• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Saliva

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Saliva"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Saliva adalah salah satu cairan di dalam mulut. Cairan ini sangat penting berkaitan dengan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut (Amerongen dkk., 1991). Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) serta sejumlah kelenjar saliva minor, dan cairan dari eksudat ginggiva. Fungsi saliva yaitu melindungi gigi dan mukosa mulut, membantu menelan, berbicara, dan awal proses pencernaan sebelum masuk ke bagian gastrointestinal. Salah satu fungsi penting saliva adalah melidungi jaringan keras dengan cara mechanical cleansing, antimikrobial dan efek bufering (Pedersen, 2007).

Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan otak yang mengakibatkan kelainan pada fungsi gerak dan koordinasi, psikologis dan kognitif sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar. Ini sesuai dengan teori yang disampaikan dalam The American Academy of Cerebral Paslsy (Mohammad Efendi, 2006:118). Istilah cerebral palsy dipublikasikan pertama oleh Willam Little pada tahun 1843 dengan istilah “cerebral diplegia”, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia neonatorum. Dan, istilah cerebral palsy diperkenalkan pertama kali oleh Sir William Osler (Mohamad Efendi: 2006). Istilah cerebral palsy dimaksudkan untuk menerangkan adanya kelainan gerak, sikap ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi yang disertai dengan gangguan psikologis dan sesnsoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.

Pada penderita cerebral palcy, ditemukan banyak kasus bahwa penderitanya selalu meneteskan air liurnya serta saliva yang dikeluarkan menjadi lebih kental daripada saliva orang normal. Sehingga penulis menyusun makalah ini adalah untuk menjelaskan definisi saliva dan mekanismenya, serta menjelaskan pengaruh cerebral palcy pada sekresi saliva.

(2)

1.2. Rumusan masalah 1. Apa itu saliva?

2. Komponen apa saja yang terkandung dalam saliva? 3. Bagaimana mekanisme sekresi saliva?

4. Bagaimana pengaruh cerebral palsy terhadap sekresi saliva? 1.3. Tujuan

1. Mampu memahami dan menjelaskan definisi saliva

2. Mampu menjelaskan komponen yang terkandung dalam saliva 3.Mampu menjelaskan mekanisme sekresi saliva

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi

Saliva adalah suatu cairan tidak bewarna yang memiliki konsistensi seperti lendir dan merupakan hasil sekresi kelenjar yang membasahi gigi serta mukosa rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor serta sejumlah kelenjar saliva minor yang tersebar di seluruh rongga mulut, kecuali pada ginggiva dan palatum. Berikut adalah fungsi-fungsi saliva.

1. Menjaga kelembaban dan membasahi rongga mulut.

2. Melumasi dan melunakkan makanan sehingga memudahkan proses menelan dan mengecap rasa makanan.

3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan, sisa sel dan bakteri, sehingga dapat mengurangi akumulasi plak gigi dan mencegah infeksi.

4. Menghambat proses dekalsifikasi dengan adanya pengaruh buffer yang dapat menekan naik turunnya derajat keasaman (pH). Dalam 24 jam, kelenjar-kelenjar saliva dapat mensekresi kira-kira 1 sampai 1,5 liter. Saliva disekresi karena adanya rangsangan, baik secara langsung oleh ujung-ujung saraf yang ada di mukosa mulut maupun secara tidak langsung oleh rangsangan mekanis, termis, kimiawi, psikis atau olfaktori. Rangsang mekanik merupakan rangsang utama untuk meningkatkan sekresi saliva. Sel-sel plasma dalam kelenjar saliva menghasilkan antibodi, terutama dari kelas Immunoglobulin A (IgA) yang ditransportasikan ke dalam saliva. Selain antibodi, saliva juga mengandung beberapa jenis enzim antimikrobial seperti lisozim, laktoferin dan peroksidase serta beberapa komponen seperti growth factor, yang berguna untuk menjaga kesehatan dari jaringan luka mulut dan dapat membantu proses pencernaan, khususnya karbohidrat.

2. Anatomi Kelenjar Saliva

Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar saliva mayor serta beberapa kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di depan telinga antara ramus

(4)

mandibularis dan processus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar submandbularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua yang terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Salurannya bermuara melalui lubang yang terdapat di samping frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam, pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kanan dan kiri bersatu untuk membentuk massa kelenjar di sekitar frenulum lingualis. Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal, dan glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah, pipi, serta palatum.

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Saliva 3. Histologi kelenjar saliva

Kelenjar saliva merupakan kelenjar merokrin yang bentuknya berupa tubuloasiner atau tubuloaveoler. Bagian dari kelenjar saliva yang menghasilkan sekret disebut asini. Berikut adalah sel-sel yang menyusun asini kelenjar saliva. a. Asini serous

Asini serous tersusun dari sel-sel berbentuk piramid yang mengelilingi lumen kecil dan berinti bulat. Di basal sel terdapat sitoplasma basofilik dan di apeks terdapat butir-butir pro-enzim eosinofilik, yang akan disekresikan ke lumen asini menjadi enzim. Hasil sekresi aini serous berisi enzim ptialin dan bersifat jernih dan encer seperti air.

(5)

b. Asini mukous

Asini mukous tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid sampai kolumner yang mengelilingi lumen kecil dan memiliki inti pipih atau oval yang terletak di basal. Sitoplasma asini mukous yang berada di basal sel bersifat basofilik sedangkan daerah inti dan apeks berisi musin yang bewarna pucat. Hasil sekresi asini mukous berupa musin yang sangat kental.

c. Asini campuran

Asini campuran mempunyai struktur asini serous serta mukous. Bagian serous yang menempel pada bagian mukous tampak sebagai bangunan berbentuk bulan sabit.

Pada kelenjar saliva juga ditemukan struktur lain yaitu mioepitel. Mioepitel terdapat di antara membran basalis dan sel asinus. Sel ini berbentuk gepeng, berinti gepeng, memiliki sitoplasma panjang yang mencapai sel-sel sekretoris, dan memiliki miofibril yang kontraktil di dalam sitoplama sehingga membantu memeras sel sekretoris mengeluarkan hasil sekresi. Hasil sekresi kelenjar saliva akan dialirkan ke duktus interkalatus yang tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid dan mengelilingi lumen yang sangat kecil. Beberapa duktus interkalatus akan bergabung dan melanjut sebagai duktus striatus atau duktus intralobularis yang tersusun dari sel-sel kuboid tinggi dan mempunyai garis-garis di basal dan tegak lurus dengan membrana basalis yang berfungsi sebagai transport ion. Duktus striatus dari masing–masing lobulus akan bermuara pada saluran yang lebih besar yang disebut duktus ekskretorius atau duktus interlobularis.

(6)

4. Mekanisme sekresi saliva

Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan saliva tergantung pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin), sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva berfungsi untuk menjaga mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu.

Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva terstimulasi dan refleks saliva tidak terstimulasi. Refleks saliva terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon terhadap adanya makanan. Reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan mengunyah merangsang sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva tidak terstimulasi, pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.

(7)

Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang mensarafi kelenjar saliva. Stimulasi simpatis dan parasimpatis meningkatkan sekresi saliva tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya saat sistem simpatis dominan, misalnya pada keadaan stres.

5. Laju aliran saliva

Laju aliran saliva sangat mempengaruhi kuantitas saliva yang dihasilkan. Laju aliran saliva tidak terstimulasi dan kualitas saliva sangat dipengaruhi oleh waktu dan berubah sepanjang hari. Terdapat peningkatan laju aliran saliva saat bangun tidur hingga mencapai tingkat maksimal pada siang hari, serta menurun drastis ketika tidur. Refleks saliva terstimulasi melalui pengunyahan atau adanya makanan, asam dapat meningkatkan laju aliran saliva hingga 10 kali lipat atau lebih.

Pada orang normal, laju aliran saliva dalam keadaan tidak terstimulasi sekitar 0,3-0,4 ml/menit. Jumlah sekresi saliva per hari tanpa distimulasi adalah 300 ml. Sedangkan ketika tidur selama 8 jam, laju aliran saliva hanya sekitar 15 ml. Dalam kurun waktu 24 jam, saliva rata-rata akan terstimulasi pada saat makan selama 2 jam. Lalu saliva berada dalam kondisi istirahat selama 14 jam, dengan total produksi saliva 700-1500 ml. Sisanya merupakan saliva dalam kondisi istirahat.17 Ketika saliva distimulasi, laju aliran saliva meningkat hingga mencapai 1,5-2,5 ml/menit. Pasien disebut xerostomia jika saat terstimulasi laju aliran saliva kurang dari 0,7 ml/menit.21 Aliran saliva distimulasi oleh rasa dan pengunyahan, termasuk rasa permen karet yang mengandung xylitol dan pengunyahannya. Peningkatan laju 11 aliran saliva akan meningkatkan pH karena adanya ion bikarbonat sehingga kemampuan mempertahankan pH saliva (kapasitas dapar) juga akan meningkat. Ion kalsium dan fosfat juga meningkat sehingga akan terjadi keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi.

(8)

6. Cerebral palsy

Cerebral palsy adalah keadaan kerusakan jaringan otak yang permanen dan tidak progresif. Terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis. Gangguan ganglia basal dan serebellum dan kelainan mental. Istilah cerebral palsy merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gangguan gerakan, postur tubuh, dan tonus yang bersifat nonprogresif, berbeda-beda kronis dan akibat cedera pada sistem saraf pusat selama awal masa perkembangan. Walaupun cerebral palsy pertama kali dilaporkan pada tahun 1827 oleh Cazauvielh, dan kemudian digambarkan dan di perdebatkan oleh dokter seperti Little, Freud, Osler, dan Phleps, patogenesis gangguan ini tetap tidak dimengerrti secara jelas.

(9)

BAB III PEMBAHASAN 1. Definisi saliva

Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit, mukus dan enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga kelenjar saliva mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut.

a. Kelenjar Saliva

Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah. Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial, kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar Von Ebner dan kelenjar

Weber.

Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu. Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat. Kelenjar sublingualis

(10)

mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke dalam rongga mulut. Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini terletak berdekatan dengan papilla dari duktus kelenjar submandibular.

Kelenjar Saliva Minor

Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya.

Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah. Kelenjar Von Ebner (Gustatory

Gland = albuminous gland) dan Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior.

2. Komponen yang terkandung dalam saliva

Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. a. Komponen Anorganik

Dari kation-kation, Sodium (Na+ ) dan Kalium (K+ ) mempunyai konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam serum dan K+ jauh lebih tinggi. Ion Khlorida merupakan unsur penting

(11)

untuk aktifitas enzimatik α-amilase. Kadar Kalsium dan Fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email dan berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar Fluorida di dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air minum dan makanan. Rodanida dan Thiosianat(CNS- ) adalah penting sebagai agen antibakterial yang bekerja dengan sisitem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas bufer

b. Komponen Organik

Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-Amilase, protein kaya prolin, musin dan imunoglobulin. Berikut adalah fungsi protein-protein dalam saliva:

1. α-Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang kecil. Juga karena pengaruh α-Amilase, polisakarida mudah dicernakan.

2. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam sistem penolakan bakterial.

3. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses pembekuan darah.

4. Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN (hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri dan pertumbuhannya.

5. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi.2

6. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan. Musin juga untuk membentuk makanan menjadi bolu

(12)

Saliva disekresi sekitar 1 sampai 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat perangsangan. Kecepatan aliran saliva bervariasi dari 0,1-4,0 ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis dan kelenjar submandibularis; sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor. Sekresi saliva dipengaruhi oleh kinerja dari saraf otonom parasimpatis dan simpatis. Saraf otonom ini di atur oleh medulla oblongata. Saraf ini bekerja saat ada stimulasi atau tidak ada stimulasi. stimulasi dapat berupa tekanan atau rasa dari makanan dan reseptor sensorik. Stimulus pada saraf parasimpatis akan menyebabkan pelepasan ion-ion dan air. Sedangkan stimulus pada saraf simpatis akan menyebabkan pelepasan protein-protein yang terdapat di dalam sel-sel asinar. Stimulus dari otot-otot mastikasi dan ligamen periodontal akan merangsang nuklei saliva inferior dan superior pada otak yang juga dipengaruhi oleh korteks serebri. Kerteks serebri merupakan pusat pengaturan dr medula oblongata sedangkan motoriknya diatur oleh cerebral, khususnya cerebrum.

Ketika ada rangsangan, reseptor sensorik akan mengirimkan signal yang akan ditangkap oleh korteks serebri. Lalu korteks akan menstimulasi medulla oblongata yang kemudian medulla oblongata merangsang saraf simpatik dan parasimpatik. Kedua saraf ini termasuk saraf otonom semua tetapi kerjanya mempengaruhi kelenjar saliva yang berbeda. Ketika ada rangsang, parasimpatik yang lebih dominan bekerja sehingga saliva yang keproduksi cenderung banyak dan encer karena diproduksi oleh kelenjar parotis dan submandibula yang mayoritas sekretnya berupa serous. Sedangkan ketika tidak ada rangsang yang dominan bekerja adalah saraf simpatik yang akan menstimulasi kelenjar sublingual memproduksi sekret berupa mukous dan volumenya sedikit.

Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu:

(13)

Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan gigi juga mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat di mulut.

2) Refleks saliva didapat, atau terkondisi.

Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.

Pusat saliva di medula mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf-saraf otonom. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis berfungsi meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Stimulasi parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim, sedangkan stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukous.

4. Pengaruh cerebral palsy terhadap sekresi saliva

Respon simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak saling bertentangan. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis, keduanya meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis, yang berperan dominan dalam sekresi saliva di kelenjar parotis dan sub mandibula yang mayoritas sekretnya berupa serous sehingga menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim ptyalin. Jumlah atau volume sekret tinggi karena pada dasarnya parasimpatik menyebabkan saluran keluar kelenjar parotis dan submandibula mengalami vasodilatasi. sekret yang tidak kental atau viskositas rendah ditambah dengan pelebaran saluran keluar kelenjar akan menyebabkan laju

(14)

saliva meningkat sehingga volume saliva akan meningkat dan pH akan meningkat pula. Stimulasi simpatis lebih mendominasi di kelenjar sublingual yang memproduksi mukous terbesar. Hal ini akan menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus karena viskositas saliva meningkat.Viskositas saliva berbanding terbalik dengan laju saliva, volume saliva dan derajat keasaman (pH) saliva.

Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6–7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan ada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva.

Dengan bertambahnya sekresi saliva akan menyebabkan peningkatan kapasitas buffer saliva karena bertambahnya ion bikarbonat (HCO3 –). Kapasitas buffer berhubungan dengan laju aliran saliva, pada saat laju aliran saliva menurun cenderung untuk menurunkan Konsentrasi bikarbonat yang merupakan buffer penting dalam saliva. Konsentrasi bikarbonat bervariasi menurut laju aliran saliva, seperti pada saliva yang tidak distimulasi mengandung sedikit bikarbonat, sedangkan saliva yang distimulasi mengandung lebih banyak bikarbonat tergantung intensitas stimulus yang diberikan. Peningkatan kecepatan aliran saliva akan meningkatkan konsentrasi bikarbonat, fosfat, dan kalsium, hal ini dapat menyebabkan pH saliva meningkat. Dalam kondisi fisiologis, kapasitas buffer saliva akan bekerja dengan ion kalsium dan fosfat untuk mempertahankan kejenuhan dengan menjaga pH agar mendekati netral di dalam lingkungan rongga mulut.

Dalam keadaan abnormal, produksi saliva akan berubah pada sifat fisik dan kimianya. Pada pasien cerebral palsy, pasien mengalami gangguan di korteks cerebri dan otak besarnya. Ketika ada kerusakan di cerebral palsy, pasien akan mengalami gangguan pada produksi salivanya. Korteks cerebri tidak akan bekerja sempurna sehingga stimulasi pada medulla oblongata akan terganggu. Medulla oblongata akan merangsang saraf otonom terutama akan merangsang saraf

(15)

simpatis daripada saraf parasimpatis. Akibat dari rangsangan simpatis yang lebih mendominasi menyebabkan kinerja dari kelenjar sublingual akan meningkat. Kelenjar sublingual yang memproduksi mukous lebih dominan akan menghasilkan sekret yang mempunyai viskositas tinggi. Viskositas yang meningkat akan menyebabkan laju sekresi saliva yang menurun, hal ini akan berakibat dari volume saliva yang otomatis juga akan menurun. Volume saliva yang menurun ini akan menyebabkan ion bikarbonat yang di sekresi cenderung sedikit sehingga kapasitas buffer pada pH saliva akan sulit di netralkan. Akibatnya penderita cerebral palsi akan mempunyai saliva yang bersifat asam. Pada penderita cerebral palsy dijelaskan bahwa saliva di rongga mulutnya banyak. Saliva yang jumlahnya banyak dan kental ini diakibatkan karena adanya gangguan pada cerebrum nya. Cerebrum yang sifatnya mengatur koordinasi otot mengalami gangguan, terutama pada otot pengunyahan sehingga saliva yang di sekresi sulit untuk ditelan oleh penderita serebral palsi sehingga terjadi penumpukan saliva pada rongga mulutnya.

(16)

PENUTUP Kesimpulan

1. Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran.

2. Fungsi saliva antara lain:

1. Menjaga kelembaban dan membasahi rongga mulut.

2. Melumasi dan melunakkan makanan sehingga memudahkan proses menelan dan mengecap rasa makanan.

3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan, sisa sel dan bakteri, sehingga dapat mengurangi akumulasi plak gigi dan mencegah infeksi.

4. Menghambat proses dekalsifikasi dengan adanya pengaruh buffer yang dapat menekan naik turunnya derajat keasaman (pH).

3. Sekresi saliva dipengaruhi oleh kinerja dari saraf otonom parasimpatis dan simpatis.

4. Cerebral palsy mempengaruhi sekresi saliva antara lain: 1. Laju aliran saliva menurun

2. Volume saliva menurun 3. Saliva menjadi lebih kental 4. Saliva menjadi lebih asam

5. Terjadi gangguan koordinasi di otot wajah sehingga saliva terus menerus menetes

Daftar Pustaka

1. Amerogan.A.V.N. 1991. Ludah dan Kelenjar ludah. Arti bagi Kesehatan Gigi. Gajah Mada University Press ;XXI:xxii.1-8, 18-20, 82-4, 158-9,196-7, 234-5

2. Haskell R and Gayford J.J. Penyakit Mulut . Jakarta:1991 3.

Gambar

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Saliva

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa dalil dalil yang diajukan Penggugat untuk menggugat cerai Tergugat pada pokoknya adalah pada bulan Januari tahun 2011 Penggugat meminta kepada Tergugat

Sebagai seorang istri yang baik, wanita Jepang melayani suaminya dengan setia.. dan patuh, menangani ekonomi rumah tangga, serta melaksanakan segala

Penguat kelas-D adalah sebuah penguat elektronik yang menggunakan pensakelaran transistor sebagai metoda utama untuk memberikan daya keluaran, tidak seperti penguat

Ritual pemberian sajen keluarga keturunan pemelihara buaya mistik untuk pengobatan di Kuala Pembuag hanya berlaku pada zamannya saja dimana peralatan medis yang kurang

DALAM HAL MELIBATKAN DIRI ATAU MENJAUHI BIDANG KEAGAMAAN , PADA UMUM NYA ORANG MELANJUTKAN KEBIASAAN YANG DILAKUKAN PADA AWAL KEHIDUPAN..

Batas kadar air yang mengakibatkan perubahan kondisi dan bentuk tanah dikenal pula sebagai batas-batas konsistensi atau batas-batas Atterberg (yang mana diambil dari

Selain adanya pelayanan jasa dari UPT Industri Kulit dan Produk Kulit tentang pengelolaan limbah berupa IPAL, juga perlu adanya pembinaan pengelolaan limbah.

Hasil dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini yakni terbentuknya pola pikir dan pemahaman dari petani untuk menata manajemen usaha serta cara