumlah kartu bergambar yang mengacu pada tema yang sama. Pada kartu kartu ini terdapat gambar yang menarik minat siswa dalam pembelajaran. Selain itu, penjelasan yangb ada dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang dijelaskan oleh guru mereka. Sebagai contoh kartu kuartet tentang SDA, tentang Bangun Datar dll.

BAB III PENUTUP

Berdasarkan hasil kajian penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan media permainan kartu kuartet mampu menarik minat siswa dalam belajar.

Sehingga, anak lebih ikut peran aktif dalam pembelajaran yang ada.

2. Penggunaan media permainan kartu kuartet dapat membiasakan anak belajar tyang menantan. Sehingga anak akan selalu menanti permainan apa yang akan disajikan oleh guru mereka.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Agustika, Ultari 2011. Efektivitas Teknik Permainan Kuartet dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman. Skripsi. Bandung: FPBS UPI

A.H Hujair Sanaky. 2009. Media Pembelajaran, Yogyakarta: Safiria Insania Press Alwi, Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Anitah W, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Arief S. Sadiman. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT INDEKS.

Poerwadarminta. W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Purwanto Ngalim . Psikology Pendidikan . Bandung : Remaja Rosdakarya . 2007

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Subhani. (2011). Kartu Kuartet dan Pembelajaran [online]. Tersedia: http://stkipselong.blogspot.com / 2011/01/ kartu-kuartet-dan-pembelajaran.html. [13 Desember 2016].

Referensi

Dokumen terkait

(A) masalah yang timbul akibat kekurangan gizi pada balita, pentingnya mengatasi kekurangan gizi, langkah mengatasi kekurangan gizi, saran yang dapat dilakukan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada

Berdasarkan hasil pelaksanaan monitoring terhadap penyakit HPAI dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pada bulan Juni dan September 2004 kasus AI tidak lagi ditemukan pada

Secara akumulatif terjadi perolehan penghematan listrik (efisiensi listrik) pada unit mesin AC Split Daikin setelah menggunakan hidrokarbon MC-22 sebesar 23,30% dan

Proses Banding Administrasi yang dilakukan Badan Pertimbangan Kepegawaian diajukan secara tertulis kepada BAPEK oleh PNS yang menerima Surat Keputusan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK GUNA MENINGKATKAN KETERAMPILAN NEMBANG MACAPAT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BADRAN SURAKARTA TAHUN

Agar pendirian dan keberadaan pusat perbelanjaan dan toko modern tidak merugikan dan/ atau mematikan pelaku usaha kecil, koperasi, dan pasar tradisional yang telah ada dan

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah dalam mengalokasikan biaya pendidikan, untuk melancarkan kegiatan yang