• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengawasan dan Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada PT.Tirta Sibayakindo Berastagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengawasan dan Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada PT.Tirta Sibayakindo Berastagi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Disiplin Kerja

2.1.1.1 Pengertian Disiplin Kerja

Hasibuan (2010) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2004:444).

1. Sikap adalah mental dan perilaku karyawan yang berasal dari kesadaranatau kerelaan dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas dan peraturanperusahaan

2. Tanggung jawab adalah kemampuan dalam menjalankan tugasperaturan perusahaan

(2)

kerja maupun manajemen pada semua perusahaan.Menurut Sastrohadiwiryo (2001 : 291) Disiplin kerja dapat didefenisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturanperaturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang di berikan kepadanya. Seorang karyawan yang dikatakan memiliki disiplin kerja yang tinggi jika yang bersangkutan konsekuen, konsisten, taat, bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan kepadanya.

Banyak problem yang dihadapi dalam memahami motif yang terbentuk dalam diri setiap tenaga kerja. Dengan demikian amat sulit menerapkan disiplin terhadap pekerjaan bagi setiap tenaga kerja. Dengan demikian, disiplin kerja para tenaga kerja diharapkan terus dibina dan ditegakkan.

2.1.1.2 Aspek-aspek dari Disiplin Kerja

Hasibuan (2010) menyebutkan faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan, diantaranya :

1. Tujuan dan kemampuan

(3)

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, maka kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Tetapi jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), maka para bawahan juga akan kurang disiplin.

3. Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, maka kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Apabila keadilan dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, maka yang cakap dalam kepemimpinannya akan baik. Hal ini dilakukan karena dia menyadari bahwa dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.

5. Pengawasan Melekat

(4)

bawahannya. Atasan sebaiknya berada di tempat pekerjaannya, supaya dia dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahan yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya. Waskat efektif untuk merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan, karena karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya. 2.1.1.3 Macam – Macam Disiplin kerja

1. Disiplin Diri

Disiplin diri merupakan hasil proses belajar (sosialisasi) dari keluarga dan masyarakat. Penanaman nilai–nilai yang menjunjung disiplin, baik yang ditanamkan oleh orang tua, guru ataupun masyarakat sebagai bekal positif bagi tumbuh dan berkembangnya disiplin diri. Penanaman nilai – nilai disiplin dapat berkembang apabila didukung oleh situasi lingkungan yang kondusif yaitu situasi yang diwarnai perlakuan yang konsisten dari orang tua, guru atau pimpinan. Selain itu, orang tua, guru, dan pimpinan yang berdisiplin tinggi merupakan model peran yang efektif bagi berkembangnya disiplin diri. Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui disiplin diri seorang karyawan selain menghargai dirinya sendiri juga menghargai orang lain.

2. Disiplin Kelompok

(5)

jawabnya. Kaitan antara disiplin diri dan disiplin kelompok seperti dua sisi dari satu mata uang. Keduanya saling melengkapi dan menunjang. Sifatnya komplementer. Disiplin diri tidak dapat dikembangkan secara optimal tanpa dukungan disiplin kelompok. Sebaliknya, disiplin kelompok tidak dapat ditegakkan tanpa adanya dukungan disiplin pribadi.

2.1.1.4. Tindakan Pendisiplinan Kerja

Hariandja (2002:300) menyebutkan beberapa pendekatan untuk meningkatkan disiplin kerja meliputi :

1. Disiplin (preventive) merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendorong karyawan untuk menaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran, atau bersifat mencegah tanpa ada yang memaksa yang pada akhirnya akan menciptakan disiplin diri. Ini tentu saja mudah dipahami sebagai tanggung jawab yang melekat pada pemimpin.

2. Disiplin (corrective) merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya kesalahan tidak terulang kembali sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya.

3. Disiplin (progressive) merupakan pengulangan kesalahan yang sama akan mengakibatkan hukuman yang lebih berat.

4. Langkah-langkah melakukan pendisiplinan secara (progressive) yang efektif adalah

a. Melakukan Pembicaraan Informal

(6)

terlambat masuk kerja atau istirahat siang lebih lama dari yang ditentukan, pembicaraan formal akan memecahkan masalah. Pemimpin harus menemukan hal – hal yang menyebabkan terjadinya pelanggaran dan Universitas Sumatera Utara mempertimbangkan potensi yang bersangkutan serta catatan kepegawaiannya.

b. Pemberian Peringatan Lisan

Peringatan lisan dipandang sebagai dialog atau diskusi, bukan ceramah atau kesempatan untuk mengumpat karyawan. Pemimpin perlu mengajukan pertanyaan pada karyawan, tetapi harus berusaha untuk tidak menyela dan jangan merendahkan martabatnya sebagai manusia. Sekalipun demikian, pemimpin tetap perlu tegas karena akan lebih efektif mengubah perilaku karyawan. Sebagai hal yang perlu diingat, pemimpin perlu membuat catatan dalam dokumen kepegawaian yang bersangkutan mengenai tanggal, tujuan, dan hasil pembicaraan dengan karyawan.

c. Peringatan Tertulis

Peringatan tertulis adalah untuk karyawan yang melakukan pelanggaran peraturan berulang – ulang. Tindakan ini didahului dengan melakukan pembicaraan dengan karyawan yang melakukan pelanggaran, lalu pada akhir pembicaraan pemimpin memberitahu karyawan bahwa ia akan memberikan peringatan tertulis yang nantinya akan ditanda tangani karyawan.

d. Merumahkan Sementara

(7)

Universitas Sumatera Utara ini biasanya dilakukan setelah melakukan penyelidikan seksama dan pembicaraan tuntas dengan karyawan. Merumahkan sementara ini biasanya berlangsung antara satu sampai beberapa minggu, berlangsung pada tingkat kesalahan yang dilakukan.

e. Demosi atau Penurunan Pangkat

Demosi berarti penurunan pangkat atau upah yang diterima karyawan. Akibat yang biasanya ditimbulkan dari tindakan pendisiplinan ini adalah timbulnya perasaan kecewa, malu, patah semangat, atau mungkin marah pada karyawan yang bersangkutan.

f. Pemecatan

Pemecatan adalah langkah terakhir dan paling drastis dalam pendisiplinan progresif. Tindakan ini dilakukan untuk jenis pelanggaran yang sangat serius atau untuk pelanggaran yang terlalu sering dilakukan dan tidak dapat diperbaiki dengan langkah pendisiplinan sebelumnya. Keputusan ini biasanya diambil oleh pimpinan pada tingkat yang lebih tinggi dan didukung oleh fakta yang diperoleh dari penyelidikan yang telah dilakukan serta biasanya disampaikan oleh manajer sumber daya manusia.

2.1.2 Kepemimpinan

(8)

Menurut Terry (2006:495) kepemimpinan didefinisikan sebagai kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah sesuatu mengenai mendorong dan membangkitkan individu dan kelompok untuk berusaha sebaik-baiknya demi mencapai hasil yang diinginkan.

Dengan kepemimpinan yang baik, dia dapat berbuat banyak untuk menciptakan iklim kerja yang memungkinkan penegakan disiplin sebagai suatu proses yang wajar, karena para karyawan menerima serta mematuhi peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan sebagai keberhasilan pekerjaan dan kesejahteraan pribadi mereka. Menurut Kartono,(2010) terdapat beberapa metode kepemimpinan yaitu :

1. Memberi perintah

2. Memberikan celaan dan pujian

3. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar. Pemimpin harus

4. bersifatobjektif dan jujur. Ia harus menjauhkan diri dari rasa pilih kasih.

5. Peka terhadap saran-saran

6. Memperkuat rasa kesatuan kelompok

(9)

2.1.2.1 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan (Leadership Style) seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai dan pencapaian tujuan. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perorangan maupun tujuan perusahaan dan lembaga pemerintahan. Dengan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan dan pengarahan terhadap pegawai akan menjadi tidak jelas, dimana hal ini dapat mengakibatkan ketidakpuasan pada anggota, atau pegawai.

Pengertian gaya kepemimpinan menurut Nawawi (2003:15) adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya. Seseorang yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk membaca situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya, meskipun penyesuaian itu hanya bersifat sementara. Menurut Winardi (2000:76) terdapat 3 (tiga) macam model gaya kepemimpinan secara umum, yaitu demokratis, otoriter, dan kepemimpinan bebas.

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

(10)

dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasinya. Selain itu dapat diketahui bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.

2. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pemimin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang dipimpin jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan dan tugas bawahan (anak buah) sematamata sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas

Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasehat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya.

2.1.2.2 Jenis-jenis Kepemimpinan

MenurutThoha(2003) ada tiga bentuk kepemimpinan yang dapat digunakan pemimpin, yaitu:

1. Kepemimpinan Direktif:

(11)

2. Kepemimpinan yang Mendukung (Suportif Leadership):

Pemimpin mempunyai kesediaan menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahannya.

3. Kepemimpinan Partisipasif:

Pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-saran dari bawaannya. Karywan dapat memberikan masukan dan ide-ide dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan. Pengambilan keputusan masih tetap berada pada pemimpin.

2.1.2.3 Fungsi – fungsi Kepemimpinan

Kemampuan mengambil keputusan merupakan kriteria utama dalam menilai efektivitas kepemimpinan seseorang. Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan mengambil keputusan tidak hanya diukur secara kuantitatif, dalam arti jumlah keputusan yang diambil. Tetapi juga diperlukan keputusan yang bersifat praktis, realistis dan dapat dilaksanakan serta memperlancar usaha pencapaian tujuan organisasi.

Berkaitan dengan kriteria pengambilan keputusan tersebut, menurut Siagian (2008:47) terdapat 5 (lima) fungsi kepemimpinan sebagai berikut:

1. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan

2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan pihak-pihak di luar organisasi

(12)

4. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan secara internal terutamadalam menangani situasi konflik.

5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral. Berdasarkan fungsi kepemimpinan yang hakiki dapat diketahui bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang berasal dari ciri-ciri kepemimpinan yang dimilikinya dimungkinkan oleh 3 (tiga) sumber (Siagian ,2008:52) yaitu :

1. Sumber genetika, dalam arti bakat yang dibawa sejak orang dilahirkan. 2. Ciri - ciri yang diperoleh karena belajar dari pengalaman.

3. Ciri-ciri yang diperoleh melalui pendalaman teori kepemimpinan. 2.1.3 Pengawasan

Definisi pengawasan Terry (2006) yaitu mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana. Pengawasan dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.

(13)

Menurut Terry dan Leslie (2010) pengawasan adalah proses mengevaluasi pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan aktual dengan apa yang diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu.Pengawasan bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tugas/ pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan menyangkut kegiatan membandingkan antara hasil nyata yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan, dan apabila pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu diadakan koreksi seperlunya.

Perusahaan akan mencapai sasarannya apabila pimpinan mampu melaksanakan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya Simbolon (2012) mendefinisikan pengawasan sebagai suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan. Pengawasan dilaksanakan untuk mengusahakan agar komitmen-komitmen dalam organisasi dilaksanakan. Pengawasan terdiri dari proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal :

1. Mengukur hasil pekerjaan

2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikanperbedaan (apabila ada perbedaan)

(14)

Heidjrahman Ranupandoyo (2007) menyatakan indikator yang dapat digunakan untuk mengkaji pengawasan adalah:

1. Menentukan alat ukur standar tentang pelaksanaan/perencanaan.Tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan ukuran standar pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil.

2. Mengadakan penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan yaitu suatu penilaian yang dilakukan oleh pengawas dengan melihat hasil kerjanya dan laporan tertulisnya.

3. Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman baku yang ditetapkan untuk mengetahui penyimpanganpenyimpangan yang terjadi saat bekerja.

4. Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi, sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Melakukan tindakan koreksi/perbaikan bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.

2.1.3.1 Metode Pengawasan

(15)

kelompok sasaran serta daerah atau wilayah yang besar. Dari kondisi tersebut di atas tentunya sangat logis apabila dibutuhkan suatu metode yang tepat dan berlaku secara universal. Seiring perjalanan waktu dan kompleksnya tuntutan akan kebutuhan sebuah perencanaan maka dikenal metode pengawasan ( William H Newman, pembahasan oleh F Stoner, 1996), yaitu :

1. Pengawasan Formal

Pengawasan yang secara formal dilakukan oleh unit pengawasan yang bertindak atas nama pimpinan nama organisasinya atau atasan daripada pimpinan organisasi. Dalam pengawasan ini biasanya ditentukan dan telah ditetapkan prosedur, hubungan, dan tata kerja. Contohnya : periode waktu pemeriksaan, periode waktu pertanggungjawaban dan periode waktu pelaporan. Laporan itu harus disertai saran-saran perbaikan atau penyempurnaannya. Maksud laporan dari unut pengawasan ini agar pimpinan agar selalu dapat mengikutu perkembangannya mengenai segala hal yang terjadi diorganisasinya.

2. Pengawasan Informal

(16)

Masalah-masalah yang dihadapi oleh para bawahan dan tidak dapat dipecahkan oleh mereka sendiri dalam kaitan ini pimpinan dapat memberikan saran-saran dan pemikiran mengenai jalan keluarnya. Sebaliknya para bawahan juga merasa bangga karena diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya secara langsung kepada pimpinannya. Jelaslah bahwa pengawasan informal mendekatkan hubungan pribadi yang bersifat informal. Hal ini sangat menguntungkan terhadap pelaksanaan-pelaksanaan tugas-tugas pekerjaan.

Untuk konteks PT.Tirta Sibayakindo adapun metode atau teknik pengawasan yang dilaksanakan lebih cenderung menjalankan kedua metoda pengawasan tersebut yaitu secara pengawasan formal dan pengawasan informal. Adapun acuan berpikir terhadap penggabungan dua metoda pengawasan ini adalah untuk menciptakan suatu suasana yang formal namun tidak terlalu kaku dan tetap mengutamakan hubungan emosional sehingga diharapkan pengawasan yang dilaksanakan bukan merupakan suatu beban bagi para karyawan. Dengan pelaksanaaan metoda pengawasan ini diharapkan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya para pegawai betul-betul melaksanakannya berdasarkan kesadaran dan rasa tanggungjawab bukan karena tekanan dari keberadaan sistem pengawasan tersebut.

(17)

2.1.3.2Tipe-Tipe Pengawasan

Menurut Handoko (2003:361), ada 3 tipe dasar pengawasan yaitu : 1. Pengawasan Pendahuluan

Pengawasan yang dirancang untuk mengantisipasi masalahmasalah atau penyimpangan-penyimpangan standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

2. Pengawasan Concurrent

Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan tujuan.

3. Pengawasan Umpan balik

Pengawasan yang dilakukan untuk mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Ketiga tipe pengawasan tersebut sangat berguna bagi sistem manajemen dalam suatu organisasi, dimana memungkinkan manajemen untuk membuat tindakan koreksi dan tetap mencapai.

2.1.4 Hubungan Antar Variabel

2.1.4.1 Pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja

(18)

dicontoh dan diteladani bawahannya.EdySutrisno (2009) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan, salah satunya adalah ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Efendi (2013) menemukan hasil bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan nyata (signifikan) terhadap kedisiplinan.Hasil yang serupa juga dapat dilihat dari penelitian lain yang dilakukan oleh Mariani (2012)menunjukkan bahwa teladan pimpinan mempengaruhi kedisiplinan. Sedangkan peneilitian Susanti (2012) menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara keefektifan kepemimpinan dengan disiplin kerja pegawai. Penelitian Rasyidi (2013) juga menunjukkan hasil bahwa kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

(19)

2.1.4.2 Pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja

Pengawasan adalah proses mengevaluasi pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan aktual dengan apa yang diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu (Terry dan Leslie, 2010). Menurut Hasibuan (2010) pengawasan adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Menurut Sutrisno (2009) salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah ada tidaknya pengawasan pimpinan. Pengawasan ini dilakukan agar para karyawan dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.Febriana Louise (2010) menemukan hasil bahwa pengawas diperlukan untuk mendisiplinkan karyawan untuk menegakkan standar kerja yang diharapkan.

Pengawasan memiliki pengaruh terhadap tingkat disiplin kerja pada pegawai.Penelitian lain dari Masyura (2013) menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja. Hasil ini juga searah dengan penelitian dari Rasyidi, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa pengawasan melekat terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai. Mukhlis Podilito (2013) juga menunjukkan hasil bahwa pengawasan berpengaruh positif terhadap kedisiplinan pegawai. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H2 : Ada pengaruh positif antara pengawasan dengan disiplin kerja

(20)

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Untuk melakukan penelitian ini tidak terlepas dari penelitian yang dilkukan oleh peneliti yang terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang dilkukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut ringkasan penelitian terdahulu yang dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian :

Tabel 2.1

Jurnal dan Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Variabel Peneliti

Judul Penelitian Teknik Analisis Karyawan Pada PT. Pustaka Rizki Putra Semarang

(21)

Kepemimpinan maupun parsial. 3 Aries pada PT.PLN APD Semarang pada PT.daya Guna

(22)
(23)

2.2 Kerangka Konseptual

Menurut Terry (2006:495) kepemimpinan didefinisikan sebagai kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah sesuatu mengenai mendorong dan membangkitkan individu dan kelompok untuk berusaha sebaik-baiknya demi mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kepemimpinan yang baik, dia dapat berbuat banyak untuk menciptakan iklim kerja yang memungkinkan penegakan disiplin sebagai suatu proses yang wajar, karena para karyawan menerima serta mematuhi peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan sebagai keberhasilan pekerjaan dan kesejahteraan pribadi mereka.

(24)

Menurut Terry dan Leslie (2010),Pengawasan adalah proses mengevaluasi pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan aktual dengan apa yang diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu.Pengawasan bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tugas/ pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan menyangkut kegiatan membandingkan antara hasil nyata yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan, dan apabila pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu diadakan koreksi seperlunya.

Berdasarkan teori-teori dan pendapat para pakar yang tersebut di atas maka dapat disusun sebuah kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut dalam kerangka konseptual pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3 Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh positif antara kepemimpinan dengan disiplin kerja karyawan.

H2: Ada pengaruh positif antara pengawasan dengan disiplin kerja KEPEMIMPINAN

PENGAWASAN

Gambar

 Tabel 2.1 Jurnal dan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANTUL TENTANG PEMBENTUKAN TIM VERIFIKASI PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

Latar Belakang tahun kelima dan penyelenggraan pendidikan IPA S1 Kegiatan seminar ini dirancang sebagai ulang FMIPA Unnes, serta sebagai ajang pertemuan kaprodi

Tujuan khususnya adalah; (1) meningkatkan keterampilan mahasiswa sebagai sasaran antara yang strategis dalam mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik

1) Mengamati: Peserta didik membaca pemahaman teks dongeng. 2) Menanya: Peserta didik dengan bantuan guru bertanya jawab tentang nilai-nilai luhur yang terdapat dalam

Penyakit gagal ginjal kronik terjadi apabila penyakit ginjal yang berjalan lebih dari 3 bulan, dengan tanda- tanda proteinuria serta penurunan laju

Sripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Direct Instruction Terhadap Hasil Belajar. Siswa Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat di Kelas IV SDN 2

Opini publik tersebut keliru, karena mengabaikan 2 fakta sejarah, yaitu fakta bahwa pada sekitar 150 tahun yang lalu (1860an), ketika Jepang memulai modernisasi