Clinical Science Session Clinical Science Session
Penentuan Post Mortem Interva
Penentuan Post Mortem Interval Dengan Pendekatan Analisis Larva Lalat
l Dengan Pendekatan Analisis Larva Lalat
Pada Kasus Jenazah Busuk Lanjut
Pada Kasus Jenazah Busuk Lanjut
Oleh : Oleh : D
Diiaah h FFiittrriiaanni i ooss!!iidd ""##$$""%%$$&&""%%'' (
(iiddaa!!aattuul l IIllmmaa $&$&$$""%%$$&&""%%&& M
M) ) KKhhaaiirruul l FFaarraa**!! $$%%$$""%%$$$$""++$$ izkha
izkha Amali!a Amali!a $%$"%$&"%$$%$"%$&"%$ ,
,aaddiia a PPuuss--iitta a DDee..ii $$%%$$""%%$$&&""''// 0
0ee--ttrrii!!aan n DD..i i MMaallttaa $$%%$$""%%$$&&""//11
Prese-tor : Prese-tor :
dr) 2au3ik (ida!at4 M)054 0-)F dr) 2au3ik (ida!at4 M)054 0-)F
BA6IA, ILM7 K8DOK28A, FO8,0IK DA,
BA6IA, ILM7 K8DOK28A, FO8,0IK DA, M8DIKOL86ALM8DIKOL86AL P8IOD8 / A6702709 1 08P28MB8 &"$/
P8IOD8 / A6702709 1 08P28MB8 &"$/ F
FAK7LAK7L22A0 A0 K8DOK28AK8DOK28A, 7, 7,I80I2A0 A,DALA0,I80I2A0 A,DALA0 07P D M) DJAMIL PADA,6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Clinical Science Session dengan judul “ Penentuan Post Mortem Interval Dengan Pendekatan Analisis Larva Lalat Pada Kasus Jenazah Busuk Lanjut ”
Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan klinik seni!r "epartemen #lmu $ed!kteran %!rensik dan Medik!legal %akultas $ed!kteran &ni'ersitas Andalas "i dalam makalah ini dipaparkan in(!rmasi mengenai penentuan ost mortem interval dengan analisis lar'a lalat dan telaah kritis dari clinical science session tersebut
)ada kesempatan ini, penulis ingin mengu*apkan terima kasih kepada presept!r dr Tau(ik +idayat, MS*, Sp% yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini )enulis berharap sem!ga Allah SWT senantiasa men*urahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada apak
Akhir kata, penulis mem!h!n maa( apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah clinical science session ini &ntuk itu, penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini
)adang, . Agustus /01
DAF2A I0I +alaman $ata )engantar "a(tar #si "a(tar 2ambar Abstrak ab 0 )endahuluan
ab Tinjauan )ustaka
0 Tanat!l!gi )r!ses )embusukan 3 Post Mortem Interval 4 5ar'a 5alat 6 )enentuan Post Mortem Interval "engan Analisis 5ar'a 5alat "a(tar )ustaka
DAF2A 6AMBA +alaman 2ambar 0 2ambar 2ambar 3 2ambar 4 2ambar 6
BAB $
P8,DA(7L7A,
$)$ LatarBelakang
5ama waktu kematian dapat ditentukan dengan mengidenti(ikasi perubahan- perubahan yang terjadi pada mayat, baik perubahan internal maupun eksternal "alam penentuan waktu kematian, pemeriksaan yang sering dilakukan yaitu pemeriksaan tanda pasti kematian berupa lebam mayat, kaku mayat, penurunan suhu tubuh, serta pembusukan Tetapi pada penemuan mayat yang sudah lama mengalami kematian dan telah membusuk, tanda-tanda tersebut menjadi sulit diidenti(ikasi Salah satu alternati( yang dapat digunakan pada pemeriksaan mayat yang telah membusuk yaitu jika terdapat !rganisme yang berkembang biak pada mayat tersebut0
7nt!m!l!gi (!rensik adalah suatu met!de identi(ikasi mayat dengan menggunakan serangga untuk memprediksi waktu kematian 7nt!m!l!gi (!rensik penting untuk menentukan *ara kematian, sebab kematian, perpindahan mayat dari satu tempat ke tempat lain, ost mortem interval 8)M#9, tempat pembuangan mayat, apakah terdapat kekerasan dan penelantaran, dan apakah terdapat masalah kesehatan masyarakat,3,4
Post mortem interval 8)M#9 adalah waktu sejak kematian terjadi pada se!rang manusia ataupun hewan sampai dilakukannya pemeriksaan6,:)erkiraan yang akurat terhadap )M# merupakan hal yang penting untuk membantu kesuksesan dalam in'estigasi kematian, baik yang karena kriminal maupun n!n-kriminal )engetahuan tentang waktu kematian ini sangat berguna untuk menyusutkan tersangka pembunuhan Saat kematian dapat memiliki implikasi yang penting bahkan pada kasus kematian yang n!rmal "alam dunia (!rensik, berbagai *ara dapat dilakukan untuk menentukan saat kematian, antara lain dengan
Siklus hidup lalat se*ara umum yaitu telur-lar'a-pupa-lalat )eri!de antara lalat bertelur dan membentuk stadium perkembangan tertentudapat digunakan untuk membantu
memperkirakan lama waktu kematian ;enis lalat mempengaruhi peri!de tersebut, karena jenis lalat mempengaruhi waktu peletakkan telur atau lar'a pada mayat Terdapat dua kel!mp!k terbanyak dari serangga yang sering ditemukan pada mayat yang telah membusuk yaitu kel!mp!k Ditera !true "ies# dan Coleotera !$eetles#0,3 )erkembangan lar'a lalat
dipengaruhi banyak hal, diantaranya makanan, musim, suhu lingkungan, panas yang dihasilkan dari pergerakan lar'a, letak ge!gra(is, k!ntaminan 8ra*un9 dan kelembaban.
$)& Batasan Masalah
<e(erat ini membahas mengenai tentang pembusukan pas*a kematian, ost mortem interval 8)M#9, lar'a lalat dan hubungannya dengan penentuan )M# pada mayat yang telah mengalami pembusukan
$)% 2ujuan Penulisan
Tujuan penulisan re(erat ini adalah untuk mengetahui tentang pembusukan pas*a kematian, ost mortem interval 8)M#9, lar'a lalat dan hubungannya dengan penentuan )M# pada mayat yang telah mengalami pembusukan
$); Metode Penulisan
Met!de re(erat ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai literatur
BAB &
2I,JA7A, P702AKA &)$) 2anatologi
Tanat!l!gi atau yang se*ara umum dikenal sebagai science o% death merupakan ilmu yang penting dikuasai !leh ahli ked!kteran kehakiman ataupun d!kter yang bukan ahli ked!kteran kehakiman Tanat!l!gi mempelajari perubahan-perubahan setelah kematian yang sangat berman(aat dalam menentukan apakah sese!rang sudah meninggal atau belum, dan menentukan berapa lama sese!rang telah meninggal, serta membedakan perubahan p!st m!rtal dengan kelainan yang terjadi pada waktu k!rban masih hidup=
Menentukan saat kematian adalah hal yang penting untuk dilakukan baik pada kasus kriminal atau sipil $ematian adalah suatu pr!ses yang dapat dikenali se*ara klinis pada sese!rang melalui tanda kematian yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat Memperkirakan saat kematian yang mendekati ketepatan mempunyai arti penting khususnya bila dikaitkan dengan pr!ses penyidikan, dengan demikian penyidik dapat lebih terarah dan selekti( di dalam melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka pelaku tindak pidana Tanda-tanda kematian dibagi atas tanda kematian pasti dan tidak pasti Tanda kematian tidak pasti adalah pena(asan berhenti, sirkulasi terhenti, kulit pu*at, t!nus !t!t menghilang dan
relaksasi, pembuluh darah retina mengalami segmentasi dan pengeringan k!rnea Sedangkan tanda pasti kematian adalah lebam mayat 8li'!r m!rtis9, kaku mayat 8rig!r m!rtis9, penurunan suhu tubuh 8alg!r m!rtis9, pembusukan, mumi(ikasi0/,00,0
5ingkungan merupakan penentu utama terjadinya pembusukan pada tubuh, dimana tubuh tertimbun !leh tanah, terendam !leh air,dan tidak terkena sinar matahari )embusukan berhubungan dengan berbagai ma*am bau au ini berasal dari pembusukan tubuh yang tidak bisa digambarkan Tubuh yang bau pada tahap pembusukan diakibatkan karena menghasilkan
gas yang tinggi pada tubuh setelah beberapa jam kematian )ada suhu ruangan, perut kanan bagian bawah akan berubah warna hijau setelah 4 jam kematian dan seluruh tubuh setelah
3: jam kematian03
)embusukan adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami dek!mp!sisi yang terjadi akibat aut!lisis dan akti'itas mikr!!rganisme "ek!mp!sisi men*akup dua pr!ses, yaitu aut!lisis dan putre(aksi Aut!lisis adalah keadaan perlunakan dan pen*airan sel dan !rgan tubuh yang terjadi pada pr!ses kimia yang steril dikarenakan !leh en>im-en>im intraseluler yang dilepaskan !leh sel-sel yang sudah mati )r!ses kedua yaitu putre(aksi, dimana lebih dikenal dengan istilah pembusukan )r!ses ini disebabkan !leh mikr!!rganisme, terbanyak disebabkan !leh bakteri ?l!stridium Wel*hii, yang sering ditemukan pada sistem pen*ernaan04
)r!ses pembusukan dipengaruhi !leh (akt!r, yaitu (akt!r luar dan (akt!r dalam %akt!r luar diantaranya, mikr!!rganisme, suhu disekitar mayat, kelembapan udara dan medium dimana mayat berada04 Mayat yang terdapat di udara akan lebih *epat membusuk
dibandingkan dengan yang terdapat di dalam air dan di dalam tanah $e*epatan pembusukan menurut hukum ?asper di udara @ air @ tanah yaitu 0 @ @ . Artinya adalah mayat yang dikubur akan membusuk . kali lebih lambat dari mayat di udara terbuka dan 4 kali lebih lambat dari pada mayat dalam air06 Sedangkan (akt!r dalam diantaranya umur, sebab
kematian dan keadaan mayat04
Tanda awal dari pebusukan akan tampak disk!l!rasi pewarnaan hijau pada kuadran bawah abd!men, dimana bagian kanan lebih sering daripada bagian kiri iasanya akan terjadi pada 4-3: jam setelah kematian "i daerah kuadran kanan bawah, terdapat sekum dimana di daerah tersebut banyak mengandung *airan dan bakteri Selain itu letak usus tersebut memang dekat dengan dinding perut )ewarnaan kehijauan tersebut juga akan terjadi pada daerah kepala, leher, dan bahu Warna hijau tersebut disebabkan !leh karena terbentuknya sul(-+b, dimana +S yang berasal dari peme*ahan pr!tein akan bereaksi dengan +b yang akan membentuk +b-S dan %e-S04,0:,01
akteri yang masuk dan berkembang biak pada pembuluh darah menyebabkan hem!lisis karena adanya reaksi hem!gl!bin dan hidr!gen sul(ida +asil reaksi ini akan mewarnai dinding permbuluh darah dan jaringan sekitarnya menjadi hitam kehijauan 8mar$ling 9 akteri ini mempr!duksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah 'ena super(isial +al ini menyebabkan pembuluh darah dan *abang-*abangnya nampak lebih jelas seperti p!h!n gundul 8a$orescent attern atau a$orescent mark 904,01
)ada minggu kedua kulit ari akan mudah terlepas bila tergeser atau tertekan karena terbentuknya gelembung-gelembung pembusukan yang merupakan kelanjutan dari perubahan tersebut 2elembung-gelembung pembusukan berisi *airan merah kehitaman yang disertai bau pembusukan yang bila dipe*ah akan tampak pada kulit pada dasar gelembung tersebut
li*in dan berwarna merah jambu0:
Setelah tiga atau empat minggu rambut akan mudah di*abut, kuku-kuku akan terlepas, wajah akan tampak menggembung dan pu*at dengan pewarnaan kehijauan dan akan berubah menjadi hitam kehijauan yang akhirnya akan bewarna hitam, mata akan tertutup erat !leh karena penggembungan pada kedua kel!pak mata serta b!la mata akan menjadi lunak, bibir akan menggembung dan men*u*ur, lidah akan menggembung dan terjulur keluar, dan *airan dek!mp!sisi dapat keluar dari hidung04,0:,01
rgan-!rgan dalam akan membusuk dan kemudian han*ur rgan dalam yang paling *epat membusuk adalah !tak, hati, lambung, usus halus, limpa, uterus pada wanita hamil atau masa ni(as Sedangkan !rgan yang lambat membusuk adalah paru-paru, es!phagus, jantung, dia(ragma, ginjal dan kandung kemih rgan yang paling lambat membusuk antara lain kelenjar pr!stat pada laki-laki dan uterus wanita yang tidak sedang hamil ataupun ni(as04
tak akan menjadi lunak sampai seperti bubur, paru-paru akan menjadi lembek, hati, jantung, limpa dan ginjal akan mudah dikenali +ati akan menjunjukkan gambaran hone&' com$, limpa lunak dan mudah han*ur, !t!t jantung akan tampak keunguan dan manjadi suram )ada !rgan yang paling lama membusuk seperti pr!stat dan uterus dapat menjadi pertanda untuk menentukan jenis kelamin dari mayat pada keadaan dimana pembusukan
sudah berlanjut atau berlangsung lama04,0:
2.3. Post Mortem Interval
&);) Larva Lalat
&)') Penentuan Post Mortem Interval DenganAnalisis Larva Lalat
)ertumbuhan lar'a lalat atau belatung pada mayat merupakan aplikasi penentuan )M# yang paling umum dari (!rensik ent!m!l!gi saat ini Tempat dimana lar'a lalat mun*ul pada tubuh mayat dapat memberikan in(!rmasi penting terutama pada tubuh yang terluka "i daerah beriklim dingin berbagai spesies lalat menyimpan telurnya di daerah lembab, seperti antara bibir atau kel!pak mata, kantus pada kel!pak mata, hidung, mulut, alat kelamin, anus, dan tepi pada luka yang dalam beberapa menit dari kematian )enting untuk diingat adalah spesies lalat yang terlibat berbeda dari daerah ke daerah, habitat ke habitat, dan musim ke musim Sebagai *!nt!h, di bagian utara dari Amerika Negara, $lue$ottles 8Callihora vicina9 adalah yang paling umum selama musim dingin, sedangkan green$ottles 8 Phaenicia sericata9 adalah yang paling umum selama musim panas0,
Mun*ulnya lar'a lalat pada tubuh mayat ini dapat diambil sebagai perkiraan waktu terakhir dengan kematian yang pasti terjadi &ntuk menghitung
)M#, kita membutuhkan sampel lalat baik itu dalam bentuk dewasa maupun dalam bentuk imatur dari luar tubuh mayat dan di dalam tubuh mayat 5ar'a harus
disimpan dalam *airan lar'a Apabila tidak ada *airan lar'a, maka lar'a bisa disimpan dalam air panas 8suhu 1:,1?9 selama -3 menit lalu diawetkan dengan
alk!h!l 1/B/ 7stimasi usia lar'a lalat bergantung pada pengetahuan rin*i tentang siklus hidup lalat dan (akt!r-(akt!r yang mempengaruhinya 5alat memiliki
sepenuhnya $erangka waktu untuk tahap pertumbuhan mereka membutuhkan waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung pada spesies, k!ndisi
lingkungan, dan jumlah lar'a yang hadir0
2aha-Kehidu-an <aktu 6am*aran O*servasi
Telur 0 hari 0- mm Terletak terutama di sekitar
lubang alami tubuh, seperti hidung, mata, telinga, anus, penis, 'agina, dan dalam luka 5ar'a C #nstar 0 hari -6 mm
5ar'a C #nstar 6 hari 0/-00 mm 5ar'a C #nstar 3 4-6 hari 04-01 mm
)re pupa .-0 hari 00-0 mm
5ar'a menjadi gelisah dan mulai menjauh dari tubuh, !rgan
tanaman se*ara bertahap dik!s!ngkan darah, dan (itur internal se*ara bertahap dikaburkan !leh tubuh diperbesar lar'a
)upa 04-0. hari
04-0. mm Menggelap sesuai usia pupa
$ehadiran puparia k!s!ng merupakan indikasi bahwa !rang tersebut telah meninggal sekitar / hari
5alat dewasa
erubah dari pupa setelah 4
sampai 1 hari
2enerasi baru 5alat dewasa ke*il
Tabel @ Siklus $ehidupan N!rmal 5alat 8Sumber @$apil D E <eje*t ), /039
$etika instar dan panjang dari lar'a lalat diketahui, maka kita dapat menilai seberapa lama lar'a tersebut membutuhkan waktu untuk men*apai (ase
lar'a tersebut saat ditemukan yang disesuaikan dengan hasil penelitian yang telah diterbitkan )eri!de waktu yang dibutuhkan lar'a lalat untuk berkembang pada
tubuh mayat seharusnya sama dengan tempat dimana tubuh mayat tersebut ditemukan Salah satu *ara untuk melakukannya adalah dengan mengk!n'ersikan
suhu dan waktu menjadi accumulated degree hours 8A"+9 atau accumulated degree da&s 8A""9 dengan *ara waktu dikalikan dengan suhu ?!nt!hnya,
Fase telur 04,4 jam Instar & 4 jam Instar $ =,: jam Instar % 06.,4 jam
&ntuk menghitung A"+, kalikan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk men*apai (ase tertentu dengan temperatur yang dibutuhkan "alam men*ari )M# mayat, maka diperlukan in(!rmasi berupa rerata suhu harian pada beberapa hari atau beberapa pe*an sebelum ditemukannya mayat untuk mendapatkan hasil )M# yang akurat:
Namun, dalam penentuan )M# ternyata terdapat juga beberapa (akt!r yang dapat menyebabkan waktu kematian yang sebenarnya lebih lama dari )M# yang dinilai Adapun (akt!r-(akt!r tersebut adalah akses lalat untuk hinggap ke tubuh mayat karena lingkungan sekitar terlalu dingin untuk lalat berakti'itas seperti disimpan di dalam %reezer F penyempr!tan insektisida pada tubuh mayatF diapause lar'aGpupa lalatF dan lar'a lalat dibunuh !leh predat!r lainnya sehingga pr!ses pembusukan pun menjadi lebih lambat:
eberapa (a*t!r juga dapat menyebabkan waktu kematian yang sebenarnya lebih pendek dari )M# yang dinilai, yaitu adanya m&iasisF adanya lar'a dalam jumlah yang banyak
yang membentuk massa pemakanF dan berada pada suhu minimum untuk berkembang sehingga lar'a lalat lebih *epat untuk berkembang:
Namun, ada beberapa (akt!r yang menyebabkan ost mortem interval mayat lebih lama atau lebih *epat dari hasil perkiraan ahli (!rensik, yaitu dari segi !bat-!bat yang terkandung di dalam tubuh mayat dan paparan *ua*a mikr! dari lingkungan tempat mayat ditemukan bat-!batan dapat tidak memberikan e(ek sama sekali atau dapat memper*epat atau memperlambat )M#, hal ini bergantung kepada jenis dari lar'a lalat yang ditemukan dan jenis >at !bat yang ditemukan di dalam tubuh mayat Sebagai *!nt!h, apabila lar'a lalat Boettcherisca eregrine memakan jaringan mayat yang mengandung m!r(in, maka lar'a tersebut akan berkembang dan tumbuh lebih *epat dan menjadi pupa yang lebih lama untuk berkembang sehingga menghasilkan kesalahan dalam perkiraan hingga = jam jika )M#
berdasarkan perkembangan lar'a: Selain m!r(in, !bat-!batan seperti k!kain her!in yang
memberikan dampak yang sama yaitu memper*epat pertumbuhan dan perkembangan lar'a serta memperlambat perkembangan pupa ?ua*a lingkungan juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan dari lar'a bergantung dengan seberapa besar kenaikan atau penurunan suhu saat perkembangan lar'a berlangsung:,1
DAF2A P702AKA
0 "ian Mayasari ", )rameng +ubungan panjang lar'a lalat dengan lama waktu kematian tikus wistar yang didisl!kasi tulang leher di Semarang H$arya Tulis #lmiahI %akultas $ed!kteran &ni'ersitas "ip!neg!r! Semarang //.
5aksmita AS, Watiniasih N5, ;unitha #$ #denti(ikasi lar'a sar*!phagidae 8genus sar*!phaga9 pada bangkai men*it 8mus musculus9 di hutan mangr!'e ;urnal i!l!gi /06F 0=89@ .4-.
3 ardale < )rin*iples !( %!rensi* Medi*ine and T!Ji*!l!gy New "elhi@ ;aypee r!thers Medi*al )ublishers /00
4 ;ames ;), ;!nes <, $ar*h S, Manl!'e ; Simps!n’s%!rensi* Medi*ine, 03th 7diti!n 5!nd!n@ +!dder E St!ught!n 5td /00
6 )rimahatmaja , Sardj!n! TW, 5estari N )erubahan ke*epatan pertumbuhan lar'a lalat chr&som&a sp( )ada bangkai tikus yang mengandung berbagai kadar m!r(in Majalah $esehatan %$& /04F 0849@ 0=/-=
: %Kld'Lri M %!rensi* p!st-m!rtem inter'al 8)M#9 estimates@ 'ariati!n in (ly de'el!pmental times !( indi'iduals http@GGdJd!i!rgG0/00/0G/:41. - "iakses : Agustus /01
1 Derma $, )aul < Assessment !( p!st m!rtem inter'al 8)M#9 (r!m (!rensi* ent!m!t!Ji*!l!gi*al studies !( lar'ae and (lies 7nt!m!l rnith!l +erpet!l /03F 809@ 0-4
. %ai>al " , "j!k! A, Sidharta )aparan m!r(in d!sis letal pada bangkai tikus terhadap pertumbuhan lar'a Sar*!phaga Sp ;urnal $ed!kteran rawijaya /00F :849@ 1-3 = +ariadi Apurant!, Mutahal Tanat!l!gi #lmu $ed!kteran %!rensik dan Medik!legal
7disi $etujuh Surabaya@ "epartemen #lmu $ed!kteran %!rensik dan Medik!legal %akultas $ed!kteran &ni'ersitas AirlanggaF /0/ page 006:
0/ ;ay "iJ, Mi*hael 2raham4 Time !( "eath, "e*!mp!siti!n and #denti(i*ati!n@ An Atlas 82!!gle e!!k9 ?<? )ress, "e* 1, 0=== - 5aw - 0/ pages
00 Tim )enulis agian $ed!kteran %!rensik %akultas $ed!kteran &ni'ersitas #nd!nesia, #lmu $ed!kteran %!rensik, ;akarta@%$&#F 0==1h 6-3:
0 +usni, 2M +ukum $esehatan #lmu $ed!kteran %!rensik, bagian $ed!kteran %!rensik %akulatas $ed!kteran &ni'ersitas Andalas, )adang@ %$&NAN"F //1h06-:
03 +!ward ?, AdelmanM 7stablishing The Time !( "eath in @ %!rensi* Medi*ine New!rk @ #n(!base )ublishing @ //1 p/-:
04 "ahlan S #lmu $ed!kteran %!rensik )ed!man agi "!kter dan )enegak +ukum Semarang@ &ni'ersitas SemarangF ///@ 41-:
06 M!dul %!rensik Tanat!l!gi %$ &nand
0: #dries A )ed!man #lmu $ed!kteran %!rensik ;akarta @ inarupa Aksara, 0==1@:1-1 4 01 "i Mai! "!mini*k ; and "i Mai! Din*ent ;MF Time !( "eathF %!rensi* )ath!l!gy,?<?
)ress,#n*F0==3FF0-4 0.
0= /
0 ardale < )rin*iples !( %!rensi* Medi*ine and T!Ji*!l!gy New "elhi @ ;aypee r!thers Medi*al )ublishersF /00 pp@ 0:-3
Aly + <asmy, )he humans lie $ut the siders do not lie @ An !'er'iew !n (!rensi* a*ar!l!gy, 7gyptian ;!urnal !( %!rensi* S*ien*es 8/009 0, 0/=00/
3 n Magg!ts and Murders, *orensic +ntomolog&, /00
4 yrd, ;as!n +F ?astner, ;ames 5 , *orensic +ntomolog& , -tilit& o% Arthroods in Legal Investigations. ///
6 William A ?!J, Md, +arl& Postmorterm Changes and )ima /% Death *orensic Pathologist. "e*ember , //=
: $apil Derma, <eje*t )aul M) . Assessment o% Post Mortem Interval. !PMI# %rom *orensic +ntomoto0icological Studies o% Larvae and *lies Amit& Institute o% *orensic Sciences
!AI*S#. Amity &ni'ersity, N!ida-/03, &ttar )radesh, #ndia
1 2unn A 7ssential %!rensi* i!l!gy 7disi $edua ?hi*hester @ ;!hn Wiley E S!ns )ubli*ati!nF //= pp @64 ::